Artikel ini disusun bersama Katie Styzek. Katie Styzek adalah Konselor Sekolah Profesional untuk Sekolah Negeri di Chicago. Katie memperoleh gelar BS dalam Pendidikan Dasar dengan Konsentrasi Matematika dari University of Illinois di Urbana-Champaign dan bekerja sebagai guru matematika, sains, dan studi sosial sekolah menengah selama tiga tahun sebelum menjadi konselor. Dia memiliki gelar Master of Education (M.Ed.) dalam Konseling Sekolah dari DePaul University dan gelar MA dalam Kepemimpinan Pendidikan dari Northeastern Illinois University. Katie memegang lisensi Illinois School Counselor Endorsement License (Type 73 Service Personnel), Illinois Principal License (sebelumnya Type 75), dan Illinois Elementary Education Teaching License (Type 03, K – 9). Dia juga besertifikasi Nationally Board Certified in School Counseling dari National Board for Professional Teaching Standards.
Ada 34 referensi yang dikutip dalam artikel ini dan dapat ditemukan di akhir halaman.
Artikel ini telah dilihat 414.040 kali.
Kedewasaan bukan hanya dipandang dari usia. Ada anak umur 6 tahun yang dewasa, sementara ada juga orang tua berusia 80 tahun yang tidak dewasa. Kedewasaan adalah tentang cara Anda memperlakukan diri sendiri dan orang lain. Kedewasan adalah cara berpikir dan berperilaku.[1] Jadi jika Anda lelah dengan percakapan dan pertengkaran kekanak-kanakan di sekitar Anda, atau ingin agar orang lain lebih menaruh respek Anda, cobalah beberapa teknik di bawah ini untuk mempelajari cara agar lebih dewasa. Berapa pun usia Anda saat ini, jika Anda memang dewasa, Anda akan selalu menjadi orang yang dewasa bagi orang-orang di sekeliling Anda.
Langkah
-
Kembangkan minat. Kurangnya minat atau hobi yang dinamis dan berkembang dapat memiliki kontribusi pada pembawaan Anda yang tampak tidak dewasa. Menemukan suatu hal yang Anda senangi dan menjadi "ahli" di bidang itu dapat membuat Anda terlihat lebih dewasa dan berpengalaman. Hal itu juga bisa menjadi bahan pembicaraan dengan orang lain, terlepas dari apakah mereka juga menyukai hobi Anda itu atau tidak.
- Usahakan memiliki hobi yang aktif dan produktif. Maraton nonton acara TV mungkin memang sangat seru, tetapi belum tentu bisa dikatakan sebagai cara terbaik untuk memanfaatkan waktu. Ini bukan berarti Anda tidak dapat menikmati film, TV, dan gim video, namun semua itu tidak boleh menjadi satu-satunya cara mengisi waktu.[2]
- Hobi dapat meningkatkan penghargaan diri dan mendorong kreativitas. Hobi juga dapat merangsang bagian otak yang membuat Anda merasa positif dan bahagia.[3]
- Pada dasarnya tidak ada batasan jenis kegiatan yang dapat Anda lakukan! Belilah kamera dan belajar fotografi. Cobalah memainkan alat musik. Pelajari bahasa baru. Belajar beatbox. Buatlah kelompok permainan peran seperti live-action roleplaying.[4] Pastikan bahwa apa pun yang Anda pilih memang benar-benar Anda senangi, jika Anda tidak menikmatinya, semua itu malah menjadi tugas, bukan hobi.
-
Tetapkan tujuan dan usahakan mencapainya. Salah satu bagian dari kedewasaan adalah kemampuan untuk menilai kekuatan Anda saat ini, menentukan area yang perlu Anda perbaiki, dan menetapkan tujuan untuk masa depan. Pikirkan tentang masa depan dan jadikan itu sebagai pertimbangan ketika membuat keputusan tentang hidup Anda. Setelah menetapkan tujuan yang jelas, dapat dilakukan dan terukur, ambil tindakan untuk mencapainya.[5]
- Menetapkan tujuan terkadang memang tampak sulit, tetapi jangan khawatir! Anda hanya membutuhkan sedikit waktu dan perencanaan. Cobalah mencari apa yang ingin Anda perbaiki. Misalnya, mungkin Anda ingin mulai memperbaiki resume pribadi untuk masuk kuliah. Ini bisa menjadi dasar tujuan Anda.
- Pertama-tama Anda perlu memikirkan beberapa kategori: Siapa, Apa, Kapan, Di mana, Bagaimana, dan Mengapa.
- Siapa. Ini adalah orang yang terlibat untuk mencapai tujuan Anda. Tokoh utamanya di sini tentu saja Anda sendiri. Akan tetapi, kategori ini bisa juga termasuk tutor, kordinator sukarela, atau konselor.
- Apa. Apa yang ingin Anda capai? Langkah ini harus dibuat sespesifik mungkin. “Persiapan untuk kuliah” masih terlalu umum. Jangan memulai dari tujuan besar yang sesamar itu. Sebaliknya, pilih beberapa hal spesifik yang akan membantu Anda mencapai tujuan yang lebih besar, seperti “Bekerja sukarela” dan “Ambil bagian dalam kegiatan ekstrakurikuler.”
- Kapan. Ini untuk membantu mengetahui kapan bagian spesifik dari rencana Anda harus dilaksanakan. Pengetahuan ini akan membantu agar Anda tetap berada pada jalur yang direncanakan. Misalnya, jika ingin bekerja sukarela, Anda harus tahu bahwa ada tenggat pendaftaran, kapan kegiatannya dilaksanakan, dan kapan Anda bisa melakukannya.
- Di mana. Mengidentifikasi di mana Anda akan bekerja untuk mencapai tujuan akan sangat membantu. Dalam contoh kerja relawan, Anda dapat memilih untuk bekerja di penampungan hewan.
- Bagaimana. Dalam langkah ini Anda mengidentifikasi bagaimana Anda akan mencapai setiap tahap dalam tujuan tersebut. Misalnya, apa proses yang diperlukan untuk menghubungi penampungan hewan agar Anda bisa bekerja di sana? Bagaimana cara Anda pergi ke penampungan hewan tersebut? Bagaimana Anda akan menyeimbangkan kerja relawan dengan tanggung jawab yang lain? Anda harus memikirkan jawaban semua pertanyaan seperti ini.
