[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
609 tayangan18 halaman

Demam Dengue

Dokumen tersebut membahas tentang demam dengue, yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes. Manifestasi klinisnya bervariasi mulai dari tanpa gejala hingga demam berdarah yang disertai syok. Penyakit ini umum terjadi di daerah tropis dan subtropis.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
609 tayangan18 halaman

Demam Dengue

Dokumen tersebut membahas tentang demam dengue, yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes. Manifestasi klinisnya bervariasi mulai dari tanpa gejala hingga demam berdarah yang disertai syok. Penyakit ini umum terjadi di daerah tropis dan subtropis.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 18

DEMAM DENGUE

Fine Farhani, Hj Musyawarah

A. PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang

disebabkan oleh virus genus Flavivirus, family Flaviviridae, mempunyai 4

jenis serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui perantara

nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Spektrum klinis infeksi dengue

dapat dibagi menjadi empat, yaitu (1) gejala klinis paling ringan tanpa gejala

(silent dengue infection), (2) demam dengue, (3) demam berdarah dengue

(DBD), dan (4) demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok

dengue/DSS) (1).

Demam dengue adalah demam yang timbul karena infeksi virus

dengue. Penyakit ini umumnya menyerang orang yang kekebalan tubuhnya

sedang menurun. Saat seorang terinfeksi virus dengue, tubuhnya secara alami

akan memproduksi kekebalan terhadap virus dengue yang menyerang,


(2)
kekebalan ini akan berlangsung seumur hidup . Demam dengue sering

ditemukan pada anak besar, remaja dan dewasa. Setelah melalui masa

inkubasi dengan rata-rata 4-6 hari, timbul gejala berupa demam, myalgia,

sakit punggung, lemah dan anoreksia (2).

Daerah yang terjangkit demam dengue adalah daerah tropis dan

subtropis. Hal ini dikarenakan curah hujan yang tinggi dan lingkungan yang

kurang baik, sehingga menjadi tempat yang cocok untuk perkembangan

nyamuk Aedes aegypti yang menjadi media utama penularan demam dengue.

1
Demam dengue berbeda dengan demam berdarah dengue. Perbedaan yang

paling utama adalah pada demam dengue tidak ditemukan manifestasi

perdarahan sedangkan demam berdarah dengue terjadi perembesan plasma

yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau

penumpukan cairan dirongga tubuh (2,3) .

B. DEFINISI
Demam dengue merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus dengue

yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegipty yang mempunyai

afinitas tinggi untuk menggigit manusia. Virus dengue menyebabkan infeksi

simptomatik dan asimptomatik dengan manifestasi awal berupa fase demam,

fase kritis dan fase pemulihan (2,3,7).

C. EPIDEMIOLOGI
Infeksi virus dengue merupakan masalah kesehatan global. Dalam tiga

dekade terakhir terjadi peningkatan angka kejadian penyakit tersebut

diberbagai Negara yang dapat menimbulkan kematian sekitar kurang dari 1%.

Penyakit dengue terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis dengan

sekitar 2,5 milyar penduduk yang mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit

ini. Diperkirakan setiap tahun sekitar 50 juta menusia terinfeksi virus dengue

yang 500.000 di antaranya memerlukan rawat inap, dan hampir 90% dari

pasien rawat inap adalah anak-anak. Asia tenggara dengan jumlah penduduk

sekitar 1,3 milyar merupakan daerah endemis, Indonesia bersama

Bangladesh, India, Maladewa, Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Tior Leste

termasuk dalam kategori endemik A (endemik tinggi). Di Negara tersebut

2
penyakit dengue merupakan alasan utama rawat inap dan salah satu penyebab

utama kematian pada anak(2,6).

Morbiditas dan mortalitas yang dilaporkan berbagai Negara bervariasi

disebabkan oleh beberapa faktor, antar lain status umur penduduk, kepadatan

vektor, tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi serotype virus dengue

dan kondisi meteorologis. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara

jenis kelamin laki-laki dan perempuan, namun tingkat kematian umumnya

terbanyak pada anak usia <15 tahun (86-95%) jika sudah bermanifestasi

klinis menjadi DBD (5).

D. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk grup B arthropod borne virus (arboviruses)

dan sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, family Flaviviridae. Flavivirus

merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai

tunggal dengan berat molekul 4x 106 (3).

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4

yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah

dengue. Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan


(3)
serotype terbanyak . Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan

antibody seumur hidup terhadap serotype yang bersangkutan tetapi tidak ada

perlindungan terhadap serotype yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah

endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama

hidupnya (5).

3
E. PATOMEKANISME

Patogenesis virus dengue berhubungan dengan faktor virus yatu

serotype, jumlah dan virulensi, faktor pejamu, genetik, usia, status gizi,

penyakit komorbid dan interaksi antara virus dengan pejamu, faktor

lingkungan, musim, curah hujan, suhu udara, kepadatan penduduk dan

kesehatan lingkungan (2).

Virus Dengue yang masuk kedalam tubuh akan beredar dalam sirkulasi

darah dan akan ditangkap oleh makrofag (Antigen Presenting Cell). Viremia akan

terjadi sejak 2 hari sebelum timbul gejala hingga setelah lima hari terjadinya demam.

Antigen yang menempel pada makrofag akan mengaktifasi sel T- Helper dan

menarik makrofag lainnya untuk menangkap lebih banyak virus. Sedangkan sel T-

Helper akan mengaktifasi sel T Sitotoksik yang akan melisis makrofag. Telah

dikenali tiga jenis antibodi yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemagglutinasi,

antibody fiksasi komplemen. Proses ini akan diikuti dengan dilepaskannya mediator-

mediator yang merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi,

nyeri otot, dan gejala lainnya. Juga bisa terjadi aggregasi trombosit yang

menyebabkan trombositopenia ringan (2,5).

Demam tinggi (hiperthermia) merupakan manifestasi klinik yang utama

pada penderita infeksi virus dengue sebagai respon fisiologis terhadap mediator yang

muncul. Sel penjamu yang muncul dan beredar dalam sirkulasi merangsang

terjadinya panas. Faktor panas yang dimunculkan adalah jenis-jenis sitokin yang

memicu panas seperti TNF-a, IL-1, IL-6, dan sebaliknya sitokin yang meredam

panas adalah TGF-, dan IL-10. Beredarnya virus di dalam plasma bisa merupakan

partikel virus yang bebas atau berada dalam sel platelet, limfosit, monosit, tetapi

tidak di dalam eritrosit. Banyaknya partikel virus yang merupakan kompleks imun

4
yang terkait dengan sel ini menyebabkan viremia pada infeksi virus dengue sukar

dibersihkan. Antibodi yang dihasilkan padainfeksi virus dengue merupakan non

netralisasi antibodi yang dipelajari dari hasil studi menggunakan stok kulit virus

C6/C36, viro sel nyamuk dan preparat virus yang asli (2).

Respon innate immune terhadap infeksi virus Dengue meliputi dua

komponen yang berperan penting di periode sebelum gejala infeksi yaitu antibodi

IgM dan platelet. Antibodi alami IgM dibuat oleh CD5 + B sel, bersifat tidak spesifik

dan memiliki struktur molekul mutimerix. Molekul hexamer IgM berjumlah lebih

sedikit dibandingkan molekul pentamerik IgM namun hexamer IgM lebih efisien

dalam mengaktivasi komplemen. Antigen Dengue dapat dideteksi di lebih dari 50%

Complex Circulating Imun. Kompleks imun IgM tersebut selalu ditemukan di

dalam dinding darah dibawah kulit atau di bercak merah kulit penderita dengue.

Oleh karenanya dalam penentuan virus dengue level IgM merupakan hal yang

spesifik (2).

Antibodi yang terbentuk pada infeksi dengue terdiri dari IgG yang berfungsi

menghambat peningkatan replikasi virus dalam monosit, yaitu enhancing-antibody

dan neutralizing antibody. Pada saat ini dikenal 2 jenis tipe antibodi yaitu kelompok

monoclonal reaktif yang tidak mempunyai sifat menetralisasi tetapi memacu

replikasi virus dan antibody yang dapat menetralisasi secara spesifik tanpa disertai

daya memacu replikasi virus. Antibodi non-neutralisasi yang dibentuk pada infeksi

primer akan menyebabkan terbentuknya kompleks imun pada infeksi sekunder

dengan akibat memacu replikasi virus. Teori ini pula yang mendasari bahwa infeksi

sekunder virus dengue oleh serotype dengue yang berbeda cenderung menyebabkan

manifestasi berat (2,4,5).

