Science & Mathematics">
[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
156 tayangan7 halaman

Video - PDF Bab1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang imaging

diagnostik semakin berkembang dengan ditemukannya berbagai modalitas

mutakhir guna menunjang diagnosa penyakit yang lebih aman dan akurat,

salah satunya adalah Computed Tomography Scan (CT Scan). Teknik CT

Scan ini pertama kali ditemukan oleh Godfrey N. Hounsfield pada tahun

1968 dan di indonesia digunakan sejak tahun 1970 (Rasad, 2005).

Kasus cedera vaskuler pada ekstremitas bawah yang sering menyertai

dengan terjadinya kasus cedera akibat kecelakaan membutuhkan

pemeriksaan CT Scan Angiografi untuk mengecek adanya sumbatan atau

kerusakan yang menyebabkan aliran darah tidak lancar. Pemeriksaan CT

Scan Angiografi pada pasien yang mengalami cedera vaskuler ekstremitas

bawah dapat dilakukan dengan cepat demi mengurangi keraguan diagnostik.

Pemeriksaan ini menyediakan informasi yang berharga bagi para ahli bedah

vaskuler atau ahli intervensi untuk menghindari eksplorasi intra operatif yang

tidak diperlukan (Gakhal, 2009).

Tipe injeksi media kontras termasuk injeksi unifase, bifase dan

multifase. Untuk injeksi unifase, seluruh media kontras bolus diberikan pada

alur injeksi yang konstan. Dengan injeksi jenis ini, kecerahan kontras

meningkat sampai puncak dan selanjutnya menurun. CTA termasuk lereng

naik dan lereng turun dari kurva distribusi media kontras, dan kecerahan

tidak seragam selama volume pemeriksaan. Karakteristik ini kurang penting

untuk range scanning yang pendek (seperti CTA leher dan thorax), namun

1
2

mungkin akan bermasalah untuk wilayah vaskular yang lebih luas (seperti

pada pasien yang lebih gemuk atau CT Scan Angiografi Ekstremitas)

(Bertolini, 2017).

Injeksi bifase (fase pertama cepat, diikuti dengan fase yang lebih

lambat) dan multifase, secara eksponensial teknik melambat (injeksi alur

multifase bolus secara eksponensial alurnya menurun) menyediakan

kecerahan yang lebih seragam dengan fase datar yang lebih panjang.

Teknik ini indikasi untuk aplikasi klinis yang membutuhkan cakupan wilayah

vaskular yang lebih luas atau untuk alat CT Scan yang lambat (Bertolini,

2017).

Pergerakan meja per rotasi dan pitch adalah parameter yang relevan

untuk pemindaian spiral. Pergerakan meja menunjukkan seberapa banyak

meja bergerak selama waktu rotasi. Faktor pitch memberikan hubungan

antara pergerakan meja dan lebar total dari volume yang diperoleh. Pitch

maksimal tergantung pada produsen CT Scan dan biasanya bervariasi

antara 1,5 dan 2 (Rubin, 2009). Pitch didefinisikan sebagai rasio kecepatan

meja dengan slice thickness. Pitch yang tinggi mengurangi waktu scan. Jika

meja bergerak sama persis dengan nilai slice thickness pada satu rotasi

tabung, berarti pitch nya adalah 1. Pitch 2 berarti meja bergerak secara total

2 kali dari slice thickness yang menghasilkan waktu scan yang lebih cepat

(Karthikeyan, 2005)

Strategi injeksi untuk pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas

Bawah ada 3 jenis, yaitu strategi injeksi untuk pemeriksaan slow, fast, dan

khusus. Strategi injeksi untuk pemeriksaan khusus sistem CT Scan detektor

32, 40, dan 64 secara teoritis memungkinkan memiliki kecepatan akuisisi 80


3

mm/s bahkan lebih, kita dengan sengaja memperoleh angiogram CT Scan

Angiografi Ekstremitas Bawah pada kecepatan yang jauh lebih lambat

dengan menentukan waktu scanning tetap pada 40 s pada setiap

pemeriksaan untuk seluruh pasien. Untuk waktu scanning 40 s, kita memilih

rotasi gantry 0.5 s dan pitch <1. Keuntungan dalam pemilihan waktu

scanning 40 s adalah dapat dikombinasikan dengan teknik injeksi biphase

selama 35 s (Fleischmann, 2006).

Berdasarkan pengamatan penulis di instalasi radiologi RSUP DR

Sardjito Yogyakarta telah dilakukan teknik pemeriksaan CT Scan Angiografi

Ekstremitas Bawah dengan menggunakan pesawat CT Scan Philips tipe

Brilliant 64 slice. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan beberapa protokol

scanning, antara lain (1). Scanogram (Surview, AP), (2). Scanning

sequencial (Locator), (3). Pemeriksaan bolus triggering (Tracker) yang

diletakkan pada bifucartio/aorta abdominalis, scan delay nya diatur selama

3.1 detik setelah threshold pada HU 150, dan (4). Pemeriksaan fase arteri

(dengan parameter, Collimation 64x0.625, Pitch 1.173, Rotation Time, 1.0 s,

FOV 350 mm, Length 1400 mm, Thickness 1 mm, Increment 0.5 mm, kV

120, dan average mAs 250, Tilt 0.0o).

Protokol injeksi media kontras yang dilakukan menggunakan injektor

double head merek Stellant Medrad, penggunaan saline flush NaCl 5 mL

untuk Test Injeksi, media kontras 85 mL, dan NaCl 25 mL, pada flow rate 3.2

mL/s dan tekanan 300 psi, jadi total volume cairan yang disuntikkan

sebanyak 110 mL dan metode pemberian media kontras adalah unifase.

Menurut Fleischmann (2006), jika terdapat pesawat CT Scan 64

detektor untuk pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas Bawah, maka


4

protokol yang digunakan adalah pitch yang < 1 dan teknik injeksi bifase,

namun di RSUP DR Sardjito Yogyakarta menggunakan pitch 1.173, dan

injeksi unifase dengan flow rate 3.2 mL/s untuk menghasilkan sebuah

angiogram Ekstremitas Bawah. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis

tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang pemeriksaan CT Scan Angiografi

Ekstremitas Bawah dan diangkat dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “TEKNIK PEMERIKSAAN CT SCAN ANGIOGRAFI

EKSTREMITAS BAWAH DENGAN KASUS CEDERA ARTERI DI RSUP

DR SARDJITO YOGYAKARTA”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan

dibahas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana teknik pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas Bawah

dengan Kasus Cedera Arteri di RSUP dr Sardjito Yogyakarta?

2. Mengapa pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas Bawah dengan

Kasus Cedera Arteri di RSUP dr Sardjito Yogyakarta menggunakan Pitch

1.173?

3. Mengapa pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas Bawah dengan

Kasus Cedera Arteri di RSUP dr Sardjito Yogyakarta menggunakan teknik

Injeksi unifase dengan flow rate 3.2 mL/s?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas

Bawah dengan Kasus Cedera Arteri di instalasi radiologi RSUP dr Sardjito

Yogyakarta.
5

2. Untuk mengetahui alasan pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas

Bawah dengan Kasus Cedera Arteri di instalasi radiologi RSUP dr Sardjito

Yogyakarta menggunakan Pitch 1.173

3. Untuk mengetahui alasan pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas

Bawah dengan Kasus Cedera Arteri di instalasi radiologi RSUP dr Sardjito

Yogyakarta menggunakan teknik Injeksi unifase dengan flow rate 3.2

mL/s

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan pengetahuan penulis pada khususnya dan pengembangan

ilmu pengetahuan pada umumnya sehubungan dengan teknik

pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas Bawah dengan Kasus

Cedera Arteri di RSUP dr Sardjito Yogyakarta.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat sebagai bahan

masukan maupun acuan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

sehingga didapatkan masukan ataupun protap mengenai protokol

pembuatan pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas Bawah dengan

Kasus Cedera Arteri di RSUP dr Sardjito Yogyakarta.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini mengambil judul “Teknik

pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas Bawah dengan Kasus Cedera


6

Arteri di RSUP dr Sardjito Yogyakarta ” telah dilakukan oleh beberapa orang

dibawah ini yaitu:

1. Naidu dkk, (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Incidence of Highly

Important Extravaskuler Finding Detected on CT Angiography of the

Abdominal Aorta and The Lower Extremity”, meneliti dengan metode

peninjauan secara retrospektif (pemeriksaan ulang) dan pengambilan

citra pada CTA Abdomen dan Ekstremitas Bawah. Akuisisi citra dimulai

dari Aorta Abdominalis sampai ujung ibu jari kaki. Penelitian tersebut

menunjukkan hasil yang lebih efektif untuk mengetahui adanya kelainan

ekstravaskuler dan kelainan Ekstremitas Bawah pada 15% pasien yang

sebelumnya tidak terdiagnosa. Persamaan dalam penelitian ini adalah

pada jenis pemeriksaan yang di lakukan yaitu CT Scan Angiografi

Ekstremitas Bawah, sedangkan perbedaannya dengan penelitian penulis

adalah pada peletakkan ROI, peneliti sebelumnya menempatkan ROI

pada aorta abdominalis, sedangkan penelitian ini menempatkan ROI

pada bifurcatio arteri .

2. Tyas Ekasari (2016), dalam penelitiannya yang berjudul “Prosedur

pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas Bawah pada kasus cedera

arteri di RSUD DR Moewardi”, meneliti tentang prosedur pemeriksaan

dan alasan penempatan region of interest (ROI) yang selalu diletakkan di

aorta abdominalis pada pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas

Bawah pada kasus cedera arteri di RSUD DR Moewardi. Hasil penelitian

tersebut diketahui bahwa pemilihan ROI pada aorta abdominalis karena

citra pada lokasi tersebut lebih jelas terlihat daripada penempatan ROI

pada Popliteal Arteri meskipun terdapat klinis pada tungkai bawah.


7

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama sama meneliti teknik

pemeriksaan CT Scan Angiografi Ekstremitas Bawah, sedangkan

perbedaannya adalah penelitian sebelumnya menggunakan teknik injeksi

bifase, sedangkan penelitian penulis menggunakan teknik injeksi uni

fase.

3. Zirmaroni (2017), dalam penelitiannya yang berjudul “Prosedur

pemeriksaan CTA Lower Ekstremity (Run Off) pada kasus Peripheral

Artery Desease (PAD) di Instalasi Radiologi Siloam Hospitals Lippo

Village Tangerang”, meneliti tentang prosedur pemeriksaan dan alasan

dilakukannya pengambilan scan range dari pelvis sampai ujung pedis di

Siloam Hospitals Lippo Village Tangerang. Hasil penelitian tersebut

diketahui alasan pengambilan scan range dari pelvis sampai ujung pedis

adalah karena penilaian klinis PAD dimulai dari arteri bifurcatio sampai

ujung pedis, bukan dari aorta abdominalis. Persamaan dalam penelitian

ini adalah pada range scan dari arteri bifurcatio sampai ujung kaki,

sedangkan perbedaannya peneliti sebelumnya melakukan penelitian di

Siloam Hospitals Lippo Village Tangerang, sedangkan penelitian peneliti

dilakukan di RSUP dr Sardjito Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai