[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
88 tayangan75 halaman

E - Pendekatan, Metodologi Dan Prog Kerja

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 75

Ustek

PENDEKATAN, METODOLOGI DAN


PROGARAM KERJA

Dalam rangka melaksanakan pekerjaan perencanaan SID D.I.R Lebak Palas


maka Konsultan Perencana akan menyajikan Konsep Pendekatan dan Metodologi
Kerja yang akan diuraikan berikut ini.

E.1. Pendekatan Teknis


Berdasarkan uraian tugas yang terangkum di dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK), Konsultan mempunyai kewajiban menganalisis problematik yang
selanjutnya menemukan pemecahan yang terbaik untuk pekerjaan studi ini. Sesuai
dengan ruang lingkup, tugas dan tanggung jawab Konsultan, diperlukan metoda
pelaksanaan pekerjaan yang tepat dan efektif, agar dapat dicapai suatu hasil
analisis yang optimal. Oleh karenanya diperlukan juga beberapa laporan/data dan
sarana komputerisasi, agar dapat berfungsi sebagai pendukung terhadap tujuan
yang akan dicapai. Untuk itu Konsultan akan mencoba memberikan tahapan dan
metoda pelaksanaan pekerjaan yang secara lengkap diuraikan pada paragraf-
paragraf berikut di bawah ini. Bab ini merupakan penjelasan mengenai prinsip
kerja dan metode pelaksanaan pekerjaan. Lingkup pembahasannya mencakup
metodologi analisa data serta evaluasi terhadap parameter-parameter yang
diperlukan untuk perencanaan. Prinsip-prinsip pemahaman terhadap kerangka
dasar pendekatan teknis adalah sebagai berikut :
1. Diperlukan pemahaman mengenai kondisi fisik daerah proyek, baik yang
berupa kondisi alam maupun sistem pemanfaatan sungai yang ada serta

E - 1
Ustek

kebutuhan/demand yang sangat diperlukan oleh masyarakat pengguna (users).


Kondisi alam dan kondisi kepentingan masyarakat tersebut akan menentukan
sistem pengaturan dan pemanfaatan yang optimal, seperti : kondisi geologi,
kondisi jaringan existing maupun rencana, kondisi alur sungai akan
menentukan jenis-jenis bangunan yang digunakan.
2. Suatu pendekatan secara terpadu antar berbagai ilmu akan dapat memberikan
gambaran tentang masalah yang dominan di lingkungan proyek. Disamping
itu kondisi sosial ekonomi merupakan hal yang perlu ditinjau untuk
memberikan gambaran dampak positif dari pengendalian air dan tentang
akibat serta pengaruh negatif yang terjadi.

Hal-hal tersebut menjadi dasar dalam tahapan pendekatan perencanaan ini.


Adapun data alam yang diperlukan untuk penyusunan SID D.I.R Lebak Palas
adalah sebagai berikut :
1. Kondisi topografi;
2. Kondisi fisiografi;
3. Kondisi hidrologi dan hidrometri;
4. Kondisi pemanfaatan sungai, karakteristik dan perilaku sungai;
5. Kondisi geologi teknik dan mekanika tanah;
6. Kondisi Lingkungan.

Rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menunjang perencanaan teknis, antara


lain :
 Mengumpulkan data dan informasi yang lengkap tentang daerah kajian,
termasuk melakukan survai dan investigasi lapangan yang digunakan sebagai
data dasar.
 Membuat formulasi pemecahan permasalahan yang terbaik bagi penanganan
saluran pembuang sistem irigasi untuk skala mendesak, jangka pendek
maupun jangka panjang.
 Perencanaan detail upaya penanganan system saluran pembuang untuk
prioritas mendesak dan jangka pendek .
 Perhitungan volume dan rencana anggaran biaya bagi pelaksanaan konstruksi.
 Menyusun Spesifikasi Teknis yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi.

E - 2
Ustek

Untuk memudahkan pembahasan metode pelaksanaan pekerjaan, maka lingkup


pekerjaan SID D.I.R Lebak Palas dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
kegiatan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Pendahuluan
2. Mobilisasi dan Demobilisasi tenaga ahli
3. Review Dokumen
Mereview dokumen terkait yang berhubungan dengan desain sistem irigasi
dan drainase Daerah Irigasi Danau Tampang di Kabupaten Muara Enim.
4. Kegiatan Pelaksanaan Inventarisasi
Kegiatan pelaksanaan inventarisasi aset irigasi mencakup :
 Mendata aset jaringan irigasi dan aset pendukung pengelolaan irigasi yang
ada;
 Menghitung nilai dari masing‐masing aset; dan
 Menghitung biaya pemeliharaan/perbaikan dari masing‐masing aset
irigasi.
5. Penyusunan Laporan.

E.2. Pendekatan Teknis Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi


E.2.1. Pekerjaan Pendahuluan (Kegiatan I)
Pekerjaan pendahuluan meliputi pekerjaan–pekerjaan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan.
2. Peninjauan Lapangan Pendahuluan.
3. Pengumpulan Data Hidrologi & Hidrometri, data Geologi jika ada dan
apabila diperlukan.
4. Pengumpulan Data Pendukung O & P.
5. Pengumpulan Data Untuk Analisa Ekonomi.
6. Pembuatan Rencana Mutu Kontrak (RMK).
7. Laporan Pendahuluan dan Diskusi Laporan Pendahuluan.

E - 3
Ustek

A. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan ini mencakup segala kegiatan yang diperlukan untuk
mendukung dimulainya pelaksanaan pekerjaan, antara lain :
 Persiapan Administrasi dan Keuangan
Pada persiapan administrasi ini dimulai dari penyiapan pembuatan
dokumen kontrak antara pemberi kerja dengan pelaksana (pihak konsultan)
dan dalam hal ini termasuk surat menyurat yang bersifat dinas.
 Persiapan Teknis
Pada persiapan ini meliputi penyiapan personil, peralatan dan transportasi.
 Pengumpulan Data Dasar dan Mengkaji Laporan Terdahulu
Dalam tahapan pengumpulan data dasar ini diusahakan semaksimal
mungkin didapat untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
Data dasar yang dikumpulkan antara lain :
 Peta situasi/peta dasar lama skala 1 : 5.000
 Peta topografi 1 : 25.000 atau skala 1 : 50.000
 Data dari daerah irigasi yang bersangkutan antara lain :
- Peta situasi daerah irigasi beserta skema irigasinya.
- Peta pengairan setempat yang biasanya ada pada pengamat
setempat beserta data lainnya.
- Peta petak tersier lama.
- Hasil studi perencanaan yang pernah dilakukan dalam bentuk
apapun untuk daerah irigasi tersebut.
 Peta situasi trace lama skala 1 : 2.000, gambar potongan memanjang
dan melintang saluran irigasi.
 Peta situasi bendung lama.
 Peta ikhtisar lama skala 1 : 10.000 atau skala 1 : 20.000
 Data lain sebagainya, sejauh mungkin yang dapat diperoleh datanya.

 Diskusi Rencana Kerja


Pengumpulan data dasar dapat dilakukan terus selama diperlukan guna
menunjang pekerjaan tersebut. Hal ini dilakukan dengan anggapan bahwa

E - 4
Ustek

kelengkapan data yang lebih baik akan meningkatkan nilai keluaran


analisa.
Setelah pengenalan medan (orientasi lapangan) selesai dilakukan nanti
bersama staf dinas pengairan, kami akan menyusun rencana pelaksanaan
pekerjaan. Selanjutnya rencana kerja ini akan didiskusikan bersama pihak
direksi pekerjaan.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan persetujuan serta pengarahan dan
pelaksanaan, terutama bagi team pengukuran langsung menyiapkan segala
sesuatunya untuk memulai pekerjaan.
 Mobilisasi
Setelah diskusi rencana kerja dilakukan dan mendapat pengarahan dari
direksi, maka dapat dilakukan mobilisasi ; meliputi personil dan peralatan,
dan untuk tim pengukuran, langsung menyiapkan segala sesuatu untuk
memulai pekerjaan pengukuran dan pemetaan.

B. Peninjauan Lapangan Pendahuluan


Peninjauan lapangan atau orientasi lapangan akan dilakukan bersama-sama
pengawas pekerjaan dan instansi terkait di daerah.
Kegiatan ini dilakukan agar mendapat gambaran mengenai :
 Lokasi pekerjaan;
 Batas areal daerah irigasi;
 Titik referensi untuk pengukuran;
 Mencocokan peta lama dengan kondisi lapangan;
 Kondisi saluran dan bangunan;
Setiap perubahan areal atau lokasi yang tidak sesuai dengan peta yang ada,
diplotkan dalam peta dengan memberi warna yang kontras, sebagai bahan
untuk pengukuran upgrading situasi daerah irigasi.
Pada awal survey pendahuluan ini, juga tidak lupa dengan pemberitahuan
secara resmi atau mengurus perijinan untuk memulai pekerjaan lapangan
kepada pihak-pihak yang berwenang diantaranya yaitu :
 Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Selatan
 Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Ogan Ilir
 Kepala Desa yang terkait dengan jaringan irigasi yang ada.

E - 5
Ustek

 Ketua RT/RW, dimana tim survey/investigasi konsultan tersebut


tinggal (kantor lapangan).
Pada survey pendahuluan ini juga akan dilakukan pertemuan dengan instansi
terkait di lapangan dan pihak-pihak yang berwenang untuk membicarakan :
 Maksud dan tujuan dari pekerjaan yang akan dilaksanakan
 Merencanakan waktu untuk penyelusuran bersama dalam survey,
investigasi kerusakan jaringan dan kebutuhan akan perbaikan jaringan.
 Melakukan wawancara mengenai kendala-kendala yang berkaitan
dengan SID D.I.R Lebak Palas.

C. Pengumpulan Data Hidrologi dan Hidrometri


Pengumpulan data hidrologi dan hidrometri sangat penting dalam perancangan
irigasi, karena akurasi data akan mempengaruhi hasil analisa hidrologi, oleh
karena itu data yang akan dikumpulkan yaitu data yang up to date yaitu >10
tahun terakhir (data terbaru), meliputi data :
 Data curah hujan dari stasiun pengamat curah hujan yang
mempengaruhi daerah irigasi tersebut dengan memakai data tahun terakhir
>10 tahun (data terbaru).
 Data klimatologi yang menunjang untuk perhitungan kebutuhan air
irigasi yang diperlukan pada daerah irigasi tersebut. Data tersebut
diperoleh dari stasiun klimatologi terdekat dari daerah/areal irigasi yang
bersangkutan.
 Data debit >10 tahun dengan memakai data tahun terakhir (data
terbaru).
 Data lain yang diperlukan untuk perhitungan ketersediaan air dan
kebutuhan air irigasi pada daerah irigasi yang bersangkutan.

D. Pengumpulan Data Pendukung O&P


Data pendukung O&P yang diperlukan untuk penyusunan buku manual O&P,
diantaranya yaitu :

E - 6
Ustek

 Detail prosedur operasi jaringan irigasi yang berjalan sekarang dan


kekurangannya yang dirasakan para petugas operasi selama menjalankan
prosedur operasi yang berlaku sekarang.
 Data kebutuhan air selama ini digunakan dalam merencanakan
sistem operasi dan pembagian air dalam daerah irgasi yang bersangkutan.
 Catatan pola tanam (areal yang ditanami) menurut musim, jenis
tanaman (palawija, tebu dll.) berikut intensitas tanam dan hasil untuk
minimal 5 (lima) tahun terakhir.
 Pelaksanaan kegiatan pembagian air.
 Peraturan dan kebiasaan dalam pemeliharaan saluran dan
bangunan.
 Perincian tentang kegiatan pemeliharaan.
 Masalah-masalah yang paling berat dalam pemeliharaan.
 Data mengenai personil dan segala fasilitasnya yang tersedia di
tingkat Cabang Dinas eks PU. Pengairan pada saat pelaksanaan pekerjaan.
 Data lain tentang status sekarang, kendala-kendala dan masalah-
masalah dalam operasi dan pemeliharaan, sebagaimana dibutuhkan dalam
system planning.

E. Pengumpulan Data Untuk Analisa Ekonomi


Analisa ekonomi yang akan dilakukan menyangkut indikator-indikator antara
lain : Benefit/Cost Ratio, Net Benefit (Present Value) dan Economic Internal
Rate Return (EIRR), berdasarkan beberapa alternatif umur ekonomis dan
interest rate (bunga) yang berlaku.

Untuk keperluan analisa ekonomi ini data yang akan dikumpulkan meliputi :
 Data mengenai jenis tanaman.
 Harga satuan upah dan bahan.
 Luas areal persawahan.
 Intensitas tanam.
 Data mengenai hasil panen, harga jual dan biaya pengolahannya
yang berlaku di lokasi pekerjaan. Untuk keperluan ini akan disediakan
Formulir Quistionaire.

E - 7
Ustek

F. Pembuatan Rencana Mutu Kontrak (RMK)


Rencana Mutu Kontrak (RMK) mencakup seluruh prosedur dari pekerjaan
yang akan dilaksanakan dan terlebih dahulu harus dikonsultasikan dengan
pemberi pekerjaan/pengawas dan harus diserahkan selambat-lambatnya 2
(dua) minggu setelah kontrak ditandatangani. Jumlah laporan yang harus
diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.

G. Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisi gambaran umum lokasi pekerjaan, hasil pengumpulan data,
temuan-temuan awal dan permasalahan yang ada dilapangan, rencana kerja
konsultan, mobilisasi tenaga ahli dan pendukung, jadual kegiatan dan
metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Laporan pendahuluan ini diserahkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah
kontrak ditandatangani. Laporan Pendahuluan yang telah diperbaiki
diserahkan 1 (satu) minggu setelah diskusi dilaksanakan dan jumlah laporan
yang harus diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.

H. Laporan Bulanan
Laporan ini berisi kemajuan pekerjaan, masalah yang dihadapi, langkah-
langkah yang perlu diambil. Rencana kerja selanjutnya, absensi seluruh
personil dan kurva S.
Laporan Bulanan ini diserahkan paling lambat setiap awal bulan. Laporan
Bulanan yang harus diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.

I. Laporan Teknis
Laporan ini meliputi hasil survey lapangan yang berisi data lapangan yang
sudah tersusun sebelum dilakukan pengolahan data. Laporan Teknis ini terdiri
dari: a. Survey Pengukuran Topografi, b. Survey Hidrologi/Hidrometri, c.
Survey Mekanika Tanah, d. Survey Tanah Pertanian, dan e. Survey Sosek.
Laporan Teknis ini diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.

E - 8
Ustek

J. Laporan Antara (Interim Report)


Laporan ini merupakan laporan hasil lapangan beserta analisanya; system
planning berupa alternative layout beserta konsep dasarnya; nota desain
beserta metode, rumus.
Laporan ini diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.

K. Laporan System Planning


Laporan ini merupakan laporan kondisi lapangan yang ada, permasalahan
lapangan yang ada, prediksi permasalahan, penyelesaian permasalahan,
perencanaan sistem jaringan irigasi secara menyeluruh sebagai permasalahan,
lampiran berita acara diskusi system planning dan informasi lainnya yang
dipandang perlu.
Laporan ini diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.

L. Laporan Nota Desain


Nota Perhitungan Desain (Desain Note) ini merupakan hasil perhitungan-
perhitungan desain dan informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan
detail desain.
Laporan ini diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.

M. BOQ dan RAB


BOQ dan RAB ini merupakan hasil perhitungan volume, daftar volume, harga
bahan dan upah, harga satuan pekerjaan, dan perkiraan biaya keseluruhan.
Laporan ini diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.

N. Laporan Inventarisasi Existing Jaringan dan Bangunan


Laporan Inventarisasi Existing Jaringan ini berisi Gambar-gambar keadaan
saluran dan bangunan-bangunan (existing).
Laporan ini diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.

O. Konsep Laporan Akhir

E - 9
Ustek

Konsep Laporan Akhir ini berisi rangkuman dari keseluruhan survey yang
dilakukan.
Laporan ini diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.

P. Laporan Akhir
Laporan Akhir ini berisi rangkuman dari keseluruhan survey yang dilakukan,
survey investigasi desain tata air yang diusulkan beserta metode dan hasil-
hasil perhitungannya, BOQ dan RAB, perhitungan analisa ekonomi serta
kesimpulan dan saran-saran yang diusulkan.
Laporan ini diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.

Q. Executive Summary
Executive Summary yang berisi menguraikan hasil-hasil survey secara ringkas
beserta kesimpulan dan saran-saran yang diperlukan.
Executive Summary ini harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu
sebelum habis SPMK. Jumlah laporan yang harus diserahkan sebanyak 5
(lima) rangkap/buku.

R. Dokumen Perencanaan (Gambar A1)


Gambar Perencanaan yang berisi Peta Situasi (Skala 1:5000), Peta Ikhtisar
(Skala 1:20.000), Peta Situasi Rencana Tapak Bangunan (Skala 1:200), Peta
Situasi Trace (Skala 1:5.000); Penampang Memanjang (Skala Panjang 1:5.000
dan Skala Tinggi 1:100), Penampang Melintang (Skala Panjang 1:100 dan
Skala Tinggi 1:100).
Gambar perencanaan ini harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu)
minggu sebelum habis SPMK. Jumlah laporan yang harus diserahkan
sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.

S. Dokumen Tender
Dokumen tender yang berisi Buku 1; Syarat-syarat umum kontrak, Buku 2;
Syarat-syarat khusus kontrak, Buku 3; Spesifikasi teknis.

E - 10
Ustek

Dokumen tender ini harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu


sebelum habis SPMK. Jumlah laporan yang harus diserahkan sebanyak 5
(lima) rangkap/buku.
E.2.2. Uraian Kegiatan II
Kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi :
a. Survey/inventarisasi jaringan dan bangunan irigasi;
b. Pembuatan skema jaringan dan bangunan (existing dan usulan);
c. Penyempurnaan (up dating) peta situasi/peta dasar skala 1 : 5000;
d. Pembuatan peta ikhtisar;
e. Pembuatan pra lay-out;
f. Pengukuran dan penggambaran saluran dan bangunan.

Kegiatan ini dilakukan untuk menyiapkan tahap system planning dan tahap desain
pekerjaan rehabilitasi.
A. Survey/Inventarisasi Jaringan dan Bangunan Irigasi
Dengan bersama-sama juru pengairan melakukan penelusuran setiap ruas
saluran pembawa, suplesi dan saluran pembuang dan setiap bangunan di
sepanjang saluran serta menginventarisasi kondisi saluran dan bangunannya.
Skema detail semua bangunan yang dilengkapi dengan dimensi, ukuran pintu,
elevasi mercu dsbnya harus dibuat rincian perbaikan yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan EOM dan harus ditulis dalam sketsa tersebut. Foto
diambil pada bangunan penting untuk menggambarkan pekerjaan yang
dibutuhkan.
Kegiatan ini meliputi uraian sebagai berikut :
1. Pematokan Saluran (dilakukan Oleh Tim Pengukuran)
Pematokan saluran dilakukan oleh tim pengukuran, pada saat sebelum
pengukuran saluran, dengan persyaratan :
 Dihitung panjang saluran pembawa yang akan di survey dipasang
patok kayu dengan interval jarak 50 m pada bagian yang lurus dan
setiap 25 m pada saluran yang berbelok.
 Pemasangan diusahakan hanya di tanggul kiri atau hanya di
tanggul kanan.

E - 11
Ustek

 Untuk lokasi yang tidak memungkinkan, pemasangan patok


dapat dipindahkan dari tanggul kiri ke tanggul kanan atau
sebaliknya dan diusahakan tegak lurus arah saluran.
 Jarak patok ke patok diukur dengan pita ukur baja, dalam dua
kali pengamatan.
 Dihitung jarak patok dari bangunan bagi, dari hasil pengukuran
tersebut akan didapat:
 Panjang tiap saluran
 Jarak bangunan dari bangunan bagi / sadap.
 Menentukan posisi tiap bangunan dan kerusakan tubuh saluran
dengan menyatakan jarak hektometer dari bangunan bagi awal.
2. Inventarisasi Kerusakan Saluran Irigasi dan Drainae.
 Mencatat kerusakan pada tubuh saluran irigasi dan drainase
 Mencatat jarak hektometer pada lokasi tersebut
 Mencatat tingkat kerusakan
 Menganalisa penyebab kerusakan
 Mencatat panjang kerusakan yang perlu diperbaiki
 Memberi alternatif cara perbaikan yang harus dilakukan.
 Mencatat jenis dan penyebab kerusakan tubuh saluran :
 Kerusakan tebing saluran. Normalisasi saluran dilakukan dengan
menggali saluran dan memperbaiki tebing.
 Pelebaran saluran/penyempitan tanggul saluran akibat kikisan
arus air di saluran. Normalisasi saluran dilakukan dengan membuat
pasangan sepanjang kikisan.
 Kerusakan tanggul akibat pemanfaatan air pada saluran untuk
kubangan hewan atau mandi/cuci oleh penduduk sekitarnya, atau
akibat lalu lintas penyeberangan.
 Melakukan survey dan membuat daftar yang memuat lokasi,
ukuran dan tipe serta perkiraan luas layanan dari bangunan sadap
liar dan memplotnya pada konsep peta dasar skala 1 : 5000.
 Penyadapan liar oleh penduduk. Normalisasi saluran dilakukan.
Tehadap bangunan sadap liar perlu tindakan sbb :

E - 12
Ustek

- Diadakan survey lebih detail mengenai bangunan liar ini,


diidentifikasi sebab-sebabnya sadap liar dibuat oleh petani.
- Dalam hal bangunan sadap liar dilegalisir dan dilakukan
pengukuran untuk rencana bangunan sadap baru.
- Tempat sadap yang telah disyahkan diberi nama baru dan
dimasukan bersama-sama dengan sadap lainnya dalam gambar.
- Menutup pengambilan air dengan memindahkan lokasi
pengambilan.
- Meresmikan pengambilan tersebut, dengan merencanakan
ukuran pintu pengambilan yang sesuai dengan kebutuhan,
misalnya ukuran kebutuhan air wudhu untuk mesjid / langgar
atau areal irigasi.
 Pendangkalan saluran akibat sedimen transport
 Normalisasi saluran dilakukan dengan menggali sedimen, dan
penanggulan sedimen transport pada intake bangunan utama.
 Tanah asli lokasi tidak stabil (tubuh saluran meleset).
 Normalisasi saluran dilakukan sesuai dengan kondisi geoteknik
tanah setempat.
 Terjadinya kebocoran (rembesan) air pada tanggul saluran akibat
gangguan binatang (misalnya ; kepiting) atau pemadatan tanggul
yang kurang sempurna.
 Normalisasi dilakukan dengan membuat pasangan (linning).
 Pencatatan lokasi saluran yang dilinning dan perlu tidaknya
perbaikan atau penambahan linning.
 Pembuatan gorong–gorong saluran pembuang untuk menghindari
genangan air, atau hujan tidak masuk saluran.
 Pembuatan saluran pembuang sejajar saluran pembawa dilakukan
dengan pembuatan gorong – gorong pembuang.
3. Inventarisasi Bangunan dan Bendung
a. Hal–hal yang penting diinventalisir pada bendung :
 Pembuatan foto-foto bagian bendung yang memperlihatkan
kerusakan.
 Membuat sketsa gambar

E - 13
Ustek

 Bagian tembok/pasangan yang rusak


 Pintu - pintu
 Kemungkinan perpanjangan tembok sayap
 Perlu tidaknya konstruksi pengaman terhadap gerusan dan
longsoran.
 Pemasangan/perbaikan alat ukur debit air pada intake
 Mengukur lebar, panjang dan tinggi bagian bending
b. Perbaikan penyempurnaan yang diperlukan di lokasi kantong lumpur :
 Tembok pemisah alur penguras
 Pintu – pintu penguras
 Tembok pasangan yang rusak
 Menyusun daftar bagian tubuh bendung yang memerlukan
perbaikan.
c. Hal – hal yang penting akan diinventarisasi pada bangunan sadap, bangunan
terjun, pelimpah samping, syphon, talang, jembatan dan lain – lain.
 Membuat foto–foto bagian bangunan yang meperlihatkan
kerusakan.
 Membuat sketsa dan mengukur bagian–bagian penting pada
bangunan, misalnya : lebar dan tinggi pintu pengatur tinggi muka
air.
 Kerusakan pada tembok/pasangan, lantai, sayap dan lain– lain.
 Kerusakan pada pasangan dan tanggul sekitar sayap, sehingga
perlu perbaikan atau penambahan panjang sayap.
 Perbaikan lantai ruang olak.
 Kerusakan pada pintu pengatur tinggi muka air dan evaluasi
pemilihan tipe pintu yang cocok untuk lokasi tersebut (scotbalk,
ambang dan lain-lain).
 Jarak boks tersier dari pintu bangunan sadap.
 Kerusakan dan keberadaan jembatan di atas saluran.
 Kerusakan dan keberadaan gorong – gorong pembawa dan
pembuang.
 Evaluasi terhadap bangunan sadap liar.
d. Survey luas petak yang diairi oleh bangunan sadap liar tersebut.

E - 14
Ustek

e. Diskusi dengan Kepala Cabang Dinas terkait di Kabupaten untuk menentukan


sikap terhadap bangunan sadap liar tersebut apakah akan dilegalisir atau di
tutup. Tempat sadap yang telah disahkan diberi nama dan dimasukan bersama-
sama sadap lainnya dengan gambar dengan catatan “bangunan baru“ dan
apabila belum ada keputusan terhadap sadap liar tersebut, maka dalam gambar
peta dasar, dan potongan memanjang. Digambarkan dengan garis putus–putus.
4. Inventarisasi Eksploitasi dan Pemeliharaan
a. Pendataan Debit.
 Debit sungai selama minimum 10 tahun terakhir
 Data setengah bulanan untuk curah hujan selama minimum 10
tahun terakhir.
b. Sistem Pola Tanam.
 Pola tanam yang ditetapkan saat ini di lapangan.
 Rotasi penggunaan air dan luas areal per-golongan.
 Disiplin petani terhadap pola tanam dan jenis bibit yang
dianjurkan pemerintah.
 Data kebutuhan air yang selama ini dipakai untuk daerah irigasi
tersebut.
c. Data personil yang tersedia tingkat ranting pengairan.
 Jumlah dan tugas personil apakah memadai terhadap cakupan
dan volume pekerjaan eksploitasi dan pemeliharaan.
 Alat transportasi petugas agar dapat tiba di lokasi sesuai dengan
kebutuhan yang efisien.
d. Kantor dan Rumah Dinas
 Membuat atau menyempurnakan Kantor dan Rumah Dinas.
 Kantor untuk Ranting Pengairan
 Rumah Dinas untuk Kepala Ranting Pengairan
 Rumah Dinas untuk Mantri Pengairan
 Rumah Dinas untuk Penjaga Bendung.
5. Membuat Laporan Hasil Survey Inventarisasi Jaringan Irigasi
Laporan ini dibuat berdasarkan hasil inventarisasi diatas yang memuat
sketsa kondisi saluran dan bangunan existing, daftar kerusakan jaringan

E - 15
Ustek

irigasi dan usulan perbaikan yang dilengkapi dengan foto-foto


dokumentasinya.

B. Pembuatan Skema Jaringan Irigasi dan Bangunan


Pekerjaan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
Dibutuhkan 2 (dua) skema :
 Skema jaringan irigasi (saluran pembawa dan
pembuang)
 Skema bangunan
a. Skema Jaringan Irigasi
Gambar skema dibuat tanpa skala dan digambar pada satu lembar
kalkir ukuran A1. Saluran induk/sekunder digambar dengan garis
lurus dengan berbagai ketebalan sesuai Standar Perencanaan Irigasi.
Skema jaringan irigasi mencakup :
 Nama saluran induk/sekunder yang ada
 Bendung/bangunan utama dan semua bangunan bagi, bagi sadap
yang ada. Masing-masing diberi label yang benar sesuai
nomenklatur sesuai Standar Perencanaan Irigasi.
 Pada kotak petak tersier ditulis :
- Nama petak tersier
- Debit rencana liter/detik (dikosongkan untuk diisi pada
system planning)
- Luas rencana (areal potensial)
- Luas sawah irigasi sekarang (fungsional)
 Cantumkan untuk tiap ruas saluran antara bangunan bagi/sadap :
- Jumlah areal potensial (A) di hilir
- Debit rencana (Q) untuk tiap ruas itu (dikosongkan untuk
diisi pada system planning)
- Panjang (L) tiap-tiap ruas
- Dimensi saluran (b = lebar dasar, h = kedalaman air dll)
(dikosongkan untuk diisi pada system planning)

E - 16
Ustek

 Batas-batas daerah Juru/Mantri dan daerah Pengamatan Pengairan


dengan nama kecamatan harus diberi batas pemisah dalam skema
irigasi.
 Suatu tabel ikhtisar inventarisasi jaringan irigasi harus disediakan
dalam gambar skema irigasi dengan memberikan nama dan
panjang dari :
- Saluran induk dan sekunder
- Saluran suplesi yang dipelihara oleh Dinas PU Pengairan
- Pembuangan yang dipelihara oleh Dinas PU Pengairan
- Daftar tipe dan jumlah bangunan sepanjang saluran yang
dipelihara oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air.
- Areal potensial dan sawah irigasi yang sudah diairi sekarang
untuk tiap saluran
 Untuk sistim golongan (>1 golongan) harus dibuat skema
golongan
b. Skema Bangunan
 Skema bangunan identik dengan skema irigasi dalam ukuran dan
bentuk
 Skema bangunan harus menunjukan semua bangunan yang ada
dengan nama yang benar, serta jalan inspeksi yang ada
 Pada setiap bangunan yang ada disaluran induk dan sekunder dan
diujung saluran Hm agar dicantumkan Hm-nya (stasiun) dari titik
nol. Titik nol pada saluran dihitung dari pintu pengambilan intake
bendung dan pintu bangunan bagi masing-masing untuk sluran
sekunder.

E - 17
Ustek

Gambar E-1.
Contoh gambar skema jaringan irigasi digambar Pada kertas kalkir ukuran A1

C. Penyempurnaan (Up Dating) Peta Situasi/Peta Dasar Skala 1 : 5000


Untuk menyempurnakan peta situasi yang sudah ada yang harus dilakukan
adalah pengukuran ulang situasi skala 1 : 5.000.
1. Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan akan dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan lapangan
lainnya dilaksanakan, dan dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami
kondisi lapangan sehingga kegiatan survey dan investigasi selanjutnya
dapat dilaksanakan dengan lebih terarah dan sasaran yang diinginkan
sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dapat tercapai.
Adapun hal-hal yang akan dilakukan dalam observasi lapangan ini antara
lain :
 Letak dari lokasi daerah irigasi yang pasti beserta batasan yang harus
dipetakan.
 Dengan membawa peta dasar daerah irigasi skala 1 : 5000,
melakukan pengecekan kebenaran dari peta tersebut dan dan

E - 18
Ustek

melakukan wawancara dengan para juru pengairan serta melakukan


peninjauan terhadap areal-areal yang telah berubah fungsi.
 Setiap perubahan areal atau lokasi yang tidak sesuai dengan peta
yang ada, diplotkan dalam peta dengan memberi warna yang kontras,
sebagai bahan untuk pengukuran upgrading situasi daerah irigasi.
 Petak-petak tersier yang bermasalah karena kekurangan air.
 Saluran-saluran yang bermasalah, yang perlu diukur secara detail
untuk keperluan perencanaan rehabilitasi.
 Bangunan yang bermasalah, sehingga perlu diukur situasi detail
bangunan.
 Titik referensi yang dapat digunakan untuk dasar pengukuran dan
pemetaan.
2. Pemasangan Patok Kayu, BM dan CP
 Pemasangan Patok Kayu :
 Patok terbuat dari kayu ukuran 5/7 atau bambu bulat panjang 50
cm, ditanam 40 cm dan bagian atasnya 10 cm diberi cat merah dan
paku payung.
 Patok dipasang sepanjang/melingkupi batas areal irigasi yang
berfungsi sebagai kerangka pengukuran. Agar kerangka ini tidak
terlalu besar, maka direncanakan dibuat 15 ring/loop.
 Penomoran patok dilakukan setelah patok dipasang dengan baik,
pemberian nomor patok disesuaikan dengan kode pada peta kerja
dan urutan nomor patok dilapangan.
 Patok dipasang dengan interval sesuai dengan kebutuhan alat ukur
yang digunakan, dalam hal ini akan digunakan : Thedolite T-2 atau
sejenisnya untuk pengukuran sudut dan EDM WILD untuk
pengukuran jarak, sehingga jarak ukur akan berkisar antara 200 s/d
400 meter.

 Pemasangan BM dan CP :
 Ukuran BM yang dipasang adalah :
Benchmark (BM) : 20 cm x 20 cm x 100 cm
Control Point (CP) :  10 cm x 80 cm

E - 19
Ustek

 Pemasangan BM dilakukan dilokasi yang telah disetujui pengawas


lapangan.
 BM dipasang sebelum dilakukan pengukuran
 Besi penulangan telah di stel di Base Camp.
 Papan cetakan BM telah distel di Base Camp
 Bahan campuran dibawa dari Base Camp
 Setelah kering 2 (dua) hari dari pencetakan BM di lapangan,
dilakukan pembukaan papan cetakan, penyempurnaan permukaan
BM (finishing), kemudian dilakukan pembuatan foto BM dan
sketsa detail sekitar lokasi BM untuk deskripsi BM.
 BM dipasang ditempat stabil, aman dari gangguan dan mudah
dicari
 Setiap pemasangan BM dipasang juga CP pendamping untuk
orientasi arah dan memudahkan cross check.
 Pemasangan BM harus direncanakan kerapatannya dan mendapat
persetujuan pengawas, sehingga memenuhi persyaratan pada
kerangka setiap 2,5 km dan pada tiap titik simpul.
 Bentuk dan konstruksi seperti tampak pada Gambar E-2 dan
Gambar E-3.

E - 20
Ustek

Gambar E-2.
Bentuk konstruksi patok Control Point (CP)

E - 21
Ustek

Gambar E-3
Bentuk konstruksi patok Bench Mark (BM)

3. Pengukuran Kerangka Horizontal (X,Y)


Maksud dilakukan pengukuran kerangka horizontal/poligon adalah untuk
mendapatkan koordinat titik–titik poligon (x,y). Dalam pengukuran trace,
metoda yang dilakukan yaitu pengukuran poligon yang kedua ujungnya
tertutup atau terikat (diikatkan pada titik tetap yang ada).
Adapun kegiatan pengukuran poligon terdiri dari :
 Pengamatan Matahari
 Pengukuran Sudut Horizontal
 Pengukuran Jarak
a. Pengamatan Matahari

E - 22
Ustek

1. Pengamatan matahari akan dilakukan pada BM besar (sesuai


petunjuk direksi) dengan menggunakan alat ukur Theodolite T2
dengan dilengkapi dengan lensa hitam.
2. Arah target untuk Azimuth matahari akan dibidikan pada BM kecil
(dengan ukuran : 10 x10 x 10) cm dan apabila pengamatan di titik
simpul maka orientasi arah ke target akan di bidikan ke dua arah,
yaitu ke arah jalur yang bersangkutan.
3. Sebelum pengamatan dimulai, lonceng (arloji) yang akan digunakan
dicocokkan lebih dulu dengan siaran RRI setempat.
4. Waktu pengamatan akan dilakukan :
 Pagi antara jam 07.00 s / d jam 09.00 waktu setempat
 Sore antara jam 15.30 s / d jam 17.30 waktu setempat
5. Uraian Pengamatan
1). Alat dipasang di titik A dan target penglihatan azimuth
dipasang di titik B. Pengamatan dilakukan di pagi atau sore
hari dalam batas sudut miring ke arah matahari 5 sampai 36
(Gambar E-4)

Gambar E-4. Ilustrasi pengamatan matahari

2). Alat pada posisi biasa diarahkan ke matahari (M) atur


bayangan matahari menyinggung garis siku diafragma
kwadran I kemudian catat sudut miring / zenith sudut
horizontal dan waktu pada saat bayangan matahari
menyinggung garis diafragma.

E - 23
Ustek

3). Arahkan bidikkan teropong ke titik B kemudian baca arah


bidikan Horizontal.
4). Alat posisi luar biasa dilakukan (2) tetapi bayangan pada
kwadran III, kemudian dilakukan kegiatan (3) .
5). Ulangi (2), (3) dan (4) pada kwadran II dan IV, maka satu
seri pengamatan telah selesai, jika cuacanya memungkinkan,
dilanjutkan pengamatan seri kedua.
Hitungan azimuth matahari dan azimuth AB dari tiap seri
pengamatan didapatkan azimuth AB rata – rata :
@1 + @2
2
dimana : @1 = hasil seri I
@2 = hasil seri II

b. Pengukuran Sudut
1). Pengukuran sudut dilakukan dengan alat Theodolite T-2 atau
alat lain sejenis.
2). Ketelitian salah penutup poligon maksimum 10”  N dimana N
adalah = jumlah titik poligon.
3). Ketelitian salah linier poligon 1 : 7500
4). Sistem bacaan dengan cara satu seri lengkap (biasa dan luar
biasa), besarnya sudut langsung dihitung di lapangan untuk
mengetahui tingkat ketelitian pembacaan.
5). Untuk target dalam pengukuran sudut akan digunakan paku di
atas patok atau benang unting – unting yang telah centring.
6). Uraian Pengukuran sudut :

A
C

E - 24
Ustek

Alat

B D
Gambar E-5
Ilustrasi pengukuran sudut

7). Uraian Pengamatan Sudut.


 Alat ditempatkan di titik B, target di titk A dan
C
 Teropong dalam posisi biasa dibidikkan ke titik
A, kemudian baca sudut horizontal A1, kemudian putar alat
mengarah ke titik C, baca sudut horizontal C1.
 Putar teropong hingga posisi luar biasa
kemudian arahkan ke titik C, baca sudut horisontal C2,
kemudian arahkan teropong ke titik A, baca sudut horizontal
A2.
 Hitung ketelitian bacaan sudut.
C1 – A1 = B1 (sudut biasa).
C2 – A2 = B2 (sudut luar biasa)
Periksa apakah B1 – B2 < 5”
Jika dipenuhi maka bacaan sudut dalam satu seri tersebut
dinyatakan baik, dan dapat dilanjutkan.
Jika B1 – B2 > 5“, maka harus dilakukan ukuran ulang seri
kedua, demikian seterusnya sampai didapatkan toleransi B1 –
B2 < 5”
 Jika ternyata salah penutup kring sudut ternyata
<  10N, maka kemungkinan terjadi kesalahan pada
pengukuran di atas sehingga harus segera dilakukan
pengukuran ulang sampai salah penutup kring sudut :  10N

c. Pengukuran Jarak
1). Pengukuran jarak untuk poligon dilakukan dengan alat ukur
jarak EDM sejenis.

E - 25
Ustek

2). Sistem pengukuran akan dilakukan pergi – pulang dengan dua


kali bacaan dan dengan titik nol yang berada.
3). Jarak antara patok diukur 2 (dua) kali bolak-balik perbedaannya
harus 1 : 7500 terhadap jarak rata-ratanya.
4). Panjang seksi pengukuran poligon maksimum 2,5 km dan setiap
ujungnya ditandai dengan BM.
5). Semua BM dan CP baik yang lama maupun yang baru harus
diukur.
6). Untuk daerah yang berbukit – bukit, sistim pengukuran jarak
akan dilakukan seperti tampak pada ilustrasi Gambar E-6.

d3
Rambu d2
d1

A B
D
dimana : D = d1 + d2 + d3

Gambar E-6
Ilustrasi pengukuran jarak pada daerah berbukit

4. Pengukuran Kerangka Vertikal (Z)


a. Metoda dan Ketentuan Peralatan
 Metoda pengukuran adalah waterpass/sipat datar

E - 26
Ustek

 Alat yang digunakan adalah waterpass otomatis dan rambu


ukur yang dilengkapi dengan nivo.
 Alat yang digunakan bebas dari hitungan koreksi garis fisir.
 Rambu ukur yang baik dan benar.
b. Pelaksanaan Pengukuran
 Pengukuran dilakukan double stand dan pergi pulang.
 Jarak bidik dari alat ke rambu maksimum 50 m.
 Pengukuran waterpass saluran diikatkan pada titik-titik
waterpass situasi skala 1 : 5000.
 Ketinggian/elevasi setiap titik-titik poligon/patok sepanjang
saluran, BM dan CP baik yang lama maupun yang baru harus
diukur.
 Ketelitian salah penutup beda tinggi pergi pulang dan ring /
loop adalah 10  D mm, dimana D = total jarak dalam km.
 Pembacaan benang (ba, bt dan bb) harus dibaca lengkap.
Penempatan alat ukur diusahakan di tengah – tengah antara rambu
muka dan rambu belakang, atau setidak – tidaknya jumlah jarak ke
muka sama dengan jumlah jarak ke belakang.
 Jumlah berdiri alat dalam satu seksi pergi pulang diusahakan
genap.
 Ujung seksi ukuran pergi pulang di buat pada BM yang telah
dipasang pada setiap bangunan dan jika jarak BM tidak mungkin
ditempuh dalam satu hari, dipasang BM diantara kedua BM yang
telah ada.
 Pengukuran pergi – pulang diselesaikan dalam satu hari, dan
jika refraksi udara mempengaruhi garis bidik maka pengukuran
dihentikan.
 Perencanaan data ditulis dengan ball-point warna hitam agar
dapat di foto copy dengan jelas dan tidak mudah dihapus.
c. Kontrol Bacaan di Lapangan
 Bacaan benang.
BA – BB
BT =  2 mm

