[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
379 tayangan29 halaman

Laporan Praktikum Ekosistem Hutan

Laporan ini membahas praktikum pengenalan ekosistem hutan dataran rendah di Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin. Mahasiswa melakukan analisis vegetasi, observasi satwa, dan mengamati lingkungan hutan dataran rendah. Laporan ini bertujuan untuk mengenali komponen ekosistem hutan dan proses yang terjadi di dalamnya.

Diunggah oleh

Pajri Septiawan
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
379 tayangan29 halaman

Laporan Praktikum Ekosistem Hutan

Laporan ini membahas praktikum pengenalan ekosistem hutan dataran rendah di Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin. Mahasiswa melakukan analisis vegetasi, observasi satwa, dan mengamati lingkungan hutan dataran rendah. Laporan ini bertujuan untuk mengenali komponen ekosistem hutan dan proses yang terjadi di dalamnya.

Diunggah oleh

Pajri Septiawan
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 29

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENALAN EKOSISTEM HUTAN DI TAMAN HUTAN RAYA


SULTAN THAHA SYAIFUDDIN

OLEH : KELOMPOK 4
1. Anas Nur Qolbi (L1A119030)
2. Anggi Kusuma Wardani (L1A119077)
3. Dewi Sartika ( L1A119079)
4. Eni Lestari (L1A119054)
5. Indah Fadillah Rahman (L1A119052)
6. Indah Tri Utari (L1A119078)
7. Kevin Savero (L1A119091)
8. Muhammad Arrijal Firdaus (L1A119152)
9. Muhammad Farhan Syajid (L1A119049)
10. Nadia Sakbaniarti (L1A119101)
11. Pratama Putra Pramudja (L1A119095)
12. Prawita Indraswari (L1A119032)
13. Rivky Adhanugrah (L1A119031)

Dosen Pembimbing :
1. Jauhar Khabibi, S. Hut., M. Si.
2. Rahmat Nurmansah, S. Hut., M. Si.
3. Cory Wulan, S. Hut., M.Si.

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya lah kami masih diberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kami bisa
menyelesaikan praktek lapangan yang berjudul Pengenalan Ekosistem Hutan Di Taman
Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin. Kegiatan praktikum lapangan ini dilaksanakan ± 4
hari dengan 1 jalur dengan lokasi di Hutan Dataran Rendah.
Disini kami dapat banyak pelajaran untuk mengenal hutan melalui kegiatan
praktik langsung di lapangan yang meliputi kegiatan analisa vegetasi, observasi satwa,
penanaman dan pembibitan serta mampu mengelola hutan sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku demi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan melalui
kegiatan wawancara, pengamatan tempat wisata. Dalam kegiatan Praktik Pengenalan
Ekosistem Hutan (PEH), mahasiswa kehutanan diajar untuk dapat saling bekerjasama,
baik di lapangan dan dalam pengerjaan data laporan.
Terima kasih kepada para dosen pembimbing bapak Jauhar Khabibi
S.Hut,M.Si., Bapak Rahmad Nurmansah, S.Hut., M.Si. dan ibu Cory Wulan S.Hut M.Si.
yang telah membimbing kami dilapangan selama kegiatan Pengenalan Ekoisistem Hutan,
serta semua teman-teman yang telah bekerja sama dan kekompakkannya dilapangan.
Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengenalan
Ekosistem Hutan (PEH) . Laporan praktek ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
laporan pengenalan ekosistem hutan ini.

Jambi, 28 Juni 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
1.2 Tujuan ..................................................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
METODOLOGI ...................................................................................................................................... 6
2.1 Waktu dan Tempat .................................................................................................................. 6
2.2 Alat dan Instrumen Pengamatan ............................................................................................. 6
2.3 Cara Kerja ............................................................................................................................... 6
2.3.1 Cara kerja dalam Analisa Vegetasi ..................................................................................... 6
2.3.2 Cara Kerja Observasi Satwa Liar ........................................................................................ 6
BAB III ................................................................................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................................... 8
3.3 Hutan Dataran Rendah ............................................................................................................ 8
3.3.1 Hutan dataran rendah .......................................................................................................... 8
3.3.2 Tally Sheet Analisi Vegetasi Hutan Dataran Rendah ......................................................... 8
3.3.3 Observasi Satwa Liar Dan Kondisi Lingkungan ............................................................... 19
BAB IV ................................................................................................................................................. 26
PENUTUP ............................................................................................................................................ 26
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 26
4.2 Saran ..................................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 28
LAMPIRAN.......................................................................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia mempunyai kawasan hutan yang luas dan berbagai macam
ekosistem hutan. Ada berbagai macam tipe ekosistem yang terdapat di dalam hutan
Indonesia, antara lain hutan hujan tropika, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan
pegunungan yang lebih tinggi atau temperate rain forest, hutan sub-alpin, hutan
pantai, hutan mangrove, hutan rawa gambut. Tetapi, hutan yang kami observasi hanya
hutan dataran rendah dikarenakan Covid-19 masih melanda yang membuat kami tidak
bisa menelusuri keseluruh ekosistem yang ada.
Hutan yang terdapat di Indonesia sebagian besar adalah hutan hujan tropis yang
komposisinya sangat beragam, baik jenis kehidupan yang ada di dalamnya maupun
jenis interaksi yang terdapat di dalamnya. Hal tersebut disebabkan karena tipe iklim
dan ekosistem di Indonesia di pengaruhi oleh dua benua dan dua samudera. Oleh
karena hal tersebut sehingga komposisi hutan di Indonesia terpengaruh oleh dua
benua, hutan di wilayah bagian barat Indonesia di pengaruhi oleh benua Asia,
sedangkan hutan wilayah timur Indonesia di pengaruhi oleh benua Australia.
Keanekaragaman spesies ekosistem dan sumberdaya genetik semakin menurun
pada tingkat yang membahayakan akibat kerusakan lingkungan. Kepunahan akibat
beberapa jenis tekanan dan kegiatan terutama kerusakan habitat pada lingkungan alam
yang kaya akan keanekaragaman hayati. Menurut Marsono (1977),vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri atas beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi
itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang
tumbuh dan hidup serta dinamis (Marsono,1977).
Dalam menentukan langkah pengelolaan yang tepat terhadap suatu kawasan
hutan maka terlebih dahulu pengelolan harus mengetahui karakteristik hutan yang
dikelolanya. Melalui Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) yang diselenggarakan
Program Studi Kehutanan oleh Fakultas Pertanian Universitas Jambi ini diharapkan
mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengindentifikasi serta mengamati
karakteristik berbagai tipe- tipe hutan yang ada di Indonesia serta pengelolaannya.
Berbagai masalah yang timbul juga dapat dikaji sehingga mahasiswa mampu
menganalisa permasalahannya tersebut dan menjadikan hutan Indonesia tetap lestari.
Untuk itu mata kuliah Pengenalan Ekosistem Hutan merupakan mata kuliah wajib
bagi mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Kehutanan UNJA untuk mengenali tipe-tipe
ekosistem hutan dataran rendah dilaksanakan selama 4 hari. Kuliah ini dalam bentuk
praktikum lapangan sehingga mahasiswa dan mahasiswi diajak untuk melihat,
mengamati, mengobservasi, mengukur parameter komponen ekosistem hutan untuk
dianalisis dan diambil kesimpulannya untuk kemudian dijadikan laporan tertulis.

1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah untuk :
1. Mampu mengenali tipe-tipe ekosistem hutan beserta komponen-komponen
penyusunnya baik biotik maupun abiotik.
2. Mampu mengidentifikasi dan mengukur parameter dari komponen ekosistem di
hutan dataran rendah.
3. Memahami perilaku, interaksi, proses-proses, peranan dan fungsi ekosistem hutan
dataran rendah bagi kehidupan.
4. Mampu menjelaskan tipe-tipe ekosistem hutan beserta komponen, interaksi,
proses-proses, peranan dan fungsi tipe ekosistem hutan dataran rendah.
BAB II

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat

Lokasi : Taman Hutan Raya Sultan Thaha


Syaifuddin , Batanghari
Hari/Tanggal : Rabu - Sabtu, 23-26 Juni 2021

2.2 Alat dan Instrumen Pengamatan

1. Kompas 6. Thermohigrometer
2. Tali Rafia 7. Kertas Milimeter Block
3. pH Meter 8.Kamera
4. Phiband, Meteran Jahit 9. Alat Tulis
5. Forestry Pro II / Hagameter

2.3 Cara Kerja


2.3.1 Cara kerja dalam Analisa Vegetasi

1. Menentukan lokasi untuk observasi lapangan di hutan dataran rendah.


2. Menentukan sudut Azimut dengan kompas.
3. Menarik garis lurus sesuai dengan arah sudut azimut dengan ukuran
20mx20m (pohon)
4. Menarik petak 10mx10m untuk tiang, 5mx5m untuk pancang dab 2mx2m
untuk semai.
5. Melakukan Analisa vegetasi pada plot yang sudah dibuat.
6. Melakukan pengukuran keliling pada plot 20mx20m dan 10mx10m (phon
dan tiang).
7. Melakukan Konfersi keliling kedalam diameter

2.3.2 Cara Kerja Observasi Satwa Liar

1. Melakukan pengamatan mengenai satwa liar yang ada dalam plot yang
sudah dibuat.
2. Melihat baik jejak maupun satwa liar yang berada pada sekitar plot.
3. Melakukan pengambilan foto.
4. Melakukan wawancara kepada pemandu lapangan mengenai jenis satwa
liar yang ada pada wilayah tersebut.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3 Hutan Dataran Rendah

3.3.1 Hutan dataran rendah


Hutan dataran rendah adalah hamparan luas tanah dengan tingkat ketinggian
yang diukur dari permukaan laut adalah relative rendah ( sampai dengan
ketinggian sekitar 200 mdpl). Dataran rendah ini biasanya disebut dataran
alluvial.

3.3.2 Tally Sheet Analisi Vegetasi Hutan Dataran Rendah

Tanggal pengamatan : 23-26 Juli 2021


Lokasi pengamatan : TAHURA SULTAN THAHA
SYAIFUDDIN , Batanghari
Ukuran plot : 20x20m, 10x10m, 5x5m, 2x2m

Jumlah plot : 1 Plot

Azimut : 38o

Analisis Data Semai

No. Nama Lokal Nama Ilmiah PLOT Jumlah


1 2 3 4 5 6 7 8
1. Bulian Eusideroxylon zwageri 3 4 7
2. Asoka hutan Saraca indica 12 12
3. Kelat Agathis sp. 1 1
4. Rambutan hutan Castanopsis argentea 4 2 2 9
5. Laban Vitex pinnata 2 2
6. Mahang Macaranga sp. 3 1 1 1 6
7. Medang Phoebe sp. 1 1
8. S51 1 1
9. S52 1 1
TOTAL 40

No Nama Lokal Nama Ilmiah K(ind/ha) KR(%) F FR (%) INP


. (%)
1. Bulian Eusideroxylon 2187,5 17,5 0,25 13,3333 30,8
zwageri 3 3333
2. Asoka hutan Saraca indica 3750 30 0,12 6,66666 36,6
5 7 6667
3. Kelat Agathis sp. 312,5 2,5 0,12 6,66666 9,16
5 7 6667
4. Rambutan Castanopsis 2812,5 22,5 0,37 20 42,5
hutan argentea 5
5. Laban Vitex pinnata 625 5 0,12 6,66666 11,6
5 7 6667
6. Mahang Macaranga sp. 1875 15 0,5 26,6666 41,6
7 6667
7. Medang Phoebe sp. 312,5 2,5 0,12 6,66666 9,16
5 7 6667
8. S51 312,5 2,5 0,12 6,66666 9,16
5 7 6667
9. S52 312,5 2,5 0,12 6,66666 9,16
5 7 6667
TOTAL 12500 100 1,87 100 200
5
Jadi, dari 8 plot yang kami buat dikawasan TAHURA Sultan Thaha Syaiffudin
Senami dengan panjang transek 160 meter dengan koordinat 38 derajat dan 218 derajat,
untuk semai mendapatkan hasil 9 jenis tanaman yang pertama Bulian, Asoka Hutan,
Kelat, Rambutan Hutan, Laban, Mahang, Medang, S51, dan S52 dengan total kerapatan
12500 ind/ha,kerapatan relatif 100%, frekuensi 1251,375, frekuensi relatif 100%, dan
Indeks Nilai Pentingnya 200%

Dari jumlah total tersebut tumbuhan semai dengan kerapatan terendah dan tertinggi
secara berturut turut adalah Laban (Vitex pinnata) sebanyak 625 individu/Ha dengan
Kerapatan Relatif (KR ) sebesar 5% dari total vegetasi flora dalam 8 plot dan Rambutan
hutan ( Castanopsis argentea )sebanyak 2812 individu /Ha atau dengan Kerapatan
Relatif (KR) sebesar 22.5% dari total vegetasi flora yang ada dalam 8 plot jadi dapat
disimpulkan bahwa kerapatan paling besar pada semai adalah tumbuhan rambutan hutan
.

