[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
210 tayangan21 halaman

Asuhan Keperawatan Paliatif Kel. 6

Diunggah oleh

Indah Dea
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
210 tayangan21 halaman

Asuhan Keperawatan Paliatif Kel. 6

Diunggah oleh

Indah Dea
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 21

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF DIABETES MILITUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Paliatif


Dosen Pengampu: Eti Wati S.Kep.,Ners.,M.Pd

Disusun Oleh:
KELOMPOK 6

Asep Beni Firmansyah 21142011100


Dava Rexsa Abrel. F 21142011101
Dwi Amelia Putri 21142011108
Indah Dea Pantiana 21142011121
Kania Putri Dewi 21142011124
Laila Zalfha Fhanesa 21142011125

TINGKAT 3C PRODI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
Jl. Gerakan Koperasi No.003, Majalengka Wetan, Kec. Majalengka, Kabupaten Majalengka,
Jawa Barat 45411

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah asuhan
keperawatan paliatif diabetes militus ini tepat pada waktu yang telat ditentukan. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Keperawatan Paliatif.

Pada kesempatan ini juga kami berterimakasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberikan kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari isi makalah ini jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi,
maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari Dosen
mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, kami sangat harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.

Majalengka, 05 Oktober 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. TINJAUAN TEORITIS PENYAKIT


1. PENGERTIAN

Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu
resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya
peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen
diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan
diabetes (Mogensen, 2007).

Pada beberapa populasi tetapi bukan semuanya, defenisi diabetes oleh distribusi
glukosa adalah pendistribusian glukosa ke seluruh jaringan dimana berbeda distribusi
glukosa pada setiap individual dengan atau tanpa diabetes. Selain itu distribusi
glukosa juga dapat menjadi parameter untuk penyakit diabetes atau dengan kata lain,
nilai defenisi diagnosis untuk diabetes didasarkan pada nilai distribusi glukosa pada
tingkat populasi bukan sering atau tidaknya berolahraga. Besarnya komplikasi
mikrovaskuler pada retina dan ginjal spesifik menuju ke diabetes. Selain itu
terjadinya komplikasi makrovaskuler dapat menyebabkan kematian pada penderita
diabetes. Hal ini ditunjukkan bahwa nilai glukosa yang tidak normal seharusnya
ditemukan sebagai peningkatan cepat dari nilai glukosa, yang mana diapresiasikan
dengan peningkatan resiko penyakit CVD (kardiovaskuler) (Mogensen, 2007).

Perawatan paliatif (dari bahasa Latin"palliare, "untuk jubah) adalah setiap bentuk
perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan keparahan
gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya
perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan..
Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan
kualitas hidup orang menghadapi yang serius, penyakit yang kompleks.

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit gangguan metabolik yang


ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah melebihi normal. Terdapat beberapa
tipe diabetes yang diketahui dan umumnya disebabkan oleh suatu interaksi yang
kompleks antara faktor genetik, lingkungan dan gaya hidup. Bila hal ini dibiarkan
tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler
jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Di Amerika Serikat,
DM merupakan penyebab utama dari end-stage renal disease (ESRD), nontraumatic
lowering amputation, dan adultblindness. Dengan peningkatan insiden di dunia, maka
DM akan menjadi penyebab utama angka morbiditas dan mortalitas dimasa yang
akan datang (Harrison, 2005).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk Diabetes mellitus


yaitu:

a. Diabetes mellitus tipe 1


Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes mellitus. IDDM) adalah
diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah
akibat rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Lagerhans
pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Saat ini, diabetes tipe hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat
monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk
tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin,
ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa
mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya
hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya.
juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pompa, yang memungkinkan
untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah
ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis dari insulin yang dibutuhkan
pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin
melalui "inhaled powder" (Anonima, 2009).
b. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus, NIDDM)
merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio
insulin di dalam sirkulasi darah, melainkant merupakan kelainan metabolisme
yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang
mengekspresikan disfungsi sel à, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi
sel terhadap insulin terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin
serta yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan
sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada
kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada
manusia.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas
terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam
darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat
meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa
dari hepar. namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin
berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori
yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini,
namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya
resistensi terhadap insulin. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien
dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain
meliputi sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus
meningkat mulai untuk mempengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis.
Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas
fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat
pengurangan berat badan. Langkah yang berikutnya, jika perlu, perawatan
dengan lisan antidiabetic drugs (Anonima, 2009).
c. Diabetes mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat
sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk Diabetes Mellitus tipe 2.
Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui menderita GDM, dan umumnya
terdeteksi pada atau setelah trimester kedua (Ditjen Bina Farmasi dan
ALKES, 2005).

2. TANDA DAN GEJALA

Gejala diabetes adalah adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama
malam hari dan berat badan turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal,
penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh.

