LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA GRAVIS
DI RUANG HCU RST SOEPRAOEN
Oleh:
ANISA
2022611002
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022
i
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan…………………………………………………………1
A. Latar Belakang……………………………………..………………...1
B. Tujuan……………………………………………….……………….1
C. Manfaat………………………………………………….…………...1
Bab II Tinjauan Teori…………………………………………………...….2
A. Definisi…………………………………………………………...…..2
B. Etiologi…………………………………………………………….....2
C. Tanda dan Gejala……………………………………...……………...3
D. Patofisiologi………………………………………………….....…….4
E. Pathway……………………………………………………….……....5
F. Pemeriksaan Penunjang………………………………………...….…5
G. Penatalaksanaan……………………………………………………....6
H. Pengobatan…………………………………………………...…….…8
I. Asuhan Keperawatan…………………………………………….…..11
Daftar Pustaka…………………………………………………………..….13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal. Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status gizi
yang dipengaruhi oleh pola makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan dan
status kesehatan. Meskipun anemia disebabkan oleh berbagai faktor, namun lebih
dari 50 % kasus anemia yang terbanyak diseluruh dunia secara langsung
disebabkan oleh kurangnya masukan zat besi. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun
sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu,
lemah, letih, lelah dan cepat lupa. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar,
olah raga dan produktifitas kerja. Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan
daya tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi (Masrizal, 2007).
Anemia dapat menyebabkan darah tidak cukup mengikat dan mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Kekurangan oksigen akan berakibat pada
sulitnya berkonsentrasi sehingga prestasi belajar menurun, daya tahan fisik rendah
yang mengakibatkan mudah sakit karena daya tahan tubuh rendah dan
mengakibatkan jarang masuk sekolah atau bekerja. Akibat dari anemia ini jika
tidak diberi intervensi dalam waktu lama akan menyebabkan beberapa penyakit
seperti gagal jantung kongestif, penyakit infeksi kuman, thalasemia, gangguan
sistem imun, dan meningitis (DILLA Nursari, 2010).
B. Tujuan
Untuk mengetahui definisi, etiologi, tanda gejala, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, pengobatan serta asuhan yang diberikan kepada pasien anemia
gravis.
C. Manfaat
Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada institusi
pendidikan khususnya bagi mahasiswa sebagai acuan lebih lanjut dalam
pemberian asuhan keperawatan dengan anemia gravis.
1
BAB II
Tinjauan Teori
1. Konsep Penyakit
A. Definisi
Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi
gangguan perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat
dan nilai Hb di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya
melalui transfusi. Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal
sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
hematokrit per 100 ml darah (Price, 2006:256). Anemia adalah gejala dari
kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komplemen darah, elemen tidak
adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Doenges, 2002).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritosit lebih rendah
dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang Dri 14 g/dl dan eritrosit
kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian
pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12
g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis
anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
B. Etiologi
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi
asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama
disebabkan karena produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dan
kehilangan darah baik secara akut atau menahun. Berbagai kondisi medis bisa
menjadi penyebab anemia. Beberapa hal tersebut antara lain:
1. Pendarahan Aktif
Perdarahan aktif baik bersifat akut atau kronis bisa menyebabkan
anemia. Bahkan perdarahan fisiologis seperti menstruasi merupakan
salah satu faktor yang meningkatkan resiko anemia khusunya pada
wanita. Kondisi lain yang bisa menimbulkan perdarahan aktif seperti
Ulkus gaster, ulkus peptikum, atau kanker seperti kanker usus besar
juga dapat menyebabkan anemia.
2
2. Defisiensi zat besi
Jika asupan zat besi kurang atau tidak memadai akibat asupan
makanan yang buruk, anemia dapat terjadi sebagai akibatnya. Jenis ini
disebut anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi juga dapat
terjadi bila ada tukak lambung atau sumber lain yang yang
menimbulkan perdarahan kronis yang bersifat masif seperti kanker
usus besar, kanker uterus, polip usus, hemoroid, dan lain lain. Karena
kehilangan darah secara perlahan dan kronis, zat besi juga hilang dari
tubuh sebagai bagian dari darah. Dan pada tingkat yang lebih tinggi
dari biasanya dan dapat mengakibatkan anemia defisiensi zat besi.
3. Penyakit kronis
Setiap penyakit kronis dalam jangka panjang biasanya dapat
menyebabkan anemia. Mekanisme pasti dari proses ini tidak diketahui,
tetapi kondisi medis yang berlangsung lama dan berkelanjutan seperti
infeksi kronis atau kanker dapat menyebabkan jenis anemia ini.
Contohnya adalah pada orang dengan gagal ginjal kronis (CKD atau
ESRD), produksi hormon eritropoetin berkurang dan pada gilirannya
mengurangi produksi sel darah merah dan menyebabkan anemia, Pada
penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan
keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan asupan zat
gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri
4. Gizi buruk
Asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan pangan
sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan hemoglobin
sebagai komponen dari sel darahmerah/eritrosit. Zat gizi lain yang
berperan penting dalam pembuatan hemoglobin antara lain asam folat
dan vitamin B12. Asupan makanan yang buruk merupakan penyebab
penting dari rendahnya Zat besi, folat dan kadar vitamin B12. Vitamin
dan mineral ini diperlukan untuk memproduksi sel darah merah. Selain
itu, zat besi, vitamin B12 dan asam folat diperlukan untuk produksi
hemoglobin (HB). Kekurangan salah satu dari zat ini dapat
menyebabkan anemia karena produksi sel darah merah yang tidak
memadai.
5. Alkoholisme
Alkohol dapat bersifat toksik bagi sumsum tulang dan dapat
memperlambat produksi sel darah merah. Sehingga orang yang
mengkonsumsi alkohol secara rutin memiliki resiko mengalami
anemia yang lebih tinggi.
3
6. Obat
Beberapa jenis obat teridentifikasi dapat menyebabkan anemia sebagai
efek samping pada beberapa individu. Mekanisme terjadinya anemia
adalah melalui hemolisis dan toksisitas sumsum tulang.
C. Tanda dan Gejala
Karena jumlah sel darah merah yang rendah menurunkan kemampuan darah
untuk mengirim oksigen ke seluruh jaringan dalam tubuh, anemia dapat
menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Munculnya tanda dan gejala ini juga
dapat memperburuk gejala dari hampir semua kondisi medis lain yang
mendasarinya. Beberapa gejala yang sering muncul pada anemia antara lain:
1. Kelelahan
2. Penurunan energi
3. Kelemahan
4. Sesak napas atau dyspnea
5. Pusing
6. Palpitasi
7. Tampak pucat
D. Patofisiologi
Zat besi diperlukan untuk hemoposis (pembentukan darah) dan juga
diperlukan oleh berbagai berbagai enzimse bagi faktor penggiat.Zat besi yang
terapat dalam dalam enzim diperlukan untuk mengangkut elektro(sitokrom)untuk
mengaktifkan oksigen. Tanda – tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya
simpanan zat besi(feritin)dan brtambah nya absorbsi zat besi yang digambarkan
dengan meningkatnya kapsitas pengikatan besi.Pada tahap yang lebih lanjut
berupa habisnya.
Simpanan zat besi.berkurangnya jumlah protoporporin yang diubah menjadi
heme,dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi
anemia dengan cirinya yang khas kurangnya kadar Hb.Bila sebagian dari feritin
jaringan sebagian meninggalkan selakan mengakibatkan konsentrasi konsentrasi
fentin serum rendah.dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan
menunjukkan orang tersebut dalm keadan anemia.
4
Penurunan jumlah sel darah merah (SDM) dalam sirkulasi, penurunan jumlah
hemoglobin (Hb) di dalam SDM, atau kombinasi keduanya, mengakubatkan
berkurangnya kapasitas pembawa oksigen dalam darah.
1. Anemia defesiensi besi: cadangan zat besi yang adekuat, yang
menyebabkan insufisiensi Hb (molekul utama dalam
SDM),mengakibatkan sel tampak tidak normal, berukuran lebih kecil
darinormal (mikrositik), dan pucat (hipokromik).
2. Anemia akibat penyakit kronis (anemia of chronic disease, ACD):
menyertai gangguan inflamatonk, infeksius, atau neoplastik yang kronis.
Pendinan menunjukkan bahwa anemia memiliki prevalensi 30-90% pada
individu yang menderita kanker
3. Anemia pernisius (PA): kurangnya faktor instnnsik di dalam perut
menyebabkan ketidakmampuan untuk mengabsorpsi vitamin B12 yang
menyebabkan pembentukan SDM abnormal
4. Anemia aplastik: kegagalan sumsum tulang untuk memproduksi sel,
termasuk SDM dan sel darah putih (SDP) serta trombosit.
5. Anemia hemolitik: penghancuran prematur SDM (Dongoes at all,2019)
5
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit diperlukan untuk mendiagnosis
anemia dan penyebabnya. Beberapa hal penting dalam pengkajian riwayat
mencakup pertanyaan tentang riwayat keluarga, riwayat pribadi anemia atau
kondisi kronis lainnya, obat-obatan, warna tinja dan urin, masalah perdarahan, dan
pekerjaan dan kebiasaan sosial seperti asupan alkohol.
Saat melakukan pemeriksaan fisik lengkap tanda-tanda kelelahan, pucat, kulit
dan mata kuning, dasar kuku pucat, limpa yang membesar (splenomegali) atau
hati (hepatomegali), bunyi jantung , dan kelenjar getah bening. Pemeriksaan
laboratorium untuk anemia umumnya meliputi:
1. Hitung darah lengkap (CBC)
2. Menentukan tingkat keparahan dan jenis anemia apakah anemia mikrositik
atau sel darah merah berukuran kecil, anemia normositik atau sel darah
6
merah berukuran normal, atau anemia makrositik atau sel darah merah
berukuran besar dan biasanya merupakan tes pertama yang bisa dilakukan.
3. Informasi tentang sel darah lainnya seperti sel darah putih dan trombosit
juga disertakan dalam laporan CBC. Pengukuran jumlah hemoglobin, yang
merupakan
cerminan akurat dari jumlah sel darah merah (RBC) dalam darah. Hasil
hitung Hemoglobin dan Hematokrit biasanya menjadi indikator penegakan
diagnosa anemia.
4. Tes Hemoglobin Tinja Untuk mendeteksi perdarahan dari lambung atau
usus (tes Guaiac tinja atau tes darah samar tinja).
5. Apusan Darah Tepi
6. Tingkat Zat Besi dapat menginformasikan apakah anemia mungkin terkait
dengan kekurangan zat besi atau tidak.
7. Tingkat transferin untuk mengevaluasi protein yang mengangkut zat besi
dalam tubuh. h. Feritin untul mengevaluasi total besi yang tersedia dalam
tubuh.
8. Kadar Folat: Vitamin yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah
merah, yang rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk.
9. Vitamin B12 : Vitamin yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah
merah dan rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk atau
pada anemia pernisiosa.
10. Bilirubin berguna untuk menentukan apakah sel darah merah sedang
dihancurkan di dalam tubuh yang mungkin merupakan tanda anemia
hemolitik.
11. Tingkat timbal sebelumnya merupakan salah satu penyebab anemia yang
lebih umum pada anak-anak.
12. Elektroforesis hemoglobin: Kadang-kadang digunakan ketika seseorang
memiliki riwayat keluarga anemia, tes ini memberikan informasi tentang
anemia sel sabit atau talasemia.
13. Hitung retikulosit: Ukuran sel darah merah baru yang diproduksi oleh
sumsum tulang
7
14. Tes fungsi hati.
15. Tes fungsi untuk mengecek adanya gangguan atau disfungsi. Gagal ginjal
dapat menyebabkan defisiensi eritropoietin (Epo), yang menyebabkan
anemia.
16. Biopsi sumsum tulang untuk mengevaluasi produksi sel darah merah dan
dapat dilakukan jika dicurigai ada masalah sumsum tulang.
G. Penatalaksanaan
Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit tetap dilakukan secara periodik dan semua
tindakan serta hasil pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus.
1. Cairan dan tranfusi Pemberian cairan IV dan transfusi untuk anemia yang
disebabkan oleh kehilangan darah akut. Pada kondisi umum, pertahankan
kadar hemoglobin > 7 g/dL, sedangkan pada pasien dengan penyakit
kardiovaskular membutuhkan kadar hemoglobin yang lebih tinggi > 8
g/dL.
2. Zat besi, Vitamin B12, dan Folat Pemberian zat besi, vitamin B12 dan
Folat untuk anemia karena kekurangan nutrisi. Suplementasi zat besi
secara oral sejauh ini merupakan metode yang paling umum untuk
pemenuhan zat besi. Dosis zat besi yang diberikan tergantung pada usia
pasien, defisit zat besi, tingkat koreksi yang diperlukan, dan kemampuan
untuk mentoleransi efek samping. Efek samping yang paling umum
adalah gangguan gastrointestinal seperti sembelit dan tinja berwarna
hitam. Untuk individu seperti itu, disarankan mengonsumsi zat besi oral
setiap hari, untuk membantu meningkatkan penyerapan Gastrointestinal.
Hemoglobin biasanya akan menjadi normal dalam 6-8 minggu, dengan
peningkatan jumlah retikulosit hanya dalam 7-10 hari. Pemberian zat besi
melalui jalur IV mungkin bermanfaat pada pasien yang membutuhkan
peningkatan kadar yang cepat. Pasien dengan kehilangan darah akut dan
berkelanjutan atau pasien dengan efek samping pemberian oral yang tidak
dapat ditoleransi.
3. Transplantasi
8
Anemia karena cacat pada sumsum tulang dan sel induk seperti anemia
aplastik memerlukan transplantasi sumsum tulang.
H. Pengobatan/Obat-obatan
a. Terapi besi oral
Terapi oral zat besi merupakan terapi yang efektif dan paling terjangkau
untuk ADB. Dosis rekomendasi asupan besi untuk ADB adalah besi
elemental 150 – 200 mg per hari. Sediaan yang ada antara lain:
1) Besi elemental (garam besi) : Dapat diberikan dengan dosis 50-65 mg
sebanyak 3-4 kali sehari pada dewasa. Pada anak dapat diberikan 3
mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/kgBB setelah makan. Tablet besi
harus disimpan dengan baik agar jauh dari jangkauan anak-anak,
karena satu tablet dewasa dapat mengakibatkan kematian pada anak.
2) Sulfas ferrosus : Sulfas ferrosus merupakan terapi pilihan pada ADB.
Diberikan 3x sehari dengan tablet 325 mg yang mengandung 65 mg
besi elemental. Pemberian sulfas ferrosus harus dilanjutkan sampai 2
bulan setelah koreksi Hb untuk membuat persediaan besi normal
kembali.
3) Ferrous fumarat : Dapat diberikan 2–3 kali sehari. Setiap tablet ferrous
fumarat mengandung 106 mg besi elemental.
4) Ferrous glukonat : Dapat diberikan 3 kali sehari. Setiap tablet ferrous
glukonat mengandung 28–36 mg besi elemental.
Konsumsi zat besi oral sebaiknya dilakukan sebelum makan untuk
penyerapan yang lebih baik dan diminum dengan jus jeruk. Penambahan vitamin
C 500 Unit atau 100 gram sekali sehari dapat membantu penyerapan besi.
b. Terapi besi parenteral
Besi parenteral dapat diberikan apabila pasien mengalami kegagalan
terapi oral atau memiliki kondisi seperti, perdarahan berlebih, gangguan
ginjal kronis, penyakit radang usus/inflammatory bowel disease, dan
pasien kanker. Obat yang dapat digunakan antara lain adalah:
9
1) Besi dekstran : Dapat diberikan intramuskuler ataupun intravena
dengan dosisi 1000 mg dalam 1 jam.
2) Besi sukrosa : Dapat diberikan injeksi intravena dengan bolus lambat
(dosis <300 mg) atau infus (500 mg dalam beberapa jam)
3) Kompleks ferik-glukonat (tidak tersedia di Indonesia)
4) Besi karboksilmatosa (tidak tersedia di Indonesia)
Pemberian besi parenteral harus dibawah pengawasan dokter spesialis.
Penggunaan besi parenteral ini terkadang kurang dilakukan karena resiko efek
samping alergi yang cukup tinggi, seperti anafilaksis, syok, hingga kematian
10
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Demam Berdarah
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DBD tersering menyerang anak dengan usia kurang
15 tahun), jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien anemia adalah kelelahan, malaise
2) Riwayat kesehatan sekarang.
3) Riwayat kesehatan dahulu
4) Riwayat gizi
c. Kondisi lingkungan
d. Pola kebiasaan
1. Eliminasi urin (bang air kecil)
2. Tidur dan istirahat
3. Kebersihan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat
intake makanan.
c. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan konsentrasi Hbdalam darah.
d. Resiko Infeksi b/d imunitas tubuh skunder menurun (penurunan Hb),
prosedur invasive
e. Pk anemia
f. Kurang pengatahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang
informasi
g. Sindrom deficite self care b.d kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
1. Kaji saat timbulnya demam.Rasional : untuk mengidentifikasi pola
demam pasien.
11
2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3
jam.Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
3. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam.±7)Rasional :
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkatsehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak.
4. Berikan kompres hangat.Rasional : Dengan vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.
5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
b. Intervensi nyeri akut
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasienRasional : untuk mengetahui
berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang
tenang.Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
3. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.Rasional : Dengan
melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan
perhatiannyaterhadap nyeri yang dialami.
4. Berikan obat-obat analgetik
12
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, Siti.2020.Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Anemia Gravis.
Di akses 14 Desember
2022.https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-sultan-
agung/hukum-kepegawaian/laporan-pendahuluan-demam-berdarah/
30260248
Fauziah, Hikmatul.2017.Asuhan Keperawatan Pada An.N dengan Anemia Gravis
di Ruang Ibnu Sina Padang. Di akses 14 Desember 2022
(http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/Hikmatul_Fauziah_KTI_DII
I_Keperawatan_2017.pdf
13