Mata Kuliah : Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing: Fanny Dewi Sartika S.kep, Ns, M.kep
KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Disusun Oleh :
Kelompok I
Alfira Endang Junaedhy (220001)
Hasria Ramadhani (220002)
AKADEMI KEPERAWATAN SYEKH YUSUF GOWA GOWA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat dan Kehendak-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Keperawatan Anak yang berjudul “Konsep tumbuh kembang anak” tepat
pada waktunya. Dan tak lupa pula kita panjatkan salawat dan taslim atas junjungan
Nabiullah Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa kita dari zaman jahilia
menuju zaman modern seperti saat ini.
Makalah “Konsep tumbuh kembang anak” ini disusun berdasarkan kajian
penulis dalam mencari materi yang berhubungan dengan “Konsep tumbuh kembang
anak” melalui media elektornik (internet).Dengan hadirnya makalah ini diharapkan
akan dapat memenuhi tugas penulis serta bermanfaat bagi pembaca dalam
mengetahui atau lebih mendalami materi “Konsep tumbuh kembang anak” ini.
Dalam penulisan Makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan
kemampuan yang kami miliki masih sangat minim. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi diri penulis sendiri dan
bagi pembaca.
Wassalamu’alakum. Wr. Wb.
Bajeng, 09 September 2021
Kelompok I
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I :
PENDAHULUAN........................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................3
C. TUJUAN
PENULISAN.......................................................................................4
BAB II :
PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
ANAK............................3
B.TEORI-TEORI PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN…............................3
C. TAHAP-TAHAP TUMBUH
KEMBANG .............................................................5
D. MENGIDENTIFIKASI TAHAP-TAHAP TUMBUH KEMBANG PADA
ANAK......5
E .PERBEDAAN TEORI-TEORI TUMBUH KEMBANG ANAK SESUAI USIA……
F. KONSEP BERMAIN / DEFENISI BERMAIN……………………………………..7
2
G. METODE
PERMAINAN ....................................................................................9
H. TAHAP-TAHAP
PERMAINAN...........................................................................9
I. JENIS-JENIS PERMAINAN KONSEP BERMAIN BAGI ANAK YANG DI
RAWAT DI RUMAH
SAKIT..................................................................................................9
BAB III : PENUTUP...............................................................................................9
A. KESIMPULAN..................................................................................................9
B. SARAN.............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetap saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Setiap orangtua tentu berkeinginan agar anaknya dapat tumbuh
kembang optimal, yaitu agar anaknya dapat mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang ada pada anak
tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak (asah, asih, dan
asuh ) terpenuhi. Kebutuhan dasar anak harus dipenuhi yang mencakup imtaq,
perhatian, kasih sayang, gizi, kesehatan, penghargaan, pengasuhan, rasa aman/
perlindungan, partisipasi, stimulasi dan pendidikan . Kebutuhan dasar tersebut
harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan. Untuk
itulah maka akan dibahas mengenai pemantauan tumbuh kembang anak
terutama pada pertumbuhan fisik pada Anak baik BB dan TB dengan
menggunakan Denver Development Stress Test (DDST).
3
Penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah
tumbuh kembang seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi
medis atau pun statistik, anak yang sehat akan menujukkan tumbung kembang
yanng optimal, apabila diberikan lingkungan bio-fisika-psikasosial yang adekuat.
Proses tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari
konsepsi sampai dewasa mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap
anak.proses tersebut merupakan proses interaksi yang terus menerus serta rumit
antara faktor genetik dan faktor lingkungan bio-psiko-sosial tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi pertumbuhan dan perkembangan?
2. Bagaimana teori-teori pertumbuhan dan perkembangan?
3. Apa saja tahap-tahap pada pertumbuhan dan perkembangan? Jelaskan!
4. Bagaimana mengidentifikasi tahap-tahap tumbuh kembang anak sesuai
usia ?
5. Apa perbedaan teori-teori perkembangan?
6. Apa yang dimaksud defenisi bermain?
7. Bagaimana metode permainan?
8. Apa saja tahap-tahap permainan?
9. Bagaimana jenis-jenis permainan konsep bermain bagi anak yang dirawat di
Rumah Sakit
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami definisi pertumbuhan dan perkembangan
2. Mengetahui teori-teori pertumbuhan dan perkembangan
3. Memahami tahap-tahap pada pertumbuhan dan perkembangan
4. Mengetahui cara mengidentifikasi tahap-tahap tumbuh kembang anak sesuai
usia
5. Mengetahui perbedaan teori-teori perkembangan
6. Memahami defenisi bermain
7. Memahami metode permainan
8. Mengetahui tahap-tahap permainan
4
9. Memahami jenis-jenis permainan konsep bermain bagi anak yang dirawat di
Rumah Sakit
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tumbuh Kembang
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Dalam
pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa
ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh.
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu
secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan
mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun
spiritual (Supartini, 2000).
5
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur
dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya
kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan
(maturation), dan pembelajaran (learning). Perkembangan manusia berjalan
secara progresif, sistematis dan berkesinambungan dengan perkembangan di
waktu yang lalu. Perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi
kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional.
Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan bertambahnya sempurna
fungsi organ. Perkembangan intelektual ditunjukan dengan kemampuan secara
simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung. Perkembangan
emosional dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan anak.
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan
merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai
melalui kematangan dan belajar (Wong, 2000).
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh);
sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
(Soetjiningsih. 1998).
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian
tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan
adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh ( Depkes RI ).
Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap
aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi
organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron
paada setiap individu.
B. Teori-Teori Pertumbuhan dan Perkembangan
6
1. Teori Sigmund Freud
Menurut teori perkembangan psikoseksual yang digagas oleh Sigmund Freud,
diyakini bahwa pengalaman di masa kecil dan hasrat alam bawah sadar
berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Menurut Freud, konflik yang terjadi pada
tahapan-tahapan itu akan berpengaruh hingga jauh ke depan.Lebih jauh lagi, teori
perkembangan anak versi Freud ini menyatakan bahwa pada setiap usia anak, titik
hawa nafsu atau libido juga akan berbeda. Contohnya mulai usia 3-5 tahun, anak
mengenali identitas seksualnya. Kemudian pada usia 5 tahun hingga pubertas, akan
masuk tahapan laten dengan belajar seputar seksualitas.Jika anak tidak berhasil
menuntaskan tahapan ini, maka bisa berpengaruh terhadap karakternya saat
dewasa kelak. Selain itu, Freud juga menyebut bahwa sifat seseorang sangat
ditentukan pada apa yang dialaminya sejak usia 5 tahun.
2. Teori Erik Erikson
Teori psikososial datang dari Erik Erikson dan hingga kini termasuk yang paling
populer. Dalam teorinya, terdapat 8 tahapan perkembangan psikososial seseorang
yang fokus pada interaksi sosial dan konflik.Jika teori Freud fokus pada aspek
seksual, menurut Erikson justru interaksi sosial dan pengalaman yang menjadi
penentu. Kedelapan tahapan perkembangan anak ini menjelaskan proses sejak bayi
hingga meninggal dunia. Konflik yang dihadapi pada tiap tahapannya akan
berpengaruh pada karakternya saat dewasa. Setiap krisis bisa menjadi titik balik
perubahan sikap seseorang, atau biasa disebut dengan troubled inner child.
3. Teori behavioral
Menurut perspektif ini, seluruh perilaku manusia bisa dijelaskan merujuk pada
pengaruh lingkungan. Teori ini fokus pada bagaimana interaksi lingkungan
berpengaruh pada karakter seseorang. Beda utama dari teori yang lain adalah
mengabaikan aspek seperti perasaan atau pikiran.Contoh penggagas
teori behavioral ini adalah John B. Watson, B.F. Skinner, dan Ivan Pavlov. Mereka
fokus bahwa pengalaman seseorang sepanjang hidupnya yang berperan
membentuk sifat ketika dewasa kelak.