E - 27
Ustek

2
Jika tidak dipenuhi, segera dilakukan bacaan ulang sampai hasil
bacaan memenuhi ketentuan tersebut diatas.
 Beda tinggi stand I dan stand II
H1 – H2 < 2 mm
Jika tidak dipenuhi segera dilakukan bacaan stand III sampai
ditemukan pasangan yang memenuhi ketentuan tersebut di atas.
 Jumlah jarak
 dm –  db < D
D x F < 2 mm
adapun F = kesalahan garis visir / m
d. Kontrol Hitungan di Base Camp
 Salah satu penutup ukuran pergi pulang toleransi yang
diijinkan (± 10  D mm). Setiap ukuran yang tidak memenuhi
toleransi ini segera dilakukan pengukuran ulang.
 Salah penutup kring toleransi yang diizinkan (± 10  D mm)
Jika kring tidak memenuhi toleransi tersebut dilakukan pengukuran
ulang.
5. Pengukuran Situasi Detail Skala 1 : 5000
a. Metoda pengukuran adalah tachymetri
b. Alat yang dipergunakan adalah theodolite T-0 atau alat lain
yang sejenis.
c. Posisi titik ditentukan oleh arah dan jarak atau sudut dan
jarak.
d. Pengukuran diikatkan pada titik poligon.
e. Untuk daerah irigasi yang terletak dilereng yang
bergelombang sehingga petak–petak sawah yang ada merupakan petak
trap (tingkat).
f. Pengukuran situasi detail dilakukan mengikuti semua
kenampakan yang ada baik alami maupun buatan manusia, seperti :
 Jalan desa, jalan kampung dan jalan setapak
 Anak sungai dan lembah
 Punggung, perbukitan

E - 28
Ustek

 Jaringan saluran irigasi : saluran induk, sekunder, tersier,


kwarter dan saluran pembuang.
 Batas–batas fungsi tanah, misalnya batas sawah, batas
kampung tegalan dan lain–lain.
Dengan demikian interpolasi detail pada waktu penggambaran relatif
kecil.
g. Kerapatan jalur ukur dilakukan agar dalam peta 1 : 5000,
jarak antara titik ukur ke titik ukur maksimum 2,50 cm.
h. Untuk kelengkapan bentuk detail lapangan akan dilakukan
pengukuran zeislag.
i. Pengukuran jalur ray dilakukan dengan cara voorstral

P1 P2
P3 P5
P4 P6
Gambar E-7.
Pengukuran jalur ray

j. Dalam data ukur akan di lengkapi sketsa topografi dan letak


titik detail.
k. Semua jalur ukur dan zeislag secara bertahap diplot di
lapangan di atas kertas milimeter, untuk mengetahui kerapatan titik
ukur dan kelengkapan detail.

6. Ketelitian Pengukuran
 Pengukuran poligon :
- Salah penutup poligon 10” N, dimana N = jumlah titik poligon
- Salah linier poligon 1 : 7500
 Pengukuran waterpass :
- Salah penutup beda tinggi pergi pulang dan ring/loop 10 D,
dimana D = total jarak dalam km.

E - 29
Ustek

7. Perhitungan Data di Base Camp


Pengolahan data poligon, sifat datar dan situasi detail dilakukan secara
bertahap, yaitu pengolahan data di Base Camp lapangan, untuk
mengetahui apakah salah penutup kring tertutup sudah memenuhi
toleransi, pengukuran dinyatakan selesai bila salah penutup kring sudah
masuk toleransi .
 Hitungan penutup sifat dasar
- Salah penutup tiap ukuran pergi – pulang masuk toleransi :
( 10 ” D Km ) mm.
- Salah penutup tiap kring tertutup masuk toleransi :
( 10”  D Km ) mm.
 Hitungan salah penutup ukuran sudut
- Salah penutup dari pengamatan kepengamatan masuk toleransi
10” N.
- Salah penutup tiap kring ukuran sudut masuk toleransi 10”  N.
- Hitungan salah penutup linier salah penutup hitungan x, y tiap
kring masuk toleransi (10  D Km).
 Hitungan perataan kesalahan untuk menempatkan pembagian
koreksi dilakukan dengan metode Bowdith untuk :
a = Perataan SP sipat datar (H)
b = Perataan SP titik sudut (B)
c = Perataan SP ordinat (Y)
d = Perataan SP absis (X)
 Semua hitungan dilakukan dengan kalkulator casio FX 880 P.
 Hitungan koordinat dan elevasi titik detail :
- Titik awal koordinat dan elevasi yang akan digunakan untuk
menentukan koordinat titik ukur.
- System proyeksi yang digunakan adalah polyeder.
 Asistensi hasil pengukuran dan hitungan ke direksi untuk
mendapatkan persetujuan koordinat dan elevasi titik kerangka
digunakan untuk elevasi titik detail. Asistensi ini dilakukan setelah
dilakukan Uji Petik.

E - 30
Ustek

 Hitungan elevasi titik detail/profil melintang dihitung dengan


kalkulator Casio FX 880 P.

8. Uji Petik
 Uji petik atau cross chek akan dilakukan untuk pengukuran
poligon, waterpass dan situasi. Adapun pelaksanaan dilakukan bersama-
sama dengan direksi/pengawas lapangan, sedang jalur pengukuran
untuk poligon dan waterpass dipilih sesuai dengan petunjuk direksi
lapangan.
 Uji petik ketinggian sawah minimum 3 (tiga) titik per petak
terseier dengan metoda tachymetri.
9. Final Perhitungan Hasil Pengukuran
 Perhitungan hasil pengukuran menggunakan metode Bouwdith
 Perhitungan dilakukan 2 (dua) kali secara terpisah, 1 (satu) kali
dilakukan di lapangan untuk memeriksa hasil pengukuran apakah sudah
memenuhi persyaratan dalam KAK dan 1 (satu) kali dilakukan di
kantor untuk mendapatkan hasil yang final. Hasil perhitungan koordinat
dan elevasi titik ukuran diasistensi ke Direksi Bagian Pengukuran untuk
mendapatkan persetujuan apakah ketelitian ukuran telah memenuhi
toleransi dan disetujui untuk menggambar.
Proses asistensi hasil ukuran dan hitungan tersebut :
 Pemeriksaan data ukur
 Pemeriksaan ukuran ke data hitungan
 Pemeriksaan hasil hitungan dan metode hitungan (peralatan).
 Pengukuran uji petik ke lapangan kemudian membandingkan
terhadap hasil yang telah ada.
Jika hasil pemeriksaan memenuhi toleransi maka selanjutnya dapat
dilakukan penggambaran draft.

10. Penggambaran Draft


a. Penggambaran situasi skala 1 : 5000 dilakukan di atas
kertas milimeter.

E - 31
Ustek

b. Penggambaran situasi harus memuat :


- Jaringan utama yang terdiri dari bendung/bangunan utama dan
bangunan lain, saluran-saluran induk dan sekunder, saluran
suplesi dan sungai. Saluran tersier digambar sampai dengan titik
dimana saluran memasuki petak tersier dan berakhir dengan
ujung panah. Nama setiap saluran induk dan sekunder dan titik-
titik kilometer sepanjang saluran.
- Pembuang induk, sekunder dan tersier dengan namanya. Jika ada
nama sungai-sungai alam yang tidak dipelihara oleh Dinas terkait
dicantumkan dengan garis ganda atau utuh (yang tidak terputus
putus). Pembuang yang dipelihara oleh Dinas terkait
dicantumkan dengan garis tebal putus-putus dengan titik
kilometer yang ditandai sepanjang saluran pembuang.
- Bangunan-bangunan penting : bendungan, bendung/bangunan
uatama, bangunan pengatur, bagi sadap, sadap, siphon, talang
dan jembatan pada saluran induk dan sekunder dan saluran
suplesi harus dicantumkan dengan simbol sesuai dengan Standar
Perencanaan Irigasi (KP).
- Batas-batas petak tersier dan batas daerah irigasi harus dibuat
secara tegas dengan simbol sesuai dengan Standar Perencanaan
Irigasi (KP).
- Batas-batas propinsi, kabupaten dan ranting dinas serta desa
dengan namanya.
- Tata guna lahan termasuk daerah yang dapat diairi, tegal, dataran
tinggi, hutan dan sebagainya ditandai dengan jelas.
- Jalan (propinsi, kabupaten, desa), jalan inspeksi dan jalan kereta
api.
- Titik triangulasi dan lokasi BM & CP serta angka garis grid.
- Lokasi stasiun curah hujan, pencatat permukaan air otomatis
(AWLR) dan stasiun hidrometeorologi lainnya.
- Waduk, sungai dan sumber air lain disertai nama. Makam,
monumen/bangunan lai ditengah areal pesawahan dicantumkan
dalam bentuk simbol.

E - 32
Ustek

- Skala garis numeris dan petunjuk arah utara.


- Keterangan notasi gambar sesuai dengan Standar Perencanaan
Irigasi (KP-07).
- Pada setiap lembar peta situasi/peta dasar skala 1 : 5000
dilengkapi dengan gambar-gambar referensi tiap lembar untuk
memudahkan dalam membaca peta tersebut.
c. Gambar draft tersebut kemudian diasistensikan ke direksi
bagian pengukuran setelah disetujui oleh pengawas pekerjaan. Jika
hasil pemeriksaan draft gambar sudah memenuhi syarat maka
konsultan dapat melakukan penggambaran final.

11. Penggambaran Final


a. Penjiplakan gambar situasi skala 1 : 5000 ke atas kalkir ukuran A1
(594 mm x 841 mm) dilakukan setelah gambar disesuaikan kebutuhan.
b. Garis silang grid dibuat tiap 10 cm
c. Semua BM, CP baik yang lama maupun yang baru, titik-titik poligon
digambar menggunakan sistem koordinat dengan legenda yang lazim
dipakai pada peta topografi, untuk BM dan CP dilengkapi dengan
koordinat (X,Y,Z) sedangkan untuk titik-titik poligon cukup elevasi
saja (Z).
d. Titik-titik situasi detail digambar menggunakan data arah/sudut dan
jarak datar serta legenda yang lazim dipakai pada peta topografi
dilengkapi dengan data elevasi.
e. Interval garis kontur digambar tiap 1 (satu) meter dengan rapido 0,1
mm.
f. Indek garis kontur digambar tiap 5 (lima) interval garis kontur dengan
rapido 0,3 mm.
g. Garis sambungan peta dibuat 5 (lima) cm.
h. Titik referensi pengukuran harus dicantumkan pada keterangan
mengenai legenda.
i. Untuk daerah-daerah yang tidak ada perubahan/masih cocok dengan
kondisi lapangan, dijiplak dari gambar yang lama.
j. Format gambar sesuai dengan petunjuk pengawas/direksi.

E - 33
Ustek

Gambar E-8
Penjiplakan gambar pada kertas kalkir ukuran A1

D. Pembuatan Peta Ikhtisar


Peta ikhtisar jaringan irigasi skala 1 : 10.000 atau skala 1 : 20.000 dibuat
berdasarkan peta situasi skala 1 : 5000.
Peta ikhtisar dibuat dalam 1 (satu) lembar ukuran A1 yang disusun dengan
perkecilan fotografis peta situasi skala 1 : 5000.

E. Pembuatan Peta Pra Lay-Out


Setelah pengukuran situasi detail selesai dilaksanakan dan peta situasi skala 1 :
5000 selesai digambar, dibuat lay out jaringan dan bangunan. Kemudian di
check ke lapangan bersama-sama pengawas pekerjaan, instansi-instansi terkait
di daerah. Dari hasil checking lapangan, batas-batas petak tersier yang
diusulkan diplot pada peta situasi/peta dasar skala 1 : 5000 untuk
menghasilkan peta pra lay out sebagai dasar untuk pembuatan system
planning. Peta situasi yang digunakan dalam penyusunan pra lay-out tidak
perlu dalam bentuk final map, tetapi cukup dalam bentuk draft map yang
sudah disetujui oleh pihak direksi karena terlalu lama jika harus menggunakan
final map.
Dalam pembuatan pra lay out itu sudah diterapkan serta diperlihatkan
mengenai hal – hal sebagai berikut :
 Sistem jaringan rencana.

E - 34
Ustek

 Pembagian petak rencana


 Skema sistem jaringan rencana
 Menunjukkan bangunan lama dan bangunan baru.
 Menunjukkan saluran lama dan saluran baru.
Kemudian hasil pra lay out ini akan didiskusikan untuk mendapatkan
persetujuan sementara. Hal ini bersifat sementara karena data yang digunakan
bukan hasil survey mendetail tapi dari obsrvasi lapangan, tetapi justeru dengan
adanya peta pra lay out ini pelaksanaan survey lapangan mendetail dapat
dilakukan secara lebih terarah dan memudahkan pelaksanaan survey lapangan.

F. Survey Lapangan Mendetail dan Pembuatan Pra Lay-Out Definitif


Setelah penyusunan pra lay-out selesai dan telah mendapatkan persetujuan
sementara maka pelaksanaan survey lapangan mendetail ini dilakukan dan
akan didampingi oleh juru pengamat pengairan setempat.
Survey lapangan mendetail ini mencakup :
1. Hasil pra lay-out ini dikaji dilapangan apakah memungkinkan
diterapkan atau tidak.
Dalam pengkajian pra lay-out ini meliputi :
 Memeriksa kebenaran skala 1 : 5000 yang digunakan pra lay-out
mulai dari batas daerah irigasi, arah dan panjang saluran lama dan
jumlah serta letak dari bangunan lama.
 Periksa rencana (kalau ada) pembuatan saluran baru yang ada di
pra lay-out tersebut apa memungkinkan atau tidak. Demikian pula
dengan bangunan barunya apakah mungkin diterapkan sesuai pra lay–
out dan apakah perlu diganti atau dipindakan posisinya sesuai dengan
kondisi lapangan.
 Sehubungan dengan penerapan petak rencana, dipelajari apakah
mungkin dapat diterapkan dan bagaimana pengaruhnya terhadap
pengelolaan setempat. Semua hal-hal yang diterapkan dalam pra lay-
out di lapangan dikaji mengenai kemungkinan yang terbaik dan
apabila ada yang tidak tercoper dalam pra lay-out, agar diberi catatan
untuk memudahkan pengkajian nantinya di studio.

