LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLINDUNGAN HUTAN
OLEH:
WIDIA SAFITRI
1406119297
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulisan laporan akhir praktikum
Perlindungan Hutan ini dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah di
tentukan.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada asisten dosen yaitu Kak Valvi
Anita Sinaga dan Nursakinah Lubis yang telah bersedia membagi ilmu dan
mempermudah dalam penyelesaian laporan akhir praktikum ini.
Laporan akhir praktikum ini merupakan salah satu matakuliah yang wajib.
Dimana laporan ini disusun sebagai pelengkap kerja praktek yang telah
dilaksanakan lebih kurang 2 bulan atau selama satu smester (smester 3).
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya. mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman saya sebagai penulis.Oleh karena itu,kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Dan
semoga laporan akhir praktikum ini bermanfaat bagi saya dan juga pembaca
sehingga bisa di jadikan acuan untuk praktikum selanjutya.
16 Desember 2015
Widia Safitri
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................... 3
1.3 Manfaat .................................................................... 4
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Acara I Pengenalan Kerusakan Hutan Akibat
Serangan Penyakit Biotik .......................................... 5
2.1.1 Tujuan .................................................... 5
2.1.2 Alat Dan Bahan ....................................... 5
2.1.3 Hasil Pengamatan .................................... 5
2.1.4 Pembahasan ............................................ 7
2.2 Acara II Pengamatan Lapangan Serangan
Penyakit Biotik (Tegakan Akasia) ........................... 8
2.2.1 Tujuan ..................................................... 8
2.2.2 Alat Dan Bahan ....................................... 8
2.2.3 Hasil Pengamatan .................................... 8
2.2.4 Pembahasan ............................................. 10
2.3 Acara III Pengamatan Lapangan Serangan
Penyakit Biotik (Tegakan Ekaliptus) ....................... 12
2.3.1 Tujuan ..................................................... 12
2.3.2 Alat Dan Bahan ....................................... 12
2.3.3 Hasil Pengamatan .................................... 12
2.3.4 Pembahasan ............................................. 14
2.5 Acara IV Pengenalan Kerusakan Hutan Akibat
Serangga-Serangga Hama ......................................... 14
2.5.1 Tujuan ....................................................... 15
2.5.2 Alat Dan Bahan......................................... 15
2.5.3 Hasil Pengamatan.....................................` 15
2.5.4 Pembahasan ............................................. 16
2.6 Acara V Pengamatan Lapangan Serangga-
Serangga Hama ......................................................... 18
2.6.1 Tujuan .................................................................. 18
2.6.2 Alat Dan Bahan.................................................... 18
2.6.3 Hasil Pengamatan ................................................ 19
2.6.4 Pembahasan ..................................................... ... 24
2.7 Acara VI Monitoring Kesehatan Hutan .................... 25
2.7.1 Tujuan .................................................................... 25
2.7.2 Alat Dan Bahan ...................................................... 25
2.7.3 Hasil Pengamatan ................................................... 25
2.7.4 Pembahasan ........................................................... 26
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................... 29
3.2 Saran ......................................................................... 33
Daftar Pustaka ...........................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Plot 25
Tabel 2 Rangking 26
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerusakan Pada Acara 1 5
Gambar 2 Kerusakan Pada Acara 2 8
Gambar 3 Kerusakan Pada Acara 3 12
Gambar 4 Kerusakan Pada Acara 4 15
Gambar 5 Kerusakan Pada Acara 5 19
Gambar 6 Kerusakan Pada Acara 6 25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 hitungan
Lampiran 2 Gambar
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan merupakan tumpuan dan harapan bagi setiap komponen
mahkluk hidup yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak
manfaat yang dapat diambil baik yang bersifat benefit cost maupun
non benefit cost, namun dalam upaya untuk memaksimalkan fungsi
hutan terkadang muncul faktor – faktor yang dapat menjadi pembatas
tercapainya fungsi dan manfaat hutan secara optimal.
Dewasa ini sumber daya hutan baik hutan alam maupun hutan
tanaman yang ada di hampir sebagian besar wilayah Indonesia telah
mengalami penurunan fungsi secara drastis dimana hutan tidak lagi
berfungsi secara maksimal sebagai akibat dari ekploitasi kepentingan
manusia baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Oleh
karena itu penyelamatan fungsi hutan dan perlindunganya sudah
saatnya menjadi tumpuan harapan bagi kelangsungan jasa produksi
ataupun lingkungan untuk menjawab kebutuhan mahkluk hidup.
Mengingat tinggi dan pentingya nilai hutan, maka upaya pelestarian
hutan wajib dilakukan apapun konsekuensi yang harus dihadapi,
karena sebetulnya peningkatan produktivitas dan pelestarian serta
perlindungan hutan sebenarnya mempunyai tujuan jangka panjang,
oleh karena itu perlu dicari solusi yang tepat untuk mempertahankan
produktivitas tegakan ataupun ekosistem hutan.
Perlindungan hutan meliputi pengamanan hutan, pengamanan
tumbuhan dan satwa liar, pengelolaan tenaga dan sarana perlindungan
hutan dan penyidikan. Perlindungan Hutan diselenggarakan dengan
tujuan untuk menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar
fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi dapat tercapai
secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan ini merupakan usaha
untuk :
a. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan
hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, bencana alam, hama serta penyakit.
b. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta
perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Serangan hama dan penyakit jika tidak dikelola dengan tepat maka
akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem. Selain dari itu,
serangan hama dan penyakit berdampak pada prokduktifitas dan
kualitas standing stock yang ada. Diantaranya adalah menurunkan
rata-rata pertumbuhan, kualitas kayu, menurunkan daya kecambah biji
dan pada dampak yang besar akan mempengaruhi pada kenampakan
estetika hutan.