Beberapa faktor yang dapat menunjang timbulnya Diabetes mellitus yaitu


obesitas dan keturunan, sedangkan gejala yang dapat diamati adalah polidipsia,
poliuria, dan polipfagia. Gejala-gejala ini perlu mendapat tanggapan di dalam
penyusunan diet penderita Diabetes mellitus (Tjokroprawiro, dkk, 2006).

3. PATOFISIOLOGI

Seperti suara mesin, badan memerlukan bahan untuk mmbentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi supaya sel
badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu
bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan
sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam
amino) dan lemak (asam lemak) (Waspadji, dkk, 2002).

Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan


selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi
bahan dasar makanan. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian
masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan
oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Agar dapat berfungsi sebagai
bahan bakar, makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di
dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit,
yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam
proses metabolisme itu insulin meme peran yang sangat penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di
pankreas (Waspadji, dkk, 2002).

4. PATHWAY

5. PERAWATAN
a. Tindakan Medis
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akamn menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan
akan diuraikan sebagai berikut:
1) Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu:
 Karbohidrat sebanyak 60-70%
 Protein sebanyak 10-15%
 Lemak sebanyak 20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress


akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan
jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-
10%, sehingga didapatkan =

a. Berat badan kurang 90% dari BB Ideal


b. Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
c. Berat badan lebih 110-120% dari BB Ideal
d. Gemuk 120% dari BB Ideal.

Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan


kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg
BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30%
untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus
ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan
kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi
tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu:

 Makanan pagi sebanyak 20% b. Makanan siang sebanyak 30%


 Makanan sore sebanyak 25%
 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15% diantaranya.
2) Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta. Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki
biasa selama 30 menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit
dan olah raga berat jogging.
3) Monitor Kadar Gula Darah
Pemantauan DM merupakan pengendalian kadar gula darah mencapai
kondisi senormal mungkin. Dengan terkendalinya kadar glukosa darah
maka akan terhindar dari keadaan hiperglikemia dan hipoglikemia serta
mencegah terjadinya komplikasi. Hasil Diabetes Control And
Complication Trial (DCCT) menunjukkan bahwa pengendalian diabetes
yang baik dapat mengurangi komplikasi diabetes antara 20-30%.
4) Terapi
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama dalam
penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan dapat dilakukan bersamaan
dengan pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi.
Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin selalu dimulai
dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai
dengan respons kadar glukosa darah (PERKENI, 2015).

b. Pemeriksaan Penunjang
1) Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict
(reduksi) yang tidak khasuntuk glukosa, karena dapat positif pada
diabetes.
2) Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam
darah dengan cara Hegedroton Jensen (reduksi).
 Gula darah puasa tinggi < 140 mg/dl.
 Test toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama 200 mg/dl.
 Osmolitas scrum 300 m osm/kg.
 Urine = glukosa positif, keton positif. aseton positif atau negative
(Smaltzer & Bare, 2013)
c. Terapi
1. Farmakologi
Obat Hipoglikemik
 Sulfonilurca Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien
dengan BB normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya
sedikit lebih. Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan
insufisiensi renal dan orangtua karena resiko hipoglikema yang
berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga dipakai
untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal.
 Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin. Sebagai obat
tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang
berat lebih (imt 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan
sulfonylurea.
 Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah:
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk
kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan DM gestasional yang tidak terkendali
dengan diet (perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan
dosis rendah dan dinaikkan perlahan- lahan sesuai dengan hasil
glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah
diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran
glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi
sulfonylurea dan insulin.
d) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien
diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan
dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku
untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang
diperlukan untuk mencapai keadaan schat yang optimal.
Penyesuaian keadaan psikologik kualitas hidup yang lebih baik.
Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan
diabetes (Smaltzer & Bare, 2013).
2. Non Farmakologi
Perawatan paliatif adalah perawatan yang bisa didapatkan para pasien
yang menderita penyakit kronis dan terminal yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Peningkatan hidup dilakukan dengan
cara pendekatan dari sisi psikologis, sosial, mental serta spiritual pasien,
sehingga membuat pasien lebih tenang, bahagia, serta nyaman ketika
menjalani pengobatan. World Health Organization (WHO) menekankan
lagi bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini:
a) Meningkatkan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus dan
menganggap kematian sebagai proses yang normal dalam artian
penyakit dm ini bukan merupakan proses kematian namun kematian
merupakan hal yang normal bagi semua orang yang memiliki
penyakit Diabetes Melitus ataupun tidak.
b) Tidak mempercepat atau menunda kematian dalam artian penyakit
Diabetes Melitus ini tidak bisa dikaitkan dengan kematian.
c) Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu agar pasien
dengan Diabetes merasa tenang.
d) Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual agar pasien Diabetes
Melitus merasa tenang dalam proses penyembuhan.
e) Berusaha agar penderita Diabetes Melitus tetap aktif sampai akhir
hayatnya dengan cara memberi support dari keluarga dan perawat
f) Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga pasien
dengan Diabetes Melitus agar keluarga selalu tenang dan tabah.
Kondisi terminal adalah meningkatkan kualitas hidup dan menghantarkan
pasien pada kondisi End of Life dengan tenang. Teori Ruland and Moore
yang mengembangkan Peaceful End of Life (EOL), dengan teory dan
konsep utamanya telah sesuai dengan tujuan dan prinsip perawatan
paliatif yang meliputi:
 Menghilangkan rasa nyeri
Pasien terbebas dari pengalaman rasa nyeri merupakan bagian sentral
dalam teori EOL. Nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan
dan pengalaman emosional yang dikaitkan dengan kondisi nyata atau
potensial kerusakan jaringan tubuh (Lenz, et, all 1995 dalam Tomey
& Alligood, 2006).
 Kenyamanan Kenyamanan didefinisikan sangat inklusif mengutip
pendapat Kolcaba (1991 dalam Ruland & Moore (1998) yaitu
terbebas dari ketidaknyamanan, kondisi yang menyenangkan dan
kepuasan, kedamaian dan membuat hidup mudah dan menyenangkan.
 Menghargai martabat
Ruland dan Moore (1998 dalam Alligood 2006) menyatakan masing-
masing penderita penyakit terminal dihormati dan dihargai sebagai
manusia. Konsep ini mengacu kepada penghargaan, yang
dickpresikan dengan prinsip etik, autonomi atau respek pada manusia,
dimana individu diperlakukan sebagai agen autonomous dan manusia
secara otonomi berhak mendapat perlindungan.
 Kedamaian. Kedamaian didefinisikan sebagai perasaan yang
menenangkan, harmoni, kepuasaan, bebas dari kecemasan,
kegelisahan, keraguan dan ketakutan (Ruland & Moore, 1998).
Kondisi damai secara fisik. fisiologis dan dimensi spiritual.
 Hubungan dekat dengan orang lain
Kedekatan hubungan didefinisikan sebagai perasaan berhubungan
dengan orang lain yang memberikan perawatan (Ruland & Moore,
1998). Kedekatan mengandung makna kedekatan fisik dan emosi
yang diekspresikan dengan kehangatan dan hubungan intim.
6. EFEK SAMPING
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan
berbagai macam komplikasi, antara lain
a. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga
macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa
darah jangka pendek, dintaranya:
1) Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi ketika
kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dL (2,7 hingga 3,3
mmol/L.). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
atau karena aktivitas fisik yang berat (Brunner & Suddart, 2015).
2) Ketoasidosis diabetik (KAD) yang disebabkan karena kelebihan kadar
glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat
menurun hingga mengakibatkan terjadinya pemecahan lemak yang
menyebabkan peningkatan kadar keton dalam tubuh,
3) Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketonik (HHNK) yang
merupakan komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan
hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dL
(Brunner & Suddart, 2015).
b. Komplikasi Metabolik Kronik
Komplikasi kronis diabetes antara lain:
1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
 Kerusakan retina mata (retinopati) yang merupakan suatu
mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh
darah kecil pada retina mata (Brunner & Suddart, 2015).
 Kerusakan ginjal yang pada pasien diabetes melitus ditandai dengan
albuminuria menetap (>300 mg 24 jam). Nefropati diabetik
merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal
(Brunner & Suddart, 2015).
 Neuropati diabetik juga merupakan komplikasi yang paling sering
ditemukan pada pasien diabetes melitus. Neuropati diabetik
mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe
syaraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor) dan otonom. Kelainan
tersebut tampak beragam secara klinis bergantung pada lokasi sel
syaraf yang terkena (Brunner & Suddart, 2015).
2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
 Perubahan atherosklerotik dalam pembuluh darah koroner
menyebabkan peningkatan insidens infark miokard pada pasien
diabetes. Salah satu ciri unik pada panyakit arteri koroner yang
diderita oleh pasien-pasien diabetes adalah tidak terdapatnya gejala
iskemik yang khas. Jadi, pasien mungkin tidak memperlihatkan
tanda-tanda awal penurunan aliran darah koroner dan dapat
mengalami infark miokard asimtomatik (silent) dimana keluhan
sakit dada atau gejala khas lainnya tidak dialaminya. Kurangnya
gejala iskemik ini disebabkan oleh neuropati otonom (Brunner &
Suddart, 2015).
 Perubahan atheroskerotik dalam pembuluh darah besar pada
ekstremitas bawah merupakan penyebab meningkatnya insidens
penyakit oklusi arteri perifer pada pasien diabetes. Tanda dan gejala
penyakit vaskuler perifer dapat mencakup berkurangnya denyut nadi
perifer dan klaudikasio intermitten (nyeri pada pantat atau betis
ketika berjalan). Bentuk penyakit oklusif arteri yang parah pada
ekstremitas bawah ini merupakan penyebab utama meningkatnya
insidens gangren dan amputasi pada pasien-pasien diabetes (Brunner
& Suddart, 2015).

