BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT TUTORIAL KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2018
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KEDOKTERAN KERJA
LOW BACK PAIN
Disusun Oleh :
Muh. Fauzan Azhiman, S.Ked 10542039912
Yahya Djafar, S.Ked 10542044412
Ulfa Dwiyanti, S.Ked 10542054313
Widya Novasari, S.Ked 10542044312
Andi Suhartina Baso, S.Ked 10542046113
Suci Triana Putri, S.Ked 10542053713
Rizky Saktiani Rizal, S.Ked 10542042812
Pembimbing:
dr. H. Anwar Umar, M.Kes
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
Nama / NIM: Muh. Fauzan Azhiman, S.Ked 10542039912
Yahya Djafar, S.Ked 10542044412
Ulfa Dwiyanti, S.Ked 10542054313
Widya Novasari, S.Ked 10542044312
Andi Suhartina Baso, S.Ked 10542046113
Suci Triana Putri, S.Ked 10542053713
Rizky Saktiani Rizal, S.Ked 10542042812
Judul Tutorial Klinik : Kedokteran Kerja Low Back Pain
Telah menyelesaikan tugas tutorial kasus dalam rangka kepaniteraan klinik
pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Makassar, November 2018
dr. H. Anwar Umar, M.Kes
2
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah,
kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga tutorial kasus dengan judul
“Kedokteran Kerja Low Back Pain” ini dapat diselesaikan. Salam dan shalawat
senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, yang menjadi suri tauladan
bagi seluruh umat manusia.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing dr. H. Anwar Umar, M.Kes yang telah memberikan
pengarahan dan nasehat dalam penyusunan sampai dengan selesainya tutorial
kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan tutorial kasus ini, baik dari isi maupun
penulisannya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis
harapkan demi penyempurnaan tutorial kasus ini.
Demikian, Semoga tutorial kasus ini bermanfaat bagi semua pihak.
Billahi Fii SabilillHaq FastabiqulKhaerat
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Makassar, November 2018
3
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program yang
didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya
bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan maupun
kerugian-kerugian lainnya yang mungkin akan terjadi. Kesehatan kerja merupakan
bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan
kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga
memungkinkan bekerja secara optimal. Kesehatan kerja juga diatur dalam Undang
- Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 23 mengenai kesehatan
kerja dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja pada setiap tempat kerja khususnya
tempat kerja yang berisiko terjadinya suatu bahaya kesehatan yang cukup besar
bagi para tenaga kerja supaya dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri atau orang yang ada di sekelilingnya.
Kesehatan kerja sangatlah penting, karena kesehatan kerja berkaitan erat
dengan keefisienan kerja seorang karyawan. Tingkat produktivitas seorang
karyawan akan rendah jika kesehatannya terganggu akibat lingkungan kerja yang
buruk. Sebaliknya, seorang karyawan yang bekerja di lingkungan kerja yang
bersih, sehat, dan tenang akan mampu mencapai tingkat produktivitas yang tinggi.
Selain produktivitas, kualitas atau mutu produk juga akan mengalami
4
peningkatan.
Gangguan kesehatan kerja yang tidak ditanggulangi sesegera mungkin
menyebabkan timbulnya penyakit yang secara umum digolongkan menjadi dua
yaitu penyakit umum dan penyakit akibat kerja. Kesehatan suatu lingkungan
tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja
seperti peningkatan moral kerja, penurunan absensi dan peningkatan
produktivitas. Adapun faktor yang mempengaruhi produktifitas antara lain adalah
kapasitas kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja.
Industri rumah tangga merupakan industri kecil yang bergerak disektor
informal yang menjadi dasar industrialisasi di Indonesia. Industri ini tersebar di
berbagai sentra usaha kecil di kota Makassar, salah satunya adalah industri
rumahan kue “Gelora Cake”. Karena pentingnya keselamatan dan kesehatan
kerja, maka berikut akan dijabarkan beberapa permasalahan dan
upaya pencegahan dalam mengurangi kecelakaan kerja pada industri
rumahan “Gelora Cake”.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Akibat Kerja
1. Definisi
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab
yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya
terdiri dari satu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara
proses penyakit dan hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja
sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit
Akibat Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap
timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat
kesalahan faktor manusia juga.1,2
2. Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai
berikut: 3
1) Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi
berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman
pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien,
benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui
kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat
menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya
karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.
6
Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan
cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK
sangat besar, sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena
infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi
atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang
infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen,
debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi
2) Faktor Kimia
Petugas yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-
obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak
digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat
yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi
dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang
paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh
karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane)
jika tertelan, trhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan
penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan
basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada
daerah yang terpapar.
7
3) Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan
alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan
dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja
yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer
kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to
fit the Man to the Job
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan
pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga
operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada
umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran
pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan
dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis
(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja
(low back pain)
4) Faktor Fisik
Faktor fisik yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi :
Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan
ketulian
8
Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan,
laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi dapat
menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya
teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam
dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang
menangani.
5) Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat menyebabkan stress :
Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan
menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di
laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan
yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-
tamahan
Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan
atau sesama teman kerja.
Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor
formal ataupun informal
9
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-
01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No 22/1993 terdapat 31 jenis
penyakit akibat kerja yaitu sebagai berikut:1
1) Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan
jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan
silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab
cacat atau kematian.
2) Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang
disebabkan oleh debu logam keras.
3) Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang
disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5) Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik
6) Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang
beracun.
7) Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang
beracun.
8) Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang
beracun.
9) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang
beracun.
10
10) Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang
beracun.
11) Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang
beracun.
12) Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang
beracun.
13) Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang
beracun.
14) Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang
beracun.
15) Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16) Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17) Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang
beracun.
18) Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena
atau homolognya yang beracun.
19) Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat
lainnya.
20) Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21) Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida
atau derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
11
22) Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23) Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan
otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24) Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
lebih.
25) Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
26) Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik,
kimiawi atau biologik.
27) Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari
zat tersebut.
28) Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29) Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi
khusus.
30) Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas
radiasi atau kelembaban udara tinggi.
31) Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan
obat.
3. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini:2
12
1) Tentukan diagnosis klinis dengan anamnesis yang baik, pemeriksaan
fisik diagnostik dan pemeriksaan penunjang.
2) Tentukan pajanan terhadap faktor risiko dengan melakukan anamnesis
mengenai riwayat pekerjaan secara cermat dan teliti yang mencakup :
Kapan pertama kali bekerja, sudah berapa lama bekerja, apa yang
dikerjakan, bahan yang digunakan, informasi bahan yang digunakan
(Material Safety Data Sheet/MSDS), bahan yang diproduksi, jenis
bahaya yang ada, jumlah pajanan, kapan mulai timbul gejala, kejadian
sama pada pekerja lain, pemakaian alat pelindung diri, cara melakukan
pekerjan, pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran (hobi) dan kebiasaan
lain (merokok, alkohol)
3) Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan
tidak bekerja
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi
pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau
hilang
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja
c. Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari
data penyakit di perusahaan
4) Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan :
a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik
b. Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinis
13
c. Dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui
pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
5) Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru (pneumokoniosis –
pembacaan standar ILO)
b. Pemeriksaan audiometrik
c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah atau urin
6) Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene
perusahaan yang memerlukan:
a. Kerja sama dengan tenaga ahli hygiene perusahaan
b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data
yang ada
c. Pengenalan secara langsung sistem kerja, intensitas dan lama
pemajanan
7) Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis
klinis, kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja atau
melalui pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lama
b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasihat
(kaitan dengan kompensasi)
4. Pencegahan
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan
penyakit (five level of prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:2,4
14
a. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan,
meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan
yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai,
penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang
keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
b. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan
kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti
helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug)
baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-
titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
d. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya:
memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati
tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan
mempekerjakan kemali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat
mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat
di jabatan yang sesuai.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK
adalah sebagai berikut:4
15
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya
menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak
berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih
lanjut.
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD.
B. Low Back pain (LBP)
a. Definisi
Low Back pain adalah suatu sensasi nyeri di daerah lumbosakral dan
sakroiliakal, umumnya pada daerah L4-L5 dan L5-S1, nyeri ini sering disertai
penjalaran ke tungkai sampai kaki.4
Low Back Pain juga didefinisikan sebagai nyeri yang dirasakan daerah
punggung bawah, dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau
keduanya, atau nyeri yang berasal dari punggung bawah yang dapat menjalar
ke daerah lain atau sebaliknya (referred pain). Nyeri ini terasa diantara sudut
iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-
sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.5
b. Etiologi
Menurut Fauci et al (2008) LBP dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan yang terjadi pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis,
sendi, maupun struktur lain yang menyokong tulang belakang. Kelainan
16
tersebut antara lain kelainan congenital atau kelainan perkembangan yang
terdiri dari spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis, spina bifida,
gangguan korda spinalis, trauma minor yaitu regangan dan cedera whiplash,
fraktur atau traumatik yaitu jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, traumatik
yaitu osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen, herniasi diskus
intervertebral, degeneratif yaitu kompleks diskus-osteofit, gangguan diskus
internal, stenosis spinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi
vertebral, gangguan sendi atlantoaksial (misalnya arthritis rheumatoid),
arthritis seperti : spondilosis, artropati facet atau sakroiliaka, autoimun
(misalnya ankylosing spondilitis, sindrom reiter), neoplasma : metastasis,
hematologic, tumor tulang primer, infeksi/inflamasi: osteomyelitis vertebral,
abses epidural, sepsis diskus, meningitis, arachnoiditis lumbalis, metabolik :
osteoporosis, hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis, vascular : aunerisma
aorta abdominal, diseksi arteri vertebral, dan lainnya seperti nyeri alih dari
gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik, pura-pura sakit serta sindrom nyeri
kronik.6
c. Prevalensi
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-
negara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah
mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi
dari 15-45%, dengan point prevalence rata-rata 30%. Data epidemiologi
mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk
Jawa Tengah berusia di atas 65 tahun pernah menderita nyeri punggung,
17
prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan
kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-
17%.8
d. Gambaran klinis
Gejala LBP bermacam-macam dan berbeda antara satu dengan yang
lain. Kebanyakan orang menganggap berbaring akan meningkatkan nyeri
yang datang tiap episode, tapi ada juga yang mampu tidur tanpa rasa nyeri.
Kebanyakan orang merasakan nyeri ketika mereka membungkuk atau
mengambil sesuatu, yang lain merasa nyeri bila melengkungkan tubuh ke
belakang. Nyeri pada kaki juga merupakan bagian dari masalah. Nyeri
kebanyakan pada punggung atau samping luar paha dan kemudian menjalar
ke kaki. Nyeri yang menjalar pada kaki disebut sciatica karena nyeri berasal
dari perangsangan pada nervus ischiadikus, perangsangan pada nervus
ischiadikus sering menjadi lebih nyeri bila bersin atau batuk. Pada episode
akut, LBP dapat menjadi sangat akut untuk beberapa hari atau seminggu dan
akan lebih meningkat. Pada 2-4 minggu kemudian penderita akan merasa
lebih baik. Episode panjangnya waktu nyeri berbagai macam pada tiap
penderita, begitu juga dengan intensitas tiap episode nyeri dan seberapa
mampu penderita dapat menahan nyerinya.9
e. Klasifikasi Low Back pain
18
Menurut Bimariotejo (2009) berdasarkan perjalanan klinisnya LBP
dibagi menjadi 2 jenis yaitu 1) acute Low Back pain ditandai dengan rasa
nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang wakunya hanya sebentar,
antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang
atau sembuh. Acute Low Back pain dapat disebabkan karena luka traumatic
seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat
kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat
melukai otot, ligament dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur
tulang pada daerah lumbal masih dapat sembuh sendiri. Sampai saat ini
penatalaksanaan awal nyeri punggung akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik. 2) chronic Low Back pain, rasa nyeri pada chronic Low
Back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-
ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya
dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic Low Back pain dapat terjadi
karena osteoarthritis, reumathoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertrebalis, dan tumor.9
f. Faktor Resiko
Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika,
fisiologi dan epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat dua faktor
yang menyebabkan terjadinya cedera otot (MSDs) akibat bekerja, yaitu:
1. Usia
19
Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa
saja, pada umur berapa saja. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada
mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada
dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin
meningkat hingga umur sekitar 55 tahun (Hartwig MS, 2011).
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap
keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya
jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri
pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya
pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga
dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
3. Faktor Indeks Massa Tubuh
Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat
badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri
pinggang.10
Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai
lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat
beban tubuh.10
20
4. Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat
beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam
penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan
tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di
pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari
akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.
5. Aktivitas atau Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang
sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang
menjadi kebiasaan. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan
membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur
pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas
lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur.
Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk
mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut
diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
g. Penatalaksanaan Low Back Pain
Untuk mengatasi nyeri punggung bawah bervariasi, dimulai
dengan edukasi dan konseling tentang masalah untuk meringankan
kegelisahan pasien sehingga sampai tahap resolve. Istirahat beberapa hari
sering dapat meringankan nyeri. Namun jika terlalu lama tidak dianjurkan.
Penggunaan obat-obatan NSAID dapat membantu, dan untuk obat-obatan
21
yang lebih keras dapat digunakan seperti muscle relaksan dan narkotik
dapat digunakan dalam jangka waktu yang pendek.11
Sejumlah perawatan yang disebut bantuan pasif sering digunakan,
disebut pasif karena saat dilakukan pasien tidak melakukan apapun.
Termasuk bantuan pasif adalah terapi panas, terapi dingin, massage,
ultrasound, stimulation listrik, traksi dan akupuntur.
Prosedur invasive yang dapat dilakukan untuk nyeri punggung
bawah adalah prosedur yang dimaksudkan, dengan membuang atau
merusak area yang dirasakan atau yang menyebabkan nyeri, contohnya
intra discal electrothermy (IDET) yang mana sebuah coiled wire
ditempatkan pada diskus dan kemudian dipanaskan, dan radiofrequency
ablation (RFA). Ini lebih invasive sebab dapat merusak jaringan, memiliki
resiko yang lebih besar dan efek samping yang lebih lama dibanding terapi
yang lain. Jika berhasil maka dapat membantu pasien untuk tidak
dilakukan prosedur bedah yang lebih besar. Tetapi hal ini tetap menjadi
kontroversi.
a. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau
per. Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung
mekanik akut, fraktur, dan HNP.
b. Medikamentosa
22
Ada 2 jenis obat dalam tatalaksana LBP ini, ialah obat yang
bersifat simtomatik dan bersifat kausal. Obat-obatan simtomatik
antara lain analgetika (salisilat, parasetamol, dll), kortikosteroid
(prednison, prednisolon), anti inflamasi non-steroid (AINS) misalnya
piroksikam, antidepresan trisiklik (secara sentral) misalnya
aminiptrilin, dan obat penenang minor misalnya diazepam,
klordiasepoksid.12
1. Salisilat
Merupakan analgetik yang paling tua, selain khasiat analgetik
juga mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi dan
antitrombotik. Contohnya aspirin.
- Dosis aspirin : analagetik 600-900, diberikan 4x sehari
- Dosis aspirin : antiinflamasi 750-1500
mg diberikan 4x sehari
Kontraindikasi : tukak lambung, resiko terjadi
perdarahan, gangguan faal ginjal dan hipersensitif
2. Paracetamol
Merupkan analgetik-antipiretik yang paling aman untuk
menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi
- Dosis terapi : 600-900 diberikan 4x sehari
Obat-obat kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika untuk
spondilitis piogenik, nukleolisis misalnya khimopapain, kolangenase
(untuk HNP).
23
c. Rehabilitasi Medik
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan
jangkauan permukaan yang lebih dalam) misalnya pada HNP, trauma
mekanik akut, serta traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot dan
mengurangi lordosis.11
1. Terapi panas
Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas. Dengan
menaruh sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung yang
terasa nyeri atau sakit selama 5 – 10 menit. Jika selama 2 hari
atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad (kantong
hangat)
2. Elektrostimulus
Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
3. Traction
Helaan atau tarikan pada punggung untuk kontraksi otot
4. Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merefleksikan otot
belakang dan melancarka peredaran darah.
5. Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan
tetapi cara ini tidak terlalu efisien karena ditakutkan resiko
komplikasi akibat ketidaksterilan jarum yang digunakan sehingga
menyebabkan infeksi
24
d. Terapi Operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan
konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus
fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, yang dapat
diketahui adalah gangguan fungsi otonom dan paraplegia. 13
Foraminotomy. Merupakan operasi untuk memindahkan atau
membersihkan atau memperbesar lubang pada tulang (foramen)
dimana serabut saraf keluar dari kanalis spinalis. Penonjolan discus
atau penebalan dari persendian akibat proses degeneratif dapat
menyebabkan penurunan dari rongga dimana diskus spinalis keluar
dan dapat menekan saraf, sehingga menyebabkan terjadinya rasa nyeri,
kekakuan dari tangan dan kaki. Bagian kecil dari tulang sepanjang
serabut saraf dipindahkan melalui celah sempit, yang memungkinkan
ahli bedah untuk memotong jalur hambatan dan memperbaiki tekanan
dari serabut saraf.
C. Ergonomi
a. Definisi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergon yang berarti kerja dan
Nomos yang berarti aturan/hukum. Jadi ergonomi secara singkat juga dapat
diartikan aturan/hukum dalam bekerja. Secara umum ergonomi didefinisikan
suatu cabang ilmu yang statis untuk memanfaatkan informasi-informasi
mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang
suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu
25
dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu,
dengan efektif sehat, nyaman, dan efisien. Tidak hanya hubungannya dengan
alat, ergonomi juga mencakup pengkajian interaksi antara manusia dengan
unsur-unsur sistem kerja lain, yaitu bahan dan lingkungan, bahkan juga
metoda dan organisasi.14
b. Faktor Resiko Kesalahan Ergonomi
Kecelakaan kerja masih sering terjadi yang disebabkan karena pihak
manajemen masih belum mempertimbangkan segi ergonomi. Kondisi ini
menimbukan cedera pada pekerja. Ada beberapa faktor resiko yang dapat
menimbulkan kesalahan ergonomi, sebagai berikut:14
a. Pengulangan yang banyak, yaitu menjalankan gerakan yang sama
berulang-ulang
b. Beban berat, yaitu beban fisik yang berlebihan selama bekerja
c. Postur yang kaku, yaitu menekuk atau memutar bagian tubuh
d. Beban statis, yaitu bertahan lama pada satu postus sehingga
menyebabkan kontraksi otot
e. Tekanan, yaitu tubuh tertekan pada suatu permukaan
f. Getaran, yaitu menggunakan peralatan yang bergetar
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
26
Nama : Ny. S
Umur (tahun) : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Bagian pembuatan dan pemindahan adonan
(produksi)
Tanggal periksa : Kamis, 29 November 2018
B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Nyeri punggung bawah
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Seorang perempuan 38 tahun dengan keluhan nyeri punggung bawah.
Keluhan ini dirasakan sejak ± 6 bulan terakhir. Keluhan ini dirasakan
hilang timbul, nyeri memberat setelah bekerja dan berkurang jika
beristirahat. Nyeri dirasakan terkadang menjalar ke tungkai bawah.
Riwayat trauma tidak ada. Riwayat hipertensi (+), DM tidak ada. Pasien
pernah berobat hanya diberikan obat anti nyeri. BAB biasa dan BAK
lancar. Keluhan lain (-).
3. Anamnesis Okupasi
a. Uraian Tugas/Pekerjaan
27
Pasien bekerja di bagian pembuatan dan pemindahan adonan
(produksi), khususnya mengangkat tempat yang berisi adonan lalu
memindahkan adonan tersebut ke loyang. Pasien telah bekerja
selama 4 tahun. Pasien bekerja dari hari senin sampai sabtu (jam
kerja 54 jam/minggu), sejak pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WITA
(9 jam kerja dalam sehari). Setiap hari pasien mengangkat beban
berat yaitu adonan yang telah dicampur kemudian dipindahkan ke
loyang.
b. Potensial Hazard
Bahaya Tempat Lama
Masalah Kesehatan
Potensial Kerja Kerja
Fisiologi Mengangkat beban dengan cara yang Industri ±9
(Ergonomi) salah rumahan jam/hari
Posisi duduk membungkuk dalam kue
waktu lama dengan kaki tertekuk
c. Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami
Pekerjaan utama pasien adalah dibagian produksi. Pada bagian
produksi, mayoritas pekerjaan yang dilakukan adalah mengangkat
dan menuangkan adonan ke loyang serta duduk yang lama. Posisi
mengangkat yang kadang salah dan beban yang terlalu berat
dilalukan selama bertahun-tahun membuat pasien merasakan nyeri
pada punggung bawah. Posisi duduk yang salah karena sering
28
membungkuk juga memperberat keluhan pasien ditambah dengan
kurangnya istirahat. Istirahat hanya 1 jam untuk makan dan sholat.
Keluhan pasien ini baru pertama kali dialami setelah bekerja.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien sudah bekerja selama 4 tahun
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
Tidak ada riwayat HT dan DM pada keluarga
6. Riwayat Pengobatan
Tidak ada
7. Riwayat Alergi
Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 74x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,5oC
BB : 68 Kg
TB : 152 cm
IMT : 29.43 kg/m2
29
Status Gizi : Overweight
a. Kepala
Bentuk : Tidak ada kelainan
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva pucat (-/-)
Telinga : Liang lapang (+/+), serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir lembab, sianosis (-)
b. Leher
Bentuk : Simetris
Trakhea : Di tengah
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB
JVP : Tidak meningkat
c. Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan
dan kiri
Palpasi : Vocal fremitus simestris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler pada seluruh lapangan paru, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordisss tidak terlihat
30
Palpasi : Iktus Kordis teraba di sela iga V linea midklavikularis
kiri
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
d. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris, eritema (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, nyeri ketuk (-)
Auskultasi : Peristaktik (+) normal
e. Ekstremitas
Superior : Tidak ada kelainan
Inferior : Sensibilitas (+/+), parestesi (-/-)
2. Status Lokalis
Punggung bawah
Inspeksi : Tanda – tanda radang (-)
Palpasi : nyeri tekan (+)
Tes Lasegue :-
Tes Patrick : +/-
Tes Kontra-patrick : -/-
D. Diagnosis Kerja
Low Back Pain
E. Diagnosis Banding
Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
31
Spondilosis Lumbalis
Osteoporosis
F. Terapi
Meloxicam 7,5 mg tab 1 x 1
PCT 500 mg 3x1
Amlodipin 5 mg 1 x 1 tab
Vitamin Bcomp 1 x 1
G. Edukasi
1. Biasakan lakukan peregangan (stretching) 15 menit tiap pagi sebelum
memulai pekerjaan
2. Bila mengangkat beban berat dari posisi yang lebih rendah, jangan
membungkuk tetapi menekuk lutut terlebih dahulu
3. Kursi jangan terlalu pendek sehingga kaki tidak tertekuk dan bisa rileks
4. Memperbaiki posisi duduk yaitu duduk tegak jangan bungkuk
5. Bila tidur dengan punggung mendatar, alas tidur sebaiknya yang keras
6. Saat akan bangun tidur dengan cara melipat kedua kaki terlebih dahulu,
kemudian badan dimiringkan dan kedua kaki terlebih dahulu turun dari
tempat tidur kemudian diikuti badan
7. Istirahat yang cukup
H. Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
32
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam
33
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di salah satu industri rumahan
di Makassar “Gelora Cake”, dilakukan pemeriksaan secara acak kepada 26
pekerja, didapatkan berturut- turut dengan diagnosis Low Back Pain 2 orang, 2
dengan CTS, 3 dengan sefalgia, 4 dengan hipertensi dan sisanya tidak ada
keluhan. Berkaitan banyaknya Low Back Pain yang dialami oleh pekerja,
terutama pada bagian pembuat adonan (produksi), yang memang mayoritas
pekerjaan yang dilakukan adalah mengangkat dan menuangkan adonan ke loyang
serta duduk yang lama, maka diambil sampel observasi yaitu pekerja dengan
diagnosa Low Back Pain.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien
didiagnosa Low Back Pain dan ditemukan adanya penyakit lain yaitu hipertensi.
Dari anamnesis, pasien diketahui mengalami keluhan nyeri punggung bawah.
Keluhan ini dirasakan sejak ± 2 tahun terakhir. Keluhan ini dirasakan hilang
timbul, nyeri memberat setelah bekerja dan berkurang setelah beristirahat. Nyeri
dirasakan terkadang menjalar ke tungkai bawah. Riwayat trauma tidak ada. Pasien
telah bekerja selama empat tahun. Pasien bekerja dari hari senin sampai sabtu (
jam kerja 54 jam/minggu), sejak pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WITA (9 jam
kerja dalam sehari). Setiap hari pasien mengangkat beban berat yaitu adonan yang
telah dicampur kemudian dipindahkan ke loyang. Diantara 26 orang karyawan
tersebut, 2 diantaranya mengeluh keluhan yang sama dan didiagnosis Low Back
Pain.
34
Pada pasien ini dapat ditemukan sebab terjadinya penyakit akibat kerja
adalah ergonomis akibat Unsafe Action pada pasien ini yaitu posisi saat
mengangkat beban dan posisi duduk. Dengan mengangkat beban dengan cara
yang salah, maka secara fisiologis tubuh akan berusaha menghadapinya dengan
maksimal, pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan
memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligament dan sendi.
Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan
otot, tendon dan jaringan lainnya. Faktor-faktor pengaruh kerja seperti waktu
kerja selama 9 jam/hari, waktu istirahat yang kurang dan pekerjaan yang monoton
seperti posisi duduk lama dapat meningkatkan resiko terjadinya low back pain.
Pada pasien ini posisi duduk yang dilakukan saat memindahkan adonan ke loyang
adalah membungkuk. Penelitian menunjukkan bahwa lama duduk selama 8 jam
per hari dengan sikap membungkuk merupakan faktor risiko terjadinya LBP.
Adanya faktor usia dimana paling banyak menyerang usia 35-55 tahun seiring
bertambahnya usia, kekuatan tulang dan elastisitas otot cenderung menurun.
Discus intervertebral mulai kehilangan cairan dan fleksibilitas, yang mengurangi
kemampuan sebagai bantal. Banyak faktor yang bisa menyebabkan nyeri
punggung belakang di tempat kerja yaitu ketegangan otot, spasme atau kejang
otot, trauma dan gangguan mekanik. Pada pasien ini juga ditemukan faktor risiko
overweight dan berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa seseorang yang
overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang
memiliki berat badan ideal. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan
tertekan untuk menerima beban yang membebani tersebut sehingga
35
mengakibatkan mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang
belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek
dari obesitas adalah verterbrae lumbal.
Patofisiologi nyeri pinggang bawah terjadi karena biomekanik vertebra
lumbal akibat perubahan titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi
tubuh dan akan menimbulkan nyeri Keterangan (strain) otot dan keregangan
(sprain) ligamentum tulang belakang merupakan salah satu pemnyebab utama
LBP Kifosis lumbal selain menyebabkan peregangan ligamentum longitudinalios
posterior, juga menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis
sehingga mengakibatkan peningkatan tegangan pada bagian dari annulus
posteriordan penekanan pada nukleus pulposus.
Terapi yang dilakukan untuk pasien menjadi medikamentosa dan non
medikamentosa. Terapi medikamentosa diberikan meloxicam 7,5 mg tab 1 x 1,
PCT 500 mg tab 1 x 1, amlodipin 5 mg 1 x 1 tab dan vitamin BComp 1 x 1.
Terapi nonmedikamentosa yang dilakukan adalah diberikan edukasi yaitu bila
mengangkat beban berat dari posisi yang lebih rendah, jangan membungkuk tetapi
menekuk lutut terlebih dahulu, kursi jangan terlalu pendek sehingga kaki tidak
tertekuk dan bisa rileks, memperbaiki posisi duduk yaitu duduk tegak jangan
bungkuk, bila tidur dengan punggung mendatar, alas tidur sebaiknya yang keras,
saat akan bangun tidur dengan cara melipat kedua kaki terlebih dahulu, kemudian
badan dimiringkan dan kedua kaki terlebih dahulu turun dari tempat tidur
kemudian diikuti badan, istirahat yang cukup dan biasakan lakukan peregangan
(stretching) 15 menit tiap pagi sebelum memulai pekerjaan.
36
Cara mengangkat beban berat dengan baik dan benar:
Peregangan (stretching) yang disarankan untuk pekerja adalah sebagai
berikut:
Pelvic Tilts
Berbaring telentang dengan lutut ditekuk,
tumit diatas lantai, dan berat badan
bertumpu pada tumit. Tekan punggung kecil
menghadap lantai, kerutkan bokong (angkat
sekitar setengah inci dari lantai), dan
kerutkan otot perut. Tahan posisi ini untuk
hitungan 10. ulangi 20 kali.
37
Abdominal Curls
Berbaring telentang dengan lutut ditekuk
dan kaki diatas lantai. Letakkan tangan
melintani dada. Mengkerutkan otot perut,
secara perlahan mengangkat bahu 10 inci
dari lantai sambil menjaga kepala belakang
(dagu seharusnya tidak menyentuh dada).
Kemudian mepaskan otot perut, secara
perlahan merendahkan bahu. lakukan 3 kali
10
Knee-to-Chest Stretch
Berbaring pada punggung dengan lutut
ditekuk dan kedua tumit pada lantai. Ketika
menjaga lutut ditekuki, letakkan kedua
tangan dibelakang salah satu lutut dan
arahkan kedada. Tahan untuk hitungan ke
10. Secara perlahan rendahkan kaki dan
ulangi dengan kaki yang lain. Lakukan
latihan ini 10 kali.
38
Hip and Quadriceps Stretch
Berdiri dengan salah satu kaki diatas lantai
dan lutut pada kaki yang lain ditekuk kira-
kira bersudut 90º. Genggam didepan
pergelangan kaki pada kaki yang ditekuk
dengan tangan pada sisi yang sama. (tangan
yang lainnya kemungkinan diletakkan di
belakang bangku atau pada dinding untuk
keseimbangan). Menjaga lutut bersamaan,
menekan kaki berlawanan dengan tangan
dan menjauh dari tubuh. Tahan untuk
hitungan ke 10. Ulangi dengan kaki yang
lain. Lakukan olahraga ini 10 kali.
39
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Low Back Pain pada kasus ini disebabkan oleh ketegangan otot akibat
posisi duduk yang tidak ergonomis yang terjadi selama beberapa tahun dan
diperberat oleh faktor usia dan pada pasien didapatkan overweight.
2. Penyakit akibat kerja pada pasien ini terjadi akibat unsafe action.
B. SARAN
1. Untuk Pekerja
- Pekerja disarankan untuk bekerja sesuai standar Ergonomi.
- Pekerja juga disarankan untuk mengangkat beban dengan cara
yang benar dan selingi pekerjaan dengan istirahat beberapa kali
sebelum melanjutkan lagi dan melakukan beberapa gerakan
peregangan.
- Pekerja disarankan untuk dirujuk ke dokter spesialis saraf.
2. Untuk Perusahaan
- Penyediaan peralatan kerja yang menerapkan ergonomi sebagai
perbaikan dan pencegahan terhadap peralatan kerja yang tidak
nyaman dan berpotensi menimbulkan keluhan muskuloskeletal
yaitu menyediakan kursi yang ada sandaran, ventilasi dan
pencahayaan yang baik dalam ruang kerja.
40
- Menerapkan batas waktu kerja 8 jam per hari untuk para pekerja.
3. Untuk Puskesmas
Melakukan pendataan terhadap pekerja yang mengalami LBP secara
berkala agar dapat dilakukan upaya pencegahan berupa check up kondisi
pekerja untuk mengurangi angka kesakitan serta melakukan penyuluhan
tentang keselamatan kerja dan kesehatan kerja pada tempat kerja minimal
1 kali per tiga bulan.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Republik Indonesia. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit
yang Timbul Karena Hubungan Kerja. Presiden Republik Indonesia: Jakarta;
1993
2. Jeyaratnam J. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.
3. Suaeb A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Universitas Gunadarma;
2013
4. Harsono, 2009. Kapita Selekta Neurologi. Edisi 8. Jakarta : Erlangga
5. Harianto R. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta. 2008.
6. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri Neuropatik,
Patofisioloogi dan Penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A,
Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.
7. Rumawas RT. Nyeri Pinggang Bawah (Pandangan umum). Kumpulan
makalah lengkap Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia
(PERDOSSI). Palembang, 8-12 Desember 1996
8. Depkes RI. 2008. Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta.
9. Notoatmodjo S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
10. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri Neuropatik,
Patofisioloogi dan Penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A,
Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167
11. Hartwig MS, Wilson LM. Nyeri. In : Patofisiologi Konsep Klinis Proses –
Proses Penyakit. Price SA, Wilson LM, editors. 6th ed. Vol 2. EGC ; Jakarta ;
2011
12. Nuartha AA. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang
Bawah. Denpasar, 2010.
13. Laswari, dkk. 2005. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitas Edisi 3.
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya : Seto Agung.
14. Manuaba, I.B.A. 2000. Ergonomi Meningkatkan Kinerja Tenaga Kerja dan
Perusahaan. Dalam Hermansyah editor. Prosiding Simposium dan Pameran
Ergonomi Indonesia 2000. Bandung : ITB Press. p. 11-9.
42
LAMPIRAN
43