5
F. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis infeksi virus dengue sangat luas dapat bersifat


asimptomatik/ tak bergejala, demam yang tidak khas/ sulit dibedakan dengan
infeksi virus lain.

Gambar 1. Spektrum Klinis Infeksi Virus Dengue (2,3).


Pada bayi, anak-anak dan dewasa yang telah terinfeksi virus dengue,

terutama untuk pertama kalinya (infeksi primer), dapat menunjukkan

manifestasi klinis berupa demam sederhana yang tidak khas, yang sulit

dibedakan dengan demam akibat infeksi virus lain. Manifestasi klinis tersebut

pada umumnya ditemukan pada saat dilakukan penelitian mengenai penyebab

demam pada kelompok masyarakat tertentu. Ruam makulopapular dapat

menyertai demam atau pada saat penyembuhan (2).

Demam dengue sering ditemukan pada anak besar, remaja dan

dewasa. Masa tunas berkisar antara 3-5 hari (pada umumnya 5-8 hari). Awal

penyakit biasanya mendadak, disertai gejala prodromal seperti nyeri kepala,

nyeri bagian tengah tubuh, anoreksia, rasa menggigil, dan malaise. Dijumpai

6
trias sindrom yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan dan timbulnya

ruam (rash) (5,6).

Pada lebih dari separuh pasien, gejala klinis timbul dengan mendadak,

disertai kenaikan suhu, nyeri kepala hebat, nyeri dibelakang bola mata, nyeri

punggung, otot, sendi dan disertai rasa menggigil. Pada beberapa penderita

dapat dilihat bentuk kurva suhu yang menyerupai pelana kuda atau bifasik (5).

Demam umumnya timbul mendadak, tinggi (39oC-40oC), terus menerus

biasanya berlangsung antara 2-7 hari. Pada hari ketiga sakit pada umumnya

suhu tubuh menurun, namun masih diatas normal, kemudian suhu tinggi

kembali. Gejala lain dapat ditemukan berupa gangguan pencernaan (diare

atau konstipasi), nyeri perut, tenggorok dan depresi (2).

Pada hari sakit ke-3 atau ke-4 ditemukan ruam makulopapular, atau

rubeliformis, ruam ini segera berkurang sehingga sering luput dari perhatian

orang tua. Pada masa penyembuhan timbul ruam di kaki dan tangan berupa

ruam makulopapular dan petekie diselingi bercak-bercak putih (white island

in the sea of red), dapat disertai rasa gatal yang disebut sebagai ruam

konvalesens. Manifestasi perdarahan pada umumnya sangat ringan berupa uji

tourniquet yang positif (> 10 petekie dalam area 2,8 x 2,8 cm) atau beberapa

patekie spontan. Pada beberapa kasus demam dengue dapat terfjadi

perdarahan massif (2).

7
G. DIAGNOSIS BANDING

Berbagai penyakit baik yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri,

maupun parasit pada fase awal penyakit dapat menyerupai demam dengue.

Tabel 1. Diagnosis Banding Demam Dengue (11).


Diagnosis Demam Didasarkan pada keadaan
Infeksi virus dengue - Demam atau riwayat demam mendadak tinggi 2-7 hari
- Manifestasi perdarahan
- Tanda-tanda gangguan sirkulasi
- Leukopenia
-Adanya riwayat keluarga atau tetangga sekitar
menderita atau tersangka demam berdarah dengue
Malaria - Demam tinggi khas bersifat intermiten
- Demam terus-menerus
- Menggigil, nyeri kepala, berkeringat dan nyeri otot
- Anemia
- Hepatomegali, splenomegali
- Hasil apus darah positif (plasmodium)
Demam Tifoid - Demam lebih dari tujuh hari
- Terlihat jelas sakit dan kondisi serius tanpa sebab yang
jelas
- Nyeri perut, kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
- Delirium
Infeksi saluran kemih - Demam terutama di bawah umur dua tahun
- Nyeri ketika berkemih
- Berkemih lebih sering dari biasanya
- Mengompol (di atas usia 3 tahun)
- Ketidakmampuan untuk menahan kemih pada anak
yang sebelumnya bisa dilakukannya.
- Nyeri ketuk sudut kostovertebral atau nyeri tekan
suprapubik
- Hasil urinalisis menunjukkan proteinuria, leukosituria
(> 5/lpb) dan hematuria (> 5/lpb)
Sepsis - Terlihat jelas sakit berat dan kondisi serius tanpa
penyebab yang jelas
- Hipo atau hipertermia
- Takikardia, takipneu
- Gangguan sirkulasi
- Leukositosis atau leukopeni