B. TINJAUAN ASKEP SECARA TEORITIS


1. PENGKAJIAN
a) Identitas Penderita:
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang
menurun atau adanya luka yang tidak sembuh-sembuh (Brunner & Suddart,
2015).
c) Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya rasa kesemutan, kapan menurunnya
perabaan dan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka, serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM, adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, atheroskelosis, dan gejala-gejala awal diabetes seperti poliuria,
polidipsi, polifagia, kulit kering dan penurunan berat badan (Brunner &
Suddart, 2015).
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya DM seperti hipertensi.
 Riwatat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.

Gejala fisik yang sering dikaitkan dengan depresi seperti perubahan berat
badan atau menurunnya nafsu makan, insomnia, hilangnya energy dan
kelelahan. Gejala depresi pada pasien perawatan paliatif meliputi:

 Perasaan putus asa yang berlebihan, rasa bersalah, tidak berharga.


 Penarikan sosial, kehilangan kenikmatan dalam aktivitas sehari-hari.
 Sebuah harapan untuk kematian dini (atau pikiran untuk bunuh diri).
 Respon positif terhadap pertanyaan "Apakah Anda merasa tertekan?
Perlu dikaji tentang keyakinan dan persepsi klien terhadap penyakit dan
kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang klien anut. Bagaimana
aktifitas spiritual klien selama klien menjalani perawatan di rumah sakit dan
siapa yang menjadi pendorong atau pemberi motivasi untuk
kesembuhannya.

d) Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum Meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi
badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
2) Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adanya gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, adanya atau ganda, diplopia dan lensa mata
keruh.
3) Sistem Integumen
Adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, seemapan ca suhu kulit
di daerah sekitar luka, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut
dan kuku.
4) Sistem Pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum dan nyeri dada.
5) Sistem Kardiovaskuler
Perfusi jaringan perifer menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi atau bradikardi, hipertensi atau hipotensi. aritmia.
6) Sistem Gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual. muntah, diare, konstipasi. dehidrasi
dan perubahan berat badan.
7) Sistem Urinary
Poliuri, retensi urin atau inkontinensia urin.
8) Sistem Muskoloskeletal
Adanya deformitas, cepat lelah, lemah serta adanya ganggren di
ekstremitas.
9) Sistem Neurologis
Terjadinya penurunan sensoris, parathesia, anasthesia, letargi,
mengantuk, refleks lambat dan disorientasi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan megabsorpsi
nutrient, factor psikologis.
b. (D.0027) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi
insulin.
c. (D.0129) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati
perifer
d. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan
metabolisme, nyeri.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin
yang tidak mencukupi atau tidak dapat bekerja secara normal, padahal hormon ini memiliki
peran utama dalam mengatur kadar glukosa dalam darah. Perawatan paliatif adalah perawatan
yang bisa didapatkan para pasien yang menderita penyakit kronis dan terminal yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Peningkatan hidup dilakukan dengan cara
pendekatan dari sisi psikologis, sosial, mental serta spiritual pasien, schingga membuat pasien
lebih tenang, bahagia, serta nyaman ketika menjalani pengobatan.

World Health Organization (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan paliatif


berpijak pada pola dasar berikut ini: Meningkatkan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus
dan menganggap kematian sebagai proses yang normal. tidak mempercepat atau menunda
kematian dalam artian penyakit Diabetes Melitus ini tidak bisa dikaitkan dengan kematian,
menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu agar pasien dengan Diabetes merasa
tenang, menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual agar pasien Diabetes Melitus merasa
tenang dalam proses penyembuhan, berusaha agar penderita Diabetes Melitus tetap aktif
sampai akhir hayatnya dengan cara memberi support dari keluarga dan perawat dan berusaha
membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga pasien dengan Diabetes Melitus agar
keluarga selalu tenang dan tabah.

B. SARAN
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam melakuakan
perawatan paliatif pada pasien dengan DM serta selalu memberi dukungan psikologis bagi
para penderita DM.
DAFTAR PUSTAKA

Lora Adya. 2021. Askep Paliatif DM. Studo.com. Semarang. Diakses pada tanggal 05
Oktober 2023, melalui
https://www.studocu.com/en-us/document/harvard-university/media-and-journalism-in-
the-digital-age/askep-paliatif-dm-sama-teori-compress/38506962

Aulya Karimah dkk. 2020. Askep Paliatif DM pada Anak dan Dewasa. Scribd.com.
Kalimantan Timur. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2023, melalui
https://www.scribd.com/document/388851983/askep-DM-PALIATIF-1-doc

Anda mungkin juga menyukai