4. Teori Jean Piaget
Piaget memiliki teori kognitif terkait perkembangan anak, fokusnya pada pola pikir
seseorang. Ide utama dari Piaget adalah anak berpikir dengan cara berbeda
dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, proses berpikir seseorang juga
dipertimbangkan sebagai aspek penting yang menentukan cara seseorang
memahami dunia.Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, tahapannya dibedakan
menjadi:
0 bulan-2 tahun (sensorimotor stage)
Pengetahuan anak terbatas pada persepsi sensori dan aktivitas motorik
2-6 tahun (pre-operational stage)
7
Anak belajar menggunakan bahasa namun belum paham logika
7-11 tahun (concrete operational stage)
Anak mulai paham cara berpikir logis namun belum paham konsep abstrak
12 tahun-dewasa (formal operational stage)
Mampu berpikir konsep abstrak, diikuti dengan kemampuan berpikir logis, analisis
deduktif, dan perencanaan sistematis.
5. Teori John Bowlby
Termasuk teori perkembangan sosial yang paling awal dikemukakan, Bowlby
meyakini bahwa hubungan sejak dini antara anak dengan pengasuhnya berperan
penting dalam perkembangannya. Bahkan, hal ini akan terus berpengaruh pada
hubungan sosial seumur hidupnya.Menurut teori Bowlby, anak terlahir dengan
kebutuhan untuk mendapatkan attachment atau kasih sayang. Itulah mengapa anak
ingin selalu dekat dengan pengasuhnya, kemudian dibalas dengan perlindungan dan
kasih sayang.
6. Teori Albert Bandura
Psikolog Albert Bandura mengemukakan teori belajar sosial yang meyakini bahwa
anak mendapatkan informasi dan skill baru dengan mengamati perilaku orang
sekitarnya. Meski demikian, mengamati ini tak harus selalu secara langsung.Anak
yang melihat perilaku orang lain atau tokoh fiksi di buku, film, dan lainnya juga bisa
belajar aspek sosial. Observasi dan melihat contoh ini menjadi bagian penting dari
teori Bandura.
7. Teori Lev Vygotsky
Vygotsky menggagas teori yang sangat berpengaruh terutama di bidang pendidikan.
Menurutnya, anak belajar secara aktif lewat pengalaman yang dilakukan secara
langsung. Teori sosiokultural ini juga menyebutkan bahwa orangtua, pengasuh, dan
teman sebaya turut berperan penting.Teori ini menekankan bahwa belajar adalah
proses yang tak bisa dipisahkan dari aspek sosial. Lewat interaksi dengan orang
lain, di situlah proses belajar terjadi.Ketujuh teori perkembangan anak ini memang
tidak semuanya masih dianggap relevan dengan situasi saat ini. Tak menutup
kemungkinan untuk menggabungkan bergaam teori dan perspektif untuk memahami
bagaimana anak tumbuh, bertindak, dan berbicara.
C. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak
Perkembangan anak secara umum terdiri atas tahapan prenatal, neonatus,
periode bayi, prasekolah, pra remaja dan remaja.
1. Masa neonatus (0-28 hari)
8
Pada masa neonatus (0-28 hari) adalah awal dari pertumbuhan dan
perkembangan setelah lahir, masa ini merupakan masa terjadi kehidupan
yang baru dalam ekstra uteri dengan terjadi proses adaptasi semua sistem
organ tubuh. Proses adaptasi dari organ tersebut dimulai dari akrivitas
pernapasan yang disertai pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan
antara 35-50 x/menit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160x/menit
dengan ukuran jantung lebih besar apabila dibandingkan dengan rongga
dada, terjadi aktivitas bayi yang mulai meningkat. Selanjutnya diikuti
perkembangan fungsi organ-organ tubuh lainnya.
2. Masa Bayi (28 hari – 1 tahun)
3. Masa todler (1-3 tahun)
4. Masa pra sekolah (3-6 tahun)
5. Masa sekolah (6 -12 tahun)
6. Masa remaja ( 12-18/20 tahun)
D. Mengidentifikasi Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Pada Anak
1. DDST (Denver development screnning test)
DDST adalah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, test ini bukanlah test diagnostik atau test IQ. DDST
memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang
baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkam dan
menunjukan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah
dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-
100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan
perkembangan, dan pada “follow up” selanjutnya ternyata 89% dari
kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan disekolah 5-6 tahun
kemudian.
9
2. KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan )
KPSP merupakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada
orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining
pendahuluan untuk perkembangan anak usia 3 bulan sampai 6 tahun. Daftar
pertanyaan tersebut berjumlah 10 nomor yang harus dijawab oleh orang
tuaatau pengasuh yang mengetahui keadaan perkembangan anak.
Pertanyaan dalam KPSP dikelompokan sesuai usia anak saat
dilakukan pemeriksaan, mulai kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan,dst sampai
kelompok 5-6 tahun. Untuk usia ditetapkan menurut tahun dan bulan dengan
kelebihan 16 hri dibulatkan menjadi 1 bulan.
Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab dengan ’ya’ atau ’tidak’ oleh
orang tua. Setelah semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP
dinilai.
a. Apabila jawaban ’ya’ berjumlah 9-10, berarti anak tersebut normal
(perkembangan baik).
b. Apabila jawaban ’ya’ kurang dari 9,maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai
Apakah cara menghitung usia dan kelompok pertanyaannya sudah
sesuai
Kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan. Apabila
ada kesalahan, maka pemeriksaan harus diulang
Apabila setelah diteliti jawaban ’ya’ berjumlah 7-8, berarti hasilnya
meragukan dan perlu diperiksa ulang1 minggu kemudian
Apabila jawaban ’ya’ berjumlah 6 atau kurang, berarti hasilnya kurang
atau positif untuk perlu dirujuk guna pemeriksaan lebih lanjut
3. KPAP ( Kuesioner Perilaku Anak Pra Sekolah
KPAP adalah sekumpulan perilaku yang digunakan sebagai alat untuk
mendeteksi secara dini kelainan-kelainan perilaku pada anak prasekolah
(usia 3-6) tahun. Kuesioner ini berisi 30 perilaku yang perlu ditanyakan satu
per satu pada orang tua. Setiap perilaku perlu ditanyakan apakah ‘sering
terdapat’, ‘ kadang-kadang terdapat’, atau ‘ tidak terdapat’. Apabila jawaban
yang diperoleh adalah ‘sering terdapat’ , maka jawaban tersebut dinilai 2,
‘kadang-kadang terdapat’ diberi nilai 1 dan ‘tidak terdapat’ diberi nilai 0.
10
Apabila jumlah nilai keseluruhan kurang dari 11, maka anak perlu di rujuk,
sedangkan jika jumlah nilai 11 atau lebih maka anak tidak perlu dirujuk.
4. Tes Daya Lihat dan tes Kesehataan Mata Anak Pra Sekolah
Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata
pada anak berusia 3- 6 tahun. Tes ini juga digunakan untuk mendeteksi
adanya kelainan daya lihat pada anak usia prasekolah secara dini, sehingga
jika ada penyimpangan dapat segera ditangani.
Untuk melakukan tes daya lihat diperlukan ruangan dengan penyinaran
yang baik dan alat ’kartu E’ yang digantungkan setinggi anak duduk. Kartu E
berisi 4 baris. Baris pertama huruf E berukuran paling besar kemudian
berasngsur-angsur mengecil pada baris keempat. Apabila pada baris
ketiga , anak tidak dapat melihat maka perlu di rujuk.
Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiksakan kesehatan matanya.
Perlu ditanyakan :
a) Keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur atau pusing
b) Perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu dekat, sering
mengkedip-kedipkan mata
c) Kelainan mata seperti bercak bitot, juling, mata merah dan keluar air
Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata naka, maka
anak tersebut perlu dirujuk.
5. Tes Daya Dengar Anak (TTD)
Tes daya dengar berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan
denga usia anak, yaitu kelompok 0-6 bulan, > 16 bulan, > 9 bulan, > 11
bulan, > 12 bulan, > 24 bulan dan > 36 bulan. Setiap pertanyaan perlu
dijawab ’ya’ atau ’tidak’. Apabila jawabannya adalah tidak maka
pendengaran anak tidak normal sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut.
E. Perbedaan Teori Perkembangan
Bersumber dari wikipedia, Jean Piaget lahir di Swiss, 9 Agustus 1896 – meninggal
16 September 1980 pada umur 84 tahun adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan
psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang
11
anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Dan dari sumbr yang sama, Lev
Vygotsky (17 November 1896 – 11 Juni, 1934) adalah seorang psikolog asal Rusia
yang dikenal atas kontribusinya dalam teori perkembangan anak.
meskipun sama - sama berpendapat bahwa siswa adalah pembelajar aktif, namun
keduanya memiliki banyak perbedaan dalam teorinya. salah satunya adalah,
Pertama, Jean piaget berpendapat bahwa anak didik berkembang secara alamiah
dan pematangan. Sedangkan Vygotsky berpendapat bahwa pemikiran berkembang
tergantung pada bahasa dan budaya yang terjadi di lingkungan sekitar.
Kedua, Jean Piaget mengatakan guru atau pendidik merupakan hal penting pada
proses perkembangan. Tapi beliau tidak menjadikan guru atau pendidik sebagai
konsep utama dalam proses perkembangan anak didik. Hal ini karena Beliau
berpendapa bahwa perkembangan berdasarkan faktor ilmiah dan pematangan
individu. Berbeda dengan Vygotsky, guru atau pendidik merupakan hal penting dan
juga menjadi konsep utama proses perkembangan. Guru atau pendidik yang baik
akan membentuk karakter anak yang baik dan maksimal.
Ketiga, scaffolding adalah bimbingan yang diberikan pendidik untuk peserta didik.
Jean Piaget tidak menjadikan scaffolding sebagai konsep pusat namun berbeda
dengan Vygotsky yang menggunakan konsep ini sebagai pusat konsep
pembelajaran.
F. Definisi Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik intelektual, emosional dan sosial.
Dimana bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain,
anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungans, melakukan
apa yang dilakukan dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong,2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).Bermain adalah kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan keinginannya sendiri dan memperoleh kesenangan
(Foster, 1989). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah:
“Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena
bermain sama dengan kerja pada orang dewasa yang dapat menurunkan stress
anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan
lingkungan belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta
sosial anak.”
12
G. METODE PERMAINAN
Metode yang sesuai dengan usia anak dan berdampak pada tumbuh kembang
anak, seperti dilansir dari Pathways.
1. Unoccupied Play (0-3 Bulan)
Pada tahap ini, bayi lebih banyak melakukan gerakan dengan tangan dan kakinya.
Mereka mempelajari dan menemukan bagaimana tubuh mereka bergerak.
2. Solitary Play (0 Bulan-2 Tahun)
Ini adalah tahap ketika seorang anak bermain sendiri. Mereka belum tertarik bermain
dengan orang lain.
3. Onlooker Play (2 Tahun)
Selama tahap ini, anak mulai menonton anak-anak lain bermain tetapi tidak bermain
dengan mereka.
4. Parallel Play (Di Atas 2 Tahun)
Ketika seorang anak bermain bersama atau di dekat orang lain, tetapi anak tidak
bermain dengan mereka, tahap ini disebut sebagai permainan paralel.
5. Associate Play (3-4 Tahun)
Ketika seorang anak mulai berinteraksi dengan orang lain selama bermain, tetapi
tidak ada banyak interaksi yang terjadi. Seorang anak mungkin melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan anak-anak di sekitarnya, tetapi mungkin tidak benar-
benar berinteraksi dengan anak lain. Misalnya, semua anak mungkin bermain di
peralatan bermain yang sama, tetapi semua melakukan hal yang berbeda seperti
memanjat, berayun, dll.
6. Cooperative Play (Di Atas 4 tahun)
Anak bermain bersama dengan orang lain, dan ia memiliki minat pada aktivitas dan
anak-anak lain yang terlibat dalam permainan tersebut, serta berpartisipasi dalam
bermain kooperatif..