- Mengapa. Percaya atau tidak, ini adalah bagian paling penting. Kemungkinan Anda untuk mencapai tujuan akan lebih besar jika tujuan tersebut sangat berarti bagi Anda dan Anda dapat melihat bahwa tujuan tersebut sesuai dengan “gambaran yang lebih besar”.[6] Ketahui mengapa tujuan Anda itu penting. Misalnya, “Aku ingin menjadi relawan di penampungan hewan sehingga dapat membuat resume yang lebih menarik untuk masuk jurusan kedokteran hewan.”
-
Ketahuilah bahwa Anda boleh bersikap konyol. Anda tidak harus bersikap serius sepanjang waktu untuk bersikap dewasa. Kedewasaan sebenarnya adalah mengetahui siapa yang Anda hadapi dan mengetahui kapan saat yang tepat untuk bersikap konyol dan kapan sikap serius diperlukan. Sebaiknya Anda memiliki beberapa level kekonyolan yang berbeda-beda sehingga dapat mengukur sikap dengan sepantasnya.[7]
- Cobalah menyisihkan waktu dalam sehari untuk bersikap konyol. Anda perlu waktu untuk mengendurkan saraf dan bersikap konyol. Beri waktu pada diri sendiri setiap hari (misalnya sepulang sekolah) untuk bersenang-senang dengan bertingkah gila.
- Pahami bahwa tingkah konyol biasanya tidak pantas dalam situasi formal, seperti di sekolah, rumah ibadah, di tempat kerja, dan khususnya di upacara pemakaman. Anda diharapkan untuk memerhatikan dan tidak mengisengi orang lain. Bersikap konyol dalam situasi seperti ini biasanya akan menunjukkan ketidakdewasaan.
- Akan tetapi, situasi informal seperti berkumpul dengan teman-teman, atau bahkan waktu bersama keluarga, adalah saat yang tepat untuk bertingkah konyol. Sikap konyol pada situasi seperti ini justru dapat memperkuat ikatan antara satu sama lain.
- Tetapkan semacam parameter untuk menilai kapan Anda boleh dan tidak boleh bercanda atau bertingkah konyol. Jangan menggunakan humor atau keisengan yang bersifat jahat atau meremehkan orang lain.
-
Hargai orang lain. Kita harus hidup di dunia ini bersama dengan semua orang lain. Jika Anda melakukan tindakan yang dengan sengaja mengganggu orang lain, atau jika Anda melakukan apa pun yang Anda inginkan tanpa memikirkan perasaan orang lain, Anda akan dianggap tidak dewasa. Berusaha mengingat kebutuhan dan keinginan orang lain di sekitar Anda akan membantu Anda mengembangkan reputasi sebagai individu yang dewasa dan penuh respek.
- Menghargai orang lain tidak berarti Anda harus membiarkan mereka berlaku seenaknya pada Anda. Artinya adalah Anda harus mendengarkan orang lain dan memperlakukan mereka seperti Anda ingin diperlakukan. Jika orang lain kasar atau kejam pada Anda, jangan membalas dengan cara yang sama. Tunjukkan bahwa Anda orang yang lebih dewasa dengan pergi menjauh.
-
Pilih teman-teman yang dewasa. Teman-teman yang Anda miliki akan memengaruhi perilaku Anda. Pastikan Anda berhubungan dengan orang-orang yang akan mendorong Anda menjadi pribadi yang lebih baik, bukan menghabiskan waktu dengan orang-orang yang hanya membuat Anda lebih buruk.Iklan
-
Jangan menjadi tukang rundung, atau yang populer disebut bully. Perundungan adalah perilaku yang sering muncul dari rasa tidak percaya diri atau penghargaan diri yang rendah. Merundung kemudian menjadi cara untuk menegaskan kekuasaan atas orang lain. Perundungan akan berpengaruh buruk bagi orang yang menjadi korban dan juga bagi orang yang menjadi pelakunya.[8] Jika Anda menyadari telah menjadi bagian dalam perundungan, bicarakan solusi untuk menghentikannya dengan orang yang Anda percaya, seperti orang tua atau guru pembimbing.
- Perundungan terbagi dalam tiga jenis mendasar: verbal, sosial, dan fisik.[9]
- Perundungan verbal antara lain memberi julukan buruk, mengancam, atau berkomentar tidak pantas. Walaupun kata-kata tidak menyebabkan bahaya fisik, namun dapat menorehkan luka emosional yang dalam. Perhatikan apa yang Anda katakan, dan jangan mengucapkan sesuatu yang tidak ingin Anda dengar diucapkan orang lain pada Anda.
- Perundungan sosial antara lain merusak hubungan atau reputasi sosial seseorang. Mengucilkan orang, menyebarkan rumor, mempermalukan orang lain, dan bergosip juga termasuk jenis perundungan sosial.
- Perundungan fisik antara lain menyakiti seseorang (atau barang miliknya). Kekerasan fisik apa pun, termasuk mengambil atau menghancurkan barang orang lain atau membuat gerakan tubuh kasar, adalah bentuk perundungan fisik.
- Jangan biarkan perundungan terjadi di sekitar Anda. Anda tidak harus terlibat secara fisik untuk menghentikan perundungan—sebenarnya itu bahkan sangat berbahaya—namun ada beberapa cara untuk membantu menciptakan lingkungan bebas perundungan. Anda dapat mencoba cara-cara berikut:[10]
- Memberi contoh yang baik dengan tidak merundung orang lain.
- Mengatakan pada perundung bahwa perilaku mereka sama sekali tidak lucu atau keren.
- Bersikap baik pada korban perundungan.
- Melaporkan perundungan yang terjadi kepada orang yang lebih bertanggung jawab.
- Jika Anda merasa memiliki masalah perundungan, pertimbangkan untuk konsultasi dengan konselor atau terapis. Mungkin Anda memiliki masalah mendalam yang membuat Anda merasa perlu meremehkan atau mengganggu orang lain. Konselor dapat menganjurkan pendekatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih positif dengan orang lain.