Selanjutnya dari data tersebut, Nilai Frekuensi vegetasi yang tertinggi adalah
Mahang (Macaranga sp) yaitu 0.5 dari total tanaman yang ada atau frekuensi Relatif
(FR) sebesar 26, 66667% sedangkan nilai terendah itu di miliki oleh beberapa
tumbuhan sekaligus karena muncul nya dalam 8 plot rata-rata adalah 1x. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa Mahang sebagai tumbuhan semai yang paling sering
muncul dalam 1 plot.

Kemudian yang terakhir, dari keseluruhan data semai, diperoleh nilai INP (Indeks
Nilai Penting ) Dimana Nilai tertinggi adalah Rambutan hutan (Castanopsis argentea)
Yaitu sebesar 42,5% (hampir setegah dari INP keseluruhan). Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa Rambutan merupakan tumbuhan yang mendominasi Tumbuhan
Semai dari 8 Plot yang telah dianalisis.

Mengapa rambutan hutan adalah tumbuhan berkerapatan tinggi dan Mahang


tumbuhan berfrekuensi tinggi dibanding Bulian, Sedangkan seperti yang kita ketahui
flora endemik TAHURA SULTAN THAHA SYAIFUDIN adalah Bulian ?

Pada dasarnya, Bulian yang ada di di TAHURA SULTAN THAHA SYAIFUDIN itu
merupakan Bulian yang hidup kembali dengan cara trubusan. Dimana induk pohon yang
asli telah melalui banyak proses pemangkasan seperti karena fenomena kebakaran dan
yang paling sering terjadi adalah pembalakan kayu Bulian. Sehingga akan muncul
Bulian baru namun Bulian terkenal dengan fase kematangan tumbuh yang amat lama
hingga menghasilkan kayu yang amat bagus. Hal ini menyebabkan perkembangan
Species dari semai, pancang tiang dan menjadi pohon akan lama pula. Kondisi yg ada di
tahura sekarang ada rata-rata Bulian banyak di tingkat tiang sehingga masih harus
melalui fase pohon lalu akan menghasilkan semaian baru beda dengan rambutan hutan
maupun Mahang, rambutan hutan sendiri adalah tumbuhan yg cepat berkembang biak,
ketika musim buah, ia akan memiliki buah dan ketika tidak di makan satwa seperti
burung secara keseluruhan maka buah akan jatuh ke bawah permukaan tanah dan
berubah menjadi tunas oleh sebab itu semai dari tumbuhan hutan akan lebih cepat
tumbuh dari pada Bulian. Kemudian untuk frekuensi Mahang yang paling banyak dari
pada Bulian dal fase semai juga memiliki penjelasan Hal ini disebabkan karena tutupan
lahan Bulian yang telah mengalami perambahan dan lahan menjadi terbuka, ketika
terbuka tumbuhan yang paling cepat tumbuh adalah tumbuhan pionir dimana salah
satunya yaitu Mahang. Jadi tumbuhan Mahang akan cepat muncul di setiap plot yang
tumbuhan besarnya telah hilang dan lahan nya terbuka oleh karena itu Mahang memiliki
frekuensi tumbuh yang besar.

Selain beberapa keadaan tersebut, hal yang paling masuk akan untuk menjelaskan
mengapa bukan Bulian yang mendominasi semai. Hal ini terjadi karena penebangan
yang dilakukan oleh perambah hutan dilakukan yang dilakukan kini semakin menggila .
Dimana bukan hanya menebang pohon yg berdiri namun juga menggali Tunggak kayu
Bulian sampai ke ujuang akar nya yang berada di dalam tanah. Bahkan dari hasil
pengamatan, ada yang kedalaman lubang nya mencapai 2meter sehingga kesempatan
tumbuh semai Bulian akan sangat kecil. Jika hal ini terus berlanjut, maka flora endemik
(Bulian ) pada TAHURA SULTAN THAHA SYAIFUDIN Akan benar-benar habis
(punah).

Selain semai, dalam plot 2m x 2m juga ditemukan beberapa tumbuhan bawah hasil
anasilisnya adalah sebagai berikut;
No. Nama Lokal Nama Ilmiah PLOT Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Harandong 2 6 11 26 1 1 47
2. Pandan hutan 8 1 9
3. Pakis-pakisan 1 1 2
4. Talas-talasan 1 1
5. Rotan 1 1
6. Kait-kait ( 6 6
Pancingan)
7. Akar-akaran 2 2 4
TOTAL 70

Dari hasil tersebut, dapat di lihat bawa ditemukan sebanyak 47 Species


Harendong, 9 Species Pandan Hutan, 2 Species pakis-pakisan, 1 Species talas talasan, 1
Species rotan, 6 Species kait-kait dan 4 Species akar-akaran. Oleh karena itu, dapat di
simpulkan bahwa tumbuhan bawah yang mendominasi 8 plot pengamatan adalah jenis
Harendong (Clidemia hirta)
Analisis Data Pancang

