Tugas silvikultur (rangkuman)
Silvikultur adalah ilmu dan seni membangun dan memelihara hutan lewat pengetahuan dasar silvika.
Silvika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari sifat-sifat ekologi individu pohon. Silvika menjadi
landasan bagi tindakan silvikultur terhadap hutan. Tindakan silvikultur tersebut dengan harapan agar
hutan yang bersangkutan dapat memenuhi tujuan khusus yang telah dirancang dan disepakati untuk
dilaksanakan. Dalam merancang tindakan silvikultur, ahli silvikultur mempertimbangkan atribut ekologi,
ekonomi, sosial dan administrasi serta manfaat yang ingin dicapai agar hutan berfungsi secara lestari dan
optimal (Soekotjo, 2009) .
Silvikultur juga sering dinamakan ekologi terapan. Penamaan tersebut atas dasar bahwa tindakan
silvikultur merupakan perwujudan pengelolaan ekosistem. Dalam kaitan ini mudah dimengerti bila
tindakan silvikultur berkaitan dengan upaya mengendalian struktur, komposisi, pertumbuhan species
target untuk meningkatkan manfaat hutan. Tindakan silvikultur bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas hutan, sehingga hutan yang produktivitasnya rendah menjadi hutan yang lebih produktif.
Secara garis besar batasan silvikultur menurut Asosiasi Ahli Kehutanan Amerika (Nyland, 2002) adalah :
Seni untuk membangun dan memelihara tegakan hutan dengan landasan ilmiah untuk mengendalikan
pemapanan tegakan, komposisi dan pertumbuhan
Menggunakan berbagai perlakuan agar hutan menjadi lebih produktif, lebih bermanfaat bagi pengusahaan
hutan. Bermanfaat tidak hanya bagi pengusaha hutan tetapi juga bagi masyarakat sekitar hutan dan
masyarakat keseluruhan serta negara, baik generasi masa kini maupun generasi mendatang, secara lestari.
Mengintegrasikan konsep ekologi dan ekonomi pada perlakuan yang sangat tepat untuk memenuhi tujuan
pengelolaan hutan.
Oldeman (1990) mendeskripsikan silvikultur adalah ilmu pengetahuan kehutanan yang dirancang untuk
mengendalikan proses yang terjadi di dalam ekosistem hutan, sedemikian rupa sehingga urutan
perkembangan ekosistem hutan mencapai peluang tertinggi untuk kelangsungan hidup dari ekosistem
hutan yang bersangkutan.
Pengertian Sistem Silvikultur
Troup (1928) mendefinisikan sistem silvikultur adalah suatu proses yang mencakup tiga tema utama,
yaitu
metode permudaan,
metoda pemanenan hasil hutan
metoda mengatur tegakan hutan secara keseluruhan, dengan mengacu pada silvikultur, pertimbangan
proteksi dan pemanfaatan hasil secara ekonomis.
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 11/Menhut-II/2009, sistem silvikultur adalah sistem
pemanenan sesuai tapak/tempat tumbuh berdasarkan formasi terbentuknya hutan yaitu proses klimatis dan
edafis dan tipe-tipe hutan yang terbentuk dalam rangka pengelolaan hutan lestari atau sistem teknik
bercocok tanaman dan memanen.
Sistem/regim silvikultur untuk hutan Indonesia menurut Soekotjo (2009) dapat dibedakan menjadi :
I. Hutan berasal dari biji atau buah
A. Polisiklik, target akhir, tegakan beragam umur
A.1 Seleksi Individu
– TPTI
– TPTJ dan TPTII
A.2 Seleksi Kelompok
– Tebang Rumpang
B. Monosiklik, target akhir, tegakan berumur seragam
B.1 Tebang habis
– THPB
– THPA
B.2 Seed Tree method (untuk hutan mangrove)
II. Hutan berasal dari perbanyakan vegetatif
hutan seluruhnya berasal dari perbanyakan vegetatif
hutan berasal dari trubusan
Menurut PP 6 Tahun 2007 dasar-dasar pemilihan silvikultur didasarkan pada pendekatan :
(1) Keanekaragaman hayati, berdasarkan tipe hutan sesuai formasi klimatis (hutan hujan tropis, hutan
monsoon, hutan gambut) dan formasi edafis (hutan rawa, hutan payau, hutan payau).
(2) Topografi, geografi, geologi, dan tanah
(3) Konservasi tanah dan air
(4) Teknologi
2. Pengertian Teknik Silvikultur
Teknik silvikultur adalah penggunaan teknik-teknik atau perlakuan tehadap hutan untuk mempertahankan
dan meningkatkan produktivitas hutan. Perlakuan tersebut dapat dilakukan pada tahap permudaan,
pemeliharaan dan penjarangan, serta pemanenan
Teknik silvikultur menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 11/Menhut-II/2009, antara lain berupa:
pemilihan jenis, pemuliaan pohon, penyediaan bibit, manipulasi lingkungan, penanaman dan
pemeliharaan.
Teknik silvikultur yang dikembangkan oleh Soekotjo (2009) adalah :
teknik silvikultur tentang pengendalian struktur
teknik silvikultur tentang pengendalian komposisi
teknik silvikultur tentang pengendalian kerapatan tegakan
teknik silvikultur tentang pengendalian pertumbuhan
teknik silvikultur intensif
teknik silvikultur tentang proteksi agar kelestarian produktivitas ekosistem terjamin
teknik silvikultur tentang proteksi terhadap hama dan penyakit
fasilitas pembalakan
Multisistem Silvikultur
Multisistem silvikultur adalah sistem pengelolaan hutan produksi yang terdiri dari dua atau lebih sistem
silvikultur yang diterapkan pada suatu areal pengusahaan hutan dan merupakan multi usaha dengan tujuan
mempertahankan dan meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan lainnya serta dapat mempertahankan
kepastian kawasan hutan produksi.
Multisistem silvikultur diterapkan dalam pengusahaan hutan di Indonesia mengingat keadaan mosaik
areal hutan dan kondisi hutan di Indonesia telah mengalamai perubahan yang sangat besar, yakni menjadi
sangat beragam dan pada umumnya mengalami perubahan perubahan potensi dan ekologinya. Contoh
multisistem silvikultur dalam suatu unit pengusahaan hutan adalah terdapat lebih dari satu system
silvikultur yang diterapkan, misalnya TPTI dan TPTII; TPTJ dan THPB; THPA dan THPB Pola
Agroforestry.
3. Perencanaan kegiatan Silvikultur
4. Beberapa Peraturan dan Petunjuk Teknis Mengenai Silvikultur
Sejak mulai diimplementasikannya pengusahaan hutan di Indonesia sampai dengan saat ini, terdapat
beberapa perkembangan peraturan dan petunjuk teknis mengenai silvikultur. Peraturan-peraturan tersebut
adalah:
SK Dirjen Kehutanan no. 35/Kpts/DD/1/1972 ttg Pedoman Tebang Pilih Indonesia, Tebang Habis dengan
Permudaan Alam, Tebang Habis dengan Penanaman Buatan, dan Pedoman-pedoman Pengawasannya
SK Menhut no. 485/Kpts-II/1989 tentang sistem silvikultur pengelolaan hutan alam produksi di
Indonesia
SK Dirjen PH no. 564/Kpts/IV-BPHH/1989 tentang Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia
SK Menhut no. 252/Kpts-II/1993 tentang Kriteria dan Indikator pengelolaan Hutan Produksi Alam
Indonesia secara lestari
SK Dirjen PH no. 151/Kpts/IV-BPHH/1993 tentang Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesiaèdicabut dg
Peraturan DirJend Bina Produksi Kehutanan no P.9/VI/BPHA/2009.
SK Menhutbun No. 625/Kpts-II/1998 tentang Sistem TPTJèdicabut dengan Permenhutbun No. 309/Kpts-
II/1999; Permenhut No. P.30/Menhut-II/2005
SK Dirjen Bina Produksi Kehutanan No. 226/VI-BPHA/2005 tentang penerapan sistem TPTIIèdicabut
dengan Peraturan DirJend Bina Produksi Kehutanan no P.9/VI/BPHA/2009
Permenhut No. P.30/Menhut-II/2005 tentang Standar sistem silvikultur pada hutan alam tanah kering atau
hutan alam tanah basah/rawaèdicabut dengan Permenhut No. P.11/Menhut-II/2009
Permenhut No. P.11/Menhut-II/2009 tentang Sistem silvikultur dalam areal izin usaha pemanfaatan hasil
hutan kayu pada hutan produksi
Peraturan Dirjen Bina Produksi Kehutanan No. P.9/VI/BPHA/2009 tentang pedoman pelaksanaan sistem
silvikultur dalam areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi
Berdasarkan Permenhut No. P.11/Menhut-II/2009, Sistem silvikultur dibedakan berdasarkan :
Umur tegakan:
– Tegakan seumur:
Tebang Habis Permudaan Buatan
Tebang Habis Permudaan Alam
Pemanenan dapat dengan Tebang Pilih Tanam Indonesia
– Tegakan tidak seumur:
IndividuèTebang Pilih Tanam Indonesia
KelompokèTebang Rumpang
JalurèTebang Pilih Tanam Jalur
– Sistem pemanenan:
Tebang pilih
Tebang habis
Berdasarkan lokasi pelaksanaan, dibedakan menjadi:
Tebang Habis Permudaan Buatan:
– Logged Over Area
– Hutan tanaman pada hutan produksi biasa atau hutan produksi yang dapat dikonversi di areal
IUPHHK pada hutan produksi berdasarkan RKUPHHK
Tebang Habis Permudaan Alam:
– Logged Over Area,
– hutan tanaman melalui terubusan/coppice system dan atau generatif pada HP biasa atau HP yang
dapat dikonversi di areal IUPHHK pada hutan produksi berdasarkan RKUPHHK
Tebang Pilih Tanam Indonesia dan Tebang Rumpang:
– Virgin forest
– LOA di areal IUPHHK berdasarkan RKUPHHK
Tebang Pilih Tanam Jalur:
– LOA
5. Pelaksanaan Silvikultur di Lapangan
Sistem silvikultur yang dilaksanakan di lapangan ada 4 sistem, yaitu:
Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia
Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur
Sistem silvikultur Tebang Rumpang
Sistem silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan
Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia
Prinsip-prinsip yang harus dipahami:
Sistem silvikultur untuk tegakan tidak seumur
Teknik pemanenan dengan tebang pilih
Meningkatkan riap sebagai aset
Mempertahankan keanekaragaman hayati
Tujuan dan sasarannya:
Tujuan TPTI adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur melalui tebang pilih
dan pembinaan tegakan tinggal dalam rangka memperoleh panenan yang lestari.
Sasaran TPTI adalah pada hutan alam produksi di areal IUPHHK atau KPHP
Beberapa pengertian yang harus dipahami:
Pemanenan tebang pilih adalah tebangan berdasarkan limit diameter tertentu pada jenis-jenis niagawi
dengan tetap memperhatikan keanekaragaman hayati setempat.
Pembinaan tegakan tinggal adalah kegiatan yang dikerjakan setelah kegiatan tebang pilih meliputi
perapihan, pembebasan, pengayaan, pemeliharaan.
Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur
Prinsip-prinsip yang harus dipahami:
Sistem silvikultur untuk tegakan tidak seumur.
Teknik pemanenan dengan tebang pilih.
Meningkatkan riap.
Mempertahankan keanekaragaman hayati.
Menciptakan ruang tumbuh optimal bagi tanaman.
Penanaman jenis unggulan lokal dalam jalur.
Tujuan dan sasarannya:
Tujuan TPTJ adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur melalui tebang pilih
dan memanfaatkan ruang tumbuh dalam jalur untuk meningkatkan riap dalam rangka memperoleh
panenan yang lestari.
Sasaran TPTJ adalah pada hutan alam produksi bekas tebangan di areal IUPHHK atau KPHP.
Beberapa pengertian yang harus dipahami:
Pemanenan tebang pilih adalah tebangan berdasarkan limit diameter tertentu pada jenis-jenis niagawi
dengan tetap memperhatikan keanekaragaman hayati setempat.
Penanaman dalam jalur adalah kegiatan menanam dalam rangka pemanfaatan ruang tumbuh dengan jenis-
jenis tanaman unggulan setempat.
Jalur antara adalah jalur tegakan tinggal yang dibina dan dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas
dan mempertahankan keanekaragaman hayati.