[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
512 tayangan13 halaman

Pengukuran Tinggi Pohon

Ringkasan dokumen tersebut adalah: 1. Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran tinggi pohon menggunakan alat ukur Christen Hypsometer. 2. Mahasiswa mengukur tinggi sepuluh pohon di Arboretum Perpustakaan Universitas Lampung dan mendapatkan hasil antara 10 hingga 30 meter. 3. Rata-rata tinggi pohon yang diukur adalah sekitar 20 meter.

Diunggah oleh

endah susilowati
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
512 tayangan13 halaman

Pengukuran Tinggi Pohon

Ringkasan dokumen tersebut adalah: 1. Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran tinggi pohon menggunakan alat ukur Christen Hypsometer. 2. Mahasiswa mengukur tinggi sepuluh pohon di Arboretum Perpustakaan Universitas Lampung dan mendapatkan hasil antara 10 hingga 30 meter. 3. Rata-rata tinggi pohon yang diukur adalah sekitar 20 meter.

Diunggah oleh

endah susilowati
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 13

PENGUKURAN TINGGI POHON

(Laporan Praktikum Biometrika Hutan)

Oleh
Endah Susilowati

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat

mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas

tertentu. Pengukuran tinggi dan pengukuran diameter pohon merupakan

pengukuran yang biasa dilakukan untuk mengetahui dimensi suatu pohon. Tinggi

pohon merupakan jarak antara tajuk pohon dengan permukaan tanah. Dalam

memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat serta kemampuan

pengamat merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi keotentikan data

yang diperoleh. Dengan demikian, perbedaan relatif dari keakuratan data yang

diperoleh diantara alat yang berbeda akan terlihat. Sehingga dapat diketahui pula

kelebihan dan kelemahan suatu alat tertentu.

Salah satu sumber daya alam yang sangat besar manfaatnya bagi kesejahteraan

manusia adalah hutan. Hutan juga merupakan modal dasar pembangunan

nasional. Sebagai modal dasar pembangunan nasional, maka hutan tersebut harus

kita jaga kelestariannya agar kelak manfaat hutan ini tidak hanya kita nikmati

sekarang, tetapi juga untuk kelangsungan hidup dari generasi yang akan datang.

Oleh sebab itu, sumber daya hutan ini perlu dikelola dengan baik dan tepat agar

manfaat dan hasilnya dapat dikelola secara maksimal dan kelestariannya terjaga.a.
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah

1. Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur tinggi pohon.

2. Mahasiswa mengetahui tinggi pohon yang diukur.

3. Mahasiswa mengetahui perbandingan data tinggi pohon dalam pengkuran

tinggi pohon.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan tanaman adalah pertambahan dimensi pohon atau tegakan hutan

selama periode waktu tertentu. Dikatakan lebih lanjut bahwa besaran

pertumbuhan atau riap tegakan dapat diketahui dari parameter-parameter tinggi,

diameter atau volume. Pertumbuhan tinggi pohon, baik tinggi bebas cabang

maupun tinggi pohon, yang ditanam merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan penanaman terutama untuk penghasil kayu pertukangan. Dengan

tinggi bebas dahan yang proporsional maka pemanfaatan kayu dapat ditingkatkan

(Effendi,2012).

Tinggi pohon didefinisikan sebagai jarak atau panjang garis terpendek antara

suatu titik pada pohon dengan proyeksinya pada bidang datar. Istilah tinggi

pohon hanya berlaku untuk pohon yang masih berdiri, sedangkan untuk pohon

rebah digunakan istilah panjang pohon. Pengukuran tinggi pohon pada umumnya

menggunakan prinsip geometrid dan trigonometri (Elviadi,I. 1994).

Pariadi (1978), mengemukakan tinggi adalah jarak terpendek antara suatu titik

dengan titik proyeksinya pada bidang datar atau pada bidang horisontal. Sebagai

komponen untuk menentukan volume kayu, tinggi pohon dibedakan atas dua

macam notasi, yaitu:

1. Tinggi pohon seluruhnya, yaitu jarak antara titik puncak pohon dengan
proyeksinya pada bidang datar atau horisontal.

2. Tinggi lepas dahan atau lepas cabang atau sampai batas permulaan tajuk

yaitu jarak antara titik lepas cabang atau permulaan tajuk dengan proyeksinya

pada bidang datar atau horisontal.

Pariadi (1978), menjelaskan pula bahwa alat ukur tinggi pohon yang dapat

dipergunakan dapat dibedakan menjadi dua golongan menurut bentuk dan teknik

pemakaiannya, yaitu:

1. Golongan pertama, alat yang memerlukan pengukuran jarak, seperti alat

ukur lereng misalnya Abney level, Forest service Hypsometer, alat ukur Weiss

dan Faustman.

2. Golongan kedua, alat yang tidak memerlukan pengukuran jarak, seperti

alat ukur sunto clinometer. Untuk mengukur tinggi pohon dengan alat

tersebut harus dibidikkan ke bagian pangkal dan bagian atas pohon.


III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Christen Hypsometer,Tally

sheet, alat tulis, dan galah. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pohon yang

berada di Arboretum Perpustakaan Universitas Lampung.