No. Nama Lokal Nama Ilmiah PLOT Jumlah


1 2 3 4 5 6 7 8
1. Semasam Aporosa sp. 1 1
2. Bulian Eusideroxylon zwageri 3 1 1 5
3. Petaling Ochanostachys amentacea 23 23
4. Rambutan hutan Castanopsis argentea 3 3
5. Kelat Agathis sp. 1 1
6. Kelapa tupai 1 1 2
7. Jambu-jambu Eugenia sp. 1 1
8. Mahang Macaranga sp. 1 2 3
9. Medang Phoebe sp. 1 1
10. Laban Vitex pinnata 1 1
11. Meranti Shorea sp. 1 1 1 3
12. Kedondong hutan Spondias dulcis 1 1
13. Matoa hutan Pometia pinnata 1 1
14. Terap Artocarpus odoratissimus 1 1
15. Pelangas Aporosa isabellina 1 1
16. S53 1 1
17. S54 1 1
18. S55 2 2
19. S56 1 1
20. S57 1 1
TOTAL 54

No Nama Lokal Nama Ilmiah K KR (%) F FR (%) INP


. (ind/ha) (%)
1. Semasam Aporosa sp. 50 1,85185 0,12 3,84615 5,698
2 5 4 006
2. Bulian Eusideroxylon zwageri 250 9,25925 0,37 11,5384 20,79
9 5 6 772
3. Petaling Ochanostachys 1150 42,5925 0,12 3,84615 46,43
amentacea 9 5 4 875
4. Rambutan Castanopsis argentea 150 5,55555 0,12 3,84615 9,401
hutan 6 5 4 709
5. Kelat Agathis sp. 50 1,85185 0,12 3,84615 5,698
2 5 4 006
6. Kelapa tupai 100 3,70370 0,25 7,69230 11,39
4 8 601
7. Jambu-jambu Eugenia sp. 50 1,85185 0,12 3,84615 5,698
2 5 4 006
8. Mahang Macaranga sp. 150 5,55555 0,25 7,69230 13,24
6 8 786
9. Medang Phoebe sp. 50 1,85185 0,12 3,84615 5,698
2 5 4 006
10. Laban Vitex pinnata 50 1,85185 0,12 3,84615 5,698
2 5 4 006
11. Meranti Shorea sp. 150 5,55555 0,37 11,5384 17,09
6 5 6 402
12. Kedondong Spondias dulcis 50 1,85185 0,12 3,84615 5,698
hutan 2 5 4 006
13. Matoa hutan Pometia pinnata 50 1,85185 0,12 3,84615 5,698
2 5 4 006
14. Terap Artocarpus 50 1,85185 0,12 3,84615 5,698
. odoratissimus 2 5 4 006
15. Pelangas Aporosa isabellina 50 1,85185 0,12 3,84615 5,698
2 5 4 006
16. S53 50 1,85185 0,12 3,84615 5,698
2 5 4 006
17. S54 50 1,85185 0,12 3,84615 5,698
2 5 4 006
18. S55 100 3,70370 0,12 3,84615 7,549
4 5 4 858
19. S56 50 1,85185 0,12 3,84615 5,698
2 5 4 006
20. S57 50 1,85185 0,12 3,84615 5,698
2 5 4 006
TOTAL 2700 100 3,25 100 200

Jadi, dari 8 plot yang kami buat dikawasan TAHURA Sultan Thaha
Syaiffudin Senami dengan panjang transek 160 meter dengan koordinat 38 derajat
dan 218 derajat, untuk semai mendapatkan hasil 20 jenis tanaman yang Pertama
Semasam, Bulian, Petaling, Rambutan Hutan, Kelat, Kelapa Tupai, Jambu-Jambu,
Mahang, Medang, Laban, Meranti, Kedondong Hutan, Matoa Hutan, Terap,
Pelangas, S53, S54, S55, S56, S57 dengan total kerapatan 2700 ind/ha kerapatan
relatif 100%, frekuensi 3,25, frekuensi relatif 100%, dan Indeks Nilai Pentingnya
200%

Berdasarkan total nilai tersebut, dari segi kerapatan di tingkat pancang, nilai
tertinggi adalah Petaling yaitu sebesar 1.150 Individu/Ha dan dengan Kerapatan
Relatif yaitu 42,59259%. Sedangkan tertinggi ke 2 yaitu Bulian dengan kerapatan
250 individu/ha dan Kerapatan Relatif 11,53846%.

Selanjutnya, dilihat dari segi frekuensi maka tumbuhan dengan frekuensi


tertinggi adalah Bulian dan Meranti dengan nilai sama yaitu 0.375. oleh karena itu
frekuensi relatif nya juga sama yaitu 11.53846%. Hal ini menandakan bahwa Meranti
dan bulian adalah tumbuhan yang paling sering ditemui dalam 8 plot pengamatan
walau jumlah individu dalam tiap plot tidak cukup banyak. Adapun bedanya dengan
Petaling, dia jarang ditemui dalam 8 plot namun berkumpul dalam 1 plot dengan
jumlah yang banyak sehingga frekuensi nya hanya 0.125 dan frekuensi relatif nya
3,846154 %. Namun INP tetap merupakan penjumlahan Antara Kerapatan Relatif
dan frekuensi relatif sehingga nilai INP yang tertinggi tetaplah petalung 46,43875%
yang artinya petaling adalah tumbuhan yang paling mendominasi tingkat pancang
pada 8 plot yang telah diamati.
Analisis Data Tiang

No. Nama Lokal Nama Ilmiah PLOT Jumlah


1 2 3 4 5 6 7 8
1. Bulian Eusideroxylon zwageri 4 3 1 3 8 3 22
2. Kelat Agathis sp. 2 2
3. Meranti Shorea sp. 1 1 2 4
4. Durian hutan Durio carinatus 1 1
5. Petaling Ochanostachys amentacea 1 1

