Asuhan Keperawatan Paliatif Kel. 6
Asuhan Keperawatan Paliatif Kel. 6
Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah asuhan
keperawatan paliatif diabetes militus ini tepat pada waktu yang telat ditentukan. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Keperawatan Paliatif.
Pada kesempatan ini juga kami berterimakasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberikan kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari isi makalah ini jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi,
maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari Dosen
mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, kami sangat harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu
resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya
peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen
diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan
diabetes (Mogensen, 2007).
Pada beberapa populasi tetapi bukan semuanya, defenisi diabetes oleh distribusi
glukosa adalah pendistribusian glukosa ke seluruh jaringan dimana berbeda distribusi
glukosa pada setiap individual dengan atau tanpa diabetes. Selain itu distribusi
glukosa juga dapat menjadi parameter untuk penyakit diabetes atau dengan kata lain,
nilai defenisi diagnosis untuk diabetes didasarkan pada nilai distribusi glukosa pada
tingkat populasi bukan sering atau tidaknya berolahraga. Besarnya komplikasi
mikrovaskuler pada retina dan ginjal spesifik menuju ke diabetes. Selain itu
terjadinya komplikasi makrovaskuler dapat menyebabkan kematian pada penderita
diabetes. Hal ini ditunjukkan bahwa nilai glukosa yang tidak normal seharusnya
ditemukan sebagai peningkatan cepat dari nilai glukosa, yang mana diapresiasikan
dengan peningkatan resiko penyakit CVD (kardiovaskuler) (Mogensen, 2007).
Perawatan paliatif (dari bahasa Latin"palliare, "untuk jubah) adalah setiap bentuk
perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan keparahan
gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya
perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan..
Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan
kualitas hidup orang menghadapi yang serius, penyakit yang kompleks.
Gejala diabetes adalah adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama
malam hari dan berat badan turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal,
penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh.
3. PATOFISIOLOGI
Seperti suara mesin, badan memerlukan bahan untuk mmbentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi supaya sel
badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu
bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan
sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam
amino) dan lemak (asam lemak) (Waspadji, dkk, 2002).
4. PATHWAY
5. PERAWATAN
a. Tindakan Medis
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akamn menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan
akan diuraikan sebagai berikut:
1) Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu:
Karbohidrat sebanyak 60-70%
Protein sebanyak 10-15%
Lemak sebanyak 20-25%
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict
(reduksi) yang tidak khasuntuk glukosa, karena dapat positif pada
diabetes.
2) Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam
darah dengan cara Hegedroton Jensen (reduksi).
Gula darah puasa tinggi < 140 mg/dl.
Test toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama 200 mg/dl.
Osmolitas scrum 300 m osm/kg.
Urine = glukosa positif, keton positif. aseton positif atau negative
(Smaltzer & Bare, 2013)
c. Terapi
1. Farmakologi
Obat Hipoglikemik
Sulfonilurca Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien
dengan BB normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya
sedikit lebih. Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan
insufisiensi renal dan orangtua karena resiko hipoglikema yang
berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga dipakai
untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal.
Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin. Sebagai obat
tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang
berat lebih (imt 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan
sulfonylurea.
Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah:
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk
kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan DM gestasional yang tidak terkendali
dengan diet (perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan
dosis rendah dan dinaikkan perlahan- lahan sesuai dengan hasil
glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah
diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran
glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi
sulfonylurea dan insulin.
d) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien
diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan
dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku
untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang
diperlukan untuk mencapai keadaan schat yang optimal.
Penyesuaian keadaan psikologik kualitas hidup yang lebih baik.
Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan
diabetes (Smaltzer & Bare, 2013).