-
Hindari bergosip, menyebarkan rumor, dan membicarakan orang lain di belakang punggung mereka. Menyebarkan gosip dan rumor serta menikam dari belakang dapat menyakiti orang lain sama buruknya seperti jika Anda meninju wajah mereka—bahkan lebih sakit lagi.[11] Walaupun Anda tidak bermaksud jahat, namun gosip tetap merugikan. Orang yang dewasa akan peduli pada kebutuhan dan perasaan orang lain serta tidak akan melakukan hal-hal yang dapat menyakiti mereka.
- Gosip juga tidak akan membuat Anda keren atau populer. Studi menunjukkan bahwa gosip dapat membuat Anda keren kalau Anda duduk di kelas 5 SD, namun bagi anak kelas 9 atau lebih (periode ketika Anda sudah lebih dewasa), para penggosip umumnya tidak disukai dan tidak populer.[12]
- Selain itu, jauhi sikap bergosip. Angkat bicara jika seseorang berusaha memulai gosip di dekat Anda. Penelitian menunjukkan bahwa walaupun hanya satu orang yang mengatakan “Aku tidak suka ada yang menggosip tentang orang lain”, itu sudah dapat memberi pengaruh.[13]
- Terkadang, Anda dapat mengatakan sesuatu yang bak mengenai seseorang dan malah diartikan orang lain sebagai gosip. Misalnya, mungkin Anda berkata pada seorang teman, “Aku senang main dengan Dewi. Dia lucu sekali!” dan kemudian seseorang mengatakan pada orang lainnya bahwa Anda mengatakan sesuatu yang jahat. Anda tidak dapat mengendalikan interpretasi atau tanggapan orang lain terhadap kata-kata Anda. Satu-satunya yang dapat Anda kendalikan adalah kata-kata dan sikap Anda sendiri. Pastikan kata-kata yang Anda keluarkan baik.[14]
- Salah satu tes untuk menentukan apakah sesuatu itu rumor atau gosip adalah bertanya pada diri sendiri: Jika ini tentang aku, apa aku mau bila ini didengar atau diketahui orang lain? Jika jawabannya tidak, jangan ceritakan pada siapa-siapa.[15]
-
Jadilah pihak yang lebih berjiwa besar jika ada yang bersikap jahat pada Anda. Jika Anda dapat mengabaikannya, jangan dibalas; sikap diam Anda akan menyatakan bahwa apa yang dikatakan orang tersebut tidak baik. Jika tidak dapat diabaikan, katakan bahwa komentar mereka kasar. Jika dia meminta maaf, maafkan; jika tidak, tinggalkan saja.
-
Buka selalu pikiran Anda. Orang yang dewasa memiliki pemikiran terbuka. Hanya karena Anda belum pernah mendengar atau mencoba sesuatu, tidak berarti Anda harus menolak atau melepas kemungkinannya. Lebih baik anggap hal itu sebagai kesempatan untuk mempelajari sesuatu (atau seseorang) yang baru dan berbeda.[16] [17]
- Jangan langsung menilai seseorang yang memiliki keyakinan atau kebiasaan berbeda dari Anda. Lebih baik Anda bertanya, seperti “Bisakah jelaskan pada saya?” atau “Kenapa kamu lakukan itu?”
- Cobalah untuk lebih banyak mendengar daripada bicara, paling tidak pada awalnya. Jangan menyela pembicaraan atau mengatakan, “Tapi menurutku---” Biarkan mereka bicara. Anda tidak akan tahu bahwa mungkin Anda akan mengetahui sesuatu dari mendengarkan.
- Minta klarifikasi. Jika seseorang mengatakan atau melakukan sesuatu yang sepertinya tidak benar, minta klarifikasi sebelum mengeluarkan penilaian pedas. Misalnya, jika Anda merasa bahwa seseorang menghina keyakinan Anda, ambil napas dalam dan katakan sesuatu yang bernada seperti ini, “Aku dengar kamu mengatakan _______. Betulkah itu?” Jika dia menjawab bahwa bukan itu maksudnya, terima penjelasannya.
- Jangan mengharapkan yang terburuk dari orang lain. Hadapi setiap situasi dengan kesadaran bahwa semua orang yang Anda temui adalah manusia, sama seperti Anda. Mungkin mereka tidak akan mencoba bersikap jahat atau menyakiti, tetapi mereka juga bisa berbuat salah. Belajar menerima orang lain apa adanya akan membantu Anda agar menjadi lebih dewasa.
- Ada kalanya Anda tidak sepakat dengan orang lain. Hal ini bukanlah suatu masalah. Kadang-kadang Anda harus sepakat untuk tidak sepakat—ini adalah bagian kedewasaan.
-
Miliki kepercayaan diri. Jangan meminta maaf untuk keunikan atau keanehan yang Anda miliki, walaupun orang lain tidak berkenan. Selama perilaku Anda tidak bersifat antisosial dan tidak berbahaya, seharusnya Anda bebas mengekspresikan individualitas. Orang yang dewasa tidak meragukan diri sendiri ataupun memiliki keinginan untuk menjadi seseorang yang bukan diri mereka.
- Anda dapat membangun kepercayaan diri dengan mengembangkan keterampilan dan hobi yang merupakan kelebihan Anda. Anda akan tahu bahwa Anda mampu mencapai apa pun yang Anda inginkan, dan hasilnya Anda akan memiliki keterampilan yang dapat dibagikan dengan orang lain.
- Waspadai kritik dari dalam diri sendiri. Jika Anda memiliki pikiran negatif mengenai diri sendiri, pikirkan apakah Anda akan mengatakan kritik tersebut pada seorang teman. Jika Anda tidak mau, mengapa Anda harus mengkritik diri sendiri? Cobalah mengubah isi pikiran negatif Anda dengan ungkapan lain yang lebih berguna.[18]
- Sebagai contoh, Anda mungkin pernah berpikir seperti ini: “Payah! Aku bodoh sekali dalam matematika, aku tak akan pernah bisa mengerjakannya.” Ini bukan pikiran berguna, dan pasti tidak ingin Anda katakan pada siapa pun.
- Ucapkan ulang dalam bentuk pikiran yang dapat Anda usahakan: “Matematikaku tidak bagus, tapi aku bisa belajar keras. Biarpun tak bisa dapat A, yang penting aku sudah berusaha.”
-
Jadilah diri Anda yang sebenarnya. Tanda kedewasaan sejati adalah menjadi diri sendiri. Anda dapat menunjukkan percaya diri tanpa terkesan arogan atau sombong. Orang yang dewasa tidak harus merendahkan orang lain atau berpura-pura menjadi orang lain hanya untuk merasa senang pada diri sendiri.[19]
- Bicarakan tentang segala hal yang benar-benar menarik bagi Anda. Minat Anda akan terlihat bila Anda benar-benar menyukainya.
- Ketika berpikir negatif mengenai diri sendiri, kadang ada dorongan untuk menyangkalnya secara berlebihan. Misalnya, jika muncul pikiran seperti ini, “Aku khawatir tidak bisa mengerjakan tes minggu depan.” reaksi pertama Anda mungkin berpura-pura, “Aku tak takut pada apa pun!” Pernyataan seperti ini tidak jujur pada diri sendiri. Mengakui perasaan takut atau lemah adalah sikap yang lebih dewasa. Semua orang pernah mengalami momen tidak percaya diri. Itu sangat normal.
- Ekspresikan perasaan Anda dengan jelas. Bicara berputar-putar atau bersikap pasif agresif bukanlah cara dewasa atau jujur untuk menghadapi perasaan. Jangan takut mengatakan apa yang sebenarnya Anda rasakan dengan cara yang tetap sopan dan penuh respek.[20]
- Lakukan apa yang menurut Anda benar. Terkadang orang lain mengejek atau mengkritik Anda. Namun bila Anda teguh pada prinsip, Anda akan tahu bahwa Anda jujur pada diri sendiri. Jika orang lain tidak menghargainya, tak apa-apa, Anda juga tidak menginginkan pendapat mereka.[21]
-
Terima tanggung jawab pribadi Anda. Mungkin bagian paling penting dari menjadi orang yang lebih dewasa adalah mempertanggungjawabkan kata-kata dan tindakan Anda sendiri. Ingat bahwa apa pun yang terjadi tidak terjadi begitu saja pada Anda. Diri Anda sendirilah yang menjadi perwakilan hidup Anda, dan kata-kata serta tindakan Anda memiliki konsekuensi bagi diri Anda sendiri dan juga orang lain. Akui kesalahan. Ketahui bahwa Anda tidak dapat mengendalikan apa yang dilakukan orang lain, tetapi Anda dapat mengendalikan apa yang Anda lakukan.[22] [23]
- Bertanggungjawablah jika sesuatu berjalan tidak sesuai harapan. Misalnya, jika esai yang Anda kerjakan mendapat nilai jelek, jangan salahkan guru. Pikirkan tindakan apa yang menyebabkan Anda mendapat hasil tersebut. Apa yang bisa Anda usahakan agar lain kali bisa mendapat nilai lebih baik?
- Kurangi fokus pada keadilan segala sesuatu. Dalam hidup ini tidak ada yang selalu adil. Kadang Anda mungkin pantas memperoleh apa yang tidak Anda dapatkan. Orang yang dewasa tidak akan membiarkan ketidakadilan menghalangi jalan mereka menuju keberhasilan.
- Kendalikan apa yang Anda bisa. Terkadang mungkin ada perasaan bahwa Anda tidak memiliki kendali pada hidup Anda sendiri. Beberapa hal memang benar adanya. Anda tidak dapat mengendalikan apakah manajer suatu restoran akan mempekerjakan Anda, atau apakah orang yang Anda sukai mau berkencan dengan Anda. Tetapi ada beberapa hal yang dapat Anda kendalikan, contohnya:
- Dalam pekerjaan: Anda dapat memoles dan mengoreksi resume kerja. Anda dapat bersiap menghadapi wawancara dengan sebaik mungkin. Anda dapat berpakaian secara profesional ketika wawancara. Anda dapat datang tepat waktu. Mungkin akhirnya Anda tidak mendapatkan pekerjaan tersebut, tetapi Anda sudah melakukan semua yang berada dalam kendali Anda.
- Dalam hubungan: Anda dapat menjadi orang yang penuh respek, lucu, dan baik. Anda dapat menjadi diri sendiri ketika di dekat orang yang Anda suka. Anda dapat mengambil risiko dan menyatakan bahwa Anda ingin menjalin hubungan dengannya. Semua ini adalah hal yang dapat Anda kendalikan. Walaupun nanti tidak berhasil, namun Anda akan merasa tenang karena Anda tahu bahwa Anda sudah jujur dan mengusahakan yang terbaik.
- Jangan menerima kekalahan begitu saja. Banyak orang lebih sering memilih menyerah karena itu lebih mudah daripada mencoba lagi. Akan jauh lebih mudah mengatakan “Aku pecundang” daripada mengatakan “Ternyata pendekatan itu tidak berhasil, baiklah aku akan cari cara lain!” Bertanggungjawablah pada pilihan Anda dan apa pun yang nanti terjadi, ambil pilihan untuk tetap mencoba.
Iklan
-
Kendalikan kemarahan Anda. Amarah adalah emosi yang sangat kuat, tetapi dapat dijinakkan. Jangan bereaksi berlebihan terhadap hal-hal kecil yang tidak penting. Ketika amarah Anda sudah mulai terpancing, berhentilah 10 detik untuk memikirkan tanggapan Anda sebelum melakukan atau mengatakan apa pun. Cara ini akan mencegah keluarnya kata-kata yang akan Anda sesali dan membantu Anda untuk menjadi komunikator yang lebih dewasa.[24]
- Setelah berhenti, tanyakan pada diri sendiri apa yang sebenarnya sedang terjadi. Apa masalah sebenarnya? Mengapa Anda marah? Mungkin setelah itu Anda akan menyadari bahwa Anda sebenarnya marah tentang peristiwa yang terjadi dua hari lalu, bukan karena harus membersihkan kamar.
- Pikirkan kemungkinan solusi untuk menyelesaikan masalah ini. Pertimbangkan beberapa cara untuk bereaksi sebelum memilih salah satu. Apa yang akan bisa menyelesaikannya?
- Pertimbangkan konsekuensinya. Di sinilah banyak orang menemui kesulitan. “Melakukan apa yang saya inginkan” sering kali menjadi solusi paling menarik, tetapi apakah itu dapat memperbaiki masalah? Atau justru membuatnya lebih buruk? Pikirkan seperti apa hasil dari setiap pilihan yang ada.
