[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan6 halaman

1041-Article Text-4181-1-10-20190326

Diunggah oleh

An i
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan6 halaman

1041-Article Text-4181-1-10-20190326

Diunggah oleh

An i
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 6

Vol. 3 No. 1 : Hal.

54-59 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Maret 2019


ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

EPIDEMIOLOGI DAN PENCEGAHAN TRANSMISI VIRUS DENGUE


Ni Wayan Widhidewi
Bagian Mikrobiologi dan Parasitologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Warmadewa, Bali, Indonesia

Abstrak

Virus Dengue/Dengue virus (DENV) merupakan virus yang termasuk dalam famili
Flaviviridae, genus Flavivirus. Vektor primer untuk DENV adalah nyamuk Aedes aegypti dan vektor
sekundernya Aedes albopictus. DENV diperkirakan menyebabkan 25-100 juta infeksi dan 250.000
kasus demam berdarah dengue (DBD)/sindrom syok dengue (SSD) per tahun di seluruh dunia. Saat
ini insiden global DBD/SSD meningkat lebih dari 500 kali, dengan lebih dari 100 negara mengalami
wabah dengue. Indonesia merupakan salah satu negara endemis dengue terbesar, dengan populasi 251
juta individu. Terdapat 3 kategori intervensi utama untuk kontrol DENV yaitu intervensi biologis,
kimia serta fisik. Tiap kategori intervensi memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Vaksinasi
terhadap DENV menunjukkan efektifitas yang kurang memuaskan.

Pendahuluan arthropoda, baik nyamuk maupun kutu.


Penurunan usaha kontrol vektor berupa
Famili Flaviviridae meliputi 4 genus yaitu
nyamuk pada abad ke-20 serta faktor sosial
Flavivirus, Pestivirus, Hepacivirus dan
seperti peningkatan transportasi dan urbanisasi
Pegivirus. Genus yang menginfeksi manusia
berkontribusi pada re-emergence flavivirus di
yaitu Flavivirus yang mencakup Dengue virus
Amerika. Infeksi flaviviridae tersebar luas di
(DENV), Yellow fever virus (YFV), West nile
seluruh dunia, dan mencakup semua kelompok
virus (WNV), Tick-borne virus (TBEV),
usia.1
Japanese encephalitis virus (JEV), St. Louis
Encephalitis Virus (SLEV), Zika virus (ZIKV)
VIRUS DENGUE
serta genus Hepacivirus yang menginfeksi
manusia yaitu Hepatitis C virus (HCV).1 Epidemiologi
Virus yang termasuk dalam anggota
Siklus alami dari infeksi epidemik Dengue
flaviviridae berbentuk sferis dengan diameter
Virus (DENV) adalah antara vektor nyamuk
kira-kira 50 nm. Nukleokapsidnya terletak di
(Aedes albopictus atau Aedes aegypti) dan
sentral dan dikelilingi oleh dua lapis lipid.
manusia. DENV diperkirakan menyebabkan
Infektivitasnya paling stabil pada pH 7-9.
25-100 juta infeksi dan 250.000 kasus demam
Karbohidrat virion kebanyakan terdapat dalam
berdarah dengue (DBD)/sindrom syok dengue
bentuk glikoprotein dan sebagian dalam
(SSD) per tahun di seluruh dunia, dengan 2,5
bentuk glikolipid. Virion bersifat termolabil
miliar individu berada dalam resiko. Infeksi
dan rentan terhadap berbagai pengaruh
DENV primer dan epidemik biasa terjadi di
desinfektan, detergen, pelarut lemak dan
Amerika Utara, Caribbean, Asia dan Australia
enzim proteolitik. Genomnya berupa RNA
selama abad ke 18 dan 19, diduga karena
berpolaritas positif dan infektif dengan
tersebar luasnya ekologi dari vektor nyamuk.
panjang 11 kilo-basa.2 Genom memiliki 3
Selama perang dunia II, DENV menyebar ke
peran yang berbeda selama siklus hidup virus
Asia Tenggara. Pergerakan tentara dan
yaitu sebagai mRNA untuk translasi seluruh
perusakan lingkungan serta pemukiman
protein virus, sebagai template selama
penduduk dipercaya membantu penyebaran
replikasi RNA dan sebagai materi genetik
DENV dan vektor nyamuk ke Asia Tenggara
yang akan dirangkai menjadi partikel virus
dan Pasifik Barat.1 Asia Tenggara termasuk
baru.1
salah satu wilayah endemik dimana ke empat
Genus Flavivirus terdiri dari 50
tipe virus dapat ditemukan.2
spesies, banyak diantaranya merupakan
patogen pada manusia dan ditularkan oleh
54
Vol. 3 No. 1 : Hal. 54-59 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Maret 2019
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

