[go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Daftar penerbang TNI AU yang meninggal dalam tugas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Berikut ini daftar penerbang-penerbang militer TNI Angkatan Udara yang gugur dalam tugas, baik tempur maupun non tempur. Diurut berdasarkan tanggal kematian atau hilang. Pangkat berdasarkan pangkat terakhir saat gugur atau hilang.

Tahun 1970 ada Mayor (U) Suganda yang gugur di Kampar, Riau. Jatuh sebagai penerbang Mig 17 Fresno.

Penerbang militer dalam tugas penerbangan militer

[sunting | sunting sumber]

1946 - 1950

[sunting | sunting sumber]
  1. Opsir Udara II Tarsono Rujito. Gugur akibat kecelakaan pesawat di daerah Cipatujah, Tasikmalaya, pada 2 September 1946 saat melakukan Cross-Country Flight dengan Cureng (Yokosuka 5KY).
  2. Opsir Udara II Husein Sastranegara. Gugur saat latihan dengan pesawat Cukiu (Tachikawa 98) yang jatuh pada 26 September 1946 di kampung Gowongan Lor, Yogyakarta. Pesawat tsb sedianya disiapkan sebagai pesawat cadangan untuk menjemput PM Sutan Sjahrir. Namanya diabadikan sebagai nama Pangkalan Udara TNI AU (Lanud) Andir sekaligus bandara internasional Husein Sastranegara di Bandung.
  3. Kadet Udara I Wim Prajitno. Gugur dalam kecelakaan pesawat Cukiu (Tachikawa 98) di Ambarawa pada 3 Oktober 1946 saat melakukan Cross-Country Flight bersama KU I Suharto.
  4. Kadet Udara I Suharto. Gugur dalam kecelakaan pesawat Cukiu (Tachikawa 98) di Ambarawa pada 3 Oktober 1946 saat melakukan Cross-Country Flight bersama KU I Wim Prajitno.
  5. Komodor Udara dr. Abdulrahman Saleh, Sebelum Belanda melancarkan Agresi Militer I, Adisoetjipto dan Abdulrachman Saleh diperintahkan ke India. Dalam perjalanan pulang mereka mampir di Singapura untuk mengambil bantuan obat-obatan dari Palang Merah Malaya. Keberangkatan dengan pesawat Dakota VT-CLA ini, mendapat publikasi luas dari media massa dalam dan luar negeri. Tanggal 29 Juli 1947, ketika pesawat berencana kembali ke Yogyakarta melalui Singapura, harian Malayan Times memberitakan bahwa penerbangan Dakota VT-CLA sudah mengantongi izin pemerintah Inggris dan Belanda. Namun, pesawat yang ditumpanginya ditembak oleh dua pesawat P40 Kittyhawk Belanda dari arah utara. Pesawat kehilangan keseimbangan dan menyambar sebatang pohon hingga badannya patah menjadi dua bagian dan akhirnya terbakar. Namanya diabadikan sebagai Pangkalan Udara TNI AU (Lanud) dan bandara komersial di Malang, yg sebelumnya dikenal sebagai Lanud Bugis.
  6. Komodor Udara Agustinus Adisoetjipto. Sebelum Agresi Militer Belanda I, Adisujipto dan Abdulrahman Saleh diperintahkan terbang ke India. Penerobosan blokade udara Belanda menuju India dan Pakistan berhasil dilakukan. Namun dalam perjalanan pulang membawa bantuan obat-obatan dari Malaya, pesawat Dakota DC-3 berkode ekor VT-CLA yg ditumpanginya jatuh ditembak oleh dua pesawat P40 Kittyhawk Belanda di Dusun Ngoto pada tanggal 29 Juli 1947. Jenasah Adisucipto dimakamkan di pekaman umum Kuncen I dan II, dan kemudian pada tanggal 14 Juli 2000 dipindahkan ke Monumen Perjuangan di Ngoto, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Namanya diabadikan sebagai nama pangkalan udara TNI AU dan bandara komersial di Yogyakarta, yg sebelumnya dikenal sebagai Lanud Maguwo.
  7. Komodor Udara Abdul Halim Perdanakusuma. Pada tahun 1947, bersama Opsir Udara I Iswahyudi, mantan perwira dan navigator pesawat pembom RAF di Teater Eropa selama Perang Dunia II ini, sedang bertugas ke Songkhla, Thailand. Dalam penerbangan pulang, pesawat Avro Anson yg dikemudikan Halim dan Iswahyudi jatuh di Tanjung Hantu, Malaya pada 14 Desember 1947. Jenasahnya dimakamkan di Kampung Gunung Mesah, Perak (Malaya), sebelum akhirnya dipindahkan ke TMP Kalibata, Jakarta.Namanya diabadikan sebagai nama pangkalan udara dan bandara internasional di Cililitan, Jakarta Timur, selain sebagai nama kapal perang TNI AL jenis fregat KRI Halim Perdanakusumah bernomor lambung 355.
  8. Opsir Udara I Iswahjoedi. Pada tahun 1947, dalam kapasitas sebagai Komandan Pangkalan Udara Gadut Bukittinggi (Sumatera Barat) ditugaskan terbang ke Songkhla Thailand bersama Komodor Udara Abdul Halim Perdanakusuma untuk membeli pesawat Avro Anson dan senjata. Ketika hendak kembali ke tanah air, pesawat yg mereka terbangkan jatuh di Tanjung Hantu, Malaya pada 14 Desember 1947. Jenasahnya tidak pernah diketemukan. Ketika Perjanjian Haadyai antara Malaysia dengan Partai Komunis Malaya diadakan pada tahun 1989, seorang warga Indonesia turut muncul dalam gencatan senjata tersebut. Seorang penulis nasionalis Malaysia, Ishak Haji Muhammad (Pak Sako), menduga warga Indonesia tersebut ialah Iswahyudi. Namanya diabadikan sebagai nama pangkalan udara TNI AU di Maospati, Magetan.
  9. Opsir Muda Udara II Sunaryo. Hilang bersama Opsir Muda Udara II Salim Nahdi dalam penerbangan pesawat Stinson L-5B Sentinel antara Jambi dan Bengkulu pada 7 Juli 1948.
  10. Opsir Muda Udara II Salim Nahdi. Hilang bersama Opsir Muda Udara II Salim Nahdi dalam penerbangan pesawat Stinson L-5B Sentinel dalam penerbangan antara Jambi dan Bengkulu pada 7 Juli 1948.
  11. Opsir Udara III Bambang Saptoaji. Hilang bersama OU III Santosa, OMU I Sumadi dalam kecelakaan pesawat Dakota DC-3 RI-002 yg dipiloti Robert "Bob" Earl Freeberg sewaktu terbang antara Tanjungkarang - Bengkulu pada 1 Oktober 1948. Pesawat dilaporkan sedang mengangkut 20 kg emas yg akan diselundupkan ke luar negeri untuk membeli senjata. Bangkai pesawat baru diketemukan pada 7 April 1978.
  12. Opsir Udara III Santosa, Hilang bersama OU III Bambang Saptoaji, OMU I Sumadi dalam kecelakaan pesawat Dakota DC-3 RI-002 dipiloti Robert "Bob" Earl Freeberg sewaktu terbang antara Tanjungkarang - Bengkulu pada 1 Oktober 1948. Pesawat dilaporkan sedang mengangkut 20 kg emas yg akan diselundupkan ke luar negeri u/ membeli senjata. Bangkai pesawat baru diketemukan pada 7 April 1978.
  13. Opsir Muda Udara I Sumadi. Hilang bersama OU III Bambang Saptoaji dan OU III Santosa dalam kecelakaan pesawat Dakota C-47 RI-002 dipiloti Robert "Bob" Earl Freeberg sewaktu terbang antara Tanjungkarang - Bengkulu pada 1 Oktober 1948. Pesawat dilaporkan sedang mengangkut 20 kg emas yg akan diselundupkan ke luar negeri u/ membeli senjata. Bangkai pesawat baru diketemukan pada 7 April 1978.
  14. Opsir Muda Udara II J. Londa. Gugur dalam kecelakaan pesawat Catalina RI-005 yang dicarter oleh Pemerintah RI dalam usaha meloloskan dari dari saat pasukan Belanda saat Agresi Militer II, tetapi pesawat tenggelam di Sungai Batanghari, Jambi pada 29 Desember 1948. Satu-satunya penumpang saksi hidup yang selamat dalam peristiwa ini adalah Letnan Kolonel TNI AD Prangko,
  15. Kadet Udara Suryadi. Gugur dalam kecelakaan latihan terbang dengan pesawat Chipmunk di tenggara Bauralli, India, tanggal 25 Mei 1949. Dia adalah salah satu dari 20 orang kadet AURI yang dikirim oleh Pemerintah RI ke Hind Provincial Flying Club di India.