8
Campak -
Ruam yang khas
-
Batuk, hidung berair, mata merah
-
Luka di mulut
-
Kornea keruh
-
Baru saja terpajan dengan kasus campak
-
Tidak memiliki catatan sudah diimunisasi campak
Rubella -
Ruam yang khas
-
Pembesaran kelenjar getah bening post aurikular,
suboksipital dan colli-posterior
Infeksi virus lain - Gangguan sistemik ringan
seperti Chikungunya - Ruam non spesik

H. DIAGNOSIS
Manifestasi klinis infeksi dengue sangat bervariasi dan sulit dibedakan

dari penyakit infeksi lain terutama pada fase awal perjalanan penyakitnya.

oleh karena itu, diperlukan petunjuk kapan suatu infeksi dengue harus

dicurigai, petunjuk ini berupa tanda dan gejala klinis serta pemeriksaan

laboratorium rutin. Tanpa diberiakan petunjuk aka menyebabkan

keterlambatan bahkan kesalahan dalam menegakkan diagnosis. Berdasarkan

petunjuk klinis tersebut dibuat kriteria diagnosis klinis demam dengue, antara

lain:

Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi terus-meneruss,

bifasik

Manifestasi perdarahan baik spontan seperti petekie, purpura,

ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena,

maupun berupa uji tourniquet positif

Nyeri kepala, myalgia, atralgia, nyeri retroorbita

Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekitar rumah maupun

sekolah

9
Leukopenia <4000 /mm3

Trombositopenia <100.000/mm3

Apabila ditemukan gejala demam ditambah dengan adanya dua atau

lebih tanda dan gejala lain, diagnosis klinis demam dengue dapat ditegakkan
(2)
.

Pada demam dengue dapat dibedakan dengan demam berdarah

dengue. Pada demam berdarah dengue terdapat pembesaran organ seperti

hepatomegali serta didapatkan tanda-tanda kebocoran plasma yang ditandai

dengan peningkatan nilai hematokrit >20% dari pemeriksaan awal, ditemukan

adanya efusi pleura, asites, hipoalbuminemia dan hipoproteinemia.

Sedangkan pada demam dengue tidak ditemukan organomegali maupun

tanda-tanda kebocoran plasma (2).

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium untuk infeksi virus dengue adalah dengan

isolasi virus, deteksi asam nukleat virus, deteksi antigen virus, deteksi serum

respon imun/ uji serologi serum imun dan analisis parameter hematologi (10).

1. Isolasi Virus

Isolasi virus dapat dilakukan dengan emtode inokulasi pada nyamuk,


(2)
kultur sel nyamuk ataau pada sel mamalia . Isolasi virus dengue dari

spesimen klinis yaitu disediakan sampel diambil selama enam hari

pertama sakit dan diproses tanpa penundaan. Spesimen yang cocok

untuk isolasi virus meliputi: serum pada fase akut, plasma atau washed

buffy coat dari pasien, jaringan otopsi dari kasus yang fatal (terutama

10
hati, limpa, kelenjar getah bening dan thymus), dan nyamuk yang

dikumpulkan dari daerah yang terkena. Untuk jangka pendek

penyimpanan (hingga 48 jam), spesimen yang akan digunakan untuk

isolasi virus dapat disimpan pada suhu +4C hingga +8C. Untuk

penyimpanan lebih lama serum harus dipisahkan dan dibekukan pada

-70C dan dipertahankan pada suhu sehingga pencairan tidak terjadi.