- Pilih solusi. Setelah mempertimbangkan konsekuensi dari setiap pilihan, pilih yang tampaknya terbaik bagi Anda. Perlu diingat bahwa pilihan tersebut tidak selalu yang paling mudah atau paling menyenangkan! Ini adalah bagian dari proses menjadi lebih dewasa.
- Jika Anda harus mengatakan sesuatu, gunakan suara yang tenang dan beri alasan yang masuk akal untuk membenarkan apa yang Anda rasakan. Jika lawan bicara Anda hanya ingin membantah dan tidak ingin mendengarkan, pergilah menjauh dari perselisihan tersebut. Tidak ada gunanya menciptakan konflik.
- Bila Anda naik pitam atau merasa akan bertindak melampaui batas, ambil napas dalam dan hitung dari 1 sampai 10. Anda harus mempertahankan kendali diri dan tidak membiarkan kemarahan menguasai Anda.
- Jika Anda memang pemarah, orang lain mungkin senang memprovokasi Anda. Bila Anda dapat mengendalikan kemarahan, mereka tidak akan berminat memancing kemarahan Anda dan mulai mengabaikan Anda.
-
Pelajari teknik komunikasi yang tegas. Ketika orang ingin berkomunikasi dengan cara dewasa, mereka menggunakan teknik dan perilaku yang tegas. Ketegasan tidak sama dengan kecongkakan, arogansi, atau agresi. Individu yang tegas mengekspresikan perasaan dan kebutuhan mereka dengan jelas, dan mereka mendengarkan ketika orang lain melakukan hal yang sama.[25] Orang yang arogan dan egois tidak peduli pada kebutuhan orang lain dan hanya fokus mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan pada saat yang mereka inginkan—tidak peduli apakah keinginan mereka itu membuat orang lain menderita. Belajarlah mempertahankan pendirian tanpa menjadi arogan atau agresif, dan Anda pasti akan merasa lebih dewasa. Berikut beberapa cara untuk berkomunikasi dengan tegas:[26] [27]
- Gunakan pernyataan “Saya”—pernyataan “Kamu” membuat orang lain merasa disalahkan dan ditolak. Menjaga fokus pada apa yang Anda alami dan rasakan akan membuka jalan untuk komunikasi yang dewasa dan berhasil.
- Misalnya, jangan mengatakan “Ayah-Ibu tak pernah mendengarkan aku!” kepada orang tua Anda, coba gunakan pernyataan “Saya” seperti “Saya merasa pendapat saya tidak didengar.” Ketika Anda mengatakan bagaimana Anda “merasakan” sesuatu, orang lain cenderung ingin tahu alasannya.
- Ketahui apa yang menjadi kebutuhan orang lain juga. Hidup ini tidak hanya tentang Anda. Menyampaikan perasaan dan kebutuhan Anda dengan jelas memang bagus, tetapi ingat untuk selalu menanyakan kebutuhan orang lain. Kemampuan untuk menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri adalah tanda kedewasaan yang sesungguhnya.
- Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan. Jika Anda tidak yakin apa yang terjadi pada seseorang, tanyakan! Jangan berprasangka—ingat, Anda tidak tahu cerita lengkapnya.
- Misalnya, jika teman Anda lupa janjinya untuk belanja dengan Anda, jangan berasumsi bahwa dia lupa karena dia tidak peduli atau dia adalah orang menyebalkan.
- Lebih baik, gunakan pernyataan “Saya” dan ikuti dengan dorongan agar dia menyampaikan perasaannya, seperti “Aku kecewa sekali kamu tidak jadi belanja denganku. Ada apa?”
- Tawarkan diri untuk berkolaborasi dengan orang lain. Daripada mengatakan “Aku ingin main skateboard,” sebaliknya minta masukan dari mereka: “Kalian semua ingin melakukan apa?”
- Gunakan pernyataan “Saya”—pernyataan “Kamu” membuat orang lain merasa disalahkan dan ditolak. Menjaga fokus pada apa yang Anda alami dan rasakan akan membuka jalan untuk komunikasi yang dewasa dan berhasil.
-
Hindari kebiasaan mengumpat. Kebanyakan orang dan budaya berharap bahwa orang yang dewasa tidak akan mengumpat atau mengucapkan kata-kata kasar. Kebiasaan mengumpat bisa membuat orang kaget, atau bahkan membuat mereka merasa tidak dihargai. Mengumpat juga dapat membuat orang berpikir bahwa Anda tidak kompeten atau tidak bisa berkomunikasi dengan baik.[28] Daripada mengumpat, cobalah memperkaya kosakata. Gunakan kata-kata baru yang Anda pelajari untuk mengekspresikan apa yang Anda rasakan.
- Jika Anda sering mengumpat ketika merasa jengkel atau tak sengaja menyakiti diri sendiri, cobalah menjadikannya permainan mencari pernyataan yang kreatif. Daripada mengumpat ketika jari kaki Anda terantuk sesuatu, akan lebih lucu (dan lebih impresif) jika Anda mengatakan sesuatu seperti “Sundal bolong!”
-
Bicaralah dengan sopan dan jangan menaikkan nada bicara. Jika Anda menaikkan nada bicara, terutama ketika sedang marah, orang lain akan cenderung merasa tidak nyaman. Mereka mungkin bahkan memutuskan untuk tidak memedulikan Anda sama sekali.[29] Berteriak adalah kebiasaan bayi, bukan orang dewasa.
- Gunakan nada suara yang tenang dan datar ketika sedang marah.[30]
-
Perhatikan bahasa tubuh Anda. Bahasa tubuh dapat berbicara seperti kata-kata. Contohnya, menyilangkan tangan di depan dada menyatakan bahwa Anda tidak tertarik pada apa yang diucapkan lawan bicara. Berdiri dengan bahu lunglai menyampaikan bahwa Anda tidak berada “di sana” atau bahwa Anda ingin berada di tempat lain. Pelajari apa yang disampaikan tubuh Anda, dan pastikan bahasanya sama dengan apa yang Anda inginkan.[31] [32]
- Biarkan kedua lengan Anda jatuh dengan santai di sisi tubuh, tidak disilangkan di depan dada.
- Berdiri tegak, dengan dada membusung dan kepala sejajar dengan lantai.
- Ingat bahwa wajah Anda juga dapat berkomunikasi. Jangan memutar bola mata atau menatap lantai.
-
Bicarakan topik yang dewasa dengan orang lain. Contoh topik dewasa adalah sekolah, berita, pengalaman hidup, dan pelajaran hidup yang Anda peroleh. Tentu Anda masih boleh bertingkah konyol dengan teman-teman sesekali. Anda hanya perlu mempertimbangkan dengan siapa Anda berhadapan. Anda tentu tidak akan membicarakan topik yang sama dengan sahabat dan guru matematika.
- Ajukan pertanyaan. Salah satu tanda kedewasaan adalah rasa penasaran yang bersifat intelektual. Bila Anda hanya berbicara pada seseorang, Anda tidak akan tampak dewasa. Minta masukan mereka. Jika ada yang mengucapkan sesuatu yang menarik, katakan “Ayo ceritakan lebih banyak!”
- Jangan berpura-pura mengetahui apa yang tidak Anda tahu. Kadang memang sulit mengakui bahwa Anda tidak tahu tentang sesuatu. Bagaimanapun juga Anda ingin terlihat dewasa dan berwawasan. Tetapi berpura-pura mengetahui sesuatu namun terlihat bahwa sebenarnya Anda tidak tahu hanya akan membuat Anda tampak (dan merasa) bodoh. Lebih baik Anda berkata, “Aku belum baca soal itu. Aku harus melihatnya nanti!”
-
Ucapkan kata-kata yang baik. Jika Anda tidak dapat mengatakan hal positif, jangan mengatakan apa pun. Orang yang tidak dewasa terus-menerus mengkritik semua hal dan mencari kelemahan orang lain, dan mereka tidak segan melontarkan hinaan yang menyakitkan dengan cara apa pun. Kadang-kadang, mereka membenarkan kekejaman dengan menyatakan bahwa mereka hanya "bersikap jujur". Orang yang dewasa memilih kata-kata mereka dengan hati-hati, dan mereka tidak menyakiti perasaan orang lain dalam usaha untuk "jujur", jadi ingatlah untuk menjaga kata-kata Anda, jangan mengucapkan apa pun yang menyakiti perasaan orang lain. Perlakukan orang lain sama seperti Anda ingin diperlakukan.
-
Belajarlah meminta maaf dengan tulus atas kesalahan Anda. Walau telah berhati-hati dalam berbicara, tetap ada kemungkinan Anda mengatakan hal-hal yang salah atau tidak sengaja menyakiti orang lain dari waktu ke waktu. Terkadang kita semua melakukan hal-hal bodoh karena tidak ada satu pun yang sempurna di dunia ini. Belajarlah menelan harga diri dan katakan, "Aku minta maaf". Permintaan maaf yang tulus setelah melakukan kesalahan menunjukkan kedewasaan yang sesungguhnya.
-
Katakan yang sebenarnya, namun dengan penuh tenggang rasa. Ini adalah kemampuan yang sulit dikuasai, namun jika sebelum mengatakan sesuatu Anda memikirkan terlebih dahulu apakah Anda ingin mendengar orang lain mengatakan hal itu pada Anda, itu akan sangat membantu. Ada pepatah dalam ajaran Buddha: “Jika Anda ingin bicara, selalu tanyakan pada diri sendiri: apakah ini benar, apakah ini diperlukan, apakah ini baik.” Pikir sebelum bicara. Orang-orang di sekitar Anda akan menghargai kejujuran Anda, dan sikap Anda yang penuh tenggang rasa akan menunjukkan bahwa Anda benar-benar peduli pada mereka.[33]
- Contohnya, jika teman Anda bertanya apakah pakaian yang dia kenakan membuat dia tampak gemuk, pikirkan jawaban yang paling berguna. Kecantikan sangat bersifat subjektif, jadi memberi pendapat tentang penampilannya tidak akan bermanfaat. Akan tetapi, jika Anda mengatakan bahwa Anda menyayangi dia dan bahwa dia tampak seperti dirinya sendiri, dia akan merasakan dorongan percaya diri yang sebenarnya dia butuhkan.
- Jika menurut Anda pakaian yang dia kenakan memang tidak menarik, ada cara bijak mengatakannya apabila Anda berpikir itu akan ada manfaatnya. Misalnya Anda bisa berkata, “Sebenarnya aku lebih suka baju yang warna merah daripada yang ini.” Komentar seperti itu tidak akan menilai tubuh teman Anda—tidak ada orang yang membutuhkan penilaian mengenai tubuhnya—tetapi menjawab pertanyaan apakah penampilannya bagus.
- Para ilmuwan dalam perilaku menunjukkan bahwa beberapa jenis ketidakjujuran sebenarnya “pro sosial”, kebohongan kecil yang Anda katakan supaya orang lain tidak merasa sakit atau malu. Apakah Anda mau melakukan kebohongan seperti ini atau tidak, itu terserah keputusan Anda. Namun apa pun yang Anda putuskan, pilih cara yang baik ketika melakukannya.[34]
Iklan
-
Gunakan tata krama yang baik ketika berinteraksi dengan orang lain. Jabat tangan orang yang Anda temui dengan erat dan kuat, serta tatap matanya secara langsung. Jika budaya Anda memiliki cara berbeda ketika menyambut orang lain, gunakan cara tersebut dengan sopan dan pantas. Ketika bertemu orang baru, usahakan mengingat nama orang itu dengan mengulangnya: “Senang bertemu kamu, Wendy.” Tata krama yang baik menyatakan bahwa Anda menghargai orang lain, yang merupakan perilaku seseorang yang dewasa.[35]
- Sepanjang perbincangan, dengarkan dengan baik dan pertahankan kontak mata. Akan tetapi, jangan memandangi lawan bicara terus menerus. Terapkan peraturan 50/70: buat kontak mata sebanyak 50% ketika Anda bicara, dan 70% ketika mendengar dia bicara. [36]
- Jangan bergerak-gerak gelisah atau memainkan barang apa pun. Bergerak-gerak gelisah adalah tanda bahwa Anda kurang percaya diri. Atur tangan Anda dalam posisi terbuka dan rileks.
- Jangan menghadapi lawan bicara sambil berpikir bahwa Anda lebih senang jika berada di tempat lain. Kebanyakan orang dapat melihat ketika Anda tidak peduli pada interaksi yang terjadi, dan itu akan menyakiti perasaan mereka.