E - 35
Ustek

2. Bersama juru pengamat pengairan setempat diadakan


pemeriksaan saluran dan bangunan mengenai hal-hal sebagai berikut :
 Asal-usul dari bangunan irigasi tersebut
 Bagaimana cara eksploitasinya
 Bagaimana kepemilikan dari saluran dan bangunan tersebut
 Bagaimana pemeliharaan serta perbaikan yang pernah dilakukan
dan bagaimana sebaiknya untuk pemeliharaan pada masa mendatang.
 Kemudian jaringan irigasi rencana berupa pra lay-out tersebut
diperiksa dan ditelaah kembali untuk kemudian dianalisis dan disusun
kembali sampai dapat hasil berupa sistem jaringan yang cocok dengan
medan yang ada, mudah dalam pengoprasian, efisien dalam
pemakaian air dan segala kemungkinan akibat penerapan sistem
jaringan ini dampaknya sudah ikut dipikirkan. Apabila sudah sesuai
dengan keadaan lapangan dan sistemnya disetujui semua peserta, Juru
Pengairan, Petugas dari Cabang Dinas, maka peta – petak / lay- out
tersebut ditanda tangani oleh semua peserta sebagai tanda persetujuan.

G. Pengukuran Situasi Trase Saluran Skala 1 : 2000 dan Bangunan


1. Rencana Jalur Ukur
 Kerangka ukur untuk pengukuran trace saluran dilaksanakan pada
bagian tanggul saluran, patok titik ukur poligon dan waterpass
dipasang pada tanggul dan diusahakan tetap pada tanggul kiri atau
tetap pada tanggul kanan.
 Rencana ujung-ujung saluran umumnya tidak bertemu, agar
pengukuran poligon dan waterpass menjadi kring-kring tertutup,
maka dilakukan pengukuran pengikatan.
 Untuk menunjang pekerjaan pemetaan situasi skala 1 : 5000, rencana
jalur kerangka ukur akan ditetapkan pada batas-batas daerah irigasi
yang akan dipetakan, misalnya melalui sungai, jalan dll.

E - 36
Ustek

2. Rencana Distribusi Bench Mark (BM)


 Sesuai dengan hasil peninjauan lapangan dan penjelasan pengawas
lapangan, bahwa tidak ada BM yang telah dipasang disekitar trace
saluran yang akan diukur, sehingga untuk keperluan pekerjaan fisik
yang akan datang diperlukan pemasangan BM.

3. Rencana Pemasangan Patok Kayu


 Sesuai kebutuhan kelengkapan data trace untuk keperluan desain
upgrading, maka pemasangan patok dilakukan sebagai berikut :

Tanggul Rusak

Saluran
Rusak

P.1 P.2 P.2a P.3 P.3aP.4P.4aP.4b P.5


Gambar E-9.
Pemasangan patok pada saluran

 Untuk bagian saluran yang relatif lurus, patok dipasang tiap interval
50 m dan pada tiap batas bagian tubuh saluran yang mengalami
kerusakan berat (yang mutlak akan di-upgrade).
 Untuk bagian saluran yang relatif berbelok, patok dipasang tiap
interval 50 m atau pada batas bagian tubuh saluran yang akan di-
upgrade.

4. Pemasangan Patok Kayu, BM dan CP

E - 37
Ustek

a. Pemasangan Patok Kayu :


 Patok terbuat dari kayu ukuran 5/7 atau bambu bulat panjang 50
cm, ditanam 40 cm dan bagian atasnya 10 cm diberi cat merah
dan paku payung.
 Patok dipasang sepanjang saluran irigasi (saluran induk,
sekunder dan saluran suplesi) yang berfungsi sebagai kerangka
pengukuran.
 Patok dipasang mulai pangkal pintu saluran.
 Pada bagian lurus saluran patok dipasang setiap jarak 50 meter
dan pada tikungan saluran <50 m atau sesuai kebutuhan.
 Pada saluran pembuang patok dipasang setiap jarak 100 m. Pada
tikungan saluran pembuang patok dipasang < 100 m.
 Pada bagian saluran yang rusak (bobolan dan longsor) agar
dipasang patok sesuai kebutuhan.
 Alat ukur jarak yang digunakan harus meteran dari baja.
b. Pemasangan BM dan CP :
 Pemasangan BM dilakukan dilokasi yang telah disetujui
pengawas lapangan.
 BM dipasang sebelum dilakukan pengukuran
 Besi penulangan telah di stel di Base Camp.
 Papan cetakan BM telah distel di Base Camp
 Bahan campuran dibawa dari Base Camp
 Setelah kering 2 (dua) hari dari pencetakan BM di lapangan,
dilakukan pembukaan papan cetakan, penyempurnaan
permukaan BM (finishing), kemudian dilakukan pembuatan foto
BM dan sketsa detail sekitar lokasi BM untuk deskripsi BM.
 BM dipasang di tempat stabil, aman dari gangguan dan mudah
dicari.
 Setiap pemasangan BM harus dipasang CP pendamping untuk
orientasi arah dan memudahkan cross check.
 Setiap BM harus difoto, dibuat deskripsinya, diberi nomor dan
kode sesuai petunjuk Direksi.

E - 38
Ustek

 Pemasangan BM harus direncanakan kerapatannya dan mendapat


persetujuan pengawas, sehingga memenuhi persyaratan pada
saluran seyiap 2,5 km dan pada tiap ujung saluran.
 Pada setiap bangunan bagi dan sadap dipasang CP.
 Bentuk dan konstruksi BM & CP seperti terlihat pada Gambar 6-
1 dan 6-2 diatas.

5. Pengukuran Kerangka Horizontal (X, Y)


Maksud dilakukan pengukuran kerangka horizontal / poligon adalah
untuk mendapatkan koordinat titik-titik poligon (x,y). Dalam
pengukuran trace, metode yang dilakukan yaitu pengukuran poligon
yang kedua ujungnya tertutup atau terikat (diikatkan pada titik tetap
yang ada).
Adapun kegiatan pengukuran poligon terdiri dari :
 Pengamatan Matahari
 Pengukuran Sudut Horizontal
 Pengukuran Jarak
a. Pengamatan Matahari
1). Pengamatan matahari akan dilakukan pada BM besar (sesuai
petunjuk direksi) dengan menggunakan alat ukur Theodolite
T2 dengan dilengkapi dengan lensa hitam.
2). Arah target untuk Azimuth matahari akan dibidikan pada BM
kecil (dengan ukuran : 10 x10 x 10) cm dan apabila
pengamatan di titik simpul maka orientasi arah ke target akan
di bidikkan kedua arah, yaitu ke arah jalur yang
bersangkutan.
3). Sebelum pengamatan dimulai, lonceng (arloji) yang akan
digunakan dicocokkan lebih dulu dengan siaran RRI
setempat.
4). Waktu pengamatan akan dilakukan :
 Pagi antara jam 07.00 s/d jam 09.00 waktu setempat
 Sore antara jam 15.30 s/d jam 17.30 waktu setempat
5). Uraian Pengamatan

E - 39
Ustek

1. Alat dipasang di titik A dan target penglihatan azimuth


dipasang di titik B. Pengamatan dilakukan di pagi atau
sore hari dalam batas sudut miring ke arah matahari 5
sampai 36. (Lihat Gambar 6-4)
2. Alat pada posisi biasa diarahkan ke matahari (M) atur
bayangan matahari menyinggung garis siku diafragma
kwadran I kemudian catat sudut miring/zenith sudut
horizontal dan waktu pada saat bayangan matahari
menyinggung garis diafragma.
3. Arahkan bidikkan teropong ke titik P kemudian baca
arah bidikan Horizontal.
4. Alat posisi luar biasa dilakukan (2) tetapi bayangan
pada kwadran III, kemudian dilakukan kegiatan (3) .
5. Ulangi (2), (3) dan (4) pada kwadran II dan IV, maka
satu seri pengamatan telah selesai jika cuacanya
memungkinkan pengamatan seri kedua.
6. Hitungan azimuth matahari dan azimuth AB dari tiap
seri pengamatan didapatkan azimuth AB rata – rata :
@1 + @2
2
dimana : @1 = hasil seri I
@2 = hasil seri II
b. Pengukuran Sudut
1). Pengukuran sudut dilakukan dengan alat Theodolite T-2
atau alat lain sejenis.
2). Ketelitian salah penutup poligon maksimum 10”  N
dimana N adalah = jumlah titik poligon.
3). Ketelitian salah linier poligon 1 : 5000
4). Sistem bacaan dengan cara satu seri bacaan (biasa dan luar
biasa), besarnya sudut langsung dihitung di lapangan untuk
mengetahui tingkat ketelitian pembacaan.

E - 40
Ustek

5). Untuk target dalam pengukuran sudut akan digunakan paku


di atas patok atau benang unting – unting yang telah
centring.
6). Uraian Pengukuran sudut (seperti uraian pada pengukuran
sudut diatas).
7). Uraian Pengamatan Sudut.
 Alat ditempatkan di titik B, target di titk A dan C (Lihat
Gambar 6-5)
 Teropong dalam posisi biasa dibidikkan ke titik A,
kemudian baca sudut horizontal A1, kemudian putar
alat mengarah ke titik C, baca sudut horizontal C1.
 Putar teropong hingga posisi luar biasa kemudian
arahkan ke titik C, baca sudut horisontal C2, kemudian
arahkan teropong ke titik A, baca sudut horizontal A2.
 Hitung ketelitian bacaan sudut.
C1 – A1 = B1 (sudut biasa).
C2 – A2 = B2 (sudut luar biasa)
Periksa apakah B1 – B2 < 5”
Jika dipenuhi maka bacaan sudut dalam satu seri
tersebut dinyatakan baik, dan dapat dilanjutkan.
Jika B1 – B2 > 5“, maka harus dilakukan ukuran ulang
seri kedua, demikian seterusnya sampai didapatkan
toleransi B1 – B2 < 5”
 Jika ternyata salah penutup kring sudut ternyata <  10
N, maka kemungkinan terjadi kesalahan pada
pengukuran di atas sehingga harus segera dilakukan
pengukuran ulang sampai salah penutup kring sudut : 
10 N.
Dimana N = adalah jumlah titik ukur pada kring yang
bersangkutan.
c. Pengukuran Jarak

E - 41
Ustek

1). Pengukuran jarak untuk poligon dilakukan dengan alat ukur


jarak meteran dari baja.
2). Sistem pengukuran akan dilakukan pergi – pulang dengan
dua kali bacaan dan dengan titik nol yang berada.
3). Jarak antara patok diukur 2 (dua) kali bolak balik,
perbedaannya harus 1 : 5000 terhadap jarak rata-ratanya.
4). Panjang seksi pengukuran poligon maksimum 2 km dan
setiap ujungnya ditandai dengan BM.
5). Semua BM dan CP baik yang lama maupun yang baru harus
diukur.
6). Pengukuran poligon saluran diikatkan pada titik-titik poligon
situasi skala 1 : 5000.

6. Pengukuran Kerangka Vertikal (Z)/Potongan Memanjang Saluran


a. Metoda dan Ketentuan Peralatan
 Metoda pengukuran adalah waterpass/sipat datar
 Alat yang digunakan adalah waterpass otomatis dan rambu
ukur yang dilengkapi dengan nivo.
 Alat yang digunakan bebas dari hitungan koreksi garis fisir.
 Alat yang digunakan bebas dari hitungan koreksi garis fisir.
 Rambu ukur yang baik dan benar.

b. Pelaksanaan Pengukuran
 Pengukuran dilakukan double stand dan pergi-pulang.
 Sebelum dan sesudah pengukuran setiap hari harus dilakukan
checking garis bidik.
 Jarak bidik dari alat ke rambu maksimum 50 m.
 Pembacaan benang dilakukan lengkap, benang atas, benang
tengah, dan benang bawah untuk stand I dan stand II.
 Ketinggian/elevasi setiap titik-titik poligon/patok sepanjang
saluran, BM dan CP baik yang lama maupun yang baru harus
diukur.

E - 42
Ustek

 Penempatan alat ukur diusahakan di tengah–tengah antara


rambu muka dan rambu belakang, atau setidak–tidaknya
jumlah jarak ke muka sama dengan jumlah jarak ke belakang.
 Jumlah berdiri alat dalam satu seksi pergi pulang diusahakan
genap.
 Ujung seksi ukuran pergi pulang di buat pada BM yang telah
dipasang pada setiap bangunan dan jika jarak BM tidak
mungkin ditempuh dalam satu hari, dipasang BM diantara
kedua BM yang telah ada.
 Pengukuran pergi–pulang diselesaikan dalam satu hari, dan
jika refraksi udara mempengaruhi garis bidik maka
pengukuran dihentikan.
 Perencanaan data ditulis dengan ball-point warna hitam agar
dapat di photo copy dengan jelas dan tidak mudah dihapus.
 Pengukuran waterpass saluran diikatkan pada titik-titik
waterpass situasi skala 1 : 5000.
c. Kontrol Bacaan di Lapangan
 Bacaan benang.
BA – BB
BT =  2 mm
2
Jika tidak dipenuhi, segera dilakukan bacaan ulang sampai
hasil bacaan memenuhi ketentuan tersebut diatas.
 Beda tinggi stand I dan stand II
H1 – H2 < 2 mm
Jika tidak dipenuhi segera dilakukan bacaan stand III sampai
ditemukan pasangan yang memenuhi ketentuan tersebut di
atas.
 Jumlah jarak
 dm –  db < D
D x F < 2 mm
adapun F = kesalahan garis visir / m
d. Kontrol Hitungan di Base Camp

E - 43
Ustek

 Salah satu penutup ukuran pergi pulang toleransi yang


diijinkan (± 10  D km) mm. Setiap ukuran yang tidak
memenuhi toleransi ini segera dilakukan pengukuran ulang.
 Salah penutup kring toleransi yang diizinkan (± 10  D km )
mm. Jika kring tidak memenuhi toleransi tersebut dilakukan
pengukuran ulang.