Jika isolasi dari leukosit adalah untuk dicoba, sampel darah heparin

harus dikirim ke laboratorium dalam waktu beberapa jam (10).

2. Deteksi Asam Nukleat Virus

Genom virus denge yang terdiri dari asam ribonukleat (ribonucleid

acid/RNA) dapat di deteksi melalui pemeriksaan reserve transcriptase

polymerase chain reaction (RT-PCR). Metode pemeriksaan bisa berupa

nested-PCR, one-step multiplex RT-PCR, real-time RT-PCR dan


(2,10)
isothermal amplification method . Dalam beberapa tahun terakhir,

sejumlah tes RT-PCR telah dilaporkan untuk mendeteksi virus dengue.

RT-PCR memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang lebih baik. Semua

tes deteksi asam nukleat melibatkan tiga langkah dasar: (i) ekstraksi

asam nukleat dan pemurnian; (Ii) amplifikasi asam nukleat; dan (iii)

deteksi produk diperkuat. Hasil positif palsu dapat terjadi, dan ini dapat

dicegah dengan isolasi yang tepat dari langkah-langkah yang berbeda


(10)
dari pengujian dan mengamati prosedur dekontaminasi yang ketat .

Memberi hasil positif bila sediaan diambil pada enam hari pertama

demam (2).

11
3. Deteksi Antigen Virus Dengue

Deteksi antigen virus dengue yang banyak dilaksanakan pada saat ini

adalah pemeriksaan NS-1 antigen virus dengue, yaitu suatu glikoprotein

yang diproduksi oleh semua flavivirus yang penting bagi kehidupan dan

replikasi virus. Protein ini dapat di deteksi sejalan dengan viremia yaitu

sejak hari pertama demam dan menghilang setelah 5 hari, sensitivitas

tinggi pada 1-2 hari demam dan kemudian makin menurun setelahnya
(2,10)
.

4. Deteksi Respon Imun Serum

Pemeriksaan respon imun serum berupa Haemaglutination inhibition

test (Uji H), complement fixation test (CFT), neutralization test (Uji

neutralisasi), pemeriksaan serologi IgM dan IgG anti dengue.

a. Haemaglutination inhibition test (Uji HI)

Pada saat ini tidak banyak laboratorium yang menyediakan

pemeriksaan ini. Uji HI walau sensitive namun kurang spesifik dan

memerlukan dua sediaan serum akut dan konvalesens, sehingga

tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dini (2).

b. complement fixation test (CFT)

Fiksasi komplemen atau tes CF tidak banyak digunakan untuk

serologi rutin diagnostik dengue. Hal ini lebih sulit untuk

melakukan dan membutuhkan personil yang sangat terlatih. Tes CF

12
didasarkan pada prinsip bahwa pelengkap yang dikonsumsi selama

reaksi antigen-antibodi. Dua reaksi yang terlibat, sistem tes dan

sistem indikator. Antigen untuk tes CF disusun dengan cara yang

sama seperti yang untuk tes HI. Tes CF berguna untuk pasien

dengan infeksi saat ini, tetapi nilai terbatas untuk studi

seroepidemiological mana mendeteksi antibodi persisten yang

penting. Hanya beberapa laboratorium melakukan pengujian ini (10).

c. neutralization test (Uji neutralisasi)

Tes netralisasi atau NT adalah tes serologi yang paling spesifik dan

sensitif untuk virus dengue yang digunakan untuk menentukan

perlindungan kekebalan tubuh. Protokol yang umum digunakan di

sebagian besar laboratorium dengue adalah serum pengenceran

pengurangan plak netralisasi tes (PRNT). Kelemahan utama dari

teknik ini adalah biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan tes, dan kesulitan teknis yang terlibat karena

memerlukan fasilitas kultur sel. Oleh karena itu, tidak secara rutin

digunakan di sebagian besar laboratorium (9,10).

d. pemeriksaan serologi IgM dan IgG anti dengue

immunoglobulin M anti dengue memiliki kadar bervariasi, pada

umumnya dapat terdeteksi pada hari kelima sakit, dan tidak

terdeteksi setelah Sembilan puluh hari. Pada infeksi dengue primer,

IgG anti dengue muncul lebih lambat dibandingkan dengan IgM

anti dengue, namun pada infeksi sekunder muncul lebih cepat.