2. Non Farmakologi
Perawatan paliatif adalah perawatan yang bisa didapatkan para pasien
yang menderita penyakit kronis dan terminal yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Peningkatan hidup dilakukan dengan
cara pendekatan dari sisi psikologis, sosial, mental serta spiritual pasien,
sehingga membuat pasien lebih tenang, bahagia, serta nyaman ketika
menjalani pengobatan. World Health Organization (WHO) menekankan
lagi bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini:
a) Meningkatkan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus dan
menganggap kematian sebagai proses yang normal dalam artian
penyakit dm ini bukan merupakan proses kematian namun kematian
merupakan hal yang normal bagi semua orang yang memiliki
penyakit Diabetes Melitus ataupun tidak.
b) Tidak mempercepat atau menunda kematian dalam artian penyakit
Diabetes Melitus ini tidak bisa dikaitkan dengan kematian.
c) Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu agar pasien
dengan Diabetes merasa tenang.
d) Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual agar pasien Diabetes
Melitus merasa tenang dalam proses penyembuhan.
e) Berusaha agar penderita Diabetes Melitus tetap aktif sampai akhir
hayatnya dengan cara memberi support dari keluarga dan perawat
f) Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga pasien
dengan Diabetes Melitus agar keluarga selalu tenang dan tabah.
Kondisi terminal adalah meningkatkan kualitas hidup dan menghantarkan
pasien pada kondisi End of Life dengan tenang. Teori Ruland and Moore
yang mengembangkan Peaceful End of Life (EOL), dengan teory dan
konsep utamanya telah sesuai dengan tujuan dan prinsip perawatan
paliatif yang meliputi:
Menghilangkan rasa nyeri
Pasien terbebas dari pengalaman rasa nyeri merupakan bagian sentral
dalam teori EOL. Nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan
dan pengalaman emosional yang dikaitkan dengan kondisi nyata atau
potensial kerusakan jaringan tubuh (Lenz, et, all 1995 dalam Tomey
& Alligood, 2006).
Kenyamanan Kenyamanan didefinisikan sangat inklusif mengutip
pendapat Kolcaba (1991 dalam Ruland & Moore (1998) yaitu
terbebas dari ketidaknyamanan, kondisi yang menyenangkan dan
kepuasan, kedamaian dan membuat hidup mudah dan menyenangkan.
Menghargai martabat
Ruland dan Moore (1998 dalam Alligood 2006) menyatakan masing-
masing penderita penyakit terminal dihormati dan dihargai sebagai
manusia. Konsep ini mengacu kepada penghargaan, yang
dickpresikan dengan prinsip etik, autonomi atau respek pada manusia,
dimana individu diperlakukan sebagai agen autonomous dan manusia
secara otonomi berhak mendapat perlindungan.
Kedamaian. Kedamaian didefinisikan sebagai perasaan yang
menenangkan, harmoni, kepuasaan, bebas dari kecemasan,
kegelisahan, keraguan dan ketakutan (Ruland & Moore, 1998).
Kondisi damai secara fisik. fisiologis dan dimensi spiritual.
Hubungan dekat dengan orang lain
Kedekatan hubungan didefinisikan sebagai perasaan berhubungan
dengan orang lain yang memberikan perawatan (Ruland & Moore,
1998). Kedekatan mengandung makna kedekatan fisik dan emosi
yang diekspresikan dengan kehangatan dan hubungan intim.
6. EFEK SAMPING
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan
berbagai macam komplikasi, antara lain
a. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga
macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa
darah jangka pendek, dintaranya:
1) Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi ketika
kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dL (2,7 hingga 3,3
mmol/L.). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
atau karena aktivitas fisik yang berat (Brunner & Suddart, 2015).
2) Ketoasidosis diabetik (KAD) yang disebabkan karena kelebihan kadar
glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat
menurun hingga mengakibatkan terjadinya pemecahan lemak yang
menyebabkan peningkatan kadar keton dalam tubuh,
3) Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketonik (HHNK) yang
merupakan komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan
hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dL
(Brunner & Suddart, 2015).
b. Komplikasi Metabolik Kronik
Komplikasi kronis diabetes antara lain:
1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
Kerusakan retina mata (retinopati) yang merupakan suatu
mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh
darah kecil pada retina mata (Brunner & Suddart, 2015).
Kerusakan ginjal yang pada pasien diabetes melitus ditandai dengan
albuminuria menetap (>300 mg 24 jam). Nefropati diabetik
merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal
(Brunner & Suddart, 2015).
