LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA
A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin
(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel
darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika
kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka
pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu
dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala
dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat
atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan
beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)
B. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a) Anemia aplastik
Penyebab:
1) agen neoplastik/sitoplastik
2) terapi radias
3) antibiotic tertentu
4) obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
5) benzene
6) infeksi virus (khususnya hepatitis)
↓
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler
↓
Gangguan sel induk di sumsum tulang
↓
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai
↓
Pansitopenia
↓
Anemia aplastik
Gejala-gejala:
1) Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
2) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
3) Morfologis: anemia normositik normokromik
b) Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
1) Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
2) Hematokrit turun 20-30%
3) Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin
c) Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,
tuberkolosis dan berbagai keganasan
d) Anemia defisiensi besi
Penyebab:
1) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
2) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
3) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll.)
↓
gangguan eritropoesis
↓
Absorbsi besi dari usus kurang
↓
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
↓
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
1) Atropi papilla lidah
2) Lidah pucat, merah, meradang
3) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
4) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e) Anemia megaloblastik
Penyebab:
1) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
2) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
3) Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi
cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
↓
Sintesis DNA terganggu
↓
Gangguan maturasi inti sel darah merah
↓
Megaloblas (eritroblas yang besar)
↓
Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh destruksi sel darah merah:
a) Pengaruh obat-obatan tertentu
b) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik
c) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d) Proses autoimun
e) Reaksi transfusi
f) Malaria
↓
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
↓
Antigesn pada eritrosit berubah
↓
Dianggap benda asing oleh tubuh
↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓
Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0
g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
jiwa) < 6.5 g/dL
C. ETIOLOGI:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan
dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat
besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah
dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah
pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
D. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat
untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia
dan hemoglobinemia.
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
PATHWAY ANEMIA (Patrick Davey, 2002)
Pathway Anemia
E. TANDA DAN GEJALA
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
F. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. gagal jantung,
2. kejang.
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
G. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
b. Kelemahan otot
c. Mudah lelah
d. Kulit pucat
4. Manifestasi system saraf pusat
a. Sakit kepala
b. Pusing
c. Kunang-kunang
d. Peka rangsang
e. Proses berpikir lamba
f. Penurunan lapang pandang
g. Apatis
h. Depresi
5. Syok (anemia kehilangan darah)
a. Perfusi perifer buruh
b. Kulit lembab dan dingin
c. Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
d. Peningkatan frekwensi jatung
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH KOLABORASI YANG
MUNGKIN MUNCUL (SDKI, SLKI, & SIKI)
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
7. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
8. Keletihan b.d anemia
K. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa :
Keletihan b/d Kondisi Fisiologis Anemia (D.0057)
Luaran:
o Tingkat Keletihan Membaik
o Verbalisasi kepulihan energi meningkat
o Tenaga meningkat
o Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
o Motivasi meningkat
o Verbalisasi lelah menurun
o Lesu menurun
o Gangguan konsentrasi menurun
o Sianosis menurun
o Selera makan membaik
o Pola napas dan pola istirahat membaik
Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Energi (I.05178)
1) Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
5) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus seperti cahaya, suara, dan kunjungan
6) Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
7) Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
8) Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
9) Anjurkan tirah baring
10) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
11) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
12) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
13) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
b. Edukasi Aktivitas / Istirahat (I.12362)
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
3) Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4) Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
5) Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
6) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas lainnya
7) Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
8) Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat seperti kelelahan, sesak nafas saat aktivitas.
9) Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan
2. Diagnosa :
Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin (D.0009)
Luaran: Perfusi Perifer Meningkat (L.02011)
1) Denyut nadi perifer meningkat
2) Sensasi meningkat
3) Kelemahan otot menurun
4) Pengisian kapiler membaik
5) Akral membaik
6) Turgor kulit Membaik
7) Tekanan darah dan tekanan arteri rata-rata membaik
8) Indeks Ankle-brachial membaik
Intervensi Keperawatan:
a. Perawatan Sirkulasi (I.02079):
1) Periksa sirkulasi perifer seperti Nadi perifer, pengisian kalpiler, warna, suhu, dan angkle
brachial index.
2) Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
3) Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
4) Lakukan hidrasi
5) Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
3. Diagnosa :
Intoleransi Aktivitas b/d Kelemahan (D.0056)
Luaran:
1) Toleransi Aktivitas meningkat
2) Saturasi oksigen meningkat
3) Frekwensi Nadi meningkat
4) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari hari meningkat
5) Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
6) Dyspnea saat dan setelah melakukan aktivitas menurun
7) Perasaan lemah menurun
8) Sianosis menurun
9) Warna kulit membaik
Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Energi (I.05178)
b. Terapi Aktivitas (I.05186)
1) Identifikasi deficit tingkat aktivitas
2) Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivotas tertentu
3) Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
4) Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
5) Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas
6) Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami
7) Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
8) Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
9) Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
10) Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energy, atau gerak
11) Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
12) Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
13) Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
14) Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri
15) Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
16) Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam aktivitas
17) Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
18) Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
19) Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif, dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
20) Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
21) Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
22) Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan memonitor program aktivitas, jika
sesuai
23) Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
4. Diagnosa:
Resiko Infeksi b/d Ketidakadekuatan Pertahanan tubuh Sekunder (penurunan Hemoglobin) (D.0142)
Luaran : Tingkat Infeksi Menurun (L.14137)
1) Kebersihan dan nafsu makan meningkat
2) Demam menurun
3) Periode malaise menurun
4) Kadar sel darah putih membaik
5) Intervensi Keperawatan: Pencegahan Infeksi (I.14137)
6) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
7) Batasi jumlah pengunjung
8) Berikan perawatan kulit pada daerah edema
9) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
10) Pertahankan teknik aseptik pada psien beresiko tinggi
11) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Diagnosa:
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (D.0111)
Luaran : tingkat pengetahuan membaik ( L.12111)
1) Perilaku klien sesuai dengan yang di anjuran meningkat
2) Minat klien dalam belajar meningkat
3) Kemampuan klien menjelaskan pengetahuan tentang penyakitnya meningkat
4) Kemampuan klien menggambarkan
5) pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan penyakitnya meningkat
6) Perilaku sesuai dengan pengetahuannya meningkat
7) Pertanyaan tentang penyakitnya menurun
8) Persepsi keliru tentang penyakitnya menurun
9) Perilaku kllien membaik
Intervensi Keperawatan : Edukasi kesehatan (l.12383)
1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
4) Jelaskan klien tentang penyakitnya
5) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Turner J, Parsi M, Badireddy M. 2021. Anemia. Treasure Island (FL). StatPearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499994/
Emmanuel C Besa. 2021. Anemia. Med Scape Emedicine.
https://emedicine.medscape.com/article/198475-overview
Marianne Belleza RN. 2021. Anemia Nursing Care Management. Nurses Labs
Siamak N. Nabili. 2021. Anemia. Emedicine Health.
https://www.emedicinehealth.com/anemia/article_em.htm
PPNI, 2019 Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2019. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2019. Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.