1951 - 1960

[sunting | sunting sumber]
  1. Opsir Muda Udara I Moeljono. Gugur dalam atraksi aerobatik menggunakan pesawat tempur P51 Mustang bersama Skuadron 3 di Surabaya pada 12 April 1951. Moeljono ini adalah kadet penerbang yg menerbangkan pesawat pembom ringan Guntei didampingi petembak udara Kadet Soetardjo yg ditugaskan membom Pelabuhan Semarang pada 29 Juli 1947.
  2. Letnan Udara I (Pnb) Sjamsudin Noor. Gugur dalam kecelakaan pesawat Dakota DC-3 berkode ekor T-447 di lereng Gunung Galunggung, Ciawi, Tasikmalaya pada 28 Nopember 1950 akibat kerusakan mesin saat terbang dari Lapangan Terbang Andir Bandung ke Lapangan Terbang Tasikmalaya. Namanya diabadikan sebagai pangkalan udara TNI AU dan bandara komersial di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
  3. Letnan Udara II (Pnb) Soetedjo. Gugur di Pegunungan Garut akibat ditembak pemberontak DI/TII pada 16 September 1961.
  4. Letnan Muda Udara II (Pnb) Poltak Simanjuntak. Penerbang MiG-17 Skadron Udara 11, yg disiagakan di Lanud Morotai dalam rangka Operasi Trikora. LMU II Poltak gugur sekitar tahun 1962 di perairan Morotai saat latihan penembakan di laut, kemungkinan mengalami vertigo setelah melakukan manuver dan tidak bisa pull-up.
  5. Kapten Udara (Pnb) Gunadi. Gugur sebagai pilot MiG 17 Fresco yang jatuh saat lepas landas dari Lanud Letfuan, P. Kei Kecil, Kab. Maluku Tenggara pada 29 Juni 1962. Penerbang muda tersebut sedang dalam misi pengintaian musuh ke Teluk Kaimana dalam rangka kampanye Trikora.
  6. Kapten Udara (Pnb) Djalaludin Tantu. Gugur sebagai pilot Hercules C-130B berkode ekor A1307 di perairan Kalimantan Barat pada 2 September 1964 dalam misi penerjunan pasukan Kopasgat TNI AU dalam kampanye Dwikora. Namanya diabadikan sebagai nama Pangkalan Udara TNI AU dan bandara Djalaludin di Gorontalo.
  7. Kapten Udara (Pnb) Alboin Hutabarat. Gugur sebagai copilot Hercules C-130B berkode ekor A1307 yang dipiloti oleh Kapten Udara (Pnb) Djalaludin Tantu di perairan Kalimantan Barat pada 2 September 1964.
  8. Komodor Udara (Pnb) Nurtanio Pringgoadisuryo. Gugur dalam kecelakaan pesawat Aero 45 atau Arev buatan Cekoslowakia yg sudah dimodifikasi dari rongsokan di Bandara Kemayoran hingga bisa terbang lagi dan memiliki kapasitas tangki lebih besar. Pesawatnya jatuh di lapangan terbang Andir Bandung pada 21 Maret 1966. Namanya sempat diabadikan sebagai nama Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN, sekarang PT Dirgantara Indonesia) menggantikan LAPIP (Lembaga Persiapan Industri Penerbangan).
  9. Letnan Satu (Pnb) Surindro Supjarso. Suami pertama Ibu Megawati ini gugur di perairan Biak pada tahun 1970 ketika Skyvan T-701 yang dikemudikannya jatuh dan hilang sampai saat ini. Misteri di balik kecelakaannya belum terungkap sampai sekarang.

1971 - 1980

[sunting | sunting sumber]
  1. Mayor (Pnb) Sukirwan. Gugur di desa Cangkringan lereng Gunung Lawu pada tanggal 18 Februari 1976. Saat itu bersama Lettu (Pnb) Sutadi, mereka sedang melaksanakan latihan terbang formasi. Pesawat T-33 Bird bernomor ekor J-3327 jatuh dan total loss. Keduanya meninggal dunia.
  2. Letnan Satu (Pnb) Sutadi. Gugur di desa Cangkringan lereng Gunung Lawu pada tanggal 18 Februari 1976, bersama Mayor (Pnb) Sukirwan.
  3. Letnan Satu (Pnb) Ari Prasetya. Gugur di Lanuma Iswahjudi pada tanggal 27 September 1978 saat melakukan manuver tactical pitch out dengan pesawat T-33 Bird dengan tail number J-3330. Pesawat menimpa shelter pesawat F-86 Sabre dan menewaskan seorang teknisi serta melukai beberapa personel.
  4. Letnan Satu (Pnb) Juliarto. Gugur bersama Lettu (Pnb) Ari Prasetya di Lanuma Iswahjudi pada tanggal 27 September 1978.
  5. Letnan Dua (Pnb) Hari Mulyono. Gugur di kota Blitar pada tanggal 20 Juni 1980. Peristiwa itu terjadi saat bersama Lettu (Pnb) Hartono mengadakan latihan rutin dengan menggunakan pesawat T-33 Bird. Pesawat yang diawaki jatuh menimpa perumahan penduduk dan mengakibatkan beberapa rumah terbakar. Kejadian ini bertepatan dengan digelarnya manuver lapangan latihan Elang Indopura I.
  6. Letnan Satu (Pnb) Hartono. Gugur di Blitar pada 20 Juni 1980 bersama Letda (Pnb) Hari Mulyono.
  7. Mayor (Pnb) Budihardjo Surono. Gugur di atas langit Ponorogo pada tahun 1980. Ketika itu sedang melakukan high speed run test di atas ketinggian 3.500 meter dengan pesawat F-86 Sabre. Karena pesawat tersebut sudah tua dan diterbangkan di atas kecepatan suara, maka sayap pesawat tidak mampu menahan tekanan angin yang mengakibatkan sayapnya lepas. Selanjutnya pesawat menghujam ke bawah membentuk spiral dive dan meledak. Mayor Budi masih sempat eject, tetapi karena dilakukan dalam kecepatan yang sangat tinggi, dia gugur sebelum menyentuh tanah. Baju terbang yang dipakainya lengket dengan tubuhnya karena impact kecepatan yang sangat tinggi.

1981 - 1990

[sunting | sunting sumber]
  1. Kapten (Pnb) Dwie "Seagull" Harmono ( Thunder-39 ). Pada 25 Februari 1983, cuaca sedang jelek dan berkabut tebal di gunung Bira, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pada hari itu, pelaksanaan rocketing (latihan penembakan mempergunakan roket udara-ke-darat) dan strafing (latihan terbang kembali setelah rocketing) dilakukan pagi hari sebagai bagian dari simulasi serangan fajar. Semua simulasi ini merupakan bagian Latihan Maleo Jaya. Pesawat TT-0446 terbang terlalu rendah saat melakukan first run attack (menembak sasaran dan menghindar dari serangan misil darat-ke-udara), sehingga pilot tidak sempat recovery dan jatuh tepat di target dan meledak. Penerbang dinyatakan gugur dalam tugas militer. Metode ini masuk dalam taktik hit and run (tembak dan menghindar), salah satu manuver andalan dari pesawat A-4E Skyhawk. Dalam taktik ini pilot harus melakukan penembakan pendadakan tanpa final yang cukup, dengan kecepatan 420 knot, sudut serang 15 derajat serta jarak tembak antara 1.200 - 600 meter, dan ia hanya mempunyai waktu 6 detik untuk aim and recovery.[1]
  2. Kapten (Pnb) Sodik. Gugur dalam kecelakaan pesawat Hercules C-130H MP berkode ekor AI-1322 yg dimodifikasi sebagai Patroli Maritim di Gunung Sibayak, Sumatera Utara pada 21 Nopember 1985. Faktor kelelahan karena terbang melebihi toleransi setelah berpatroli selama lebih dari 12 jam menyebabkan pesawat menabrak gunung saat bermanuver hendak bersiap-siap mendarat (landing) di Lanud Polonia (sekarang disebut Lanud Soewondo) Medan dalam penerbangan Padang-Medan.
  3. Kapten (Pnb) S. Hirsan "Wild Crow" Habib (Thunder 79). Pada 22 Januari 1988, pesawat A-4E Skyhawk, TT-0406 sedang melaksanakan terbang formasi dan memasuki awan Kumulonimbus dan mengalami kerusakan sehingga jatuh di Laut Banda. Penerbangnya gugur dalam tugas dan jasadnya tidak diketemukan.[2]
  4. Bambang "Kangaroo" Triyono (Thunder 68). Pada 7 September 1988, A-4E Skyhawk yang dipilotinya, jatuh dan masuk ke rawa-rawa dekat area Lanud Pekanbaru. Penerbangnya, diduga mengalami "lost orientation" (kehilangan kemampuan membedakan batas langit dan bumi), dan gugur dalam tugas.[2]

1991 - 2000

[sunting | sunting sumber]
  1. Kapten (Pnb) Bambang Sugeng, Mayor (Pnb) Syamsul Aminullah dan Letda Pnb Agus Guntoro. Gugur sebagai kru kokpit Hercules C-130 kode ekor A-1324 di Condet, Jakarta Timur pada 5 Oktober 1991, selepas take-off dari Lanud Halim Perdanakusuma dan menewaskan 119 orang, termasuk 11 awak dan penumpang pesawat serta 2 orang penduduk. Pesawat tersebut sedianya akan berparade udara dalam rangka hari ABRI 5 Oktober 1991.[3] Jatuhnya Hercules C-130 dengan nomor ekor A-1324 di Condet diawali dari kerusakan mesin. Sesaat setelah mengudara dari landas pacu Lanuma Halim Perdanakusuma ke arah barat daya, mesin di sayap kiri rusak. Pesawat pun menikung ke kiri dan kehilangan ketinggian. Setelah lewat di dekat SMP 49 Jakarta dan nyaris memapas pucuk-pucuk pohon, pesawat jatuh ke kompleks balai latihan kerja (BLK) khusus las di Condet.[4]
  2. Lettu Pnb R. Krisna Hertat (Thunder 120). Gugur dalam tugas pada 15 April 1993, ketika A-4 jatuh di perairan Makassar. Saat itu, pesawatnya sedang melaksanakan manuver vertikal, canopynya terlepas dan mengenai elevator. Penerbang lainnya, Letkol Pnb Junianto "Griffin" S. Yogasara (Thunder 53) berhasil eject dengan selamat.[2]
  3. Kapten (Pnb) Dwi Sasongko. Gugur di Lanuma Halim Perdanakusuma tanggal 10 Maret 1997. Kecelakaan ini terjadi setelah pesawat F-16 bernomor ekor TS-1607 yang diawakinya baru saja selesai melaksanakan Air Combat Patrol di atas ibu kota dan sekitarnya. Pada saat cuaca mendung disertai angin kencang. Pesawat jatuh terhempas saat akan melakukan pendaratan di ujung landasan sebelah timur Lanud Halim PK. Kapten Pnb Dwi Sasongko gugur dalam musibah ini. Ditengarai pesawat mengalami undershoot, menjejak daratan sebelum masuk ambang landasan. pesawat menyenggol tiang ILS dan terjerembab di tebing landasan. Versi lain menyebut, pada cuaca buruk itu pesawat terkena downdraft dan jatuh di ujung landasan.
  4. Pnb Albert L. Mare (Thunder 128). Pada 22 Juni 2000, pesawatnya, A-4E Skyhawk, TT-0405, mengalami stall dan masuk ke kondisi spiral dive dan jatuh di Laut Sulawesi. Penerbangnya gugur dalam tugas.[2]
  5. Letnan Kolonel (Pnb) Teddy Kustari. Gugur dalam kecelakaan pesawat Hawk di ujung Runway 15 Lanud Supadio, Pontianak saat latihan pendaratan darurat dgn sistem gliding (PFL = Practiced Forced Landing) pada 19 Oktober 2000. Turut gugur bersamanya Letda (Pnb) Donny Kristian yg merupakan siswa penerbang bimbingannya.
  6. Letnan Dua (Pnb) Donny Kristian. Gugur dalam kecelakaan pesawat Hawk di ujung Runway 15 Lanud Supadio Pontianak, bersama Letkol (Pnb) Teddy Kustari pada 19 Oktober 2000

2001 - 2010

[sunting | sunting sumber]
  1. Mayor (Pnb) Syahbudin Nur Hutasuhut. Gugur pada hari Kamis, tanggal 28 Maret 2002 di Lanud Iswahjudi, Madiun/Magetan. dalam latihan aerobatik dengan pesawat Hawk Mk-53. pada latihan manuver ke-8 dari 11 yang direncanakan, saat melakukan manuver victory loop dengan arah pesawat menuju bumi, terjadi singgungan antara dua pesawat. Usaha menghindari tabrakan sudah dilaksanakan tapi tidak berhasil. keempat pilot yang gugur sudah eject dari pesawat, tetapi karena kecepatan pesawat yang tinggi dan ketinggian yang rendah di atas permukaan tanah ditambah arah pesawat yang menuju bumi, mereka tidak terselamatkan. satu pesawat menembus tanah dengan jarak satu meter dari teras ruangan dekat hanggar. satu pesawat lagi menancap di kebun kacang.
  2. Kapten (Pnb) Masrial. Gugur bersama Mayor (Pnb) S.N. Hutasuhut, Kapten (Pnb) Weko Nartomo & Kapten (Pnb) Andis Solikhin pada saat latihan aerobatik dengan pesawat Hawk Mk-53 di Lanud Iswahyudi tanggal 28 Maret 2002.
  3. Kapten (Pnb) Weko Nartomo. Gugur bersama Mayor (Pnb) S.N. Hutasuhut, Kapten (Pnb) Masrial & Kapten (Pnb) Andis Solikhin pada saat latihan aerobatik dengan pesawat Hawk Mk-53 di Lanud Iswahyudi tanggal 28 Maret 2002.
  4. Kapten (Pnb) Andis Solikhin. Gugur bersama Mayor (Pnb) S.N. Hutasuhut, Kapten (Pnb) Weko Nartomo & Kapten (Pnb) Masrial pada saat latihan aerobatik dengan pesawat Hawk Mk-53 di Lanud Iswahyudi tanggal 28 Maret 2002.
  5. Kapten (Pnb) Andi Wijaya. Gugur bersama Copilot Kapten (Pnb) Gustaf Marganto dan 5 awak lainnya dalam kecelakaan helikopter Sikorsky S-58T Twin Pac Skuadron Udara 6 TNI-AU di Lanud Atang Senjaya, Bogor. 30 Oktober 2003.
  6. Kapten (Pnb) Gustaf Marganto. Gugur bersama Pilot Kapten (Pnb) Andi Wijaya dan 5 awak lainnya dalam kecelakaan helikopter Sikorsky S-58T Twin Pac Skuadron Udara 6 TNI-AU di Lanud Atang Senjaya, Bogor. 30 Oktober 2003.
  7. Mayor (Pnb) Feri Susantio. Gugur bersama 3 penerbang lainnya dalam kecelakaan helikopter Super Puma No. NAS 3201 milik TNI-AU di lereng Gunung Dieng, Desa Surengede, Kecamatan Kejajar, Wonosobo pada 24 Desember 2004.
  8. Mayor (Pnb) Damar. Gugur bersama 3 penerbang lainnya dalam kecelakaan helikopter Super Puma No. NAS 3201 milik TNI-AU di lereng gunung Dieng, Desa Surengede Kecamatan Kejajar Wonosobo pada 24 Desember 2004.
  9. Kapten (Pnb) Rifki. Gugur bersama 3 penerbang lainnya dalam kecelakaan helikopter Super Puma No. NAS 3201 milik TNI-AU di lereng gunung Dieng, Desa Surengede Kecamatan Kejajar Wonosobo pada 24 Desember 2004.
  10. Letnan Dua (Pnb) Lukman N. Gugur bersama 3 penerbang lainnya dalam kecelakaan helikopter Super Puma No. NAS 3201 milik TNI-AU di lereng gunung Dieng, Desa Surengede Kecamatan Kejajar Wonosobo pada 24 Desember 2004.
  11. Mayor (Pnb) Bambang Wahyu Widodo. Gugur dalam kecelakaan pesawat latih Bravo LM 2030 Skuadron Pendidikan 102 Lanud Adi Sucipto di Dusun Grogolsari, Juwangin Purwomartani Sleman Yogyakarta (750 meter dari landas pacu Lanud Adi Sucipto) pada 8 Februari 2005.
  12. Mayor (Pnb) Robby Ibnu Robert. Gugur dalam kecelakaan pesawat OV-10 Bronco seri TT-1011 di Gunung Limas, Desa Gadingkembar, Malang, 21 Juli 2005, bersama Letda (Pnb) Harchus Aditya Wing Wibawa.
  13. Letnan Dua (Pnb) Harchus Aditya Wing Wibawa. Gugur dalam kecelakaan pesawat OV-10 Bronco seri TT-1011 di Gunung Limas, Desa Gadingkembar, Malang, 21 Juli 2005, bersama Mayor (Pnb) Robby Ibnu Robert.
  14. Letnan Dua (Pnb) Eliseus Quinta Rumiarsa. Gugur dalam kecelakaan pesawat OV-10 Bronco seri TT-1014 di sekitar 1 km arah selatan ujung landasan 35 Lanud Abdulrahman Saleh, tepatnya di Desa Bunut Wetan, Kecamatan Pakis, Malang, 23 Juli 2007. Instrukturnya Mayor (Pnb) Danang Prasetyo selamat karena sempat mengoperasikan kursi lontar.
  15. Letnan Satu (Pnb) Engky Saputra Jaya. Gugur dalam kecelakaan helikopter latih TNI AU jenis Bell-47G Soloy buatan tahun 1976 jatuh di ladang tebu Desa Wanasari, Kabupaten Subang, Jawa Barat pada 11 Maret 2008
  16. Mayor (Pnb) B. Ardjianto. Gugur sebagai pilot pesawat Casa C 212-200 kode ekor A-2106 yg jatuh di Gunung Salak, Bogor, 26 Juni 2008
  17. Kapten (Pnb) Agung Priantoro. Gugur sebagai copilot 1 mendampingi pilot Mayor (Pnb) B. Ardjianto dalam kecelakaan pesawat Casa N 212-200 kode ekor A-2106 di G. Salak, Bogor, 26 Juni 2008.
  18. Letnan Satu (Pnb) Febi Fitrian. Gugur sebagai copilot 2 mendampingi pilot Mayor (Pnb) B. Ardjianto dalam kecelakaan pesawat Casa 212-200 kode ekor A-2106 di Gunung Salak, Bogor, 26 Juni 2008.
  19. Kolonel (Pnb) Sulaksono. Gugur sebagai penumpang pesawat Casa 212-200 yg jatuh di Gunung Salak, Bogor, 26 Juni 2008.
  20. Kapten (Pnb) I Gede Agus Tirta Santosa. Gugur dalam kecelakaan pesawat Fokker F27 Friendship 400M berkode ekor A-2703 milik TNI-AU yg menabrak hanggar di Lanud Husein Sastranegara, Bandung pada 6 April 2009.
  21. Letnan Satu (Pnb) Yudho Pramono. Gugur sebagai copilot pesawat Fokker F27 Friendship 400M berkode ekor A-2703 milik TNI-AU yg menabrak hanggar di Lanud Husein Sastranegara, Bandung pada 6 April 2009.
  22. Mayor (Pnb) Danu. Gugur dalam kecelakaan pesawat Hercules C-130 berkode ekor A-1325 di Magetan, Madiun pada tanggal 20 Mei 2009. Pesawat tipe L-100-30 ini mengangkut 98 orang dan 14 crew termasuk Pangkosekhanudnas Marsekal Pertama Harsono. Korban jiwa sebanyak 97 orang termasuk 2 orang di darat.
  23. Marsekal Pertama TNI Harsono. Panglima Komando Sektor IV/Biak Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) TNI AU ini gugur sebagai penumpang dalam kecelakaan pesawat Hercules C-130 berkode ekor A-1325 yg dipiloti Mayor (Pnb) Danu di Magetan pada tanggal 20 Mei 2009
  24. Letnan Satu (Pnb) Wisnu Murti. Gugur dalam kecelakaan Helikopter Super Puma H3306 di Lanud Atang Senjaya pada 12 Juni 2009. Bersamanya gugur copilot-nya, yg namanya belum diperoleh.

2011 - 2020

[sunting | sunting sumber]
  1. Mayor (Pnb) Heri Setyawan. Gugur dalam kecelakaan pesawat Fokker F-27 TNI-AU di kompleks TNI-AU Halim Perdanakusuma pada 21 Juni 2012. Mayor Heri didampingi 2 copilot: Lettu Paulus Adi dan Letda Syahroni sedang melakukan misi T-6 Proficiency bersama 4 awak lainnya.
  2. Letnan Satu (Pnb) Paulus Adi Prakoso. Gugur dalam kecelakaan pesawat Fokker F-27 TNI-AU di kompleks TNI-AU Halim Perdanakusuma pada 22 Juni 2012. Paulus yg bertindak sebagai copilot ke-1 bersama copilot 2 Letda (Pnb) Syahroni mendampingi pilot Mayor (Pnb) Heri Setyawan, meninggal sehari setelah kecelakaan tsb di ICU RSPAU dr. Ernawan Antariksa, Halim PK, Jakarta Timur.
  3. Letnan Dua (Pnb) Syahroni. Gugur dalam kecelakaan pesawat Fokker F-27 TNI-AU di kompleks TNI-AU Halim Perdanakusuma pada 21 Juni 2012. Syahroni saat itu sedang bertindak sebagai copilot ke-2, mendampingi Mayor (Pnb) Heri Setyawan.
  4. Kapten (Pnb) Sandy Permana. Gugur dalam kecelakaan pesawat Hercules C-130 berkode ekor A1310 dari Skadron Udara 32 Lanud Abdul Rachman Saleh, Malang, 2 menit setelah lepas landas dari Lanud Soewondo Medan pada 30 Juni 2015 karena kerusakan mesin dan bermaksud RTB (return to base) namun naas justru jatuh menimpa kawasan komersial di dekat lanud Soewondo yang dulunya bernama Bandara Polonia tersebut. Gugur bersamanya, 2 orang copilot (Lettu Pnb Pandu Setiawan dan Letda Pnb Dian Sukma), Navigator Kapten Nav Riri Setiawan, juru radio udara Serma Bambang H, juru mesin BR Peltu Ibnu Qohar dan Pelda Andik S. Lalu, ada juru mesin udara II Pelda Parijo, instruktur load master Peltu Ngateman, load master II Peltu Yahya Komari dan Pelda Agus P, serta seorang kru bernama Prada Alvian, dan juga 101 penumpang yg sebagian besar prajurit TNI-AU dan keluarganya.
  5. Letnan Satu (Pnb) Pandu Setiawan. Gugur dalam kecelakaan pesawat Hercules C-130 berkode ekor A1310 saat lepas landas dari Lanud Soewondo Medan pada 30 Juni 2015 saat menjadi copilot 1 dengan pilot Kapten (Pnb) Sandy Permana dan copilot 2 Letda (Pnb) Dian Sukma).
  6. Letnan Dua (Pnb) Dian Sukma. Gugur dalam kecelakaan pesawat Hercules C-130 berkode ekor A1310 saat lepas landas dari Lanud Soewondo Medan pada 30 Juni 2015 saat menjadi copilot 2 dengan pilot Kapten (Pnb) Sandy Permana dan copilot 1 Lettu (Pnb) Pandu Setiawan).
  7. Letnan Kolonel (Pnb) Marda Sarjono. Gugur saat pesawat latih jet T50 Golden Eagle yg dipilotinya jatuh (crash) saat terbang aerobatik dalam rangka event Gebyar Dirgantara di Lanud Adisucipto, Yogyakarta, Minggu 20 Desember 2015. Dia menjabat Komandan Skuadron 15 Tempur yang berpangkalan di Lanud Iswahyudi, Madiun.
  8. Kapten (Pnb) Dwi Cahyadi. Gugur saat pesawat latih jet T50 Golden Eagle bersama pilot Letkol Pnb Marda Sarjono jatuh (crash) saat terbang aerobatik dalam rangka event Gebyar Dirgantara di Lanud Adisucipto, Yogyakarta, Minggu 20 Desember 2015.
  9. Mayor (Pnb) Ivy Safatillah, Sos. Gugur saat pesawat tempur taktis Super Tucano berkode TT-3108 dari Skadron Udara 21 yg dipilotinya jatuh (crash) dan menghantam rumah warga di Jl Laksamana Adi Sucipto Gg 12, Blimbing, Kota Malang, pada 10 Februari 2016 saat terbang melaksanakan test Flight setelah pemeliharaan 300 jam terbang bersama teknisi Serma Syaiful Arief Rohman serta satu orang warga yang rumahnya ditimpa pesawat tersebut.[5][6]
  10. Mayor (Pnb) Marlon A Kawer. Gugur dalam kecelakaan pesawat Hercules C-130 TNI AU dari Skadron Udara 32 Lanud Abdul Rachman Saleh berkode ekor A-1334 jatuh menabrak Gunung Tugima saat akan mendarat di Bandara Wamena pada 18 Desember 2016. Para petugas pengawas menara di Bandara Wamena sempat melihat penampakan pesawat secara manual saat akan mendarat di pukul 06.08 WIT. Akan tetapi selang beberapa saat mereka kehilangan kontak. Mereka yang berada di pesawat dan dinyatakan gugur adalah: Mayor Pnb Marlon A Kawer (Instruktur penerbang), Kapten Pnb J Hotlan F Saragih (Penerbang BR), Lettu Pnb Hanggo Fitradhi (Penerbang II), Lettu Nav Arif Fajar Prayogi (Navigator I), Peltu Lukman Hakim (Juru radio udara), Peltu Suyata (Juru mesin udara I), Peltu Khusen (Juru mesin udara II), Serma Khudori (Juru mesin udara II), Peltu Agung Tri W (Load master I), Pelda Agung S (Load master II), Serma Fatoni (Load master II), Serda Suyanto (Extra crew), Kapten Tek Rino (Penumpang dinas/anggota Satuan Radar 242 Biak).[7]

2021 - Sekarang

[sunting | sunting sumber]
  1. Lettu (Pnb) Allan Safitra Indera Wahyudi, S.T.(Han). Gugur dalam kecelakaan pesawat tempur T-50i Golden Eagle (TT-5009) Milik Skadron Udara 15 Lanud Iswahyudi pada tanggal 18 Juli 2022. Pesawat T50i Golden Eagle take off Pukul 18.24 WIB. Menjalankan misi night tactical intercept atau latihan terbang malam, setelah take off, pesawat hilang kontak pada Pukul 19.25 WIB. Pesawat jatuh di Desa Nginggil, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
  2. Mayor (Pnb) Yuda Anggara Seta, S.Sos. dan Kolonel (Pnb) Subhan, S.T., M.A.P. Gugur dalam kecelakaan pesawat tempur Super Tucano (TT-3103) milik Skadron Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh pada hari Kamis, 16 November 2023. jatuh di Gunung Kundi, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
  3. Letkol (Pnb) Sandhra Gunawan, S.Sos., M.I.Pol. dan Kolonel (Adm) Widiono S.A.P., M.Si. Gugur dalam kecelakaan pesawat tempur Super Tucano (TT-3111) milik Skadron Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh pada hari Kamis, 16 November 2023. dinyatakan lost contact dan mengalami accident menghantam bukit atau blok Lereng Gunung Bromo daerah Watugede, Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur

Perwira non penerbang yang gugur saat terbang non militer

[sunting | sunting sumber]
  1. Bersama Abdulrahman Saleh & Adisucipto, turut gugur Opsir Muda Udara I Adi Soemarmo pada 29 Juli 1947, tetapi almarhum bukanlah seorang penerbang/pilot, melainkan juru radio (radioman), sehingga tidak dimasukkan ke dalam daftar ini. Namanya diabadikan sebagai nama pangkalan udara TNI AU dan bandara komersial di Boyolali, Jawa Tengah.

Penerbang militer yang gugur saat terbang non militer

[sunting | sunting sumber]
  1. Komodor Udara (Purn) Ignatius Dewanto juga hilang dalam penerbangan dari Medan ke Cot Girek, Aceh, pada tahun 1970, tetapi almarhum sudah diberhentikan dengan hormat dari TNI-AU dan saat itu sedang terbang sebagai pilot pesawat sipil milik maskapai carter SMAC (Sabang Merauke Air Charter).
  2. Marsekal Muda TNI (Purn.) Norman Lubis dan Letkol (Purn) Toni Hartono yg gugur dalam kecelakaan pesawat AS-202 Bravo dalam atraksi terbang Bandung Air Show 2012 di Lanud Husein Sastranegara, Bandung, 29 September 2012. Tidak dimasukkan list karena sudah pensiun dan dalam kapasitas penerbang sipil dalam event sipil.
  3. Ada beberapa kecelakaan pesawat TNI-AU sebagaimana terekam di beberapa situs Daftar Sejumlah Kecelakaan Tragis Pesawat TNI dan Deretan Daftar Kecelakaan Pesawat TNI AU ini, tetapi tidak ada data nama dan status penerbangnya apakah tewas atau selamat.

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Adrian, Beny (24 Mei 2019). "Tragedi Jatuhnya Pesawat A-4 Skyhawk TT-0446 TNI AU, Marsda (Pur) F. Djoko Poerwoko: Temanku Gugur!". Angkasa News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-26. Diakses tanggal 05 Desember 2019. 
  2. ^ a b c d Saragih 2018, hlm. 20-24.
  3. ^ Nanda Pratama, Aswab (05 Oktober 2018). Galih, Bayu, ed. "5 Oktober 1991, Hercules C-130 Jatuh Seusai Upacara HUT ke-46 ABRI". Kompas.com. Diakses tanggal 15 Desember 2019. 
  4. ^ https://m.cnnindonesia.com/nasional/20150701114154-20-63534/pesawat-jatuh-di-medan-kecelakaan-besar-hercules-yang-ketiga
  5. ^ K., Destrianita (10 Februari 2016). "TNI AU: Super Tucano Jatuh di Malang Saat Uji Terbang". Tempo.co. Diakses tanggal 05 Desember 2019.  [pranala nonaktif permanen]
  6. ^ TNI Angkatan Udara, Dinas Penerangan (15 Februari 2016). "Evakuasi Bangkai Super Tucano Telah Selesai". Situs resmi TNI Angkatan Udara (tni-au.mil.id). Diakses tanggal 05 Desember 2019. 
  7. ^ Muhsidin (18 Desember 2016). Maryati, ed. "12 penumpang Hercules TNI AU ditemukan tewas". Antara News. Diakses tanggal 05 Desember 2019. 

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Saragih, Maylina (2018). 18 Pesawat Warnai Muspusdirla Yogyakarta. Jakarta: Dinas Penerangan TNI AU. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]