Sejak 1950, jumlah individu yang


terinfeksi meningkat drastis, dimana saat ini
DENV merupakan penyakit virus yang
ditularkan oleh arthropoda dengan angka
kejadian tertinggi di dunia. Dengan adanya
penyebaran dan ko-sirkulasi berbagai serotipe
DENV, terjadi infeksi sekunder yang
menyebabkan epidemik DBD/SSD muncul di
Asia Tenggara 50 tahun yang lalu, di Amerika
pada tahun 1981 dan pada Asia Selatan pada Gambar 2. Pemetaan geografis angka insiden
tahun 1989. infeksi dengue tiap provinsi di Indonesia pada
tahun 2010-2013.4

Virus dengue mampu berkembang


biak dalam tubuh manusia, hewan mamalia
dan serangga, khususnya nyamuk. Binatang
primata merupakan hospes alami virus, namun
viremia yang ditimbulkan lebih rendah dan
lebih pendek masanya. Pada manusia viremia
berkisar 2-12 hari sementara pada primata 1-2
Gambar 1. Distribusi Global dari Virus hari. Titer virus dalam darah manusia
Dengue dengan Dampak Signifikan pada mencapai lebih dari seratus kali dibandingkan
Kesehatan Global.1 pada darah primata.2

Saat ini insiden global DBD/SSD telah


meningkat lebih dari 500 kali, dengan lebih
dari 100 negara yang mengalami wabah
dengue.1 Indonesia merupakan salah satu dari
negara terbesar pada regio endemis dengue,
dengan populasi sebesar 251 juta individu.
Insiden DBD tiap tahunnya meningkat dari
0,05/100.000 pada tahun 1968 menjadi 35- Gambar 3. Siklus hidup Dengue virus
40/100.000 pada tahun 2013. Puncak epidemik (DENV). DENV bersirkulasi di alam pada 2
tertinggi didapatkan pada tahun 2010 dengan siklus transmisi yang secara relatif berbeda
86 kasus DBD per 100.000 individu. Case oleh nyamuk Aedes sp. Infeksi DENV pada
fatality ratio menurun dari 41% pada tahun manusia mengakibatkan viremia yang tinggi
1968 menjadi 0.73% pada 2013. Pada tahun dan cukup untuk menimbulkan infeksi; siklus
2010-2013, Bali dan Jakarta memiliki insiden transmisi tidak memerlukan host amplifikasi
tertinggi DBD. Pada tahun 2013, lima enzootik. DENV juga dapat bereplikasi pada
provinsi dengan insiden tertinggi yaitu: Bali suatu siklus sylvatic. Walaupun belum
(168,5/100.000), DKI Jakarta (104/100.000), dimengerti seutuhnya, kontribusi strain
DI Yogyakarta (96/100.000), Kalimantan sylvatic dari DENV terhadap infeksi manusia
Timur (92,7/100.000) dan Sulawesi Tenggara diperkirakan minimal.1
(66,8/100.000).4 Vektor primer untuk DENV adalah
nyamuk Aedes aegypti dan vektor sekundernya
Aedes albopictus, dimana A.albopictus kurang
signifikan secara epidemiologis dalam
mentransmisikan DENV dibandingkan
A.aegypti. Hal ini dikarenakan A.albopictus
lebih jarang menghisap darah manusia
dibandingkan dengan A.aegypti yang sangat
antropofilik. A.aegypti terutama
mentransmisikan dengue pada daerah
55
Vol. 3 No. 1 : Hal. 54-59 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Maret 2019
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