Perlindungan dan aspek kesehatan hutan sebagai mata rantai
pemeliharaan atau pembinaan hutan harus merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam satu kesatuan pengelolaan hutan dalam rangka
melindungi hutan.Dengan demikian perlu adanya pembahasan
mengenai hama dan penyakit tanaman kehutanan yang kemudian
dapat diambil solusi pengendaliannya. Juga sebagai salah satu usaha
untuk pengembangan peningkatan produktifitas hutan yang
diharapkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan lingkungan
yang tetap lestari dan berkesinambungan.
Penyakit tanaman hutan dapat disebabkan oleh banyak faktor, baik
faktor biotik (sesuatu yang hidup) maupun abiotik (sesuatu yang tidak
hidup). Dalam pengertian umum dapat dinyatakan bahwa penyebab
penyakit pada tanaman adalah pengganggu (pest), sedangkan
penyebab penyakit adalah patogen (pathogen).
Penyakit akan timbul jika terjadi interaksiantara tumbuhan yang
rentan dengan pengganggu yang ganas dalam kondisi lingkungan yang
mendukung interaksi.Lingkungan yang mendukung interaksi
merupakan lingkungan yang menekan kehidupan tanaman tetapi
mendukung untuk kehidupan patogen.
Beberapa ahli menganggap bahwa konsep segi tiga penyakit
(Tanaman inang,Lingkungan,Phatogen) ini hanya berlaku untuk
ekosistem hutan liar atau ekosistem tumbuhan tanpa campur tangan
manusia. Unsur lingkungan yang mendukung interaksi sendiri dapat
berfungsi sebagai penyebab penyakit tanaman (fisiopat).
1.2 Tujuan
adapun yujuan dari praktikum perlindungan ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui kerusakan hutan akibat serangan penyakit biotik
2. Mengetahui dan mengamati serangan penyakit biotik pada
tegakan Acacia
3. Mengetahui dan mengamati serangan penyakit biotik pada
tegakan Eucaliptus
4. Mengetahui kerusakan hutan akibat serangga-serangga hama
5. Mengetahui dan mengamati serangga-serangga hama
6. Mengetahui dan mengamati kesehatan hutan
1.3 Manfaat
Manfaat dilakukan nya praktikum perlindungan hutan ini adalah
kita bisa mengetahui berbagai macam penyakit biotik seperti
serangga-serangga hama. Selain itu kita juga bisa mengamati langsung
bagaimana hama penyakit ini merusak tanaman kehutanan,serta
mengetahui dan melihat secara langsung efek yang di timbulkan oleh
serangan hama penyakit tersebut sehingga kita bisa melakukan
pengendalian yang sesuai.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Acara 1 Pengenalan Kerusakan Hutan Akibat Serangan
Penyakit Biotik
2.1.1 Tujuan
Untuk mengetahui berbagai macam jenis penyakit biotik
Untuk mengetahui nama-nama phatogen dan kerusakan
yang di timbulkannya
2.1.2 Alat Dan Bahan
HVS
Alat tulis (pena,pensil)
Pewarna
penggaris
2.1.3 Hasil Pengamatan
Kerusakan : Pada batang
Tanaman inang : Acacia spp
Deskripsi gejala : Tumbuhnya
ganoderma hingga batang timbul
bercak merah
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Jamur (Ganoderma sp)
Kerusakan : Pada daun
Tanaman inang : Acacia spp
Deskripsi gejala : Daun terlihat
berbercak-bercak merah
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Pestolotia sp
Kerusakan : Pada daun
Tanaman inang : Acacia spp
Deskripsi gejala : terdapat bercak
berwarna kuning kecoklatan yang
memanjang pada daun
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Xantomonas sp
Kerusakan : Pada batang
Tanaman inang : Acacia spp
Deskripsi gejala : Terdapat bercak
hitam seperti terbakar pada Batang
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Phiyotophora sp
Kerusakan : Pada semai
Tanaman inang : Acacia spp
Deskripsi gejala : Semai tidak
tumbuh tegak,tapi rebah dengan daun
menguning (rebah semai)
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Fusarium sp
Kerusakan : Pada batang
Tanaman inang : Pinus sp
Deskripsi gejala : batang di tumbuhi
cabang berlebihan yang menyerupai
ijuk (sapu setan)
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Mikroposma mio
Kerusakan : Pada tumbuhan
Tanaman inang : Eucalyptus sp
Deskripsi gejala :Tanaman
menguning seperti mati
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Jamur
2.1.4 Pembahasan
Penyakit biotik merupakan penyakit tanaman hutan yang
disebabkan oleh suatu organisme infeksius bukan binatang, sehingga
dapat ditularkan dari satu pohon ke pohon lainnya.Organisme yang
dapat menyebabkan suatu penyakit tanaman hutan disebut patogen.
(Semangun,1996).
Pada praktikum ini kita bisa mengetahui berbagai macam penyakit
yang ada pada tanaman Acacia sp, Pinus sp, Eucalyptus sp.
Pada tanaman Acacia spp terdapat penyakit yang di sebabkan oleh
beberapa phatogen seperti Jamur (Ganoderma sp), Pestolotia sp ,
Xantomonas sp, Phiyotophora sp, Fusarium sp. Sedangkan pada Pinus
sp terdapat phatogen Mikroposma mio, dan pada Eucalyptus terdapat
phatogen Jamur.
Ganoderma sp termasuk dalam soil borne fungi (jamur terbawa
tanah), memiliki sifat saprofit dan parasit tumbuhan. Sifat yang dimiliki
jamur Ganoderma sp menjadi menarik karena dua peran yang saling
bertentangan, yaitu merugikan namun sekaligus menguntungkan.
Sebagai patogen tumbuhan, Ganoderma sp dapat menyebabkan busuk
akar dan batang pada tumbuhan tahunan tropika di perkebunan maupun
kehutanan, sehingga menyebabkan kerugian. Sebagai saprofit, jamur
Ganoderma sp telah lama digunakan sebagai bahan obat bagi kesehatan
manusia.
Jamur Ganoderma sp memiliki peran ekologis sangat penting
dalam ekosistem hutan untuk proses pemecahan senyawa lignin dalam
dekomposisi jaringan kayu. Selain pada tanaman kelapa Acacia sp,
Ganoderma sp juga penyebab busuk akar dan batang pada berbagai
tanaman perkebunan lainnya seperti kelapa, karet, teh, kakao, dan
pohon hutan Populus dan Macadamia.
2.2 Acara II Pengamatan Lapangan Serangan Penyakit Biotik
(Tegakan Acacia)
2.2.1 Tujuan
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi penyakit yang ada
pada tegakan Acacia
Untuk mengetahui berbagai phatogen pada tegakan Acacia
dan akibat yang di timbulkan,serta tipe gejalanya
2.2.2 Alat Dan Bahan
Tali rapia
Alat tulis (pena,pensil)
Camera
2.2.3 Hasil Pengamatan
Kerusakan : Pada batang (kanker batang)
Tanaman inang : Acacia spp
Deskripsi gejala : Batang terlihat
menhitam seperti terbakar
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Botryodiplodia theobramea
Kerusakan : pada batang (tumor batang)
Tanaman inang : Acacia spp
Deskripsi gejala : Pada batang terdapat
benjolan-benjolan seperti tumor
Tipe gejala : Hipertropik
Phatogen : Agrobacterium tumefuciens
Kerusakan : Pada daun (bercak daun)
Tanaman inang : Acacia spp
Deskripsi gejala : Daun terlihat berbercak
kekuningan seperti daun yang layu
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Pestalotia sp
Kerusakan : Pada batang (bercak batang)
Tanaman inang : Acacia spp
Deskripsi gejala : batang terdapat bercak
berwarna hitam
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Pestalotiopsis palmarum
Kerusakan : Pada batang
Tanaman inang : Acacia spp
Deskripsi gejala : batang berserbuk dan
mengelupas
Tipe gejala : Hipertonik
Phatogen : Corticium salmonicolor
2.2.4 Pembahasan
Penyakit tumbuhan yang bersifat infeksi, atau biotik (parasit) yaitu:
a. Penyakit yang disebabkan oleh jamur.
b. Penyakit yang disebabkan oleh prokariota (bakteri dan mikoplasma).
c. Penyakit yang disebabkan oleh tumbuhan tingkat tinggi parasit.
d. Penyakit yang disebabkan oleh virus dan viroid.
e. Penyakit yang disebabkan oleh nematode.
f. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa.
(Semangun,1996).
Acacia spp merupakan jenis unggulan dalam pembangunan hutan
tanaman industri di Indonesia. Dari total 2,5 juta ha hutan tanaman yang
ada, lebih dari 1 juta ha adalah hutan tanaman Acacia spp (Arisman dan
Hardiyanto, 2005). Acacia spp termasuk tanaman yang rawan terhadap
serangan hama dan penyakit (Nair, 2001). Penyebab penyakit yang sering
dijumpai adalah jenis jamur. Pembangunan hutan monokultur dan
seumur merupakan akumulasi bahan makanan bagi penyakit tertentu,
sehingga diperlukan teknik dan upaya pencegahan serangan penyakit
supaya resiko kegagalan pembangunan hutan dapat ditekan sampai pada
tingkat di bawah nilai ekonomi. Untuk itu penting diketahui jenis-jenis
kerusakan pada tanaman Acacia spp yang disebabkan oleh penyakit dan
alternatif pengendaliannya.
Dari praktikum pengamatan di tegakan Acacia spp, kami
menemukan beberapa kerusakan seperti kanker btang, tumor batang,
bercak ranting, bercak daun dan lain-lain. Kerusakan ini di sebabkan oleh
beberapa phatogen yang berbeda,seperti Botryodiplodia theobramea,
Agrobacterium tumefuciens, Pestalotiopsis palmarum,Corticium
salmonicolor dan lain-lain.
Contohnya Botryodiplodia theobramea,Gejala Diplodia ada 2
macam yaitu diplodia basah dan kering. Gejala diplodia basah
ditunjukkan dengan adanya blendok atau gumosis berwarna kuning
keemasan pada cabang atau ranting terserang, pada stadia lanjut, kulit
tanaman mengelupas atau bahkan bisa mengakibatkan kematian
(Dwiastuti 2011).
Gejala diplodia kering lebih sulit dikenali pada awal serangan,
karena tidak ada blendok yang merupakan reaksi hipersensitif tanaman
yang terinfeksi untuk melokalisasi patogen agar tidak berkembang. Pada
serangan lanjut atau parah baru terlihat kulit batang atau cabang
mengelupas, kemudian mengering atau bahkan bisa mengakibatkan
kematian (Triwiratno 2002).
Penyebab penyakit adalah jamur Botryodiplodia theobromae Pat.
Serangan penyakit Diplodia Botryodiplodia theobramea dipengaruhi
beberapa faktor antara lain sumber inokulum, suhu, kelembaban,
kebersihan kebun dan alat serta varietas. Tingkat serangan penyakit
blendok berhubungan erat dengan tingkat perawatan kebun, biasanya
kebun yang tidak terawat, serangan diplodia sangat tinggi (Triwiratno
1998).
Pengendalian penyakit diplodia dengan cara sanitasi kebun dan alat
pertanian, pemangkasan pemeliharaan, penyaputan batang dan ranting
dengan bubur California.
2.3 Acara III Pengamatan Lapangan Serangan Penyakit Biotik
(Tegakan Eucalyptus)
2.3.1 Tujuan
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi kerusakan pada tanaman
Eucalyptus
Untuk mengetahui jenis penyakit dan phatogen penyebabnya,serta
gejala yang di timbulkan
2.3.2 Alat Dan Bahan
Tali rapia
Alat tulis (pena,pensil)
Camera
2.3.3 Hasil Pengamatan
Kerusakan : Pada batang (bercak batang)
Tanaman inang : Eucalyptus sp
Deskripsi gejala : Batang berbercak warna
hitam
Tipe gejala : Nkerosis
Phatogen: Mycosphoerella spp
Kerusakan : Pada daun (bercak daun)
Tanaman inang : Eucalyptus sp
Deskripsi gejala : Daun ekaliptus di penuhi
bercak berwarna kuning kemerahan
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Mycosphoerella spp
Kerusakan : Pada batang
Tanaman inang : Eucalyptus sp
Deskripsi gejala : Batang menegelupas dan
berserbuk
Tipe gejala : Atropik
Phatogen : Rayap
Kerusakan : Pada batang (kankeng batang)
Tanaman inang : Eucalyptus sp
Deskripsi gejala : Batang terlihat
menghitam seperti terbakar
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Batryodiploida theobromae
Kerusakan : Pada daun (karat daun)
Tanaman inang : Eucalyptus sp
Deskripsi gejala : Daun di penuhi bercak
berwarna kuning kecoklatan seperti karat
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen: Pucinia spp
2.3.4 Pembahasan
Pengamatan yang di lakukan pada tegakan Eucalyptus bisa kita
lihat hasilnya pada gambar di atas. Ini menunjukkan bahwa tegakan
Eucalyptus di Fisip Universitas Riau terserang hama penyakit. Hal ini
di tandai dengan adanya kerusakan pada batang dan daun, seperti
kanker batang, kulit batang mengelupas,bercak daun,karat daun dan
lain-lain.
Kerusakan ini di sebabkan oleh phatogen perusak,seperti
Mycosphoerella spp, Rayap, Batryodiploida theobromae, Pucinia spp
dan lain-lain.
Rayap Rayap menyerang tanaman dengan cara menggerek
batang dari ujung daun sampai ke akar dan memakan akar. Serangan
rayap seringkali dijumpai pada tanaman yang sudah terserang penyakit
jamur akar putih (JAP) sehingga keberadaanya mempercepat kematian
tanaman
Pengendalian secara hama Rayap bisa di lakukan dengan Kultur
Teknis (Cultural control), dimana pengendalian ini merupakan cara
pengendalian dengan memanfaatkan lingkungan untuk menekan
perkembangan populasi hama (Supriyanto,1989)
2.4 Acara IV Pengenalan Kerusakan Hutan Akibat Serangga-
Serangga Hama
2.4.1 Tujuan
Untuk mengetahui berbagai macam serangga-serangga
hama
Untuk mengetahui akibat yang di timbulkan oleh serangga-
serangga hama
2.4.2 Alat Dan Bahan
HVS
Alat tulis (pena,pensil)
Pewarna
penggaris
2.4.3 Hasil Pengamatan
Kerusakan : Gerowong pada batang
Tanaman inang : Tectona grandis
Deskripsi gejala : Pada batang terdapat
gerowong dan terlihat membusuk
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Neotermes tectonae
Kerusakan : Paada daun
Tanaman inang : Tectona grandis
Deskripsi gejala : Daun terlihat berlobang
akibat dimkan ulat
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Hybica puera
Kerusakan : Pada batang
Tanaman inang : Tectona grandis
Deskripsi gejala : batang berlobang
akibat di makan ulat
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Zeuzera coffeae
Kerusakan : Pada tumbuhan
Tanaman inang : Eucalyptus sp
Deskripsi gejala : Tanaman meranggas
dan mati
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Phyledeo phoga sp
Kerusakan : Pada daun
Tanaman inang : Tectona grandis
Deskripsi gejala : Daun berlobang akibat
dimakan hama
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Ulat
Kerusakan : Pada batang
Tanaman inang : Tectona grandis
Deskripsi gejala : Biasanya pohon yang
di serang rayap akan terlihat berserbuk dan
mengelupas
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Rayap
Kerusakan : Pada daun
Tanaman inang : Acacia spp &
Eucalyptus sp
Deskripsi gejala : Daun di sarangi laba-
laba hingga seperti lapisan putih
Tipe gejala : Nekrosis
Phatogen : Laba-laba
2.4.4 Pembahasan
Pada praktikum pengenalan kerusakan akibat serangga-serangga
hama ini bisa kita lihat bagai mana kondisi batang atau pun daun dari
tanaman Tectona grandis, Eucalyptus sp, Acacia spp.