7. Pengukuran Profil Melintang Saluran


 Untuk daerah relatip datar harus menggunakan metoda pengukuran
waterpass, sedangkan untuk daerah-daerah yang tidak memungkinkan
diukur dengan waterpass agar menggunakan metoda tachymetri.
 Alat yang dipergunakan adalah theodolite T-0 dan waterpass
otomatis dengan rambu ukur yang dilengkapi dengan nivo atau alat
lain yang sejenis.
 Arah pengukuran tegak lurus as saluran
- Lebar potongan melintang yang harus diukur adalah sampai sejauh
10 m ke kiri dan 10 m ke kanan dari kaki tanggul luar.
- Letak bangunan sepanjang saluran, elevasi dihitung dari hasil sipat
datar dan jarak dihitung dari bacaan pita ukur.
- Telah kami uraikan pada bagian pemasangan patok kayu, bahwa
untuk kerangka ukuran dipasang patok di bagian tanggul/tebing
saluran tiap 50 m pada bagian lurus dan ± 25 m pada bagian
belokan serta pada setiap bangunan irigasi. Untuk penentuan
koordinat dan elevasi titik tersebut dilakukan pengukuran poligon
dan waterpass dengan cara yang sesuai untuk kebutuhan profil
memanjang.
- Drainase gendong sepanjang saluran harus diukur dan menjadi satu
kesauan dengan potongan melintang saluran.
- Pengukuran potongan melintang saluran dilakukan setiap jarak 50
m dan pada setiap lokasi yang dipasang patok (tikungan, bobolan
dan longsoran).
Setiap perubahan terain potongan melintang saluran harus diukur.

E - 44
Ustek

Gambar E-10.
Pengukuran profil melintang pada saluran yang berbelok

 Kerapatan titik profil melintang disesuaikan terhadap perubahan


elevasi permukaan tanah tiap 0,25 m agar bentuk di lapangan dapat
digambar dengan baik.
 Kerapatan serta ketetapan pengambilan titik penampang melintang
sangat penting untuk kebenaran hitungan volume galian dan
timbunan.
 Pengukuran penampang melintang untuk daerah yang
curam/bergelombang tinggi dilakukan dengan cara tachimetri (jarak
diukur dengan cara optis) dan untuk daerah yang relatif datar diukur
dengan cara sifat datar (diukur dengan pita ukur baja).
 Pengukuran dengan cara Tachymetri :
- Alat ukur ditempatkan centring, horizontal di atas patok
tempat mengukur profil, kemudian dicatat tinggi alat,
azimuth ke arah profil melintang saluran.
- Rambu dipasang pada titik profil, dibaca benang (atas,
tengah dan bawah) dan sudut miring.

E - 45
Ustek

Gambar E-11.
Pengukuran cara tachymetri

 Pengukuran dengan sipat datar :


- Alat ukur ditempatkan horizontal di luar patok dan pita
ukur baja dipasang melintang ke arah alir saluran.
- Alat pembidik rambu di atas patok dan kemudian
membidik rambu yang ditempatkan pada titik detail,
elevasi dihitung dari hasil sifat datar dan jarak dihitung
dari bacaan pita ukur.
- Dapat juga alat ukur ditempatkan horizontal dan centring
di atas patok, kemudian diukur tinggi garis bidik dan
bacaan benang ke rambu di titik detail profil melintang.

8. Pengukuran Site Bangunan Utama


 Alat yang dipergunakan adalah theodolite T-0 dan waterpass
 Pengukuran sungai untuk bangunan utama (bendung pengambilan
bebas) yang kondisinya masih baik, cukup dilakukan pengukuran site
survey sepanjang 250 m ke hulu dan 250 m ke hilir dari as bendung,
demikian pula untuk mata air/sumber air. Patok dipasang tiap jarak
profil 25 ke hilir dan tiap 5 m di sekitar bendung sepanjang 25 m ke
hulu dan 25 m ke hilir dari as bendung.
 Pengukuran sungai untuk bangunan utama yang mempunyai
masalah berupa : overtopping, piping, gerusan dan degradasi pada
hilirnya dilakukan pengukuran sungai sepanjang 600 m dengan
pengaturan kebutuhan.
 Pengukuran untuk bangunan utama baru (bendung) dilakukan :

E - 46
Ustek

a. Situasi sungai :
- Lebar sungai B < 20 m, skala 1 : 500 sepanjang 1 km
dengan 500 m ke hulu dan 500 m ke hilir dari as bendung.
- Lebar sungai 20 < B < 40 m, skala 1 : 1000 sepanjang 1,5
km dengan 750 m ke hulu dan 750 m ke hilir dsri as
bendung.
- Lebar sungai B > 40 m, skala 1 : 2000 sepanjang 2 km
dengan 1 km ke hulu dan 1 km ke hilir dari as bendung.
b. Site bangunan utama :
- Lebar sungai B < 20 m, skala 1 : 100
- Lebar sungai 20 < B < 20 m, skala 1 : 200
- Lebar sungai B > 40 m, skala 1 : 500
 Elevasi mercu bendung, ketinggian ambang, pintu penguras dan
pengambilan, elevasi dekzerk dan elevasi penting lainnya harus disifat
datar dengan tepat.
 Untuk keperluan detail desain upgrading lokasi bangunan, data
elevasi yang diukur antara lain:

g d

f
c

e
a

Gambar E-12.
Tubuh bendung

E - 47
Ustek

dimana :
a = Elevasi lantai muka.
b = Elevasi lantai belakang.
c = Elevasi mercu
d = Elevasi Deck Zerk
e = Elevasi dasar intake
f = Elevasi sayap hilir (kiri kanan)
g = Elevasi sayap udik (kiri kanan)
h = Elevasi dasar saluran intake

9. Pengukuran Site Bangunan (Bagi, Sadap dan Pelengkap)


 Setiap bentuk/perubahan bangunan harus diukur sampai pada titik
detail terkecil, karena akan digambar dengan skala 1 : 100.
 Pengukuran ketinggian (elevasi) pada bangunan adalah sebagai
berikut :
- Dasar saluran di hulu dan hilir bangunan
- Lantai hulu dan hilir bangunan
- Ambang
- Puncak tanggul
- Puncak dan gelegar bawah jembatan
- Dasar mulut gorong-gorong, talang, syphon, penguras dll
- Dasar pintu
- Posisi meja Romijn terendah dan tertinggi (jika ada)
 Kerapatan titik detail dilakukan untuk kebutuhan pemetaan skala
1 : 100 dan dapat menggambarkan bentuk dan ukuran bangunan.
 Pengukuran tambahan harus dilakukan pada bangunan-bangunan
yang perlu diperbaiki dengan detail secukupnya untuk meperlihatkan
pekerjaan perbaikannya pada gambar.
 Ketinggian (elevasi) sawah tertinggi yang harus diairi harus diukur
termasuk sawah yang diairi melalui sadap liar. Dalam hal ini dibuat
daftar elevasi sawah tertinggi.

E - 48
Ustek

 Untuk bangunan pembuang silang, potongan melintang saluran


pembuangnya harus diukur dengan lebar yang cukup untuk
memperkirakan debitnya.
 Pengukuran untuk lokasi bangunan baru (yang diusulkan) harus
lengkap yaitu : pengukuran potongan melintang dan memanjang.
 Khusus untuk keperluan detail dengan updating bangunan, data
elevasi yang diukur antara lain:

E - 49
Ustek

f a
d
e

Gambar E-13.
Bangunan terjun

dimana :
a. = Elevasi Deck Zerk
b. = Elevasi lantai muka
c. = Elevasi lantai belakang / ruang elok
d. = Elevasi intake
e. = Elevasi sayap hilir (kiri kanan)
f. = Elevasi sayap udik (kiri kanan)

 Untuk bangunan pelimpah samping :


 Kerapatan titik detail dilakukan untuk kebutuhan
pemetaan skala 1 : 100 dan dapat menggambarkan bentuk
dan ukuran bangunan.
 Khusus untuk keperluan detail dengan updating
bangunan, data elevasi yang diukur antara lain :

E - 50
Ustek

Gambar E-14.
Bangunan pelimpah samping

dimana :
a = Elevasi mercu

b = Elevasi Deck Zerk


c = Elevasi lantai olak
d = Elevasi Dasar Saluran
e = Elevasi Lantai

 Untuk keperluan saluran pasangan


 Kerapatan titik ukur dilakukan untuk kebutuhan pemetaan
skala 1: 100 dan dapat menggambarkan bentuk dan
ukuran bangunan.
 Khusus untuk keperluan detail dengan updating
bangunan, data elevasi yang diukur antara lain :

E - 51
Ustek

Muka air

Gambar E-15.
Saluran pasangan

dimana :
a = Elevasi ujung atas (sayap) pada bagian hilir dan
udik.
b = Elevasi ujung bawah (sayap) pada bagian hilir dan
udik.
L = Panjang pasangan

 Untuk lokasi gorong – gorong


 Kerapatan titik ukur dilakukan untuk kebutuhan pemetaan
skala 1 : 100 dan dapat menggambarkan bentuk dan
ukuran bangunan.
 Khusus untuk keperluan detail dengan updating
bangunan, data elevasi yang diukur antara lain :

E - 52
Ustek

f f
d
c

ad b

Gambar E-16.
Gorong-gorong

dimana :
a = Elevasi lantai udik
b = Elevasi lantai hillir
c = Elevasi sayap udik dan hilir
d = Elevasi Jalan Saluran
e = Elevasi bagian atas gorong – gorong
f = Elevasi hilir
10. Ketelitian Pengukuran
 Pengukuran poligon :
- Salah penutup poligon 10”  N, dimana N = jumlah titik poligon
- Salah linier poligon 1 : 5000
 Pengukuran waterpass :
- Salah penutup beda tinggi pergi pulang dan terikat 10 D, dimana
D = total jarak dalam km

11. Draft Perhitungan


Pengolahan data poligon dan sifat datar dilakukan secara bertahap, yaitu
pengolahan data di Base Camp lapangan, untuk mengetahui apakah salah
penutup kring tertutup sudah memenuhi toleransi, pengukuran dinyatakan
selesai bila salah penutup kring sudah masuk toleransi .
 Hitungan penutup sifat dasar
- Salah penutup tiap ukuran pergi – pulang masuk toleransi :

E - 53
Ustek

(10 ” D Km) mm.


- Salah penutup tiap kring tertutup masuk toleransi :
(10”  D Km) mm.
 Hitungan salah penutup ukuran sudut
- Salah penutup dari pengamatan kepengamatan masuk
toleransi 10 N.
- Salah penutup tiap kring ukuran sudut masuk toleransi 10” 
N.
- Hitungan salah penutup linier salah penutup hitungan x, y
tiap kring masuk toleransi ( 10  D Km ).
 Hitungan perataan kesalahan untuk menempatkan pembagian
koreksi dilakukan dengan metode Bowdith untuk :
a = Perataan SP sipat datar (H)
b = Perataan SP titik sudut (B)
c = Perataan SP ordinat (Y)
d = Perataan SP absis (X)
 Semua hitungan dilakukan dengan portable computer Casio FX
880 P dan Casio FX 1000 P.
 Hitungan koordinat dan elevasi titik detail:
- Titik awal koordinat dan elevasi yang akan digunakan untuk
menentukan koordinat titik ukur.
- System proyeksi yang digunakan adalah polyeder.
 Asistensi hasil pengukuran dan hitungan ke direksi untuk
mendapatkan persetujuan koordinat dan elevasi titik kerangka
digunakan untuk elevasi titik detail.
 Hitungan elevasi titik detail/profil melintang dihitung dengan
portable computer Casio FX 1000 P dan Komputer.

12. Uji Petik


Uji petik atau Cross Chek akan dilakukan untuk pengukuran poligon,
waterpass dan situasi. Adapun pelaksanaan dilakukan bersama-sama
dengan direksi/pengawas lapangan, sedang jalur pengukuran untuk poligon

E - 54
Ustek

dan waterpass dipilih sesuai dengan petunjuk direksi lapangan. Uji petik
potongan melintang saluran minimum 3 (tiga) profil tiap ruas saluran.

13. Asistensi Hitungan dan Final Hitungan


Hasil perhitungan koordinat dan elevasi titik ukuran diasistensi ke Direksi
Bagian Pengukuran untuk mendapatkan persetujuan apakah ketelitian
ukuran telah memenuhi toleransi dan disetujui untuk menggambar. Proses
asistensi hasil ukuran dan hitungan tersebut :
 Pemeriksaan data ukur
 Pemeriksaan ukuran ke data hitungan
 Pemeriksaan hasil hitungan dan metode hitungan (peralatan).
 Pengukuran uji petik ke lapangan kemudian membandingkan
terhadap hasil yang telah ada.
Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi toleransi maka konsultan akan
melakukan revisi ukuran dan hitungan dan jika hasil pemeriksaan
memenuhi toleransi maka selanjutnya dapat dilakukan penggambaran
draft.

14. Penggambaran Draft


Seperti telah disebutkan diatas, setelah hasil perhitungan diassistensikan
dan hasil pemeriksaan memenuhi toleransi, maka selanjutnya dapat
dilakukan penggambaran draft.
Gambar-gambar draft tersebut kemudian diasistensikan ke direksi
setelah mendapat persetujuan pengawas. Jika hasil pemeriksaan draft
gambar sudah memenuhi syarat dan ketentuan, maka konsultan dapat
melakukan penggambaran final.
Penggambaran draft dilakukan diatas kertas milimeter ukuran A1.
15. Penggambaran Final
a. Penggambaran Situasi Trase Saluran Skala 1 : 2000
 Peta harus digambar di atas kertas kalkir 85/90 mg ukuran
kertas A1 (594 mm x 841 mm).
 Garis silang grid dibuat tiap 10 cm.

E - 55
Ustek

 Semua BM, CP baik yang lama maupun yang baru, titik-titik


poligon/patok sepanjang saluran digambar menggunakan
sistem koordinat dengan legenda yang lazim dipakai pada
peta topografi. Untuk BM dan CP dilengkapi dengan
koordinat (X, Y, Z), sedangkan untuk titik-titik poligon
cukup elevasinya saja (Z).
 Titik-titik detail potongan melintang digambar menggunakan
data jarak datar tegak lurus arah as saluran dilengkapi data
elevasi.
 Interval garis konur digambar tiap 1 (satu) m dengan rapido
0,1 mm.
 Indeks garis kontur digambar tiap 5 (lima) interval garis
kontur dengan rapido 0,3 mm.
 Garis sambungan peta dibuat 5 (lima) cm.
 Titik referensi pengukuran harus dicantumkan pada
keterangan mengenai legenda.
 Format gambar sesuai petunjuk pengawas pekerjaan.
b. Penggambaran Potongan Memanjang
 Gambar dibuat diatas kertas kalkir 85/90 mg ukuran kertas
A1 (594 mm x 841 mm).
 Gambar potongan memanjang saluran dibuat dibawah
gambar situasi saluran pada kertas yang sama.
 Potongan memanjang saluran digambar dengan ketentuan
sebagai berikut :
- Skala horizontal 1 : 2000
- Sakal vertikal 1 : 100
 Gambar potongan memanjang saluran harus menunjukan :
- Nomor potongan memanjang
- Jarak antara potongan melintang dan jarak akumulasinya
- Elevasi tanggul kiri
- Elevasi tanggul kanan
- Elevasi dasar saluran

E - 56
Ustek

Gambar E-17.
Contoh penggambaran profil memanjang saluran pada kertas kalkir
ukuran A1

c. Penggambaran Potongan Melintang


 Gambar dibuat diatas kertas kalkir 85/90 mg ukuran kertas
A1 (594 mm x 841 mm).
 Potongan melintang saluran digambar dengan ketentuan
sebagai berikut :
- Skala horizontal 1 : 100
- Skala vertikal 1 : 100
 Gambar potongan melintang saluran harus menunjukan:
- Nomor masing-masing potongan melintang
- Potongan melintang digambar searah aliran

E - 57
Ustek

- Elevasi semua titik-titik tinggi yang diukur serta jarak


antara titik-titik tinggi tersebut.

Gambar E-18.
Contoh penggambaran profil melintang

d. Gambar Bangunan
Semua bangunan air pada jaringan irigasi yang ada (kecuali
tangga cuci, kubangan kerbau, jembatan hewan dan bangunan
pengaman) harus digambar dalam skala 1 : 100 atau 1 : 50
dengan ukuran-ukuran sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Apabila gambar lama tidak ada, bagian-bagian bangunan yang
tidak nampak (berada dibawah tanah/air) tidak perlu digambar.
Jika gambar lama masih ada, maka bagian-bagian bangunan yang
tidak nampak tersebut dapat dikutip dari gambar lama.
Persyaratan gambar :
 Sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi, Ditjen Air,
Desember 1986.
 Untuk tulisan angka dan huruf memakai sablon

E - 58
Ustek

Gambar E-19.
Contoh penggambaran bangunan air pada kertas kalkir ukuran A1

16. Asistensi Gambar Final


Gambar tersebut di atas di-asistensikan ke Direksi Pekerjaan untuk
pemeriksaan akhir.
 Apakah gambar final telah sesuai dengan draft gambar.
 Kelengkapan keterangan yang diperlukan (nomor, lembar, judul
gambar, dan lain-lain)

E.3. Metodologi
Untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan dan ketepatan jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan maka pihak konsultan perlu memberikan metodologi yang akan
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya apabila konsultan
memenangkan pelelangan untuk memperjelas alur pelaksanaan pekerjaan dan
mempermudah pelaksanaan pekerjaannya.
Secara Skematis, Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan ditunjukkan pada Gambar
berikut ini :

Melakukan koordinasi
Persiapan dengan instansi terkait
dalam penilaian

Mobilisasi dan
Kegiatan Pelaksanaan
Demobilisasi Tenaga Review Dokuman Pelaporan
Inventarisasi
Ahli

Gambar E-20.
Alur Proses Rencana Kegiatan

E - 59
Ustek

Sebagaimana diilustrasikan dalam bagan alur rencana kegiatan SID D.I.R Lebak
Palas, pendekatan pelaksanaan pekerjaan Review Desain Sistem Irigasi D.I.
Danau Tampang dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :
1. Persiapan
2. Mobilisasi dan Demobilisasi tenaga ahli
3. Review Dokumen
Mereview dokumen terkait yang berhubungan dengan desain sistem irigasi
dan drainase Daerah Irigasi Danau Tampang.
4. Kegiatan Pelaksanaan Inventarisasi
Kegiatan pelaksanaan inventarisasi aset irigasi mencakup :
 Mendata aset jaringan irigasi dan aset pendukung pengelolaan irigasi yang
ada;
 Menghitung nilai dari masing‐masing aset; dan
 Menghitung biaya pemeliharaan/perbaikan dari masing‐masing aset
irigasi.

Secara rinci kegiatan pelaksanaan inventarisasi aset irigasi tersebut diuraikan


di bagian‐bagian berikut ini.
1). Ragam Aset Irigasi Yang Harus di Survey
Aset irigasi terdiri dari 2 ( dua) macam, yaitu :
a. Aset jaringan Irigasi, yang dapat diperinci lagi secara fungsional
menjadi:
 Jaringan pembawa, yaitu yang membawa air dari sumber ke
sawah-sawah; dan
 Jaringan pembuang atau drainase, yaitu yang membuang
kelebihan air dari sawah‐sawah ke sungai dan terus ke laut.
Masing‐masing aset jaringan terbagi menjadi dua komponen,
yaitu :
 Komponen sipil yang mayoritas terdiri dari bahan bangunan
pasangan batu dan atau beton; dan
 Komponen Mekanikal Elektrikal (ME) yang terdiri dari pintu‐
pintu air dan alat pengangkatnya.

E - 60
Ustek

b. Aset pendukung pengelolaan aset irigasi, yang disingkat asset


pendukung, terdiri dari :
 Kelembagaan;
 Sumber Daya Manusia (SDM);
 Bangunan Gedung;
 Peralatan OP; dan
 Lahan.

2). Data Umum


Data yang diperlukan untuk inventarisasi dikumpulkan melalui pengisian
Formulir Isian. Data umum yang dikumpulkan terdiri dari:
a. Identitas Daerah Irigasi
Data yang dikumpulkan untuk identifikasi daerah irigasi (DI)
meliputi data yang tidak berubah (data statis) dan data yang
kemungkinan besar berubah menurut waktu (data dinamis) sebagai
berikut :
1. Data statis :
• Nama DI;
• Kewenangan siapa sebagai pengelola;
• Kepemilikan siapa;
• Kantor pengelola;
• Terletak di wilayah sungai mana;
• Sumber air;
• Lokasi bangunan pengambilan (intake);
• Penggunaan jaringan untuk keperluan apa saja;
• Pola tanam dari DI;
• Luas potensial;

2. Data dinamis :
• Luas fungsional;
• Luas terbangun jaringan utama;

E - 61
Ustek

• Luas terbangun jaringan tersier;


• Luas tanam padi pada 1 tahun yang lalu;
• Luas tanam padi yang diharapkan setelah selesai dilaksanakan
rencana pengelolaan aset irigasi (RPAI) yaitu rencana 5 tahun
yang meliputi perbaikan dan penggantian aset irigasi, serta
peningkatan aset pendukungnya.
• Catatan yang oleh pengelola DI dirasa perlu selain hal‐hal
tersebut di atas.

b. Data Ketersediaan Air


Data tentang ketersediaan air di sumber yang diinventarisasi adalah :
i. Data statis :
• Nama bangunan utama (bendungan, bendung, pompa);
• Nama sungai atau sumber air lainnya.
ii. Data dinamis dari bulan ke bulan :
• Debit sumber air rata‐rata per periode pemberian air, yaitu
dapat setiap 10 harian atau 15 harian;
• Debit pengambilan dari intake yang direncanakan setiap
periode;
• Debit realisasi dari intake;
c. Daftar Foto
Daftar foto ini merupakan catatan foto‐foto yang telah diambil untuk
memudahkan pencarian kembali pada saat pemasukan ke komputer.

3). Data Aset Jaringan


Sebagaimana dijelaskan di atas, aset jaringan terdiri dari komponen sipil
dan komponen ME.
A. Data aset jaringan yang dikumpulkan terdiri dari data mengenai :
a. Bangunan utama;
b. Bangunan pelengkap pembawa;
c. Saluran;
d. Bangunan drainase; dan
e. Jaringan irigasi air tanah.

E - 62
Ustek

B. Data aset jaringan dikumpulkan melalui formulir isian yang terdiri


dari dua lembar, yaitu :
a. Lembar 1/2 yang berisi data statis mengenai aset jaringan,
lembar ini untuk tiap aset berbeda bentuknya, oleh karena itu
disediakan 1 lembar untuk setiap aset; dan
b. Lembar 2/2 yang berisikan pertanyaan‐pertanyaan tentang data
dinamis. Lembar ini bentuk dan isinya sama untuk semua jenis
asset jaringan, oleh karena itu hanya disediakan 1 lembar yang
dapat dicopy untuk dipergunakan semua jenis aset dengan
mengisikan judulnya saja, di samping untuk aset‐aset yang
hanya terdiri dari komponen sipil saja pertanyaan untuk aset
ME dapat diabaikan.
c. Untuk jaringan irigasi air tanah disediakan formulir isian
tersendiri yang terdiri dari dua halaman.
d. Untuk jaringan irigasi tersier juga disediakan formulir isian
tersendiri yang terdiri dari dua halaman.
C. Data statis yang dikumpulkan di Lembar 1/2 terdiri dari :
a. Koordinat lokasi dan elevasi (X, Y, Z dari alat GPS) setiap
bangunan;
b. Dimensi;
c. Bahan bangunan aset;
d. Luas daerah yang dilayani,
e. Tahun aset selesai dibangun dan dioperasikan; serta
D. Data dinamis yang dikumpulkan di Lembar 2/2 terdiri dari :
a. Nilai Aset Baru (NAB) yaitu nilai seandainya aset yang
sekarang ada dibangun dengan menggunakan harga‐harga
satuan mutakhir.
b. Kondisi umum aset;
c. Fungsi umum aset;
d. Pernah/tidak pernah direhabilitasi hingga seperti baru dan
tahunnya.

e. Usulan‐usulan perbaikan atau penggantian, yang meliputi :

E - 63
Ustek

• Jenis pekerjaan yang diperlukan;


• Rincian perbaikan yang diperlukan;
• Areal pelayanan yang terpengaruh oleh
kerusakan/pekerjaan perbaikan;
• Total biaya yang diperlukan;
• Urgensi dari pekerjaan yang diusulkan; dan
• Tujuan utama dari pekerjaan.
4). Aset Pendukung
Data aset pendukung yang dikumpulkan meliputi :
a. Kelembagaan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Bangunan Gedung;
d. Peralatan Operasi dan Pemeliharaan (OP); dan
e. Lahan milik irigasi.

5. Penyusunan Laporan

E - 64
Ustek

Gambar E-21.
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan SID D.I.R Lebak Palas

PEKERJAAN PERSIAPAN REVIEW DOKUMEN INVENTARISASI ASET Menghitung nilai dari masing‐masing aset

 Membuat program kerja Ragam Aset Irigas


Mereview dokumen terkait yang Menghitung biaya pemeliharaan/perbaikan
secara keseluruhan a. Aset jaringan Irigasi: dari masing‐masing aset irigasi
 Menentukan sasaran berhubungan dengan desain sistem
 Jaringan pembawa
kegiatan irigasi dan drainase Daerah Irigasi Danau
Tampang Kab. Muara Enim  Jaringan pembuang atau drainase
 Menetapkan metoda survey b. Aset pendukung pengelolaan aset irigasi:
yang akan dilakukan PENYAJIAN INFORMASI
 Kelembagaan;
 Menggali sumber data yang
ada
 Sumber Daya Manusia (SDM);
Peta Skematik Jaringan Irigasi dan Drainase
 Menyusun format  Bangunan Gedung; D.I. Danau Tampang
pendataan  Peralatan OP; dan
 Menyiapkan peralatan  Lahan Peta Skematik Bangunan Irigasi dan
survey KEGIATAN PELAKSANAAN INVENTARISASI Drainase D.I. Danau Tampang
 Menyusun jadwal kegiatan
Data Umum Koordinat Seluruh banguan Asset Irigasi
Mendata aset Menghitung nilai dari a. Identitas Daerah Irigasi
Pengumpulan Data Sekunder jaringan masing‐masing aset b. Data Ketersediaan Air Data Dinamis serta data Statis bangunan
 Data Spesial irigasi dan c. Daftar Foto serta saluran irigasi
 Data Hidrologi aset
Menghitung biaya
 Data Hidrolika dan pendukung
Foto terbaru bangunan dan saluran irigasi
pengelolaan pemeliharaan/ Data Aset Jaringan
Bangunan Pelengkap
irigasi yang perbaikan dari
 Data Sarana dan Prasarana
masing‐masing aset Data lain sebaginya terintergrasi dengan
ada
 Data Lain irigasi Aset Pendukung aplikasi GIS dan SIPAI

Penyusunan Konsep
Draft Laporan Laporan Akhir
Draft Laporan Antara
Pendahuluan
Konsep Laporan
Laporan RMK & Akhir & Ringkasan
Laporan Antara
Pendahuluan Eksekutif

Pembahasan
Pembahasan Pembahasan Konsep Laporan
Laporan
Laporan Antara Laporan Akhir Akhir
Pendahuluan

1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan

E - 65
Ustek

E.4. Program Kerja


Berdasarkan metodologi yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, maka
disusunlah program kerja untuk SID D.I.R Lebak Palas, seperti yang dijabarkan
di bawah ini.
1. Pekerjaan Persiapan
Rencana kegiatan yang direncanakan pada tahap awal/tahap persiapan akan
segera dimulai sejak penandatangangan kontrak kerja hingga bulan pertama;
yang meliputi tiga kegiatan utama yaitu :
1). Kegiatan Persiapan; direncanakan berlangsung selama 6 hari kerja
2). Kegiatan Koordinasi Awal; direncanakan berlangsung selama 6 hari
kerja
3). Kegiatan pemantapan metodologi dan rencana kerja; direncanakan
berlangsung selama 12 hari kerja

Dalam kegiatan persiapan direncanakan menyiapkan tim kerja untuk dapat


melaksanakan tugasnya antara lain:
a) Mobilisasi Tim; seluruh tenaga ahli direncanakan untuk mulai bekerja
sesui dengan jadwal penugasan yang telah diatur. Selain itu dilakukan
pendistribusian tugas dan kewenangan kepada masing‐masing personil;
sehingga terdapat hubungan kerja yang solid dan sinergis.
b) Penyamaan persepsi output; kegiatan ini sangat penting untuk diberikan
kepada seluruh tim kerja melalui diskusi yang akan dipimpin oleh team
leader.
c) Penajaman metodologi dan rencana kerja; mendetailkan rencana kerja
serta melakukan kajian metoda yang akan digunakan sehingga betul‐betul
sesuai dengan kebutuhan, sumber daya dan waktu yang ada.
d) Penyusunan RMK
Kegiatan kedua dalam tahap persiapan adalah kegiatan koordinasi awal yang
akan diselenggarakan bersama dengan instansi pemberi kerja akan
menyepakati rencana dan metoda kerja. Dalam kegiatan ini akan diupayakan
langkah‐langkah untuk menyiapkan stakeholder kunci di daerah; baik melalui

E - 66
Ustek

berbagai jalur hubungan kerja antar instansi/lembaga atau membina hubungan


koordinasi dengan pihak‐pihak yang dapat mendukung pelaksanaan
kegiatan.Selain itu, konsultan melakukan penyusunan laporan RMK.
Paling lambat 2 (dua) minggu setelah diterbitkannya SPMK, Penyedia Jasa
harus menyusun dan menyerahkan Laporan RMK sebanyak 5 rangkap setelah
dipresentasikan dalam rapat dengan pihak‐pihak terkait (dibuat
Risalah/Notulen rapat dan didokumentasikan), yang berisi antara lain :
a. Bentuk susunan organisasi pelaksana pekerjaan, pembagian tugas dan
kewenangan serta mekanisme hubungan kerjo.
b. Daftar personil, lama waktu penugasan dan lingkup kerjanya.
c. Uraian secara rinci semua kegiatan yang akan dilakukan disesuaikan
dengan lingkup pekerjaan yang tercantum pada Kerangka Acuan Kerja
(KAK) ini.
d. Standar prosedur/desain/pedoman‐pedoman/ketentuan teknis.

Pada akhir tahap persiapan ini, disusunlah Konsep Laporan Pendahuluan


pekerjaan SID D.I.R Lebak Palas. Selanjutnya Konsep Laporan
Pendahuluan tersebut dipresentasikan/dibahas dalam rapat dengan pihak‐
pihak terkait (dibuat Risalah/Notulen rapat dan didokumentasikan), dimana
mencakup :
a. Hasil Peninjauan Lapangan atas setiap kegiatan yang dilakukan Penyedia
Jasa seperti yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).
b. Kondisi lapangan, evaluasi data sekunder, identifikasi permasalahan dan
hipotesa awal penanggulangannya serta informasi yang diperoleh.
c. Rencana kegiatan Tenaga Ahli, Pengaturan Pembagian waktu kerjanya,
uraian kegiatan yang akan dikerjakan, Peralatan yang akan membantu
kegiatan, Metode Kerja atau Prosedure yang akan diterapkan.
d. Program Kerja kegiatan Penyedia Jasa yaitu urutan dan jenis kegiatan,
Penyerahan Laporan dan waktu yang akan diperlukan untuk Diskusi yang
dilengkapi dengan Bagan Alir atau Flow Chart.
e. Rencana Mutu Kontrak (RMK) yang telah disiapkan Konsultan.

E - 67
Ustek

Setelah Konsep Laporan Pendahuluan selesai dibahas dan dilanjutkan dengan


perbaikan-perbaikan, maka Konsep tersebut dapat dijilid menjadi Laporan
Pendahuluan dan diperbanyak 5 rangkap.

2. Review Dokumen
Mereview dokumen terkait yang berhubungan dengan desain sistem irigasi
dan drainase D.I.R Lebak Palas.

3. Kegiatan Pelaksanaan Inventarisasi


Kegiatan pelaksanaan inventarisasi aset irigasi mencakup :
• Mendata aset jaringan irigasi dan aset pendukung pengelolaan irigasi yang
ada;
• Menghitung nilai dari masing‐masing aset; dan
• Menghitung biaya pemeliharaan/perbaikan dari masing‐masing aset
irigasi.
Secara rinci kegiatan pelaksanaan inventarisasi aset irigasi tersebut diuraikan
di bagian‐bagian berikut ini.
1). Ragam Aset Irigasi Yang Harus di Survey
Aset irigasi terdiri dari 2 ( dua) macam, yaitu:
a. Aset jaringan Irigasi, yang dapat diperinci lagi secara fungsional
menjadi:
 Jaringan pembawa, yaitu yang membawa air dari sumber ke
sawahsawah; dan
 Jaringan pembuang atau drainase, yaitu yang membuang
kelebihan air dari sawah‐sawah ke sungai dan terus ke laut.
Masing‐masing aset jaringan terbagi menjadi dua komponen,
yaitu :

E - 68
Ustek

 Komponen sipil yang mayoritas terdiri dari bahan bangunan


pasangan batu dan atau beton; dan
 Komponen Mekanikal Elektrikal (ME) yang terdiri dari pintu‐
pintu air dan alat pengangkatnya.
b. Aset pendukung pengelolaan aset irigasi, yang disingkat asset
pendukung, terdiri dari :
 Kelembagaan;
 Sumber Daya Manusia (SDM);
 Bangunan Gedung;
 Peralatan OP; dan
 Lahan.
2). Data Umum
Data yang diperlukan untuk inventarisasi dikumpulkan melalui pengisian
Formulir Isian. Data umum yang dikumpulkan terdiri dari:
a. Identitas Daerah Irigasi
Data yang dikumpulkan untuk identifikasi daerah irigasi (DI)
meliputi data yang tidak berubah (data statis) dan data yang
kemungkinan besar berubah menurut waktu (data dinamis) sebagai
berikut :
I. Data statis :
• Nama DI;
• Kewenangan siapa sebagai pengelola;
• Kepemilikan siapa;
• Kantor pengelola;
• Terletak di wilayah sungai mana;
• Sumber air;
• Lokasi bangunan pengambilan (intake);
• Penggunaan jaringan untuk keperluan apa saja;
• Pola tanam dari DI;
• Luas potensial;
II. Data dinamis :

E - 69
Ustek

• Luas fungsional;
• Luas terbangun jaringan utama;
• Luas terbangun jaringan tersier;
• Luas tanam padi pada 1 tahun yang lalu;
• Luas tanam padi yang diharapkan setelah selesai dilaksanakan
rencana pengelolaan aset irigasi (RPAI) yaitu rencana 5 tahun
yang meliputi perbaikan dan penggantian aset irigasi, serta
peningkatan aset pendukungnya.
• Catatan yang oleh pengelola DI dirasa perlu selain hal‐hal
tersebut di atas.

b. Data Ketersediaan Air


Data tentang ketersediaan air di sumber yang diinventarisasi adalah :
i. Data statis :
• Nama bangunan utama (bendungan, bendung, pompa);
• Nama sungai atau sumber air lainnya.
ii. Data dinamis dari bulan ke bulan :
• Debit sumber air rata‐rata per periode pemberian air, yaitu
dapat setiap 10 harian atau 15 harian;
• Debit pengambilan dari intake yang direncanakan setiap
periode;
• Debit realisasi dari intake;
c. Daftar Foto
Daftar foto ini merupakan catatan foto‐foto yang telah diambil untuk
memudahkan pencarian kembali pada saat pemasukan ke komputer.

3). Data Aset Jaringan


Sebagaimana dijelaskan di atas, aset jaringan terdiri dari komponen
sipil dan komponen ME.
A. Data aset jaringan yang dikumpulkan terdiri dari data
mengenai :

E - 70
Ustek

a. Bangunan utama;
b. Bangunan pelengkap pembawa;
c. Saluran;
d. Bangunan drainase; dan
e. Jaringan irigasi air tanah.
B. Data aset jaringan dikumpulkan melalui formulir isian yang terdiri
dari dua lembar, yaitu :
a. Lembar 1/2 yang berisi data statis mengenai aset jaringan,
lembar ini untuk tiap aset berbeda bentuknya, oleh karena itu
disediakan 1 lembar untuk setiap aset; dan
b. Lembar 2/2 yang berisikan pertanyaan‐pertanyaan tentang data
dinamis. Lembar ini bentuk dan isinya sama untuk semua jenis
asset jaringan, oleh karena itu hanya disediakan 1 lembar yang
dapat dicopy untuk dipergunakan semua jenis aset dengan
mengisikan judulnya saja, di samping untuk aset‐aset yang
hanya terdiri dari komponen sipil saja pertanyaan untuk aset ME
dapat diabaikan.
c. Untuk jaringan irigasi air tanah disediakan formulir isian
tersendiri yang terdiri dari dua halaman.
d. Untuk jaringan irigasi tersier juga disediakan formulir isian
tersendiri yang terdiri dari dua halaman.
C. Data statis yang dikumpulkan di Lembar 1/2 terdiri dari :
a. Koordinat lokasi dan elevasi (X, Y, Z dari alat GPS) setiap
bangunan;
b. Dimensi;
c. Bahan bangunan aset;
d. Luas daerah yang dilayani,
e. Tahun aset selesai dibangun dan dioperasikan; serta
D. Data dinamis yang dikumpulkan di Lembar 2/2 terdiri dari :

E - 71
Ustek

a. Nilai Aset Baru (NAB) yaitu nilai seandainya aset yang


sekarang ada dibangun dengan menggunakan harga‐harga
satuan mutakhir.
b. Kondisi umum aset;
c. Fungsi umum aset;
d. Pernah/tidak pernah direhabilitasi hingga seperti baru dan
tahunnya.
e. Usulan‐usulan perbaikan atau penggantian, meliputi :
• Jenis pekerjaan yang diperlukan;
• Rincian perbaikan yang diperlukan;
• Areal pelayanan yang terpengaruh oleh kerusakan/pekerjaan
perbaikan;
• Total biaya yang diperlukan;
• Urgensi dari pekerjaan yang diusulkan; dan
• Tujuan utama dari pekerjaan.
4). Aset Pendukung
Data aset pendukung yang dikumpulkan meliputi :
a. Kelembagaan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Bangunan Gedung;
d. Peralatan Operasi dan Pemeliharaan (OP); dan
e. Lahan milik irigasi

Pada akhir tahap inventarisasi ini, disusunlah Laporan Antara (Interim)


pekerjaan SID D.I.R Lebak Palas yang akan diserahkan sebanyak 5 (lima)
exemplar. Laporan Antara (Interm) diserahkan paling lambat akhir bulan ke‐3
yang memuat tentang hasil pekerjaan sementara yang dilengkapi dengan
analisa sementara hasil lapangan. Laporan Antara (Interm) harus
dipresentasikan/dibahas terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan dan
koreksi.

E - 72
Ustek

4. Penyusunan Konsep dan Finalisasi


Tahap penyusunan konsep laporan akhir direncanakan dilaksanakan segera
setelah kegiatan inventarisasi selesai dilaksanakan. Meskipun demikian masih
memungkinkan proses kajian pustaka tetap dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dukungan referensi atau pendalaman materi perbandingan
pelaksanaan pengaturan bidang bangunan gedung di daerah lain.
Tahap penyusunan Konsep Laporan Akhir sebagaimana dijelaskan dalam
skema kerja tahap penyusunan usulan program kegiatan terdiri dari 2 (dua)
laporan, yaitu Laporan Ringkasan Eksekutif dan Laporan Utama. Konsep
Laporan Akhir diserahkan kepada Direksi Pekerjaan sebanyak 5 rangkap dan
dipresentasikan/dibahas untuk mendapatkan masukan dan koreksi yang bisa
melengkapi pada Laporan Akhir. Pembahasan Konsep Laporan Akhir harus
dilaksanakan paling lambat pada akhir bulan ke‐4.
Laporan Akhir merupakan penyempurnaan dari Konsep Laporan Akhir yang
terdiri dari Laporan Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) dan Laporan
Utama. Laporan ini akan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan setelah selesai
dari perbaikan‐perbaikan dan melalui tahapan asistensi dengan Direksi
Pekerjaan. Diserahkan sebanyak 5 rangkap lengkap paling lambat pada
tanggal berakhirnya Kontrak Pekerjaan.

E.5. Organisasi dan Personil


Agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan terkoordinir dengan baik,
sinergi dan tepat waktu, maka dibentuk suatu struktur organisasi. Struktur
organisasi ini menjadi salah satu unsur pendekatan teknis dalam pelaksanaan
pekerjaan serta tercapainya tujuan pekerjaan sebagaimana dituangkan di dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK)/dokumen seleksi. Adapun struktur organisasi
pelaksana paket pekerjaan ini dapat dilihat pada gambar di bawah. Struktur
organisasi ditetapkan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan yang
meliputi materi serta serta tanggung jawab masing-masing tenaga ahli. Struktur
organisasi ini memberikan arahan dan pembagian tugas dan fungsi dari masing-

E - 73
Ustek

masing tenaga ahli. Penyusunan struktur organisasi dilakukan dengan


mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
 Lingkup pekerjaan yang tidak terlalu luas (proporsional) sehingga pekerjaan
menjadi jelas dan terfokuskan;
 Lingkup pekerjaan yang mempunyai aktivitas sejenis dikelompokkan menjadi
satu;
 Penentuan garis komando dan koordinasi yang jelas.

Team Leader melakukan koordinasi terhadap seluruh anggota tim dalam


pelaksanaan pekerjaan dari hari ke harinya. Seluruh anggota tim mempunyai tugas
dan tanggung jawab agar dapat melaksanakan pekerjaan sebagaimana dituangkan
di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Tugas dan tanggung jawab ini diberikan
sepenuhnya kepada seluruh anggota tim, sesuai dengan spesialisasinya, dengan
arahan dari pimpinan proyek dan ketua tim sebagai wakil dari perusahaan, agar
pekerjaan dapat berjalan efektif dan efisien. Organisasi Tim ini dibentuk dengan
tujuan agar pekerjaan dapat lebih terkoordinasikan dengan baik. Oleh karena itu
Tim ini tidak berada di bawah salah satu divisi yang ada di dalam perusahaan,
melainkan secara langsung berada di bawah koordinasi pimpinan proyek. Namun
demikian, seluruh pengalaman dari berbagai divisi yang ada dalam perusahaan
akan sepenuhnya dimanfaatkan untuk keberhasilan proyek. Struktur organisasi
pelaksana pekerjaan ditunjukkan pada gambar berikut ini.

E - 74
Ustek

Gambar E-22.
Stuktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

E - 75

Anda mungkin juga menyukai