6. Laban Vitex pinnata 1 1


7. S58 1 1
8. S59 1 1
9. S60 1 1
TOTAL 34
N Nama Nama Ilmiah K KR(% F FR( D(m²/ DR INP
o. Lokal (ind/ha ) %) ha) (%) (%)
)
1. Bulian Eusideroxylon 275 64,705 0,7 37,5 5,1125 69,322 171,
zwageri 88 5 03 527
9
2. Kelat Agathis sp. 25 5,8823 0,1 6,25 0,3 4,0677 16,2
53 25 97 001
5
3. Meranti Shorea sp. 50 11,764 0,3 18,7 0,725 9,8305 40,3
71 75 5 08 452
1
4. Durian Durio carinatus 12,5 2,9411 0,1 6,25 0,275 3,7288 12,9
hutan 76 25 14 199
9
5. Petaling Ochanostachys 12,5 2,9411 0,1 6,25 0,1375 1,8644 11,0
amentacea 76 25 07 555
8
6. Laban Vitex pinnata 12,5 2,9411 0,1 6,25 0,175 2,3728 11,5
76 25 81 640
6
7. S58 12,5 2,9411 0,1 6,25 0,25 3,3898 12,5
76 25 31 810
1
8. S59 12,5 2,9411 0,1 6,25 0,0875 1,1864 10,3
76 25 41 776
2
9. S60 12,5 2,9411 0,1 6,25 0,3125 4,2372 13,4
76 25 88 284
6
TOTAL 425 100 2 100 7,375 100 300

Jadi, dari 8 plot yang kami buat dikawasan TAHURA Sultan Thaha
Syaiffudin Senami dengan panjang transek 160 meter dengan koordinat 38 derajat
dan 218 derajat, untuk semai mendapatkan hasil 9 jenis tanaman yang Pertama
Bulian, Kelat, Meranti, Durian Hutan, Petaling, Laban, S58, S59, S60 dengan total
kerapatan 425 ind/ha, kerapatan relatif 100%, frekuensi 2, frekuensi relatif 100%,
dominansi 7,375 m2/ha, dominansi relatif 100% dan Indeks Nilai Pentingnya 300%

Berdasarkan total nilai tersebut secara keset baik kerapatan, Kerapatan Relatif,
Frekuensi, frekuensi relatif, dominansi dan dominansi angka tertinggi adalah Bulian
(Eusideroxylon zwageri) sehingga INP (indeks nilai penting) tertinggi juga lah
Bulian dengan total INP 171.5279% (jumalah nya lebih dari separo dari total indeks
nilai penting yaitu 300% . Sehinga dapat disimpulkan bahwa Bulian (Eusideroxylon
zwageri) sebagai tanaman yang dominan pada tingkat tiang .
Analisis Data untuk Pohon

No. Nama Lokal Nama Ilmiah PLOT Jumlah


1 2 3 4 5 6 7 8
1. Bulian Eusideroxylon zwageri 3 1 1 3 1 1 10
2. Asam Kandis Garcinia xanthochymus 1 1
3. Medang Phoebe sp. 1 3
4. Jati Tectona grandis 1 1 2
5. Meranti Shorea sp. 1 1 1 1 1 3 8
6. Kelat Agathis sp. 2 2
7. Gamal Gliricidia sepium 1 1
8. Laban Vitex pinnata 1 1
9. Petaling Ochanostachys 1 1 2
amentacea

10. Sengon Albizia chinensis 1 1


11. S61 1 1
12. S62 1 1
13. S63 1 1
14. S64 1 1
15. S65 1 1
TOTAL 35

N Nama Nama Ilmiah K KR F FR D DR INP


o. Lokal (ind/ha (%) (%) (m²/ha (%) (%)
) )
1. Bulian Eusideroxylon 31,25 27,77 0,7 21,42 2,1437 21,36 70,5
zwageri 778 5 857 5 84 747
5
2. Asam Garcinia 3,125 2,777 0,1 3,571 0,2753 2,744 9,09
Kandis xanthochymus 778 25 429 02 146 335
2
3. Medang Phoebe sp. 9,375 8,333 0,2 7,142 1,4562 14,51 29,9
333 5 857 5 556 917
5
4. Jati Tectona grandis 6,25 5,555 0,2 7,142 2,1843 21,77 34,4
556 5 857 75 334 717
5
5. Meranti Shorea sp. 25 22,22 0,7 21,42 1,7375 17,31 60,9
222 5 857 899 697
9
6. Kelat Agathis sp. 6,25 5,555 0,1 3,571 0,2125 2,118 11,2
556 25 429 15 451
3
7. Gamal Gliricidia sepium 3,125 2,777 0,1 3,571 0,0981 0,978 7,32
778 25 429 25 087 729
3
8. Laban Vitex pinnata 3,125 2,777 0,1 3,571 0,2512 2,503 8,85
778 25 429 903 310
9
9. Petaling Ochanostachys 6,25 5,555 0,2 7,142 0,3781 3,769 16,4
amentacea 556 5 857 25 062 674
7
10 Sengon Albizia chinensis 3,125 2,777 0,1 3,571 0,1533 1,528 7,87
. 778 25 429 2 261 746
7
11 S61 3,125 2,777 0,1 3,571 0,2835 2,826 9,17
. 778 25 429 81 672 587
8
12 S62 3,125 2,777 0,1 3,571 0,3542 3,530 9,88
. 778 25 429 31 894 010
1
13 S63 3,125 2,777 0,1 3,571 0,1895 1,889 8,23
. 778 25 429 87 762 896
8
14 S64 3,125 2,777 0,1 3,571 0,2063 2,056 8,40
. 778 25 429 08 428 563
4
15 S65 3,125 2,777 0,1 3,571 0,1081 1,078 7,42
. 778 25 429 83 341 754
7
TOTAL 112,5 100 3,5 100 10,032 100 300
34
Jadi, dari 8 plot yang kami buat dikawasan TAHURA Sultan Thaha Syaiffudin
Senami dengan panjang transek 160 meter dengan koordinat 38 derajat dan 218
derajat, untuk semai mendapatkan hasil 15 jenis tanaman yang Pertama Bulian, Asam
Kandis, Medang, Jati, Meranti, Kelat, Gamal, Laban, Petaling, Sengon, S61, S62, S63,
S64, S65 dengan total kerapatan 112,5 ind/ha. dari jumlah tersebut, nilai kerapatan
tertinggi adalah Bulian ( Eusideroxylon zwageri) yaitu 31.25 individu/Ha sedangkan
yang tak kalah banyak yaitu pohon Meranti (Shorea sp) yaitu 25 individu /Ha. Dan
nilai kerapatan Relatif (KR) secara berturut-turut yaitu 27,77778% dan 22,22222%.
Hal Ini menunjukkan bahwa 2 jenis tanaman tersebut merupakan tanaman yang yg
paling banyak jumlahnya dalam luasan 8 plot analisis.