B. Cara Kerja

Cara kerja yang yang digunakan pada praktikum ini adalah

1. Menyiapkan alat yang akan digunakan.

2. Menentukan pohon yang akan diketahui tinggi pohonnya.

3. Mengukur tinggi pohon dengan Christen Hypsometer.

4. Mencatat hasilnya dalam Tally sheet.

5. Membuat laporan hasil praktikum.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah

Tabel 1. Pengukuran tinggi pohon


No Nama Pohon Tinggi pohon
Keterangan
. Lokal Ilmiah (cm)
Enterolobium
1. Sengon Buto 1 30 -
cyclocarpum
Enterolobium
2. Sengon Buto 2 25 Pohon miring
cyclocarpum
3. Jati 1 Tectona grandis 22 -
Pohon sedikit
4. Wareng 1 Gmelina arborea 20
miring
Pohon agak
5. Wareng 2 Gmelina arborea 18
condong
6. Mahoni D.L. Swietenia macrophylla 10 -
Anthocephallus
7. Jabon 15 -
chinensis
Pohon cabang
8. Jengkol Pithecelobium lobatum 19
dua
9. Jati 2 Tectona grandis 11 -
Enterolobium
10. Sengon Buto 3 30 -
cyclocarpum

B. Pembahasan

Tinggi pohon adalah salah satu faktor yangdapat digunakan dalam menghitung

( menduga ) hasil kayu yang dapat diperoleh nantinya. Pada praktikum

pengukuran tinggi pohon, kami melakukan pengamatan di Arboretun


Perpustakaan Universitas Lampung pada hari selasa 4 Oktober 2016. Ada

beberapa jenis pohon yang dapat dijumpai disana. Kami pun mengukur sepuluh

pohon yang ada disana. Pohon yang kami ukur adalah sengon buto

(Enterolobium cyclocarpum), jati ( Tectona grandis ), wareng (Gmelina arbore ),

mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla), jabon ( Anthocephallus chinensis ),

dan jengkol ( Pithecelobuim lobatum ).

Pengukuran tinggi pohon diawali dengan pengukuran pohon sengon buto

(Enterolobium cyclocarpum) sebanyak tiga pohon dengan ketinggian 30 m

(sengon buto 1 dan 3 ) dan 25 m (sengon buto 2). Pada pohon sengon buto 2

pohon yang kami ukur miring. Selanjutnya pengukuran pohon jati ( Tectona

grandis ) sebanyak dua pohon, dengan ketinggian 22 m (1) dan 11 m (2). Ada

dua pohon wareng (Gmelina arbore ) yang kami ukur ketinggiannya, dan

diperoleh tinggi pohon 20 m untuk wareng 1 dan 18 m untuk pohon wareng 2.

pohon mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla) yang memiliki ketinggian 10

m. Untuk pohon jabon ( Anthocephallus chinensis ), yang ada disana memiliki

ketinggian 15 m. dan terakhir adalah tinggi pohon jengkol ( Pithecelobuim

lobatum ) adalah 19 m.

Cara kerja pada praktikum ini adalah pertama menentukan lokasi yang akan

diukur pohonnya, lalu ke lokasi tersebut. Kemudian menentukan pohon yang

akan di ukur. Letakkan galah pada pohon yang akan di ukur, lalu arahkan CH

meter ke galah dan pohon yang diukur (CH diarahkan dengan ketinggian sejajar

dengan dada pengamat). Lihat hasil pengukurannya pada CH meter, lalu

mencatatnya ke Tally sheet. Kemudian membuat laporan hasil pengamatan.


Kelebihan dari pengunaan CH meter adalah alat ini dapat dibuat sendiri dengan

mudah, cara penggunaannya yang tidak sulit, alatnya pun tergolong ringan serta

mudah dibawa serta pengukurannya tidak terpengaruhi oleh kondisi tempat.

Sedangkan kekurangannya, alat ini memiliki keterbatasan dalam tingkat

ketelitiannya, sulit dalam menentukan puncak pohon, sera ketelitian tergantung

pada mata pengamat.

Kendala saat melakukan praktikum adalah letaknya yang jauh, kurang terampil

menggunakan alat ukur sehingga pegukurannya memerlukan waktu yang lama,

sulit menentukan puncak pohon karena terhalang oleh pohon lainnya, pengukuran

yang hanya menggunakan satu alat ukur sehingga tidak berkembangnya wawasan

dan keterampilan dalam menggunakan alat ukur lainnya.


V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengukuran tinggi pohon adalah

1. Alat ukur tinggi pohon yang lazim digunakan adalah CH meter.

Penggunaannya tergolong mudah karena hanya menyocokkan skala yang ada

di CH meter dengan galah yang tinggi pohon.

2. Tinggi pohon yang di ukur berkisar antara 10 meter sampai dengan 30 meter.

3. Perbandingan data yang telah didapat dalam pengukuran diameter pohon yaitu

rata-rata pohon pada Arboretum Perpustakaan Universitas Lampung yaitu 20

meter.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, R. 2012. Kajian Keberhasilan Pertumbuhan Tanaman Nyawai ( Blume)


di KHDTK Cikampek, Jawa Barat Ficus variegate. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman.9(2) : 95 - 104

Elviadi, I. 1994. Perbandingan ketepatan hasil pendugaan volume sortimen


kelompok ramin, Gonistylus spp., Berdasarkan rumus empiris volume
sortimennya.studi kasus di areal HPH PT Inhutani III Sampit Kalimantan
Tengah. Skripsi pada Fakultas Kehutanan IPB.  Bogor. (unpublished).

Pariadi. 1978. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Gambar 1. Pengukuran tinggi pohon.

Gambar 2. Penempatan galah untuk membantu pengukuran tinggi.

Anda mungkin juga menyukai