perkotaan (urban). Siklus enzootik di Asia dan dalam periode tertentu akan ditemukan di
dipertahankan oleh A.niveus dan beberapa kelenjar ludahnya, dimana vektor siap
primata dari genus Macaca sebagai host. Di meneruskan rantai penularan. Waktu yang
Afrika siklus ini dipertahankan oleh vektor diperlukan sejak vektor menghisap darah
nyamuk A. africanus, A.luteocephalus, A.opok, viremik sampai siap meneruskan rantai
A.taylori, dan A.furcifer, dengan host reservoir penularan disebut masa tunas ekstrinsik dan
monyet Erythrocebus patas, Cercopithicus untuk virus dengue dibutuhkan waktu kira-kira
aethiopica atau Papio anubis.5 8-10 hari.2
A. aegypti adalah nyamuk berukuran
kecil, berwarna gelap, dengan tanda putih Pencegahan
berbentuk kecapi, serta kaki belang. Nyamuk Sangat sulit untuk mengontrol atau
ini lebih suka menggigit di dalam ruangan dan mengeleminasi A.aegypti karena mereka telah
secara primer menghisap darah manusia. Tiga beradaptasi terhadap lingkungan yang
hari setelah menghisap darah, nyamuk membuat mereka memiliki kemampuan untuk
meletakkan telurnya tepat di atas garis air pada kembali ke jumlah awal dengan cepat setelah
tempat penampungan air. Siklus imatur atau gangguan yang berasal dari fenomena alam
akuatik (dari telur hingga menjadi nyamuk (banjir) atau intervensi manusia. Salah satu
dewasa) berlangsung 7-8 hari, dengan waktu adaptasinya adalah kemampuan telur nyamuk
hidup nyamuk dewasa berkisar 3 minggu.6 untuk bertahan pada keadaan kering dan
A. albopictus juga berukuran kecil dan bertahan tanpa air selama beberapa bulan
berwarna gelap dengan garis putih pada bagian sampai 1 tahun pada dinding dalam tempat
dorsal dan kaki bergaris putih. Nyamuk ini penampungan air.6,7 Selain itu Aedes juga
tertarik untuk menggigit manusia, namun juga mampu bereproduksi di air dalam jumlah yang
dapat menghisap darah kucing, anjing, rusa sangat sedikit (contohnya air pada tutup
maupun tupai. Mereka menggigit di dalam botol).7
maupun luar ruangan, namun lebih sering Nyamuk Aedes aktif pada siang hari,
ditemukan diluar ruangan. Nyamuk betina sehingga tidak dapat dikontrol dengan
akan bertelur 4-5 hari setelah menghisap kelambu yang diisi insektisida seperti
darah, dengan siklus imatur 7-9 hari. Waktu pengendalian vektor malaria. Terdapat banyak
hidup nyamuk ini berkisar 3 minggu.6 cara untuk mengontrol nyamuk Aedes. Namun
A. aegypti betina dengan mudah sama seperti vektor nyamuk yang lain, Aedes
diinfeksi oleh DENV serotipe 2, dimana titer mulai resisten terhadap penggunaan
virus yang dihasilkan lebih tinggi insektisida. Beberapa strategi kontrol secara
dibandingkan dengan ketiga serotipe lain. biologis yang dapat digunakan pada Aedes
Selain itu, virus juga menginfeksi kelenjar antara lain: organisme bersel tunggal, fungi,
ludah nyamuk dalam waktu lebih singkat invertebrata, ikan dan tanaman.5
(periode inkubasi lebih pendek), dibandingkan Organisme bersel satu yang digunakan
dengan serotipe yang lain. Serotipe 2 untuk kontrol vektor adalah bakteri penghasil
menunjukkan angka replikasi yang paling spora Bacillus sphericus (Bs) dan Bacillus
tinggi baik pada vektor maupun pada host thuringiensis israelensia (Bti). Bti bekerja
definitif.5 ketika kristal spora yang mengandung protein
toksik (protoxins) ditelan oleh larva nyamuk.
Protoxins larut dalam pH alkaline pada
lambung larva dan teraktivasi menjadi toksin
yang menyebabkan perubahan susunan lipid
pada membran epitel, menyebabkan kerusakan
A B membran dan sitolisis. Mekanisme aksi Bs
Gambar 4. a) Nyamuk Aedes albopictus, b) mirip dengan Bti, namun lebih sedikit yang
Nyamuk Aedes aegypti.6 diketahui mengenai Bs. Entomopathogenik
Ascomycetes menghasilkan konidia yang
Setelah menghisap darah viremik, ketika bergerminasi dapat melakukan penetrasi
virus masuk ke dalam lambung vektor. Di ke kutikula nyamuk dewasa, kemudian
dalam tubuh vektor virus berkembang biak menyebabkan pencampuran senyawa organik,

56
Vol. 3 No. 1 : Hal. 54-59 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Maret 2019
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

berakibat pada kerusakan mekanik internal, betina semua keturunannya akan mati, tidak
deplesi nutrisi dan kematian.5 meninggalkan resiko persistensi transgen di
Invertebrata yang dapat digunakan alam.5
untuk kontrol vektor DENV adalah nyamuk Integrated vector management (IVM)
Toxorhynchites dan Copepods. merupakan strategi komprehensif yang
Toxorhynchites bersifat diurnal dan karnivora bertujuan untuk mencapai hasil maksimum
pada saat berbentuk larva namun tidak pada penyakit yang disebarkan oleh vektor
haematophagus saat dewasa. Larva nyamuk seperti dengue. Untuk kontrol DENV, terdapat
adalah predator yang menunjukkan sifat 3 kategori intervensi utama yaitu pendekatan
kanibalisme kuat dan mengkonsumsi larva lain biologis seperti dijelaskan di atas,
yang lebih kecil. Salah satu copepods yang penggunakaan bahan kimia untuk membunuh
sukses digunakan untuk mengontrol larva nyamuk dewasa dan tahapan nyamuk imatur
nyamuk adalah Mesocyclops yang merupakan dan intervensi fisik dengan pembersihan
crustaceans berukuran 1-2 mm yang dapat berkala serta penutupan tempat penampungan
ditemukan di hampir seluruh berlahan dunia. air (tabel 1). Tiap kategori intervensi memiliki
Copepods terutama membunuh larva yang kelemahan tersendiri. Metode biologis tidak
baru menetas, dan lebih menyukai larva Aedes selalu dapat digunakan pada habitat
dibandingkan larva Culex maupun Anopheles.5 penampungan yang kecil. Bahan kimia dapat
Ikan larvivorous yang akan memakan mencemari lingkungan, relatif mahal dan telah
larva serta pupae nyamuk banyak digunakan, berkembang resistensi terhadap insektisida.
tanpa menyebabkan kerusakan ekosistem. Ikan Begitu pula tidak semua tempat penampungan
lebih ekonomis dan bertahan lama air dapat dihilangkan, dibersihkan atau ditutup.
dibandingkan Bti, serta memiliki efektivitas Oleh karena itu IVM dan metode kombinasi
yang lebih baik. Ikan juga efektif dapat lebih efektif dibandingkan penggunaan
mengendalikan larva nyamuk pada tahapan metode tunggal.5
pupae, yang tidak dapat dilakukan oleh Kandidat vaksin DENV harus
copepod. Beberapa spesies ikan yang dapat memenuhi persyaratan bahwa administrasi
digunakan sebagai metode kontrol vektor vaksin memberikan proteksi simultan dan
nyamuk antara lain B.splendens, P.reticulata, jangka panjang terhadap ke-4 serotipe DENV
Gambusia affinis.5 yang berbeda. Penelitian mengenai vaksin
Stategi kontrol genetik dapat dibagi DENV telah dilakukan sejak tahun 1940.
berdasarkan hasil yang ingin dicapai yaitu Usaha pertama untuk produksi vaksin DENV
untuk mengurangi jumlah vektor nyamuk dilakukan oleh Sabin dan rekan-rekannya
(population supression) atau untuk dengan menggunakan DENV-1 (strain
menurunkan kemampuan nyamuk untuk Hawaii) yang dipasasi di mencit melalui
mentransmisikan patogen (population inokulasi intrakranial, diisolasi sebagai
replacement). Strategi supresi populasi yang homogenat otak dan digunakan pada
berdasarkan genetik adalah Sterile Males sukarelawan manusia.1
Technique (SIT). Metode ini dilakukan dengan Vaksin dengue yang telah diregistrasi
melepaskan sejumlah besar nyamuk jantan pada beberapa negara adalah CYD-TDV atau
steril untuk membuahi nyamuk betina, Dengvaxia. CYD-TDV ini merupakan vaksin
sehingga mengurangi potensi reproduksi profilaksis, tetravalent live-attenuated
populasi nyamuk. Contoh teknik ini adalah (rekombinan). Jadwal pemberian vaksin
penggunaan Wolbachia yang dapat mencakup 3 dosis masing-masing 0,5 ml yang
menginduksi sterilitas, yang dikenal dengan diberikan dengan interval 6 bulan. Indikasi
Cytoplasmic Incompatibility (CI), dimana dari vaksinasi adalah untuk mencegah
embrio dari nyamuk betina yang difertilisasi penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
oleh sperma dari nyamuk jantan yang serotipe 1, 2, 3 dan 4 pada individu usia 9 – 45
terinfeksi Wolbachia menjadi gagal tahun yang tinggal di area endemik. Tiap
berkembang.8 Selain itu dapat pula dilepas rekombinan CYD monovalen didapatkan
nyamuk jantan yang sudah dimodifikasi secara terpisah dengan menggantikan gen yang
genetik dan mengekspresikan gen letal yang mengkode protein prM dan E dari genom virus
dominan, sehingga saat membuahi nyamuk YF 17D yang telah dilemahkan.9