Selanjutnya, dinilai dari segi frekuensi antara Bulian (Eusideroxylon zwageri)


(Shorea sp,) justru sama yaitu sebesar 0.75 dengan Frekuensi Relatif dari rekuensi
relatif 100% yaitu sebesar 21,42857 % ( bisa dikatakan menempati 1/4 dari total
tumbuhan dalam 1 areal pengamatan ) Dari hal ini dapat disimpulkan dalam 8 plot
pengamatan Bulian dan Meranti adalah tumbuhan yang sama sama sering ditemui.

Kemudian segi dominansi, Bulian (Eusideroxylon zwageri) dan Meranti ( Shorea


sp) berturut-turut menempati peringkat ke 2 dan ke 3 dengan dominasi dari total
dominasi 10,03234 yaitu sebesar 2,14375 dan 1,7375. Dan untuk dominasi tertinggi
nya adalah Jati ( Tectona grandis) yaitu 2,184375 dengan Dominasi Relatif (DR) dari
total dominansi relatif 100% yaitu 21.7734 % namun ternyata selisih antara jati dan
bulian hanyalah 0,8% saja sehingga dapat dikatakan bahwa jati dan bulian memiliki
luas bidang dasar pohon atau luas penutupan tajuk setiap spesies yang dijumpai dalam
plot yang sama besar. Kemudian yang terakhir Indeks Nilai Pentingnya sudah pasti
yang tertinggi dari total dominasi 300% yaitu Bulian (Eusideroxylon zwageri) yaitu
sebesar 70.57475%. Jadi dapat disimpulkan bahwa Bulian memang merupakan pohon
endemik dari TAHURA SULTAN THAHA SYAIFUDIN. Karena memiliki
kerapatan, frekuensi dan dominasi terbesar dari pohon-pohon lainnya dari sampel
analisis yang kami lakukan.
Proyeksi Tajuk

Jadi, gambar disamping merupakan proyeksi tajuk dari pohon yg ada di plot 8 dan
kami menemukan sebanyak 8 pohon dengan plot yang berdiameter 20 meter x 20 meter
dengan koordinat 218 derajat. Dengan tinggi dan lebar tajuk pohon yang bervariasi dan
jenis pohon yang berbeda-beda di satu plot yg memiliki luas 400m2.
Pada awal mula pembukaan plot, sudut koordinat yang di gunakan adalah 38 derajat.
Namun pada plot 7 dan 8 berubah menjadi 218 serat. Mengapa demikian? Hal ini
disebabkan karena kondisi plot pengamatan untuk plot 7 dan 8 menemui keadaan yang
tidak memungkinkan untuk dilewati. Karena pada areal yang seharusnya menjadi plot 7
dan 8 di penuhi oleh vegetasi rotan yang besar dan rimbun lalu dibelakang rotan terdapat
rawa yang dalam dan juga dipenuhi rotan sehingga tidak bisa dilalui tim karena terlalu
mengancam keselamatan. Oleh karena itu, kami memutuskan melakukan tindakan
perubahan titik koordinat dengan menembak sudut back azimut dari 38 derajat yaitu 218
derajat.

3.3.3 Observasi Satwa Liar Dan Kondisi Lingkungan

Pada praktikum yang dilaksanakan di Tahura Sultan Thaha Syaifuddin ini,


Hutan dataran rendah ini didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk
berlapis-lapis, sekurang-kurangnya tinggi tajuk teratas rata-rata 45 cm dibandingkan
hutan rapat, dan hijau sepanjang tahun.
Suhu di Tahura Sultan Thaha Syaifuddin ini berkisar antara 29-30oc dengan
kelembaban berkisar 70-71 %. Jenis tanah yang teridentifikasi adalah tanah vulkanik
jenis Ultisol yang memilki pH 7,8 yang berarti ini tanah ini asam. Untuk analisis
vegetasi nya, banyak pohon-pohon yang menggunakan bahasa daerah, sehingga
sedikit susah untuk menemukan bahasa latin serta keterangan lebih lanjut tentang
pohon tersebut. Untuk jenis satwa yang diamati kami hanya menemukan pacet dan
beberapa jenis belalang.
Sebelum observasi, kami telah melakukan wawancara terhadap dinas
pengelola TAHURA SULTAN THAHA SYAIFUDIN yaitu bapak sandi sebagai
perwakilan dari Dinas Kmentrian Lingkungan Hidup. Beliau menyebutkan bahwa
dahulunya pada saat peresmian TAHURA, Telah diteliti dan dilaksanakan
pengamatan satwa yang berada di dalam TAHURA. Yaitu seperti harimau, beruang
, rusa, kijang, monyet ekor panjang, ungko, simpai, tupai, musang, biawak, berbagai
jenis ular besar, berbagai jenis burung yang berkicau di pagi hari, dan juga banyak
populasi babi hutsn yang berkeliaran.
Namun, kami tidak hanya mengambil data lewat wawancara namun kami
melaksanakan pengamatan langsung kelapangan agar kami dapat melihat secara
langsung satwa yang ada atau minimal mendapat petunjuk tidak langsung sehingga
kami dapat mengatakan bahwa satwa tersebut masih ada ( belum punah ) di daerah
tersebut.
Observasi Satwa
Jadi, hasil data yang kami dapati saat pengmatan satwa secara langsung dan
tidak langsung di pagi jam 07.00 dan sore jam 17.00 mendapatkan hasil seperti tabel
data di bawah sebagai berikut:

Pengamatan Secara Langsung


No. Nama Satwa Nama Ilmiah Status Di Iucn Status
Dipermen Lhk
No. 169 Thn
2018
Dilindun Tida
gi k
A. PRIMATA
1. Monyet Ekor Macaca fascicularis NT (Near 
Panjang Threatened)
2. Simpai Presbytis melalophos EN (Endangred) 

B. PISCES
1. Ikan Barau Hampala LC (Least 
macrolepidota Concern )
2. Ikan Gabus Channa striata LC (Least 
Concern )

C. AVES
1. Burung Walet Collocalia vestita 
2. Burung kutilang Pycnonotus aurigaster LC (Least 
Concern )
3. Burung Puyuh Oreortyx pictus LC (Least 
Concern )

