[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan20 halaman

MAKALAH Majamen

Makalah ini membahas tentang penyakit akibat kerja, termasuk pengertian, penyebab, jenis, faktor penyebab, diagnosis, dan pencegahan penyakit akibat kerja. Makalah ini juga membahas berbagai jenis penyakit akibat kerja seperti pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu di tempat kerja.

Diunggah oleh

Andi Jahnur
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan20 halaman

MAKALAH Majamen

Makalah ini membahas tentang penyakit akibat kerja, termasuk pengertian, penyebab, jenis, faktor penyebab, diagnosis, dan pencegahan penyakit akibat kerja. Makalah ini juga membahas berbagai jenis penyakit akibat kerja seperti pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu di tempat kerja.

Diunggah oleh

Andi Jahnur
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 20

MAKALAH

MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PENYAKIT AKIBAT KERJA

DISUSUN OLEH:

NURHIDAYAH (90200122003)

KEISYA (90200122014)

EKA (90200122027)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN MANAJEMEN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Penyakit Akibat Kerja. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Penulis juga berterima kasih
atas setiap saran dan kritik yang membangun dalam perbaikan materi makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Gowa, 8 Oktober 2023

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
A. Pengertian Penyakit Akibat Kerja.......................................................................................................5
B. Penyebab Penyakit Akibat Kerja..........................................................................................................5
C. Macam-Macam Penyakit Akibat Kerja.................................................................................................6
D. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja...................................................................................9
E. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja.........................................................................................................13
F. Menjelaskan Pencegahan Penyakit Akibat Kerja...............................................................................15
BAB III........................................................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................................................18
A. Kesimpulan........................................................................................................................................18
B. Saran..................................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi
perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi
penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja
perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang
kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan
alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam


bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai
kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan
kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

3
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Pengertian Penyakit Akibat Kerja
2. Menjelaskan Penyebab Penyakit Akibat Kerja
3. Menjelaskan Macam-Macam Penyakit Akibat Kerja
4. Menjelaskan Faktor-faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
5. Menjelaskan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
6. Menjelaskan Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan,
proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat kerja merupakan penyakit
yang artifisual atau man made disease. Sejalan dengan hal tersebut terdapat pendapat lain yang
menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani
maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang
berhubungan dengan pekerjaan.(Hebbie Ilma Adzim, 2013).

B. Penyebab Penyakit Akibat Kerja


Tedapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja, berikut beberapa
jenis yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja.

a) Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan
Efek pencahayaan pada mata, kekuatan pencahayaan beraneka ragam, yaitu berkisar
2.000-100.000 fux di tempat terbuka sepanjang hari dan pada malam hari dengan
pencahayaan buatan 50-500lux.

Kelelahan pada mata ditandai oleh :

 Iritasi pada mata / conjunctiva


 Penglihatan ganda
 Sakit kepala
 Daya akomodasi dan konvergensi turun
 Ketajaman penglihatan

5
Upaya perbaikan penggunaan pencahayaan di tempat kerja. Grandjean (1980)
menyarankan sistem desain pencahayaan di tempat kerja sebagai berikut:

 Hindari sumber pencahayaan lokal langsung dalam penglihatan pekerja


 Hindari penggunaan cat mengkilap terhadap mesin-mesin,meja, kursi, dan tempat
kerja
 Hindari pemasangan lampu FL yang tegak lurus dalam garis penglihatan
b) Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan,kabut
c) Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dll
d) Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja
e) Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjaan

C. Macam-Macam Penyakit Akibat Kerja


Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain: Pencemaran udara oleh partikel dapat
disebabkan karena peristiwa alamiah maupun ulah manusia,yaitu lewat kegiatan industri dan
teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam
dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada. Partikel-partikel udara sangat merugikan
kesehatan manusia. Pada umumnyaudara yang tercemar oleh partikel dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis.

Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya


partikel (debu) yang masuk atau mengendap didalam paru-paru. Penyakit pneumoconiosis
banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap kedalam paru-
paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki
banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu silikosis, asbestosis, bisinosisi, antrakosis, dan
beriliosis.

a. Penyakit Silikosis
Penyakit silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2,
yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini
banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang
mengerjakan besi (mengikir, menggerinda) dll. Selain dari itu, debu silika juga banyak

6
terdapat di tempat penampang besi, timah putih dan tambang batu bara. Pemakaian batu
bara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkam debu silika bebas SiO2. Pada saat
dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama- sama dengan partikel
yang lainya, seperti debu alumunia, oksida besi dan karbon dalam bentuk debu. Tempat
kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silikosis
belum ada obatnya yang tepat.
b. Penyakit Asbestosis
Penyakitas bestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau
serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat,
namun yang paling utama adalah magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada
pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik
beratap asbes dan lain sebagainya. Debu asbes yang terhirup ke dalam paru-paru akan
mengakibatkan gejala sesak nafas dan batuk-batuk yang disertai dahak. Ujung-ujung jari
penderitanya akan tampak besar/melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak
maka akan tampak debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai
macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan
kesehatan lingkungan agar jangan mengakibatkan asbestosis ini.
c. Penyakit Bisnosis
Penyakit bisnosis adalah penyakit yang disebabkan oleh pencemaran debu kapas
atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap kedalam paru-paru. Pencemaran ini
dapat dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan, atau
pergudangan kapas. Masa inkubasi penyakit bisnosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun.
Tanda-tanda awal penyakit bisnosis ini berupa sesak nafas, terasa berat pada dada,
terutama peda hari senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Pada bisnosis yang
sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit
bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
d. Penyakit Antrakosis
Penyakit antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
debu batu bara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara
atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti

7
pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker), dan juga pada kapal laut
bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar
batubara. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu: penyakit antrakosis murni, penyakit
silikoantrakosis, dan penyakit tuberkolosilkoantrakosis.
e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni,
oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saliran
pernafasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan
nasoparingtis, bronchitis, dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam,
batuk kering, dan sesak nafas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja
industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik
fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio, dan juga pada pekerja pengolahan bahan
penunjang industri nuklir.
f. Penyakit Saluran Pernafasan
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya
asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena virus
kronis, misal: asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
atauedema paru akut. Penyakit ini disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.
g. Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, dan
kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit
kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam
mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab, membuat peka, atau karena faktor
lain.
h. Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan
yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan secara detail
sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat
rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilang pendengaran.
i. Gejala pada Punggung dan Sendi

8
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung
yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis
disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.
j. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan
oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja (karsinogen) sering kali
didapat dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi. Pada Kanker pajanan
untuk terjadinya karsinogen mulai≥20 tahun sebelum diagnosis.
k. Coronary Artery
Penyakit ini disebabkan oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan
kimia lain di tempat kerja.
l. Penyakit Liver
Sering didiagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis
karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
m. Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan.
Neuropatiperifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol, atau tidak diketahui
penyebabnya. Depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.
Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan
dengan pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi
SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat
menyebabkan neuropati perifer. Selain itu, Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala
seperti psikosis.
n. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau
lingkungan sick building syndrome. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), misal:
parfum, derivate petroleum, rokok.

9
D. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
a. Faktor Fisik
1) Suara tinggi atau bising dapat menyebabkan ketulian
2) Temperature atau suhu tinggi dapat menyebabkan Hyperpireksi, Miliaria, Heat
Cramp, Heat Exhaustion, dan Heat Stroke
3) Radiasi sinar elektromagnetik infra merah dapat menyebabkan katarak
4) Ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis
5) Radio aktif/alfa/beta/gama/X dapat menyebabkan gangguan terhadap sel tubuh
manusia
6) Tekanan udara tinggi menyebabkan Coison Disease
7) Getaran menyebabkan Reynaud's Desiase, ganguan metabolisme, Polincurutis

Pencegahan:

1) Pengendalian cahaya di ruang laboratorium


2) Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai
3) Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
4) Pengaturan jadwal kerja yang sesuai
5) Pelindung mata untuk sinar laser
6) Filter untuk mikroskop

b. Faktor Kimia
Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara, hasil samping (produk), sisa
produksi atau bahan buangan. Bentuk: zat padat, cair, gas, uap maupun partikel Cara
masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan kulit danmukosa.
Masuknya dapat secara akut dan sevara kronis. Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi,
korosif, asphyxia, keracunan sistematik, kanker, kerusakan kelainan janin.
Terjadi pada petugas/ pekerja yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan
obat-obatan seperti antibiotika. Demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan
dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan.
Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada

10
umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena
alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup
atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang
irreversible pada daerah yang terpapar.