H. TAHAP-TAHAP PERMAINAN
1. Tujuan bermain
a) Tujuan Instruksional Umum
13
Setelah mendapat terapi bermain selama 30 menit, anak
diharapkan bisa merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan
tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman
selama dirawat di rumah sakit.
b) Tujuan Instruksional Khusus
1) Anak merasa tenang selama dirawat
2) Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan
perawat
3) Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4) Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan
keperawatan
5) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
6) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
7) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi anak tentang suatu
permainan
8) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat
9) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
10) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti
dirumah sebagai alat komunikasi antara perawat – klien
2. Alat dan bahan : permainan lego
3. Langkah-langkah
a. Persiapan
1. Persiapan petugas
a) Cek catatan keperawatan atau catatan medis pasien
b) Menyiapkan alat dan bahan
14
c) Melakukan observasi pada pasien
d) Mencuci tangan
2. Persiapan pasien dan keluarga
a) Pasien tidak dalam keadaan mengantuk
b) Pasien tidak dalam keadaan rewel
c) Pasien dalam posisi duduk
d) Mencuci tangan
b. Pelaksanaan
1) Beri salam dan memperkenalkan diri
2) Menjelaskan tujuan dari terapi bermain
Memberi kesempatan kepada keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan di
lakukan
4) Menanyakan perasaan pasien
5) Mendekatkan permainan pada pasien
6) Mengajak pasien bermain
7) Membiarkan pasien menyusun lego sesuka hatinya
8) Menanyakan bentuk dan warna permaian
9) Melihat reaksi pasien ketika bermain
10) Menghentikan permainan jika pasien merasa lelah
c. Terminasi
1) Menanyakan perasaan anak setelah bermain
2) Memberikan pujian kepada pasien
3) Membuat kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya dengan
4) Menutup kegiatan
5) Merapikan permainan
6) Mencuci tangan
15
d. Observasi : 1 jam setelah bermain
e. Evaluasi
Pasien terapi bermain lego mampu :
1) Menyelesaikan lego dengan susunan yang diinginkan
2) Membedakan warna dan bentuk
3) Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi
I. Jenis-Jenis Permainan Konsep Bermain Bagi Anak yang Dirawat di Rumah
Sakit
Menurut Adriana jenis bermain dibagi menjadi dua yaitu bermain aktif dan bermain
pasif. Bermain juga harus seimbang antara bermain aktif dan pasif, dalam bermain
aktif kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapat dari orang lain (Adriana, 2013).
1. Bermain Aktif
a. Bermain mengamati atau menyelidiki (exploratory play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada yang bunyi, mencium, meraba, menekan, dan
berusaha membongkar.
b. Bermain konstruktif (construction play)
Pada anak umur tiga tahun, misalnya menyusun balok menjadi rumah-
rumahan dan lain-lain.
c. Bermain Drama (Dramatic Play)
Misalnya bermain sandiwara boneka, dan bermain dokter-dokteran
dengan temannya.
d. Bermain bola, tali dan sebagainya.
16
2. Bermain Pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengarkan. Bermain pasif cocok apabila anak sudah lelah bermain dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contoh bermain pasif adalah sebagai berikut:
a. Melihat gambar-gambar di buku atau majalah
b. Mendengarkan cerita atau musih
c. Menonton televisi, dan lain lain.
Namun yang perlu diperhatikan prinsip bermain dalam rumah sakit adalah : tidak
boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang dijalankan,tidak
membutuhkan energi yang banyak. Harus mempertimbangkan keamanan anak
dilakukan pada kelompok umur yang sama, serta melibatkan orangtua atau keluarga
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
17
(cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh)
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-maing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga pekembangan
emosi, intlektual dan tingkah laku sebagai hasil inteaksi dengan
lingkungannya.
Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung
pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang,
merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor
genetik, lingkungan fisio-psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil
akhir yang ber beda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.
Tujuan Ilmu Tumbuh Kembang adalah mempelajari berbagai hal yang
berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan
tumbuh kembang anak baik,fisik,mental dan sosial. Juga menegakan diagnosis
dini setiap kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan penanganan yang
efektif, serta mencari penyebab dan mencegah keadaan tersebut.
B. Saran
Saran penulis kepada pembaca yaitu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan pembuatan
makalah selanjutnya. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta; Salemba Mesika. Hal : 8-23
18
Rukiyah, Ai Yeyeh.2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta; Trans
Info Media. Hal : 106-123
Soetjiningsing, dr. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta; EGC. Hal: 1-13
http://digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3025-
4.BAB2.pdf
19