PROPOSAL
USAHA THRIFT SHOP
Disusun Oleh :
Nama : SAFRI WAHYUDI
Nim : 201310164
Kelas : 11 MANAJEMEN
Dosen pengampu : Pak Samsudin SE, M.Si
Prodi manajemen
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Pontianak
A. LATAR BELAKANG
Gaya hidup remaja pada jaman sekarang sudah begitu konsumtif karena
keinginannya mengikuti jaman. Untuk diterima dan menjadi pusat perhatian di
lingkungannya biasanya remaja berusaha untuk mengikuti tren pakaian kekinian,
misalnya dengan mengonsumsi pakaian dengan merk terkenal dan terbaru dengan
cara berbelanja (Kresdianto, 2014), terjadinya hal tersebut juga bisa dikarenakan
adanya pengaruh dari media sosial yang digunakan remaja saat ini. Gaya hidup
remaja saat ini memang sangat dipengaruhi oleh sekitarnya, khususnya idola yang
dipanutinya, sedangkan kemampuan finansial remaja tersebut belum tentu sama
dengan idolanya, yang mengakibatkan adanya pemaksaan untuk membeli barang
yang sama. Terlebih seiring dengan pesatnya perkembangan model pakaian, tentu
akan menambah pengeluaran dan meningkatnya perilaku konsumtif dikalangan
remaja. Perilaku konsumtif ini selain merugikan diri, juga dapat merugikan
lingkungan karena limbah pakaian yang dapat menimbulkan polusi. Selain itu, total
emisi gas rumah kaca dari produksi tekstil sudah mencapai 1,2 miliar ton per tahun,
angka tersebut lebih banyak dari industri pelayaran dan penerbangan, zat tersebut
pun dapat memengaruhi kesehatan para pekerja tekstil dan juga pemakai dari
pakaian, dan zat tersebut dapat menyebar ke lingkungan (Ellen McArthur
Foundation, 2018). Dihitung dari tahun 2000 hingga 2020, produksi pakaian atau
garmen di dunia sudah meningkat dua kali lipat dari sebelumnya. Jenis pakaian
yang dibeli oleh konsumen biasanya jaket, celana dan baju, jumlah konsumsi ini
pun meningkat 60% persen dibanding pada tahun-tahun awal Abad 21.
Dengan adanya peningkatan tersebut, di beberapa negara bahkan sudah
biasa dijumpai sampah- sampah baju bekas yang bahkan akhirnya menumpuk di
tempat pembuangan sampah (Sax, 2018). Produk-produk tekstil dunia ternyata 50
persennya diproduksi oleh Tiongkok. Negara Tiongkok akhirnya harus dihadapkan
dengan adanya persoalan polusi masif dari industri garmennya. Namun, Tiongkok
2 menanggulanginya dengan cara mendaur ulang pakaian-pakaian bekas dari
seluruh dunia untuk diolah lagi menjadi benang. Namun pada tanggal 1 Januari
2018, pemerintah Tiongkok sudah melarang adanya impor 24 bahan baku industri
dari seluruh dunia untuk didaur ulang dikarenakan adanya proteksi perdagangan,
dengan adanya peraturan tersebut tentu akan memberi dampak bagi polusi di
seluruh dunia (Davis dan Ding, 2018). Jika dibandingkan dengan satu dekade yang
lalu, mengingkatnya polusi dari bisnis busana ini sudah diakui oleh Wakil Ketua
Asosiasi Industri Busana dan Sepatu dari Amerika Serikat, yaitu Nate Herman. Nate
Herman mengatakan setelah Tiongkok memberhentikan kegiatan daur ulangnya,
maka dampaknya industri akan terancam pola bisnis dikedepannya. Di jaman
seperti saat ini, kegiatan daur ulang pun dinilai kurang tepat, karena pakaian
manusia saat ini banyak berbahan dasar dari material sintetis, bukan dari benang.
Dengan adanya kondisi tersebut industri-industri busana akhirnya memilih untuk
memproduksi lagi bahan baku dibanding dengan harus mendaur ulang benang.
Namun jika mempertahankan pola yang seperti itu maka kedepannya pun akan
berdampak pada lingkungan. Menurut Ellen McArthur Foundation yang ahli dalam
polusi industri busana, memperkirakan bahwa total limbah bisnis busana seluruh
dunia sudah bernilai sekitar US$500 miliar per tahun. Peneliti tersebut
mengusulkan berbagai kebijakan kegiatan ramah lingkungan, selain dengan cara
mendaur ulang, untuk menjamin industri busana kedepannya yang tidak lagi
merusak bumi (Ellen McArthur Foundation, 2018). Maka dari itu, dengan adanya
kegiatan jual-beli ulang pakaian bekas yang masih layak pakai dirasa bisa efektif,
karena tidak perlu lagi untuk mendaur ulang, hanya perlu dengan cara perawatan
saja bagi pakaian tersebut. Jual-beli pakaian bekas sebenarnya sudah ada sejak
lama, namun akhir-akhir ini kegiatan tersebut sedang ramai kembali di kalangan
remaja. Istilah untuk kegiatan tersebut diberi nama thrift shopping. Berbeda dengan
jaman dulu, kegiatan thrift shopping ini bahkan sudah merambah ke media online
yaitu media sosial dan juga platform belanja online. Kegiatan ini sebenarnya
merupakan sebuah metode belanja yang bertujuan untuk penghematan, barang yang
dibeli merupakan barang 3 pakaian yang sudah pernah dipakai atau biasa disebut
second-hand (barang bekas), namun kualitas dari pakaian dari thrift shop ini
kebanyakan masih sangat layak untuk dipakai. Sebenarnya kegiatan thrift shop saat
ini cukup bertolak belakang dengan pengertian thrift shop yang dikemukakan oleh
Parsons pada tahun 2002 , menurutnya thrift shop merupakan salah satu kegiatan
amal untuk menggalang dana. Berikut merupakan kutipan Parsons (2002) mengenai
thrift shop atau store, “itu adalah sebuah toko yang menjual barang yang telah
disumbangkan dimana keuntungan yang didapat digunakan untuk tujuan beramal”.
Sedangkan, saat ini kegiatan thrift shopping tidak hanya untuk menggalang dana
saja. Tetapi, kegiatan thrift shopping saat ini sudah masuk sebagai gaya hidup bagi
sebagian orang. Pada awalnya orang yang melakukan kegiatan thrift shop ini akan
merasa malu, karena gengsi membeli barang bekas. Namun, pada tahun 2017
kegiatan thrift shop ini mulai naik dikalangan remaja, khususnya mahasiswa. Bagi
mahasiswa melakukan thrift shopping, adalah kegiatan yang menarik, selain bisa
menghemat pengeluaran, kegiatan ini menguji konsumen untuk memilah- milih
pakaian yang masih bagus dan masih cocok untuk dipakai saat ini. Hal tersebut bisa
mengasah kreatifitas sang pelaku dalam mencocokan pakaian tanpa perlu ragu dana
yang harus dikeluarkan, karena harga baju pada thrift shop ini sangat terjangkau.
Kegiatan tersebut pun dinilai lebih banyak mempunyai hal positif dibanding
negatifnya, juga sebenarnya kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan dalam
bernegosiasi, karena jika pelaku thrift shopping ini lihai dalam melakukan
bernegosiasi, maka harga yang didapat juga akan semakin murah. Gaya hidup thrift
shopping ini memang sudah banyak dilakukan baik di luar negeri, maupun di dalam
negeri. Seperti yang ditemukan oleh Arik dan Sugeng (2014), yang mengambil
studi kasus pada salah satu universitas yaitu UNESA. Mahasiswa-mahasiswa disana
pun ternyata sangat tertarik dengan kegiatan thrifting (kegiatan thrift shopping) ini.
Namun, masih ada saja yang belum mengetahui tata cara perawatan dan bagaimana
berbelanja barang thrift shop yang tepat. Terlebih lagi dengan melakukan thrifting
dengan cara langsung datang ke pasar, masih ada yang merasa tidak nyaman dengan
keadaan lingkungannya. Padahal sebenarnya bisa diatasi sendiri oleh konsumen
tersebut.
B. PROSES PRODUKSI USAHA THRIFTSHOP
1. Tentukan modal
Siapkan modal yang ditentukan untuk memulai sebuah thrift shop.
Selain itu, kita juga memerlukan kesabaran dalam menemukan barang yang
bagus agar dapat memaksimalkan modal kita.
2. Melakukan riset dan target market
Lakukan riset dan terapkan hal-hal yang sebelumnya belum pernah dilakukan
oleh thrift shop lainnya. Contohnya, kita dapat memberikan value khusus kepada
pelanggan, dan memberikan pengalaman yang berbeda. Dengan melakukan riset, kita
juga dapat menentukan barang apa yang akan kita jual. Hal ini juga membantu kita
dalam memaksimalkan modal.
3. Memiliki supplier
Sebenarnya juga dapat menemukan barang tanpa lewat supplier dengan
melakukan “hunting” sendiri. Namun, jika kita memiliki supplier, kita bisa
mendapatkan harga yang lebih murah. Jika kemudian kita telah memiliki supplier,
pastikan memberikan hubungan yang baik untuk jangka panjang bisnis.
4. Bangun merek dan toko
Nama yang baik adalah nama yang pendek, memiliki arti dan mudah untuk
diingat. Jika sudah, kita dapat membangun toko baik secara fisik ataupun offline, atau
keduanya. Pastikan kita telah melakukan riset sebelumnya agar pembukaan toko
mendapatkan perhatian. Jika kita ingin membuka toko offline, kita bisa saja memulai
dengan membuat toko sementara untuk melakukan riset lokasi. Namun jika online, kita
dapat memanfaatkan marketplace.
5. Buatlah foto produk yang bagus
Hal ini menjadi penting, terutama jika kita menjual secara online. Jika kita ingin
melakukan foto produk yang baik, kita tidak perlu menginvestasikan pada barang-
barang yang mahal. Dalam membuat foto produk, pastikan kita memiliki cahaya yang
cukup, investasikan pada background produk seperti warna putih, dan kita bisa
menggunakan handphone dalam mendapatkan foto.
6. Tentukan harga produk
Pastikan kita melakukan riset dari toko-toko lainnya. Tentukan harga yang
ideal dan sesuai dan jangan membuat harga yang tidak sesuai dengan pasar kita ataupun
harga yang dapat merugikan kita.
7. Lakukan pemasaran
Buatlah rencana pemasaran agar orang-orang dapat mengetahui dan tertarik
dengan toko kita. Kita dapat memulai dengan melakukan pemasaran di media sosial ,
memanfaatkan SEO, marketing berbayar dan lain-lainnya.
C. PANGSA PASAR
1. Bisnis Thrift Shop Digemari Usia Tertentu
Ketika Anda memulai bisnis thrift shop, Anda harus mengetahui bahwa
penjualan produk seperti ini digemari oleh usia produktif terutama remaja. Akan
tetapi, Anda tidak perlu khawatir karena meskipun target pasar Anda hanya usia
tertentu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jurnal Riset Tindakan
Indonesia (JRTI) pada tahun 2017, menunjukkan bahwa perilaku konsumtif rawan
dialami oleh usia remaja karena merupakan masa transisi dari kecil menuju dewasa.
Terlebih lagi, di Indonesia penduduk usia produktif merupakan jumlah yang
terbanyak.
2. Merupakan Bisnis Kekinian
Thrift shop di Indonesia merupakan hal yang baru terjadi beberapa tahun ke
belakang, bahkan sedang menjadi sangat tren di masa kini. Bagi mereka yang
suka membeli barang-barang bekas, pakaian bukan sekedar kebutuhan primer
melainkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup mereka.
3. Produk Memenuhi Kebutuhan
Produk-produk yang Anda jual di toko Anda menjadi kebutuhan bagi mereka.
Dengan harga yang pas di kantong tetapi tetap dapat berpenampilan menarik.
Ditambah lagi, produk seperti jam tangan dan perhiasan merupakan barang yang
tidak dimakan usia sehingga kebutuhan akan produk tersebut akan terus ada sampai
kapan pun.
4. Modal Kecil Untung Besar
Tahukah Anda bahwa pakaian bekas yang biasa dijual di thrift store dengan
harga 25.000-150.000 rupiah di toko itu didapatkan dengan harga 1 juta rupiah per
karung. Satu karung pakaian bekas, Anda akan mendapatkan 50-100 pakaian secara
acak. Jika Anda membeli 1 karung dengan harga 1 juta rupiah dan mendapat 50
pakaian, lalu Anda menjual kembali dengan harga 50.000 rupiah, Anda akan
mendapatkan kembali modal Anda beserta untungnya sebesar 2.500.000 rupiah.
5. Pilihan dalam Berbelanja
Walaupun Anda menjual barang-barang bekas, sejumlah orang menjadikan
belanja barang bekas sebagai pilihan. Mereka memang menyukai untuk berburu
barang-barang bekas di pasaran yang tentu saja harganya dapat jatuh dua kali lipat
dibanding harga awalnya.
6. Bisnis Thrift Shop Banyak Peminat
Bisnis ini sangat cocok dengan generasi saat ini, generasi yang membeli
barang secara impulsif dan senang mengikuti tren sehingga rela mengeluarkan
sejumlah uang yang cukup banyak. Akan tetapi, dengan adanya thrift
store, tentu menjadi solusi atas masalah tersebut. Mereka dapat
produk branded dengan harga yang ramah di kantong.
7. Banyak Platform yang cocok dengan Bisnis Thrift Shop
Saat ini, sudah banyak platform online yang menjadi wadah dalam
memperjualbelikan barang bekas. Dengan demikian, Anda tidak perlu
kebingungan ketika akan memulai bisnis Anda. Anda cukup menuliskan kata
kunci “secondhand” atau “preloved” maka situs yang menjual barang bekas
akan muncul.
D. CARA PEMASARANNYA
1. Strategi Pemasaran Usaha Baju Bekas
Strategi pemasaran suatu usaha harus dipikirkan secara matang, karena
pemasaran yang bisa membuat produk yang terjual lebih banyak. Ada dua
strategi pemasaran yang akan dilakukan untuk memasarkan produk dari Honey
Thrift Shop. Strategi pemasaran yang dilakukan adalah direct selling dan
marketing media sosial. Penjelasan strategi pemasaran yang diterapkan dalam
usaha baju bekas:
2. Direct selling
Penjualan produk akan dilakukan secara langsung di kios yang buka
pada hari Senin sampai Minggu pukul 09.00-19.00 WIB. Banyak konsumen
yang merasa senang membeli baju secara langsung supaya bisa melihat kualitas
dan kondisi dari baju yang dijual.
3. Marketing media sosial
Untuk menjangkau lebih banyak konsumen, media sosial juga akan
digunakan untuk keperluan pemasaran produk. Honey Thrift Shop akan
membuat akun media sosial, yaitu Instagram yang digunakan untuk
mempromosikan produk. Selain itu, akun instagram juga digunakan sebagai
katalog produk. Calon pembeli bisa melihat produk yang masih tersedia melalui
akun Instagram. Selain itu, pembeli juga dapat membeli produk secara online.
Banyak pembeli yang memilih belanja secara online, karena dinilai lebih praktis
dan mudah. Setelah memilih produk yang tersedia di akun Instagram calon
pembeli akan diarahkan untuk menghubungi admin melalui kontak WhatsApp.
Pembayaran dilakukan dengan transfer uang melalui bank. Setelah bisnis mulai
dikenal secara online, Honey Thrift Shop juga akan membuka toko online di e-
commerce.
E. PENGEMBANGAN PRODUK UNTUK KEDEPAN
Untuk pengembangan produk atau usaha thriftshop ini, kita bisa menggunakan
beberapa teknik berikut :
1. Strategi SA (Strengths - Aspirations)
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teknik wawancara, strategi
pengembangan bisnis Thrift’s berdasarkan strategi SA yang dapat dilakukan diantaranya:
memantau tren fashion yang sedang berkembang dan banyak diminati, membuat konten yang
memotivasi dan menarik perhatian masyarakat untuk menjadikan thrift shopping sebagai
bagian dari gaya hidup, dan menetapkan kebijakan harga jual minimum dan maksimum
produk.
2. Strategi SR (Strengths - Results)
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teknik wawancara, strategi
pengembangan bisnis Thrift’s berdasarkan strategi SR yang dapat dilakukan diantaranya:
menambah diferensiasi produk berupa aksesoris lainnya seperti tas, bandana, topi, dsb.,
meningkatkan kualitas produk melalui quality control produk yang terukur, membuat SOP
bisnis untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas, dan melakukan kolaborasi bertema
dengan influencers di Instagram.
3. Strategi OA (Opportunities - Aspirations)
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teknik wawancara, strategi
pengembangan bisnis Thrift’s berdasarkan strategi OA yang dapat dilakukan diantaranya:
berkolaborasi 9 dengan influencers dan kolektor pakaian vintage di Instagram untuk memulai
suatu tren pakaian dan melakukan survei terhadap masyarakat terkait fashion thrift shop.
4. Strategi OR (Opportunities - Results)
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teknik wawancara, strategi
pengembangan bisnis Thrift’s berdasarkan strategi OR yang dapat dilakukan diantaranya:
mengikuti kegiatan atau agenda (seperti bazaar atau festival) yang lebih spesifik bertema thrift
atau vintage, membuat akun Thrift’s di situs e-commerce dan memaksimalkan fitur promosi
dan penjualan di dalamnya, dan membangun kerjasama dengan kompetitor thrift shop untuk
kolaborasi.