57
Vol. 3 No. 1 : Hal. 54-59 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Maret 2019
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

Usia 9 tahun dijadikan sebagai batas kasus rawat inap pada grup CYD-TDV
minimal pemberian vaksin, dikarenakan pada dibandingkan dengan 1 rawat inap pada grup
studi fase 3 pada anak-anak usia 2-5 tahun plasebo (RR 7,5). Selain itu efektifitas
ditemukan peningkatan resiko rawat inap vaksinasi paling rendah didapatkan pada
akibat dengue. Pada anak-anak yang sebagian kelompok usia 2-5 tahun yaitu sebesar 33,7%,
besar masih seronegatif, vaksin bersifat seperti dibandingkan dengan usia ≥ 9 tahun yang
infeksi natural silent, yang menyebabkan efektifitasnya 65,6%.9
anak-anak tersebut mengalami infeksi mirip
infeksi sekunder saat terekspos dengan virus
dengue. Hal ini dikuatkan dengan bukti
surveilans berbasiskan rumah sakit pada tahun
ke-3 paska vaksinasi yang menunjukkan 15

Tabel 1. Beberapa metode yang dapat digunakan pada program integrated vector management (IVM)
untuk kontrol nyamuk sebagai vektor dengue. 5

58
Vol. 3 No. 1 : Hal. 54-59 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Maret 2019
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

Daftar Pustaka

1. Knipe DM, Howley PM. Fields Virology.


6th ed. 2013; Philadelphia: Wolters
Kluwer.
2. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi.
2012; Jakarta: Bina Rupa Aksara.
3. Dash AP, Bhatia R, Sunyoto T, Mourya
DT. Emerging and re-emerging arboviral
disease in Southeast Asia. J Vector Borne
Dis. 2013; pp 77-84.
4. Karyanti MR, Uiterwaal CSPM,
Kusriastuti R, Hanidegoro SR, Rovers
MM, Heesterbeek H, et al. The changing
incidence of dengue haemorrhagic fever in
Indonesia: a 45-year registry-based
analysis. BMC Infectious Disease. 2014;
14:412.
5. Howard AFV, Villanueva FR, Biological
control of dengue vectors. Research Gate.
2012.
6. Centers for Disease Control and
Prevention. Entomology & Ecology.
Available from
http://www.cdc.gov/dengue/entomologyec
ology/. Last updated April 5, 2016.
7. Paixao ES, Barreto F, Teixeira MG, Costa
MC, Rodrigues LC. History,
epidemiology, and clinical manifestations
of Zika: A systematic review. Am J Public
Health. 2016; 106: 606-12.
8. Alphey L, McKemey A, Nimmo D,
Oviedo MN, Lacroix R, Matzen K, et al.
Genetic control of Aedes mosquitoes.
Pathogens and Global Health. 2013;
107(4).
9. World Health Organization. Weekly
Epidemiological Record. 2016. Available
from
http://www.who.int/wer/2016/wer9130/en/

59

Anda mungkin juga menyukai