13
Kadar IgG anti dengue bertahan lama dalam serum. Kinetik NS-1

antigen virus dengue dan IgG serta IgM anti dengue, merupakan

petunjuk dalam menentukan jenis pemeriksaan dan untuk

membedakan antara infeksi primer dan infeksi sekunder, serta

metode diagnostic yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi

virus dengue (2,4).

5. Parameter Hematologi

Parameter hematologi terutama pemeriksaan hitung leukosit, nilai

hematokrit, dan jumlah trombosit sangat penting dan merupakan bagian

dari diagnosis klinis. Pada fase awal demam hitung leukosit dapat normal

atau dengan peningkatan neutrophil, selanjutnya diikuti penurunan jumlah

leukosit dan neutrophil, yang mencapai titik terendah pada akhir fase

demam. Perubahan jumlah leukosit (<5000 sel/mm 3) dan rasio antara

neutrophil dan limfosit (neutrophil < limfosit) berguna dalam memprediksi

masa kritis perembesan plasma. Sering kali ditemukan limfositosis relative

dengan peningkatan limfosit atipik pada akhir fase demam dan saat masuk

fase konvalesens. Perubahan ini juga dapat terlihat pada demam dengue (2).

J. PENATALAKSANAAN
Pasien dengan keadaan demam tinggi, terus-menerus, kurang dari 7 hari

yang disertai nyeri kepala, nyeri retro orbita, myalgia, atralgia, ruam kulit,

manifestasi perdarahan baik spontan maupun hasi;l uji tourniquet, jumlah

leukosit yang rendah (< 4000/mm3) tanpa atau dengan jumlah trombosit yang

14
menurun dan apalagi bila diketahui adanya kasus dengue di lingkungan

sekitar tempat tinggal atau di sekolah, maka harus dicurgai pasien tersebut

menderita infeksi dengue (2,5).

Pasien dengan demam dengue yang tidak memiliki komorbiditas dan

indikasi sosial, diperlakukan sebagai pasen rawat jalan. Pasien diberi

pengobatan simptomatik berupa antipiretik sepert paracetamol dengan dosis

10-15 mg/kgBB/dosis yang dapat diulang setiap 4-6 jam bila demam.

Hindarkan pemberian antipiretik berupa asetil salisilat, antiinflamasi non

steroid seperti ibuprofen. Upaya menurunkan demam dengan metode fisik

seperti kompres hangat. Anak dianjurkan cukup minum, boleh minum air

putih atau teh, namun lebih baik jika diberikan cairan yang mengandung

elektrolit seperti jus buah, oralit atau air tajin. Tanda kecukupan cairan adalah

diuresis setiap 4-6 jam (2,5,7).

Pasien diharuskan untuk kembali kontrol berobat seiap hari. Hal ini

mengingat tanda dan gejala DBD pada fase awal sangat menyerupai DD,

tanda dan gejala karakteristik baru timbul setelah beberapa hari kemudian.

Oleh karena itu pada pasien dengan diagnosis klinis DD yang ditegakkan

pada saat masuk, baik yang kemudian diperlakukan sebagai pasien rawat

jalan maupun rawat inap masih memerlukan evaluasi lanjut (2,7).

Tatalaksana pasien dirumah harus disampaikan kepada orangtua dengan

jelas sebaiknya dalam bentuk edukasi/nasihat untuk pasien-pasien rawat jalan.

Untuk mengantisipasi kemungkinan pasien menderita DD dengan penyulit

DBD yang mungkin timbul selama rawat jalan, orang tua diminta untuk

15
memantau kondisi anak, bila ditemukan tanda bahaya harus segera kembali

ke rumah sakit. Nasihat yang diberikan kepada orang tua berupa:

Anak harus istirahat

Cukup minum selain air putih dapat diberikan susu, jus buah, cairan

elektrolit. Cukup minum ditandai dengan frekuensi buang air kecil

setiap 4-6 jam

Paracetamol 10 mg/kgBB/kali diberikan apabila susu >38 oC dengan

interval 4-6 jam, hidari pemberian aspirin/NSAID/ibuprofen.