D. REPTIL
1. Ular Air (Kadut) Acrochordus LC (Least 
granulatus Concern )
2. Ular mock viper Psammodynastes Not Data 
pulverulentus

E. AMFIBI
1. Katak Anura sp. LC (Least 
Concern )

F. INSECTA
1. Ulat Spodoptera sp Tidak Terancam 
2. Lebah Apis dorsata Tidak Terancam 
3. Kumbang Bombus LC (Least 
Concern )
4. Capung Anisoptera 
5. Lalat Diptera Tidak Terancam 
6. Nyamuk Culicidea Tidak terancam 
7. Jangkrik Grylloidea Tidak Terancam 
8. Kupu-Kupu Rhopalocera Tidak Terancam 
9. Tonggeret Cicadidae NT (Near 
Threatened)
10. Laba-laba Araneus diadematus Tidak Terancam 
11. Belalang Caelifera Tidak terancam 
12. Lipan Chilopoda EN (Endangred) 

G. AVETEBRATA
1. Kepiting (Ketam) Gecarcinus quadratus LC (Least 
Concern )
2. Udang Macrobrachium LC (Least 
Concern )

H. MAMALIA
1. Tupai Tupaya javanica LC (Least 
Concern )

Pengamatan Secara Tidak Langsun


No Nama Satwa Nama Ilmiah Bentuk Status di Status di
. IUCN PermenLHK
No. 169 thn
2018
A. AVES YA TIDA
K
1. Burung Kutilang Pycnonotus Suara LC (Least 
aurigaster Concern)
2. Burung Kacer Copsychus Suara LC (Least 
saularis Concern)
3. Burung Murai Copsychus Suara NT (Near 
malabaricus Threatened)
4. Burung X Kotoran 
5. Burung Y Kotoran 
6. Burung Ruak- Amaurornis Suara LC (Least 
Ruak phoenicurus Concern)

B. AMFIBI
1. Katak Anura sp. Suara LC (Least 
Concern)
2. Kodok Besar Anura sp. Suara LC (Least 
Concern)

C. PERMATA
1. Ungko Hylobates Suara EN 
agilis (Endangred)

D. MAMALIA
1. Babi Hutan Sus scrofa Jejak Dan LC (Least 
Kubangan Concern)
Ditanah
Berdasarkan Kita ketahui bahwa satwa yang paling bayak ditemui kita temui
secara langsung dan tidak langsungadalah monyet ekor panjang yaitu kami bertemu
lebih dari 30 Species monyet ekor panjang dan beberapa satwa-satwa kecil saja
seperti jenis insecta (mendominasi), burung ada beberapa jenis saja amfibi hanya ada
katak biawak sudah tidak ada. Satwa yang disebutkan saat wawancara seperti
harimau, beruang, rusa, kijang dan musang sama sekali tidak kita temui. ungko dan
simpai hanya ditemui lewat suara, berbagai jenis ular besa tidak di temui yang ada
hanya 2 ular kecil dengan panjang tidak sampai 50cm seperi mock viper dan ular air
dan tupai hanya ditemui 2 Species dan babi hutan yang sering berkeliaran juga tidak
ditemukan. Hanya ada 1 bekas kubangan babi hutan dan jejak kaki di sekitar
kubangannya saja. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa satwa yang ada di
TAHURA SULTAN THAHA SYAIFUDIN Sudah sedikit dan mendekati kepunahan
satwa pada aeral tersebut.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantara yaitu kebakaran hebat pada tahun
2015 dan 2018-2019. Yang melalap habis kawasan hutan. Dalam kebakaran tersebut
di temukan banyak hewan terbakar. Menurut penjelasan narasumber, ketika
dilaksanakan pemadaman banyak sekali jenis satwa yang menjerit seperti kijang dns
rusa suaranya terdengar lantang karena terkepung api yang panas setelah kejadian itu
rusa dan kijang tidak lagi pernah di lihat. Selanjutnya jenis beruang masih sering di
lihat oleh penduduk desa penyangga disekitar TAHURA bahkan belum lama ini
terjadi kasus beruang masuk ke pemukiman warga yaitu tepatnya di puskesmas. Hal
ini dikarenakan ekosistem tinggalnya telah di lalap api. Kasus penyebab lain selain
kebakaran adalah pemburuan satwa seperti harimau yang diburu kulitnya, rusa yang
di buru dagingnya untuk dijual, dan babi yang paling sering diburu oleh organisasi
pemburu babi (PORGI) yang memburu dan membawa babi keluar dengan alasan
babi adalah Hama. Namun tidah menutup kemungkinan bahwa ada satwa yang
diburu selain babi mungkin saja rusa dan lain lain karena tidak pernah mendapat
pengawalan yang ketat dari pihak Tahura. Selain alasan tersebut , sebenarnya babi
hutan ketika sudah berada dalam areal konservasi tetap harus dilindungi tidak boleh
diburu atau dibunuh karena semua hewan yang ada di dalam hutan pasti memiliki
fungsi tertentu dalam menyeimbangkan lingkungan.
Kemudian jika ditanya apakah ada kemungkinan satwa seperti harimau, rusa
dan beruang masih ada? Jawabannya adalah mungkin saja ada namun tidak
tertangkap dalam pengamatan karena beberapa hal diantaranya yaitu insting binatang
ketika terjamah manusia dan hal lain seperti terbatasnya areal pengamatan satwa
sehingga peluang bertemunya satwa yang banyak hanyalah sedikit .
Selain itu, dari tabel dapat kita lihat bahwa satwa yang berada di Tahura
sekarang hanya tersisa satwa yg tingkat keterancaman risiko punah rendah, adapun
yg terancam hanya ada lipan, ungko dan simpai. Sehingga dapat di katakan bahwa
hewan hewan lain masih dapat terus berkembang dengan baik di Tahura dan hewan-
hewan seperti harimau, beruang, rusa dan kijang tidak bisa di lindungi dengan baik
ditahura sehingga tidak dapat bertahan di ekosistem tersebut.
Biofisik (Suhu dan kelembaban)
Kamis 24 Juni 2021

Pagi

Suhu Kelembapan Jam menit


26°c 63% 08:27-08:32 5’

26°c 71% 08:32-08:37 10’

26°c 73% 08:37-08:42 15’

Siang

Suhu Kelembapan Jam menit


28°c 70% 10:49-10:54 5’

28°c 71% 10:54-10:59 10’

28°c 71% 10:59-11:04 15’

Sore
Suhu kelembapan Jam menit
29°c 71% 17:05-17:10 5’
29°c 72% 17:10-17:15 10’

29°c 71% 17:15-17:20 15’


Rata rata suhu
= (2xpagi) +siang +sore
4
= (2X25,3) +28 +29
4
= 50,6 +28 +29
4
= 26,9°C.

