[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
609 tayangan11 halaman

Bambang Ekalaya

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 11

BAMBANG

EKALAYA
Dalam bahasa Sanskerta,
kata Ekalavya secara
harfiah berarti "ia yang
memusatkan pikirannya
kepada suatu ilmu/mata
pelajaran". Sesuai dengan
arti namanya, Ekalawya
adalah seorang kesatria
yang memusatkan
perhatiannya kepada ilmu
memanah. Dalam
pedalangan jawa Ekalawya
disebut Bambang Ekalaya
atau Bambang Ekawaluya
atau dengan sebutan
Bambang Palgunadi
Keinginannya yang kuat untuk
menimba ilmu panah lebih jauh,
menuntun dirinya untuk datang
ke Hastina dan berguru langsung
pada Drona. Namun niatnya
ditolak, dikarenakan
kemampuannya yang bisa
menandingi Arjuna, dan
keinginan dan janji Drona untuk
menjadikan Arjuna sebagai satu-
satunya ksatria pemanah paling
unggul di jagat raya, yang
mendapat pengajaran langsung
dari sang guru. Ini
menggambarkan sisi negatif dari
Penolakan sang guru tidak menghalangi
niatnya untuk memperdalam ilmu keprajuritan,
ia kemudian kembali masuk kehutan dan mulai
belajar sendiri dan membuat patung Drona
serta memujanya dan menghormati sebagai
seorang murid yang sedang menimba ilmu
pada sang guru. Berkat kegigihannya dalam
berlatih, Ekalawya menjadi seorang prajurit
yang gagah dengan kecakapan yang luar biasa
dalam ilmu memanah, yang sejajar bahkan
lebih pandai daripada Arjuna, murid
kesayangan Drona. Suatu hari, di tengah hutan
saat ia sedang berlatih sendiri, ia mendengar
suara anjing menggonggong, tanpa melihat
Ekalawya melepaskan anak panah yang tepat
mengenai mulut anjing tersebut. Saat anjing
tersebut ditemukan oleh para Pandawa,
mereka bertanya-tanya siapa orang yang
mampu melakukan ini semua selain Arjuna.
Kemudian mereka melihat Ekalawya, yang
memperkenalkan dirinya sebagai murid dari
Guru Drona.
Mendengar pengakuan Ekalawya,
timbul kegundahan dalam hati
Arjuna, bahwa ia tidak lagi
menjadi seorang prajurit terbaik,
ksatria utama. Perasaan gundah
Arjuna bisa dibaca oleh Drona,
yang juga mengingat akan
janjinya pada Arjuna bahwa hanya
Arjuna-lah murid yang terbaik di
antara semua muridnya.
Kemudian Drona bersama Arjuna
mengunjungi Ekalawya. Ekalawya
dengan sigap menyembah pada
sang guru. Namun ia malahan
mendapat amarah atas sikap
Ekalawya yang tidak bermoral,
mengaku sebagai murid Drona
meskipun dahulu sudah pernah
Dalam kesempatan itu
pula Drona meminta
Ekalawya untuk melakukan
Dakshina, permintaan guru
kepada muridnya sebagai
tanda terima kasih seorang
murid yang telah
menyelesaikan pendidikan.
Drona meminta supaya ia
memotong ibu jarinya,
yang tanpa ragu dilakukan
oleh Ekalawya serta
menyerahkan ibu jari
kanannya kepada Drona,
meskipun dia tahu akan
akibat dari
Ekalawya menghormati
sang guru dan
menunjukkan "Guru-
bhakti". Namun tidak
setimpal dengan apa
yang didapatkannya
yang akhirnya
kehilangan kemampuan
yang dipelajari dari
"Sang Guru". Drona
lebih mementingkan
dirinya dan rasa ego
untuk menjadikan
Arjuna sebagai prajurit
utama dan tetap yang
terbaik.
Dalam perselisihannya
dengan Arjuna, Ekalaya
ditipu untuk merelakan ibu
jari tangan kanannya
dipotong oleh 'patung' Resi
Drona, yang mengakibatkan
kematiaannya karena cincin
Mustika Ampal lepas dari
tubuhnya. Menjelang
kematiaanya, Ekalaya
berjanji akan membalas
kematiannya pada Resi
Drona.
Istri Prabu Ekalaya
sangat cantik jelita
sehingga membuat
Arjuna berhasrat
padanya, Dewi
Anggraini mengadukan
hal tersebut kepada
suaminya sehingga
terjadi perselisihan
dengan Arjuna. Prabu
Ekalaya
mempertahankan
haknya sehingga
bertarung dengan
Arjuna yang
menyebabkan Arjuna

Anda mungkin juga menyukai