Beberapa jenis penyakit yang menyerang seperti Neotermes
tectonae, Hybica puera, Zeuzera coffeae, Phyledeo phoga sp, Ulat,
Rayap, dan Laba-laba. Masing-masing phatogen ini menyebabkan
kerusakan yang berbeda-beda. Contoh nya Zeuzera coffeae.
Ulat Zeuzera coffeae dapat menggerek cabang bahkan batang pokok
tanaman sehingga menyebabkan tanaman mudah patah atau
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Jika ulat Zeuzera coffeae.
sudah keluar pertumbuhan batang yang digerek biasanya kembaku
normal. Namun pada serangan yang lebih berat, serangan hama ini
dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman. Serangan hama ulat
penggerek batang dapat diidentifikasi melalui adanya liang gerekan
pada batang disertai dengan adanya kotoran berbentuk silindrik dan
berwarna merah kehitam-hitaman yang keluar dari liang gerekan.
Pengendaliannya yaitu:
1. Pengendalian kultur teknis
Pengendalian dengan cara kultur teknis dapat dilakukan dengan sanitasi
dan pemusnahan cabang atau batang tanaman yang terserang agar siklus
hidup hama ini dapat terhenti. Pengendalian juga dapat dilakukan
dengan penyemprotan larutan garam pada liang gerekan menggunakan
handshack agar ulat penggerek dapat keluar untuk kemudian
dimusnahkan.
2. Pengendalian hayati
Pengendalian secara hayati dilakukan dengan mengaplikasikan musuh
alami ulat penggerek batang. Musuh alami tersebut salah satunya
adalah jamur Beauveria bassiana yang bersifat patogenesis.
Pengendalian hayati juga dapat dilakukan dengan menginokulasi musuh
alami yang bersifat predator seperti Amyosoma zeuzera, Eucarcella
kockiana, dan Sturnia chatterjaena.
3. Pengendalian kimiawi
Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan menyumbat liang
gerekan menggunakan kapas yang sudah dicelupkan dalam larutan
insektisida atau dengan langsung menyuntik liang gerekan
menggunakan insektisida tersebut. Begiru juga dengan phatogen yang
lain harus di kendalikan dengan tepat.
2.5 Acara V Pengamatan Lapangan Serangga-Serangga Hama
(Samanea saman)
2.5.1 Tujuan
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi berbagai macam penyakit
pada tanaman Samanea saman
Untuk mengetahui serangga hama pada tanaman Samanea saman
dan akibat yang di timbulkannya
2.5.2 Alat Dan Bahan
Alat tulis (pena,pensil)
Camera
2.5.3 Hasil Pengamatan
Kerusakan : Pada
daun
Tanaman inang :
Samanea saman
Deskripsi gejala :
Daun terlihat
berlobang akibat di
makan ulat
Tipe kerusakan :
Nekrosis
Phatogen : Ulat daun
(Udea rubigali)
Kerusakan : Pada
kulit kayu
Tanaman inang :
Samanea saman
Deskripsi gejala :
Kulit kayu
mengelupas
Tipe kerusakan :
Nekrosis
Phatogen : Kumbang
pengerak kulit kayu
(Ernobius mollis)
Kerusakan : Pada
daun
Tanaman inang :
Samanea saman
Deskripsi gejala :
daun rusak akibat
telur yang di letakkan
di bagian bawah daun
Tipe kerusakan :
Nekrosis
Phatogen : Kubang
daun (Auracephora
foverconis)
Kerusakan : Pada
batang
Tanaman inang :
Samanea saman
Deskripsi gejala :
terdapat sarang-
sarang semut pada
batang/ranting
Tipe kerusakan :
Nekrosis
Phatogen : Semut
Kerusakan : Pada
daun
Tanaman inang :
Samanea saman
Deskripsi gejala :
Daun tanaman terlihat
menggulung akibat
sarang laba-laba
Tipe kerusakan :
Nekrosis
Phatogen : Laba-laba
lompat (Jumping
spiders)
Kerusakan : Pada
batang
Tanaman inang :
Samanea saman
Deskripsi gejala :
Batang tanaman
berlobang
Tipe kerusakan :
Nekrosis
Phatogen : Kumbang
kecil (Small cerpenter
bees)
Kerusakan : Pada
daun
Tanaman inang :
Samanea saman
Deskripsi gejala :
Daun menggulung
dan berlobang
Tipe kerusakan :
Nekrosis
Phatogen : Laba-laba
pembuat sarang
(Spining spiders)
Kerusakan : Pada
daun
Tanaman inang :
Samanea saman
Deskripsi gejala :
Daun rusak akibat
dimakan siput kecil
Tipe kerusakan :
Nekrosis
Phatogen : Siput
kecil (Amellaxis)
Kerusakan : Pada
batang
Tanaman inang :
Samanea saman
Deskripsi gejala :
Menghisap
kandungan tanaman
hingga tanaman
meranggas
Tipe kerusakan :
Nekrosis
Phatogen : Ulat
grayat (Spodeptera
titora)
Kerusakan : Pada
batang
Tanaman inang :
Samanea saman
Deskripsi gejala :
Menghisap cairan sel
tanaman hingga
tanaman layu
Tipe kerusakan :
Nekrosis
Phatogen : Kutu
batang (Aulacaspis
rosep)
Kerusakan : Pada
daun
Tanaman inang :
Samanea saman
Deskripsi gejala :
Daun rusak dan layu
Tipe kerusakan :
Nekrosis
Phatogen : Kumbang
Kerusakan : Pada
bibit tanaman
Tanaman inang :
Samanea saman
Deskripsi gejala :
Lalat bertelur di atas
tunas sehingga tunas
mati
Tipe kerusakan :
Nekrosis
Phatogen : Lalat
bibit (Atherigopa
orgua)
Kerusakan : Pada
batang
Tanaman inang :
Samanea saman
Deskripsi gejala :
Batang di penuhi telur
siput sehingga terlihat
membusuk
Tipe kerusakan :
Nekrosis
Phatogen : Ernobius
mollis
2.5.4 Pembahasan
Pengamatan pada tegakan Samanea saman ini memperoleh
beberapafakta tentang kerusakan pada tanaman. Samanea saman di
kampus Universitas Riau di identifikasi terserang berbagaimacam
penyakit, seperti kerusakan pada batang,kulit batang,daun,bibit tanaman
dan lain-lain.
Kerusakan-kersakan ini di sebabkan oleh beberapa phatogen seperti
Ulat daun (Udea rubigali), Kumbang pengerak kulit kayu (Ernobius
mollis), Laba-laba pembuat sarang (Spining spiders), Ulat grayat
(Spodeptera titora), Ernobius mollis, Lalat bibit (Atherigopa orgua) dan
lain-lain.
Setiap phatogen menimbulkan kerusakan yang berbeda-beda,
contohnya ulat grayat (Spodeptera titora), Ulat grayak bersifat polifag.
Ulat ini juga menyerang tanaman kedelai kacang tanah, kacang hijau,
tembakau, cabai, ubi jalar, buncis, kacang panjang, bayam, dan talas. Ulat
grayak tersebar luas di Indonesia meliputi 22 propinsi dengan luas
serangan rata-rata mencapai 11.163 ha/tahun.
Kerusakan daun (defoliasi) akibat serangan larva ulat grayak
mengganggu proses asimilasi dan pada akhirnya menyebabkan kehilangan
hasil panen hingga mencapai 85%, bahkan dapat menyebabkan gagal
panen (puso). Pengendalian ulat grayak sampai saat ini masih
mengandalkan insektisida kimia yang diapliksikan secara
teratur/terjadwal. Oleh sebab itu frekuensi aplikasi insektisida perlu
diperhitungkan agar secara ekologi dan ekonomi tindakan pengendalian
tidak merugikan karena penggunaan insektisida kimia terjadwal dan
berlebihan serta secara terus menerus dapat mematikan populasi musuh
alami seperti parasitoid dan predator. Disamping itu, akan menimbulkan
masalah resistensi dan resurjensi baik hama utama maupun hama lainnya
serta mencemari lingkungan.
2.6 Acara VI Monitoring Kesehatan Hutan
2.6.1 Tujuan
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi kerusakan pada tanaman
Eucaliptus
Untuk mengetahui tipe gejala, lokasi kerusakan,tingkat keparahan
akibat serangan penyakit pada tegakan Eucaliptus
2.6.2 Alat Dan Bahan
Tali rapia
Alat tulis (pena,pensil)
Camera
2.6.3 Hasil Pengamatan
No Pohon Tipe Lokasi Tngkat
Kerusakan Kerusakan Keparahan
1 02 3 -
2 02 3 3
3 02 5 -
4 02 3 -
5 01/25 3/9 -/2
6 01 5 3
7 03 3 -
8 02/03 4 -
9 02/03 5 -/5
10 02/02 5 -
11 02 5 3
12 24/01/02 9/5/3 2/-/2
13 24/01/02 8/5/3 -/3/3
14 01/02 3/5 2/-
15 24/02 8/3 4/4
16 24/02 8/3 4/4
17 24/01/02 8/5/3 -/-/2
18 01/02 5/3 3/-
19 02 3 2
20 02/03 5 -/2
Tabel 1 Plot
Rangking 1 2 3 4
Tipe Kerusakan 01 02 24 03
Lokasi Kerusakan 02 01 24 03
Tingkat Keparahan 5 3 8 9
Tabel 2 Rangking
2.6.4 Pembahasan
Pengamatan yang dilakukan pada tegakan Eucalyptus di depan
Rektorat Universitas Riau bisa di lihat hasilnya pada tabel di atas. Dari
tabel bisa dilihat bahwa penyakit paling banyak menyerang tegakan
Eucalyptus adalah Panu batang, tumor batang, kerusakan daun
kemudian kanker batang. Selain itu ada juga luka terbuka pada
tegakan Eucalyptus.
Luka terbuka yaitu serangan yang dijumpai pada batang, yaitu pada
batang bagian atas dan bagian bawah. Luka terbuka pada Eucalyptus
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, diantaranya di duga
disebabkan oleh jenis jamur Phytophtera sp. Menurut Kuswanto
(2003) bahwa jamur Phytophtera sp dalam menyerang tanaman sangat
dipengaruhi oleh keadaan iklim, tanah, tinggi tempat dan sebagainya.
Sedangkan hama yang dapat menyebabkan luka terbuka pada batanag
Eucalyptus dapat disebabkan oleh serangga dari ordo Coleoptera yang
biasa merusak kulit pohon bagian dalam sampai kambium (Anonim,
1997).
Tegakan Eucalyptus juga mengalami kerusakan berupa kanker
batang.Kanker pada pohon Eucalyptus banyak dijumpai pada batang
pohon yang apabila dibiarkan tanpa dilakukan pencegahan atau
pengobatan maka dapat menurunkan kualitas pohon atau bahkan dapat
menyebabkan kematian pada serangan yang hebat.Tipe kerusakan
berupa kanker batang biasanya diserang oleh jenis penyakit Corticium
salmonicolor dan Nectria haematococca (Khaerudin, 1994).
Serangannya biasanya ditandai dengan layu daun dan berwarna hitam
gelap, muncul tubuh buah jamur yang menebal berwarna putih hingga
merah jambu pada kulit luar, timbul benjolan lapisan gabus pada
permukaan batang, akhirnya kulit kayu pecah-pecah.
Menurut Sumardi dan Widyastuti (2004) bahwa penyakit kanker
batang pada tanaman yang disebut kanker hitam (black cancer) yang
penyebabnya adalah Phytophthora palmivora, Cytospora (minor), dan
Hypoxylon mammatum (minor). Penyakit kanker ini kebanyakan
disebabkan oleh jamur di atas sehingga untuk memberantasnya
diperlukan fungisida serta membuka ruang tumbuh yang lembab.
Bagian batang Eucalyptus yang sering terserang jamur adalah
bagian Barat, karena bagian ini umumnya lembab dan di sukai oleh
jamur. Sedangkan bagian Timur umumnya lebih kering dan tidak
terlalu di tumbuhi jamur. Ini di pengaruhi oleh arah muncul dan
tenggelamnya matahari.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit tanaman hutan adalah suatu perubahan atau penyimpangan
dalam satu atau lebih bagian dari rangkaian proses fisiologi penggunaan
energi yang mengakibatkan hilangnya koordinasi di dalam inang
tanaman hutan (host) termasuk di dalamnya gangguan dan kemunduran
aktivitas seluler, yang pada umumnya ditunjukkan oleh perubahan
morfologi inang yang disebut gejala (symptom) (Widyastuti et al.,
2005). Penyakit hutan merupakan penggabungan antara empat faktor
(Tainter dan Baker, 1996), yaitu patogen, lingkungan, tanaman inang
dan manusia.
Tanaman inang pada umumnya akan memberikan respon terhadap
serangan penyakit. Serangan penyakit dikenali dari perubahan-
perubahan morfologi yang ditunjukkan oleh tanaman inang maupun
kenampakan bagian dari penyakit itu sendiri. Penyimpangan morfologi
atau fisiologi yang dapat dilihat pada inang disebut gejala penyakit,
sedang penyimpangan yang ditunjukkan oleh struktur yang dibentuk
patogen (miselium, spora, tubuh buah dan lain-lain) disebut tanda
penyakit.
Gejala serangan penyakit akan ditunjukkan oleh tanaman inang
dengan penyimpangan fungsi sistem metabolisme. Penyimpangan ini
akan mengakibatkan gangguan kemampuan tumbuhan dalam
mengabsorbsi serta mengirimkan air dan hara, penurunan kemampuan
fotosisntesis, fungsi reproduksi dan kerusakan fisiologi lainnya.
Gejala yang tampak sebenarnya disebabkan oleh adanya perubahan
didalam sel-sel bagian tanaman yang bersangkutan. Oleh karena itu
gejala yangditunjukkan oleh tanaman yang sakit juga dapat dibedakan
berdasarkanperubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel atau pada
sekumpulan sel yang bersangkutan, yaitu sebagai berikut :
1. Nekrotik yaitu tipe gejala yang disebabkan oleh adanya kerusakan
fisik atau kematian pada sel, bagian sel, atau jaringan. Gejala yang
termasuk tipe nekrotik antara lain:Kanker (canker) ,Klorotik, Lodoh
(dumping-off), Eksudasi (bleeding), Layu (wilting), dan Mati ujung
(dieback).
2. Hipotropik, hipoplastik, atau hipoplasia
Tipe hipoplastik, yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya
hambatan atau terhentinya pertumbuhan (underdevelopment)sebagian
atau seluruh jaringan tanaman akibat serangan patogen.
Contoh gejala yang termasuk tipe hipoplastik yaitu: Kerdil (atropik),
klorosis umum, dan etiolasi.
3. Hipertropik atau hiperplastik
Tipe hiperplastik, yaitu tipe gejala yang diakibatkan karena
adanyapertumbuhan jaringan yang melebihi (overdevelopment) dari
pada pertumbuhan yang biasa. Contoh kerusakan yang termasuk tipe
hiperplastik antara lain yaitu: withes broom (sapu setan), tunas air
(proplepsis), tumor (gall, cecidia),
Menurut Brown (1997), gejala penyakit dibagi menjadi empat
kategori besar, yaitu :
(1) kematian dan kerusakan pada jaringan inang
(2) kelayuan, tidak dapat tumbuh subur serta gejala yang mengikuti
(3) pertumbuhan dan pembelahan sel yang tidak normal
(4) perubahan warna jaringan inang menjadi lebih muda.
Phatogen dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan:
a. Melemahkan dengan cara menyerap makanan secara terus-menerus
dari sel-sel inang untuk kebutuhannya.
b. Menghentikan atau mengganggu metabolisme sel inang dengan
toksin, enzim, atau zat pengatur tumbuh yang disekresikannya.
c. Menghambat transportasi makanan, hara mineral dan air melalui
jaringan pengangkut.
d. Mengkonsumsi kandungan sel inang setelah terjadi kontak.
Penyakit yang yang disebabkan oleh faktor lingkungan adalah hasil
kondisi ekstrim yang mendukung pertumbuhan (suhu, kelembaban,
cahaya dan lain-lain dan kelebihan atau kekurangan zat kimia yang
diserap atau dibutuhkan tumbuhan.
Prinsip-prinsip pengelolaan penyakit yang dapat dikembangkan
dalam program kesehatan hutan adalah Widyastuti et al., 2005):
a.Resistensi, mengusahakan tanaman yang tahan penyakit
b.Eradikasi, memusnahkan tanaman yang terserang penyakit supaya
tidak menjadi sumber inokulum/penularan bagi tanaman yang lain.
c.Eksklusi, karantina atau menjauhkan sumber penyakit dari tanaman
yang lain dengan menyeleksi jenis tanaman yang diijinkan atau tidak
masuk ke suatu daerah/negara.
d.Penghindaran, pada umumnya penghindaran menggunakan tanaman
perangkap.
e.Terapi atau penyembuhan, mengusahakan tanaman yang sakit diberi
perlakuan penyembuhan.
Beberapa cara dalam pengendalian hama penyakit yang
bisa kita lakukan, yaitu:
1. Pengendalian secara Bercocok Tanam
Prinsip pengendalian hama secara bercocok tanam adalah menciptakan
kondisi agro ekosistem tidak sesuai untuk kehidupan dan
perkembangbiakan hama tanaman. Sehingga dapat nengurangi laju
peningkatan populasi hama. Selain itu juga menciptakan kondisi
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan musuh alami. Pengendalian
hama secara bercocok tanam merupakan tindakan preventif atau
pencegahan sehingga harus dilakukan jauh-jauh sebelum ada serangan
hama.
Beberapa teknik pengendalian hama secara bercocok tanam yaitu :
sanitasi, pengolahan tanah, pengairan, pergiliran tanamn, penanaman
serentak, pengaturan jarak tanam, penumpukan, penanaman tanaman
perangkap dan tumpang sari.
2. Pengendalian dengan Varietas Tahan
Terdapat 3 mekanisme yaitu: preference, antibiosis dan toleransi.
3. Pengendalian secara Fisik dan Mekanik
Merupakan usaha dengan menggunakan atau mengubah faktor
lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga dapat mematikan atau
menurunkan populasi hama yang ditujukan khusus untuk membunuh
hama.
Beberapa perlakuan atau tindakan yang termasuk pengendalian fisik
antara lain:Perlakuan Panas, Penggunaan Lampu Perangkap,dan
Penghalang atau Barrier. Pengendalian Secara Mekanik antara lain :
Pengambilan ham dengan tangan, Memasang perangkap dan Pengusiran.
4. Pengendalian secara Biologi (Hayati)
Pengendalian hayati adalah suatu pengendalian hama yang dilakukan
secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasi musuh-musuh alami
untuk menurunkan populasi hama. Komponen-komponen pengendalian
hayati dapat berupa : Parasitoid dan Parasit, Predator, dan Patogen.
5. Pengendalian secara Kimiawi
6. Pengelolaan Hama Terpadu
3.2 Saran
Dalam upaya perlindungan hutan kita harus bisa memilih cara
pengendalian yang tepat terhadap tanaman demi menjaga tanman agar
tidak terserang oleh hama penyakit.
Dalam pengendalian ini kita bisa mengacu pada P0STULAT KOCH,
yaitu:
1. Organisme harus selalu menyertai gejala yang tampak.
2. Organisme harus dapat dipisahkan dan dibiakan dalam biakan
murni, bebas dari organisme lain.
3. Biakan murni harus dapat dipakai untuk menulari tanaman sehat
yang peka dan mengakibatkan terjadinya gejala seperti yang terlihat
pertama kali.
4. Dari tanaman yang ditulari ini organisme harus dapat dipisahkan
kembali ( herisolasi ), dan ini harus sama dengan organisme yang
dipakai untuk mengadakan penularan.
Dengan begitu kesehatan dan keselamatan tanaman kehutanan
akan terjaga dan tumbuh subur sesui dengan yang di harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Biopestisida untuk Perlindungan Tanaman Hutan. Sylva
Tropika. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan
Anonim, 1998. Panduan Kehutanan Indonesia.Jakarta: Departemen
Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan
Purnomo, B. 2007. Penyakit Biotik dan Abiotik. Bengkulu : Faperta UNIB.
Semangun, H. 1996, Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, pp 67-203, Gadjah
Mada University Press, Yokyakarta.
Silla, M dan Sitti, N. 2009. Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Makkasar
: Laboratorium Perlindungan dan Serangga Hutan , Fahutan UNHAS.
Sumardi dan Widyastuti ,SM .2007.Dasar – Dasar Perlindungan Hutan.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Semangun,
Sutrisno. 2001. Patologi Hutan : Perkembangannya di Indonesia. Fakultas
Kehutanan. IPB.
Widyastuti, S.M., Harjono dan Sumardi. 2005. Patologi Hutan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Adriansyah, Friday, June 28, 2013. Cokelat, Hama, Insektisida, Kakao,
Kebun.http://detiktani.blogspot.co.id/2013/06/penggerek-batang-tanaman-
kakao-zeuzera.html.
Hadi, Kamis, 13 Agustus 2015 10:11. Pengendalian Larva Ulat Grayak
(Spodoptera litura) dengan Virus SlNPV.
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/2015-pengendalian-
larva-ulat-grayak-spodoptera-litura-dengan-virus-slnpv.html
LAMPIRAN
2. GAMBAR