Berikan ompres hangat

Pasien harus segera dibawa ke rumah sakit jika ditemukan suatu atau

lebih keadaan berikut: pada saat suhu turun keadaan anak

memburuk, nyeri perut hebat, muntah terus menerus, tangan dan

kaki dingin, letargi, gelisah/rewel, anak tampak lemas, perdarahan

(buang air besar warna hitam atau muntah hitam), sesak napas, tidak

buang air kecil lebih dari 4-6 jam atau kejang (2,7).

K. KOMPLIKASI

Komplikasi demam dengue walaupun jarang dilaporkaan ialah

orkhitis ataau ovaritis, keratitis, dan retinitis. Berbagai kelainan neurologis

dilaporkan, diantaranya menurunnya kesadaran, paralisis sensorium yang

bersifat sementara, meningismus, dan ensefalopati (5). Penyulit lain yang dapat

terjadi yaitu: (1) kelebihan cairan (fluid overload) yang dapat menyebabkan

edema paru atau gagal jantung yang akan menyebabkan gagal napas dan

16
kematian. (2) ensefalopati-ensefalitis dengue yang ditandai dengan adanya

kejang ataupun penurunan kesadaran. (3) perdarahan masif dapat ringan

sampai berat. Perdarahan hebat umumnya akibat KID dan gagal multiorgan

seperti disfungsi hati dan ginjal, hipoksia yang berhubungan dengan syok

yang berat dan berkepanjangan, asidosis metabolic yang disertai dengan

trombositopenia. (4) infeksi ganda, di daerah endemis terdapat laporan infeksi

dengue yang terjadi bersamaan dengan demam tifoid, diare akut, pneumonia,

campak, cacar air, infeksi saluran kemih, leptospirosis dan malaria. (5)

miokarditis, terjadi disfungsi kontraktilitas miokardium pada pasien infeksi

dengue yang mengalami syok berkepanjangan. Penyebabnya terutama

asidosis metabolic, hipokalsemia dan kardiomiopati (2).

L. PENCEGAHAN

Demam dengue / penanggulangan DBD terutama tergantung pada

kontrol nyamuk Aeses aegypti, karena tidak ada vaksin yang tersedia untuk

pencegahan infeksi dengue dan tidak ada obat khusus untuk pengobatannya.

program pengendalian vektor DBD di wilayah Asia Tenggara secara umum

telah tercatat sukses. Upaya sebelumnya mengandalkan hampir secara

eksklusif pada ruang penyemprotan insektisida untuk pengendalian nyamuk

dewasa. Namun, ruang penyemprotan diperlukan operasi tertentu yang sering

tidak dipatuhi, dan sebagian besar negara menemukan biaya yang mahal juga.

Selanjutnya, pengurangan sumber oleh kampanye pembersihan dan /

atau larvasida dengan insektisida telah dipromosikan secara luas. Namun,

keberhasilan mereka telah terbatas pada derajat kepatuhan oleh masyarakat

17
dan penerimaan non pengobatan larvasida baik karena bau buruk dari

larvasida digunakan atau was-was yang melekat tentang hal itu yang lazim di

beberapa komunitas (5,10).

Untuk mencapai keberlanjutan program pengendalian vektor DF /

DHF sukses adalah penting untuk fokus pada pengurangan sumber larva

sementara erat bekerja sama dengan sektor-seperti non-kesehatan sebagai

organisasi non pemerintah, organisasi sipil dan kelompok masyarakat-untuk

memastikan pemahaman masyarakat dan keterlibatan dalam pelaksanaan.

Oleh karena itu, perlu untuk mengambil sebuah pendekatan terpadu untuk

pengendalian nyamuk dengan memasukkan semua metode yang tepat

(lingkungan, biologi dan kimia) yang aman, hemat biaya dan ramah

lingkungan. Sebuah program pengendalian nyamuk Aedes aegypti yang

sukses dan berkelanjutan harus melibatkan kemitraan antara lembaga

pemerintah dan masyarakat. Pendekatan yang dijelaskan di bawah ini

dianggap perlu untuk mencapai jangka panjang dan kontrol berkelanjutan

Aedes aegypti (5,10).

18

Anda mungkin juga menyukai