- Jangan berbicara di ponsel atau mengirim pesan kepada orang lain ketika Anda seharusnya memperhatikan orang di hadapan Anda. Bermain dengan ponsel menunjukkan tidak adanya respek dari pihak Anda.
- Bila memasuki situasi baru atau komunitas baru, diam sebentar dan perhatikan bagaimana orang lain bersikap. Anda tidak berkewajiban untuk mengatakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan orang lain. Sebaliknya, perhatikan dan tunjukkan respek.
-
Amati etiket dunia maya yang baik. Menggunakan etiket yang baik di dunia maya menunjukkan bahwa Anda menghargai teman, orang tua dan orang lain yang bergaul dengan Anda di internet. Ini adalah tanda-tanda kedewasaan. Ingatlah bahwa banyak hal yang Anda katakan di internet juga dapat dibaca orang-orang seperti calon atasan, guru, dan semacamnya, jadi jangan mengatakan apa pun yang akan membuat Anda malu atau rugi sendiri.[37] [38]
- Hindari bahasa yang keras atau ofensif. Jangan berlebihan menggunakan tanda seru. Ingat Anda tidak berhadapan dengan lawan bicara untuk bisa mengklarifikasi maksud Anda sebenarnya, jadi pastikan Anda tidak membuat mereka salah paham.
- Gunakan tombol shift. Tulis huruf besar untuk kata benda yang tepat dan awal kalimat, tidak menulis dengan huruf kecil semua. Hindari HuRUf BEsaR yang tidak standar. Penulisan seperti tu membuat tulisan Anda sangat sulit dibaca.
- Hindari menggunakan HURUF BESAR SEMUA. Di dunia maya, penggunaan huruf besar sama dengan berteriak. Mungkin Anda bisa menggunakannya di Twitter untuk menyatakan bagaimana tim sepak bola Anda memenangkan kejuaraan, tetapi tidak pantas digunakan dalam surel atau kiriman media sosial yang biasa.[39]
- Bila mengirim surel, gunakan sapaan (misalnya “Halo John”). Memulai surel tanpa sapaan dianggap kasar, terutama untuk seseorang yang tidak Anda kenal baik atau orang yang Anda segani seperti guru. Gunakan penutup, seperti “Terima kasih” atau “Hormat saya”.
- Periksa lagi sebelum mengirim surel atau menulis sesuatu di media sosial untuk memastikan Anda tidak membuat kesalahan. Gunakan kalimat lengkap, dan pastikan Anda menggunakan tanda baca yang tepat di akhir setiap kalimat.
- Jangan terlalu banyak menggunakan singkatan, bahasa gaul dan emoticon. Anda boleh menggunakan variasi seperti ini dalam pesan santai ke seorang teman, tetapi jangan gunakan dalam surel pada guru Anda, atau pada situasi lain ketika Anda ingin terlihat dewasa.
- Ingatlah bahwa aturan emas di dunia maya sama seperti aturan emas di dunia nyata. Perlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan. Jika ingin orang lain bersikap baik pada Anda, Anda harus bersikap baik pada mereka juga. Jika tidak ada hal baik yang bisa Anda katakan, jangan mengatakan apa pun.
-
Bantulah orang lain. Tahan pintu bagi orang yang akan lewat, ambilkan barang yang terjatuh, dan tawarkan bantuan untuk siapa pun yang membutuhkan. Pertimbangkan juga untuk membantu di masyarakat, seperti menjadi mentor untuk anak yang lebih kecil, menjadi tutor, atau bekerja di penampungan hewan. Ketika Anda membuat orang lain senang, Anda pun akan merasa senang. Membantu orang lain sebelum diri sendiri adalah perilaku yang sangat dewasa.
- Membantu orang lain juga dapat mendorong penghargaan pada diri sendiri. Studi menunjukkan bahwa ketika kita menolong orang lain, kita akan merasa telah berhasil mencapai sesuatu dan bangga pada tindakan kita.[40]
- Membantu orang lain tidak selalu berjalan dua arah. Ada kalanya Anda membantu orang lain dan mereka tidak mengucapkan “terima kasih” ataupun balas menawarkan bantuan. Itu bukan beban Anda. Ingat bahwa Anda menolong untuk diri Anda sendiri, bukan untuk mengharapkan sesuatu dari orang lain.
-
Jangan berusaha menjadi pusat perhatian sepanjang waktu. Apabila Anda selalu mengambil alih percakapan dan hanya membicarakan tentang diri sendiri sepanjang waktu, dan tidak memberi kesempatan kepada orang lain untuk bicara, berarti Anda tidak menunjukkan kedewasaan dan penghargaan kepada orang lain. Menunjukkan ketertarikan tulus pada minat dan pengalaman orang lain dapat membuat Anda terlihat lebih dewasa dan tidak hanya berpusat pada diri sendiri. Dari mendengarkan orang lain, Anda mungkin akan mempelajari sesuatu yang baru dan mengembangkan respek yang baru pada seseorang.
-
Terima pujian dan kritik dengan sikap dewasa. Jika ada yang memuji Anda, ucapkan "terima kasih" dan cukup sampai di situ. Jika ada yang mengkritik, tanggapi dengan sopan dan katakan "Oke, saya akan memikirkannya." Mungkin kritik itu tidak valid, tetapi tanggapan yang sopan membuat Anda terlihat dewasa saat menghadapinya.[41]
- Usahakan untuk tidak memasukkan kritik ke dalam hati. Kadang orang lain hanya berusaha membantu namun tidak menyampaikannya dengan baik. Jika menurut Anda begitu kasusnya, minta klarifikasi dari mereka: “Saya dengar Anda tidak menyukai esai yang saya tulis. Bisakah Anda memberi tahu beberapa hal yang spesifik sehingga saya bisa memperbaikinya?”
- Kadang-kadang, kritik yang disampaikan orang lain lebih memberitahukan tentang orang yang mengatakannya, bukan Anda. Jika kritik tersebut tampak tidak adil atau menyakitkan, ingat bahwa mereka mungkin hanya ingin membuat diri mereka merasa lebih baik dengan menyakiti Anda. Jangan biarkan hal itu memengaruhi Anda.
- Menerima kritik dengan anggun bukan berarti Anda tidak boleh membela diri sendiri. Jika seseorang menyakiti Anda, ucapkan ini dengan tenang dan sopan: “Saya yakin Anda tidak bermaksud kasar, tapi kritik Anda mengenai pakaian saya itu terdengar menyakitkan. Lain kali, mohon jangan komentari penampilan saya.”
Iklan
Tips
- Anda harus bersikap baik, pengertian dan menjadi teman semua orang! Jangan hanya baik hati pada satu hari, tetapi setiap kali.
- Kedewasaan adalah sesuatu yang sulit diperoleh. Namun Anda tidak boleh mengubah diri sendiri agar menjadi lebih dewasa. Sebaliknya, usahakan untuk menjadi diri sendiri dan lakukan itu dengan baik. Ini bukan tentang siapa yang lebih tua dan siapa yang lebih muda. Jika Anda ingin dianggap serius oleh orang lain di sekitar Anda, berpikir dan bertindaklah sebagaimana Anda ingin didengar, namun pastikan setelah langkah itu diambil; yakinlah dan pegang teguh pilihan Anda. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, usahakan untuk tetap tenang dan pikirkan langkah berikutnya, jangan menyalahkan orang lain, Anda sudah mengambil tindakan dan bertanggung jawab atasnya. Jadilah orang dewasa dan bertanggung jawab.
- Hindari perdebatan ketika menghadapi konflik dengan orang lain. Sebaliknya cobalah menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang tenang dan rasional. Jika terjadi perdebatan, akhiri secepat mungkin.
- Perlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan. Pada dasarnya inilah definisi kedewasaan.
- Tulis tujuan Anda untuk menjadi lebih dewasa dan rencanakan cara Anda mencapainya. Contohnya, Anda dapat memutuskan bahwa Anda akan memulai dengan menjadi lebih pendiam, tidak lagi membicarakan diri sendiri sepanjang waktu. Usahakan selama satu minggu dan lihat hasilnya. Walaupun awalnya tidak sempurna, teruslah mencoba.
- Tunjukkan belas kasih. Beri kesempatan kedua pada orang yang mungkin sebenarnya tidak pantas mendapatkannya. Ini akan menjadikan Anda berjiwa besar dan terlihat dewasa.
- Ketahui bagaimana penampilan yang tepat pada berbagai situasi. Rambut berdiri warna oranye mungkin menyatakan individualitas Anda, tetapi jika Anda bekerja di tempat yang formal, penampilan seperti itu dapat membuat orang berasumsi bahwa Anda tidak dewasa walaupun hal itu tidak benar.
- Cobalah berkonsentrasi pada masalah orang lain juga. Ini akan membuat Anda tampak lebih dewasa.
- Tepat waktu adalah kualitas prima!
Referensi
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/artificial-maturity/201211/the-marks-maturity
- ↑ http://www.pamf.org/parenting-teens/general/interests/hobby-resources.html
- ↑ http://www.nytimes.com/2007/12/02/jobs/02career.html
- ↑ http://www.notsoboringlife.com/list-of-hobbies/
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/notes-self/201308/how-set-goals
- ↑ http://news.stanford.edu/news/2015/january/resolutions-succeed-mcgonigal-010615.html
- ↑ http://articles.sun-sentinel.com/2013-03-21/features/sfe-sfp-acting-immature-can-actually-help-foster-maturity_1_kids-maturity-emotional-literacy
- ↑ http://www.stopbullying.gov/what-is-bullying/definition/index.html
- ↑ http://www.stopbullying.gov/what-is-bullying/definition/index.html
- ↑ http://www.stopbullying.gov/respond/be-more-than-a-bystander/index.html
- ↑ http://www.apa.org/research/action/blues.aspx
- ↑ http://www.apa.org/research/action/blues.aspx
- ↑ http://www.apa.org/research/action/blues.aspx
- ↑ http://kidshealth.org/kid/feeling/friend/gossip.html
- ↑ http://kidshealth.org/kid/feeling/friend/gossip.html#
- ↑ http://www.forbes.com/sites/davidkwilliams/2013/01/07/the-5-secret-tricks-of-great-people-how-to-become-open-minded-in-2013/
- ↑ http://www.mindtools.com/pages/article/tactful.htm
- ↑ http://kidshealth.org/teen/your_mind/mental_health/self_esteem.html
- ↑ http://kidshealth.org/teen/your_mind/mental_health/self_esteem.html
- ↑ http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
- ↑ http://www.mindtools.com/selfconf.html
- ↑ http://homepages.wmich.edu/~bensley/upe/self-respA.htm
- ↑ http://www.nicholls.edu/counseling/newsletters/taking-charge-of-your-life/
- ↑ http://kidshealth.org/teen/your_mind/emotions/deal_with_anger.html
- ↑ http://socialwork.buffalo.edu/content/dam/socialwork/home/self-care-kit/exercises/assertiveness-and-nonassertiveness.pdf
- ↑ http://psychcentral.com/blog/archives/2010/02/25/building-assertiveness-in-4-steps/
- ↑ http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
- ↑ http://www.communicationcache.com/uploads/1/0/8/8/10887248/perceptions_of_swearing_in_the_work_setting-_an_expectancy_violations_theory_perspective.pdf
- ↑ http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
- ↑ http://www.kidshelp.com.au/teens/get-info/hot-topics/communication-skills.php
- ↑ http://www.kidshelp.com.au/teens/get-info/hot-topics/communication-skills.php
- ↑ http://www.helpguide.org/articles/relationships/nonverbal-communication.htm
- ↑ http://tinybuddha.com/blog/speaking-your-mind-without-being-hurtful/
- ↑ http://www.oprah.com/relationships/When-to-Tell-the-Truth-Tell-the-Truth-or-Lie
- ↑ http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
- ↑ http://msue.anr.msu.edu/news/eye_contact_dont_make_these_mistakes
- ↑ http://madisoncollege.edu/online-etiquette-guide
- ↑ http://online.uwc.edu/technology/etiquette
- ↑ http://www.emilypost.com/communication-and-technology/computers-and-communication/459-email-etiquette-dos-and-donts
- ↑ http://www.helpguide.org/articles/work-career/volunteering-and-its-surprising-benefits.htm
- ↑ http://www.wsj.com/articles/how-to-take-criticism-well-1403046866