Neuropati diabetik juga merupakan komplikasi yang paling sering
ditemukan pada pasien diabetes melitus. Neuropati diabetik
mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe
syaraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor) dan otonom. Kelainan
tersebut tampak beragam secara klinis bergantung pada lokasi sel
syaraf yang terkena (Brunner & Suddart, 2015).
2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
Perubahan atherosklerotik dalam pembuluh darah koroner
menyebabkan peningkatan insidens infark miokard pada pasien
diabetes. Salah satu ciri unik pada panyakit arteri koroner yang
diderita oleh pasien-pasien diabetes adalah tidak terdapatnya gejala
iskemik yang khas. Jadi, pasien mungkin tidak memperlihatkan
tanda-tanda awal penurunan aliran darah koroner dan dapat
mengalami infark miokard asimtomatik (silent) dimana keluhan
sakit dada atau gejala khas lainnya tidak dialaminya. Kurangnya
gejala iskemik ini disebabkan oleh neuropati otonom (Brunner &
Suddart, 2015).
Perubahan atheroskerotik dalam pembuluh darah besar pada
ekstremitas bawah merupakan penyebab meningkatnya insidens
penyakit oklusi arteri perifer pada pasien diabetes. Tanda dan gejala
penyakit vaskuler perifer dapat mencakup berkurangnya denyut nadi
perifer dan klaudikasio intermitten (nyeri pada pantat atau betis
ketika berjalan). Bentuk penyakit oklusif arteri yang parah pada
ekstremitas bawah ini merupakan penyebab utama meningkatnya
insidens gangren dan amputasi pada pasien-pasien diabetes (Brunner
& Suddart, 2015).
Gejala fisik yang sering dikaitkan dengan depresi seperti perubahan berat
badan atau menurunnya nafsu makan, insomnia, hilangnya energy dan
kelelahan. Gejala depresi pada pasien perawatan paliatif meliputi:
d) Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum Meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi
badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
2) Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adanya gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, adanya atau ganda, diplopia dan lensa mata
keruh.
3) Sistem Integumen
Adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, seemapan ca suhu kulit
di daerah sekitar luka, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut
dan kuku.
4) Sistem Pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum dan nyeri dada.
5) Sistem Kardiovaskuler
Perfusi jaringan perifer menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi atau bradikardi, hipertensi atau hipotensi. aritmia.
6) Sistem Gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual. muntah, diare, konstipasi. dehidrasi
dan perubahan berat badan.
7) Sistem Urinary
Poliuri, retensi urin atau inkontinensia urin.
8) Sistem Muskoloskeletal
Adanya deformitas, cepat lelah, lemah serta adanya ganggren di
ekstremitas.
9) Sistem Neurologis
Terjadinya penurunan sensoris, parathesia, anasthesia, letargi,
mengantuk, refleks lambat dan disorientasi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan megabsorpsi
nutrient, factor psikologis.
b. (D.0027) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi
insulin.
c. (D.0129) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati
perifer
d. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan
metabolisme, nyeri.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin
yang tidak mencukupi atau tidak dapat bekerja secara normal, padahal hormon ini memiliki
peran utama dalam mengatur kadar glukosa dalam darah. Perawatan paliatif adalah perawatan
yang bisa didapatkan para pasien yang menderita penyakit kronis dan terminal yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Peningkatan hidup dilakukan dengan cara
pendekatan dari sisi psikologis, sosial, mental serta spiritual pasien, schingga membuat pasien
lebih tenang, bahagia, serta nyaman ketika menjalani pengobatan.
B. SARAN
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam melakuakan
perawatan paliatif pada pasien dengan DM serta selalu memberi dukungan psikologis bagi
para penderita DM.
DAFTAR PUSTAKA
Lora Adya. 2021. Askep Paliatif DM. Studo.com. Semarang. Diakses pada tanggal 05
Oktober 2023, melalui
https://www.studocu.com/en-us/document/harvard-university/media-and-journalism-in-
the-digital-age/askep-paliatif-dm-sama-teori-compress/38506962
Aulya Karimah dkk. 2020. Askep Paliatif DM pada Anak dan Dewasa. Scribd.com.
Kalimantan Timur. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2023, melalui
https://www.scribd.com/document/388851983/askep-DM-PALIATIF-1-doc