Pencegahan :

1) Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yangada untuk diketahui
oleh seluruh petugas laboratorium.
2) Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3) Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium) dengan benar.
4) Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
5) Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

c. Faktor Biologi
 Viral Diseases: rabies, hepatitis
 Fungal Diseases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, Tuberculosis, Tetanus
 Parasitic Diseases: Ancylostomiasis, Schistosomiasis

Lingkungan kerja padaPelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya


strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan
staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi, dan udara.
Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan
Hepatitis B) dapat menginfeksi pekerja sebagai akibat kecelakaan kecil dipekerjaan,
misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.

Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi.


Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh
dokter di Rumah Sakit mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari
pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani

11
limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen
maupun debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi.

Pencegahan :

1) Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi, dan
desinfeksi.
2) Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan pekerja untuk memastikan dalam
keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk bekrja dengan bahan
infeksius, dan dilakukan imunisasi.
3) Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good Laboratory
Practice).
4) Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
5) Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius, dan
spesimen secara benar.
6) Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
7) Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
8) Kebersihan diri dari petugas.

d. Faktor Ergonomi/Fisiologi
Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja
yang salah, dan kontruksi yang salah. Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot,
deformirtas tulang, perubahan bentuk, dislokasi, dan kecelakaan.
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi, dan seni berupaya menyerasikan alat, cara,
proses, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan, dan batasan manusia
untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan tercapai
efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif,
secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and
to fit the Man to the Job.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah,
bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini
disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak

12
sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka
panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang
paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

e. Faktor Psikologi
Faktor ini sebagai akibat organisasi kerja (tipe kepemimpinan, hubungan
kerjakomunikasi, keamanan), tipe kerja (monoton, berulang-ulang, kerjaberlebihan, kerja
kurang, kerja shift, dan terpencil).Manifestasinya berupa stress.Beberapa contoh faktor
psikososial yang dapat menyebabkan stress antara lain:

1) Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan.
2) Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton
3) Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman
kerja
4) Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal

E. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja


Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu
pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya
secara tepat.Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai
pedoman:

a. Menentukan diagnosis klinis


Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu dengan memanfaatkan
fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu
penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah
penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

13
b. Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah
esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu
dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang
mencakup:
1) Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara
kronologis
2) Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
3) Bahan yang diproduksi
4) Materi (bahan baku) yang digunakan
5) Jumlah pajanannya
6) Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
7) Pola waktu terjadinya gejala
8) Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)
9) Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan ( MSDM, label, dan
sebagainya)
c. Menentukan apakah pajanan memang dapat menyebabkan penyakit tersebut
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat
bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan
tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat
ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung,
d. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untukdapat mengakibatkan
penyakit tersebut
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka
pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan
membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis
penyakit akibat kerja.
e. Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaan yang dapat
mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD? Riwayat adanya pajanan serupa
sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan

14
(riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan
yang dialami.
f. Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita
mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit? Meskipun
demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab
di tempat kerja.
g. Membuat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu
penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada
sebelumnya. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila
tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita
penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan
apabila penyakit telah ada pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi
pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit. Dari uraian di atas
dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan
pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapatbaik dari
pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan),
dan data epidemiologis.

F. Menjelaskan Pencegahan Penyakit Akibat Kerja


Berikut ini beberapa tips dalam mencegah penyakit kerja, diantaranya:

1) Memakai alat pelindung diri secara benar dan teratur


2) Mengenali resiko pekerjaan dan cegah supayah tidak terjadi lebih lanjut
3) Segara akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan

Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh seperti berikut ini:

a. Pencegahan Pimer-Healt Promotio


 Perilaku kesehatan

15
 Faktor bahaya di tempat kerja
 Perilaku kerja yang baik
 Olahraga
 Gizi
b. Pencegahan Skunder-Specifict Protectio
 Pengendalian melalui perundang-undangan
 Pengendalian administratif/organisasi: rotasi/pembatas jam kerja
 Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, alat pelindung diri (APD)
 Pengendalian jalur kesehatan imunisasi
c. Pencegahan Tersier
 Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
 Pemeriksaan kesehatan berkala
 Pemeriksaan lingkungan secara berkala
 Surveilans
 Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
 Pengendalian segera ditempat kerja

Dalam pengendalian penyakit akibat kerja, salah satu upaya yang wajib dilakukan adalah
deteksi dini, sehingga pengobatan bisa dilakukan secepat mungkin. Dengan demikian, penyakit
bisa pulih tanpa menimbulkan kecacatan. Sekurang-kurangnya, tidak menimbulkan kecacatan
lebih lanjut Pada banyak kasus, penyakit akibat kerja bersifat berat dan mengakibatkan cacat.

Ada dua faktor yang membuat penyakit mudah dicegah.

a. Bahan penyebab penyakit mudah diidentifikasi, diukur, dan dikontrol.


b. Populasi yang berisiko biasanya mudah didatangi dan dapat diawasi secara teratur serta
dilakukan pengobatan.

Disamping itu perubahan awal seringkali bisa pulih dengan penanganan yang tepat.
Karena itulah deteksi dini penyakit akibat kerja sangat penting. Sekurang-kurangnya ada tiga hal
menurut WHO yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam deteksi dini yaitu:

16
a. Perubahan biokimiawi dan morfologis yang dapat di ukur melalui analisis laboraturium.
Misalnya hambatan aktifitas kolinesterase pada paparan terhadap pestisida organofosfat,
penurunan kadar hemoglobin (HB), sitologi sputum yang abnormal, dan sebagainya.
b. Perubahan kondisi fisik dan sistem tubuh yang dapat dinilai melalui pemeriksaan fisik
laboraturium. Misalnya elektrokardiogram, uji kapasitas kerja fisik, uji saraf, dan sebagainya.
c. Perubahan kesehatan umum yang dapat dinilai dari riwayat medis. Misalnya rasa kantuk dan
iritasi mukosa setelah paparan terhadap pelarut-pelarut organik.

Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh yaitu
pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan ini meliputi:

a. Pemeriksaan sebelum penempatan


Pemeriksaan ini dilakukan sebelum seorang dipekerjakan atau ditempatkan pada
pos pekerjaan tertentu dengan ancaman terhadap kesehatan yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan fisik yang ditunjang dengan pemeriksaan lain seperti darah, urine,
radiologis, serta organ tertentu, seperti mata dan telinga, merupakan data dasar yang
sangat berguna apabila terjadi gangguan kesehatan tenaga kerja setelah sekian lama
bekerja.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala sebenarnya dilaksanakan dengan selang waktu
teratur setelah pemeriksaan awal sebelum penempatan. Pada medical check-up rutin tidak
selalu diperlukan pemeriksaan medis lengkap, terutama bila tidak ada indikasi yang jelas.
Pemeriksaan ini juga harus difokuskan pada organ dan sistem tubuh yang memungkinkan
terpengaruh bahan-bahan berbahaya di tempat kerja, sebagai contoh, audiometri adalah
uji yang sangat penting bagi tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan kerja yang
bising. Sedang pemerikaan radiologis dada (foto thorax) pentinguntuk mendeteksi tenaga
kerja yang berisiko menderita pneumokonosis, karena lingkungan kerja tercemar debu.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan
dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3
diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari
dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja.

Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi
melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang
meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja.

18
B. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan
kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau
negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja
oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Amrine, Harold T, dkk. 1986. Manajemen dan Organisasi Produksi. Jakarta: Erlangga Gary,
Dessler. 1984. Manajemen Personalia. Jakarta: Erlangga.

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi, Rumondang. 1991. Manajemen keselamatan dankesehatan
kerja:Pustaka Binaman Pressindo.

19

Anda mungkin juga menyukai