Jumat 25, Juni 2021


Pagi
Suhu kelembapan jam menit
24°c 80% 06:55-07:00 5’
24°c 80% 07:00-07:05 10’
25°c 80% 07:05-07:10 15’

Siang
Suhu kelembapan jam menit
31°c 58% 11:47-11:52 5’
31°c 54% 11:53-11:58 10’
32°c 52% 11:58-12:03 15’

Sore
suhu kelembapan jam menit
30°c 68% 17:25-17:30 5’
29°c 70% 17:30-17:35 10’
29°c 70% 17:35-17:40 15’

Rata rata suhu


= 2x pagi + siang +sore
4
= 2x24 + 31,3 + 29,3
4
= 27,3°c
Dari hasil perhitungan rata-rata suhu tersebut, dapat dikatakan bahwa suhu di
daerah dataran rendah TAHURA SULTAN THAHA SYAIFUDIN adalah 27.3% atau
terhitung suhu yang sedang atau tidak terlalu dingin lagi. Mengapa demikian, sedangkan
seharusnya suhu di wilayah hutan seharusnya dingin. Hal ini menandakan bahwa kondisi
hutan di TAHURA SULTAN THAHA SYAIFUDIN telah memburuk, tutupan hutan
telah berkurang sehingga Cahya matahari dapat masuk kedalam dasar pohon
menyebabkan suhu di dalam hutan mengalami perubahan menjadi agak panas. Selain
suhu di dalam hutan, suhu di dalam penginapan yang kami dirikan tenda juga sangat jauh
berbeda dimana berkemah di hutan yang seharusnya tidur kedinginan justru kami tidur
sering kali tidak menggunakan kantong tidur atau jenis selimut. Melainkan hanya
memakai kaos kaki dan jaket saja. Hal ini cukup menjalankan kondisi hutan yang tak
lagi dingin karena perubahan tutupan lahan .

Peran dan fungsi hutan dataran rendah dalam kehidupan :


1. Hutan memiliki banyak manfaat untuk kita semua
2. Mencegah erosi dan tanah longsor.
3. Tinggi rendahnya permukaan bumi.
4. Makhluk hidup ( biotik ).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan kedelapan tipe ekosistem hutan yang telah diamati dalam


praktikum pengenalan ekositem hutan (PEH), kedelapan tipe hutan tersebut
memiliki karakteristik tersendiri dalam mencirikan tipe dan komponen
ekosistemnya. Dari pengenalan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin tinggi suatu tempat, suhu semakin rendah, tekanan udara semakin
turun, tetapi kesuburan tanah semakin rendah, maka kerapatan hutan pun
semakin rendah dan itu juga tergantung dari kesuburan tanahnya itu sediri.

Berkurangnya jenis serta ukuran vegetasi dan hewan seiringnya


pertumbahan tinggi suatu tempat karena sulit masuknya cahaya matahari karena
terhalang oleh kabut. Hal ini menyebabkan tumbuhan sulit untuk melakukan
fotosintesis sehingga pertumbuhannya terganggu begitu juga dengan satwa liar,
karena berkurangnya vegetasi, satwa liar tersebut sulit untuk mendapatkan
makanan dan tempat persembunyian.

Dan ancaman berupa tingkat keasaman ph tanah, kebakaran hutan, dan


gangguan dari masyarakat yang ada di tepi TAHURA SULTAN THAHA
SYAIFFUDIN menjadi acuan dari pertumbuhan tanaman yang ada disana.

Bahwa kegiatan PEH melakukan analisis Vegetasi di tahura sultan


Thaha Saifuddin Jambi. Berdasarkan hasil analisis vegetasi dapat disimpulkan
bahwa :

1. Tumbuhan yang mendominasi tingkat semai adalah Rambutan


hutan (Castanopsis argentea) sedangkan tingkat pancang, tiang dan
pohon adalah Bulian ( Eusideroxylon zwageri) sehingga dapat
disimpulkan bahwa tumbuhan endemik untuk hutan dataran rendah
ini adalah Buliah (Eusideroxylon zwageri) .

2. Hutan dataran rendah tersebut memiliki tipe ekosistem tanah yang


sedang- kering ditandai dengan suhu rata-rata sebesar 27 derajat .
Hal ini disebabkan karena perubahan tutupan lahan yang semakin
berkurang sehingga cahaya matahari sangat mudah menembus tajuk
pohon .

3. PH tanah pada dataran rendah adalah kisaran 6-7 (mendekati netral)


sehingga masih cukup baik untuk pertumbuhan tanaman.

4. Kondisi satwa di hutan dataran rendah telah jauh mengalami


penurunan kuantitas disebabkan oleh beberapa hal seperti kebakaran
dan pemburuan .

4.2 Saran

Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan cepat, sebaiknya persiapkan


peralatan yang memadai, baik dari jumlah, kondisi peralatan, maupun tingkat
teknologinya. Serta kesiapan dan pengetahuan seseorang tentang alat-alat yang
akan dipakai nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Soerianagara I, Indrawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Manajemen Hutan.


Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Sukarsono.2009. Pengantar Ekologi Hewan; Konsep, Perilaku, Psikologi dan
Komunikasi. UMM Press, Malang
Wirjodihardjo MW, Tan KH. 1964. Ilmu tanah jilid II. Prasnyaparamita, Jakarta.
Tisdale S, Nelson W. 1975. Soil Fertility and Fertilizer. Third Edition New York,
Macmillan Publishing. Co., Inc. 694 pp.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai