[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
230 tayangan34 halaman

LP Pneumonia Komunitas

Dokumen tersebut membahas tentang pneumonia sebagai salah satu penyakit pernapasan. Pneumonia disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi bakteri, virus, jamur atau parasit yang menyebabkan radang dan penimbunan cairan di alveoli paru. Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga di Indonesia. Dokumen ini juga menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan manusia mulai dari saluran pernapasan hingga paru-paru

Diunggah oleh

reno
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
230 tayangan34 halaman

LP Pneumonia Komunitas

Dokumen tersebut membahas tentang pneumonia sebagai salah satu penyakit pernapasan. Pneumonia disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi bakteri, virus, jamur atau parasit yang menyebabkan radang dan penimbunan cairan di alveoli paru. Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga di Indonesia. Dokumen ini juga menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan manusia mulai dari saluran pernapasan hingga paru-paru

Diunggah oleh

reno
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan. Dengan

penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran

pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar

orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai

akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa

menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia

dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu

penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk,

2007, Hal 76-78)

Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana

alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk

menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan

cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena

bakteri,virus,jamur atau parasit.

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah

kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi

angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat,

dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen

memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi

sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan
luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas,

karena tak tersisa ruang untuk oksigen.

B. Anatomi fisiologi sistem pernapasan

Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan

dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga

hidung - faring laring - trakea -bronkus - paru-paru (bronkiolus dan alveolus).


Adapun alat-alat pernapasan pada manusia adalah sebagai berikut :

1. Alat pernafasan atas


a. Rongga hidung (cavum nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung

(cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat

kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).

Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran

pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi

menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang

mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang

masuk.

Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara

sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu

lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas

yang lain. Misalnya, karbon dioksida (co2), belerang (s), dan nitrogen (n2).

Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang

sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari

menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung

bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan

mengalir ke faring.

b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan

percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan

dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.


Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat

terletaknya pita suara (pita vocalis).masuknya udara melalui faring akan

menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.


Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran

pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka.

Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas,

dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan

kesehatan.

c. Laring

Laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita

vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar

dan terdengar sebagai suara. Laring berparan untuk pembentukan suara dan

untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring

dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing ( gumpalan makanan ), infeksi

( misalnya infeksi dan tumor)

2. Alat pernafasan bawah


a. Trakea

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10-12 cm dengan diameter

2,5 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding

tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian

dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing

yang masuk ke saluran pernapasan. Trakea tetap terbuka karena terbentuk dari

adanya 16-20 cincin kartilao berbentuk huruf c yang membentuk trakea.

b. Cabang-cabang bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus

primer (kanan dan kiri). Bronkus kiri lebih tinggi dan cenderung horizontal

daripada bronkus kanan, karena pada bronkus kiri terdapat organ jantung.

Bronkus kanan lebih pendek dan tebal dan bentuknya cenderung vertical karena

arcus aorta membelokkan trakea kebawah.


Masing-masing bronkus primer bercabang lagi menjadi 9-12 cabang untuk

membentuk bronkus sekunder dan tersier (bronkiolus) dengan diameter semakin

menyempit.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan

bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin

tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna.

c. Paru-paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping

dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang

berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo

dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri

atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput

bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura

visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan

tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).


Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura

yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma

darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel

terhadap air dan zat-zat lain.


Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan

pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah

permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.


Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter

1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus

ini memiliki gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus. Bronkiolus

memiliki dinding yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia.
Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam

campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hukum dalton). Bronkiolus tidak

mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian

ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal

kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara

(alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang

salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon.

Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah

maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang

disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat

berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran

darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi maksimal.

Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang

sakit.
Menurut Hudak (1998) dalam Asih & Effendy (2004), Pneumonia adalah suatu

proses inflamasi dimana kompartemen alveolar terisi oleh eksudat. Pneumonia

merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi pada klien lanjut usia.

Menurut Corwin (2001), Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah,

penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme. Sebagian besar

pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah

infeksi virus.

2. Epidemologi

Epidemologi pneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data untuk

perbandingan sangat sedikit, terutama di negara berkembang. Di Amerika pneumonia

merupakan penyebab kematian keempat pada usia lanjut, dengan angka kematian

169,7 per100.000 penduduk. Tingginya angka kematian padan pneumonia sudah

dikenal sejak lama, bahkan ada yang menyebutkan pneumonia sebagai teman pada

usia lanjut. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk pneumonia, hal ini juga

tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat mereka berada. Pada

orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara 2544

per 1000 orang dan yang tiaggal di tempat perawatan 68114 per 1000 orang.

Di rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada

penderita usia muda. Sekitar 38 orang pneumonia usia lanjut yang didapat di

masyarakat, 43% diantaranya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae,

Hemophilus influenzae dan virus influenza B; tidak ditemukan bakteri gram negatif.

Lima puluh tujuh persen lainnya tidak dapat diidentifikasi karena kesulitan

pengumpulan spesimen dan sebelumnya telah diberikan antibiotik. Pada penderita

kritis dengan penggunaan ventilator mekanik dapat terjadi pneumonia nosokomial

sebanyak 10% sampai 70%.


Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam Pneumonia: The Forgotten

Killer of Children, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus

pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan

sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia di

dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus.

Pneumonia (radang paru), salah satu penyakit akibat bakteri pneumokokus yang

menyebabkan lebih dari 2 juta anak balita meninggal. Pneumonia menjadi penyebab

1 dari 5 kematian pada anak balita. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri

yang sering menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Sejauh ini,

pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak usia di bawah lima

tahun (balita).

3. Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:

a. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus,

streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza,

eneterobacter.Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat,

setelah system pertahanan


b. Menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera

memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.


c. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza,

adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran

pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia, terutama

pada anak-anak.
d. Organisme mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini

berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga

disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang

tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.


e. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans

4. Faktor Predisposi
a. Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh misalnya penyakit kronik

(Misalnya penyakit jantung,PPOK,diabetes, alkoholisme, azotemia), perawatan

di rumah sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur, perokok, malnutrisi,

umur lanjut, syok hemoragik.


b. Faktor Eksogen
1) Pembedahan. besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung

pada jenis pembedahan, yaitu torakotomi (40%), operasi abdomen atas

(17% dan operasi abdomen bawah (5%)


2) Penggunaan antibiotic, Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi,

terutama antibiotik yang aktif terhadap Streptococcus di orofaring dan

bakteri anaerob di saluran pencernaan.


3) Peralatan terapi pernapasan, Kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh

bakteri Pseudomonas aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya sering

terjadi. Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negatif di

lambung karena asam lambung dengan pH < 3 mampu dengan cepat

membunuh bakteri yang tertelan. Pemberian antasid / penyekat H2 yang

mempertahankan pH > 4 menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri

gram negatif aerobik di lambung, sedangkan larutan enteral mempunyai

pH netral 6,4 - 7,0.


4) Lingkungan rumah sakit
a) Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan

prosedur
b) Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan

prosedur
c) Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur,

seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter dll
d) Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur,

seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter dll
e) Pasien dengan kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi
f) Pemakaian antibiotik pada 90 hari terakhir
g) Dirawat di rumah sakit 5 hari

5. Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada

beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.

Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus

dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru,

partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan

mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan

juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya

dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.

Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah

mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun

didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak

mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas.

Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai

paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini

paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.

Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan

menyebabkan pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus

terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen

menginfeksi saluran napas bagian bawah.

Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal

berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang

ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia


bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr,

virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber

terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru,

bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit

fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi

makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas

pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan

dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini

menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi

pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814

6. Klasifikasi
a. Berdasarkan Klinis Dan Epidemiologis
1) Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
2) Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial

pneumonia).
3) Pneumonia aspirasi.
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised. (Jeremy, dkk, 2007, Hal

76-78)
b. Berdasarkan bakteri penyebab:
1) Pneumonia Bakteri/Tipikal.

Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering

diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa

menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para

peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi,

orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah

yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan

terhadap penyakit itu.

Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,

usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat


berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian

jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian

besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-

paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan

cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri

Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab

pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu

didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu

sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran

pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus

(cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke

dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).

2) Pneumonia Akibat virus.

Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan

dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit

influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya Gejala

awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu

demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12

hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir

sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia

itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang

disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi

bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau

merah tua (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

c. Berdasarkan Predileksi Infeksi


1) Pneumonia lobaris
pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari

pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.


2) Pneumonia bronkopneumonia

Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai

tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri

dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia,

kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan

demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan

mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita

kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih

mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika

demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab

penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi

infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

7. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 C sampai

40,5 C). , sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan

gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 45

kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger,

merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka

berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat

bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus

melemah, suara napas melemah, dan ronki.


d. Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah

efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas

tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura
(nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku

duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura

lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada

pneumonia lobus kanan bawah).


e. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura

pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.


f. Tanda infeksi ekstrapulmonal ( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 466)
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan

penyakit paru yang ada


2) Pemeriksaan darah.
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis

(meningkatnya jumlah netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684). Secara

laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m dengan

pergeseran LED meninggi.


3) LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat

dan komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin

meningkat, aspirasi biopsy jaringan paru


4) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi

fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme

penyebab, seperti bakteri dan virus.Pengambilan sekret secara

broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test

resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak

rutin dilakukan karena sukar.


5) Tes fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan

nafas mungkin meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi

perembesan (hipokemia)
6) Elektrolit
Natruim dan klorida mungkin rendah.
7) Aspirasi perkutanbiopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik

(CMV), karakteristik sel raksasa (rubeolla).


b. Radio diagnostic
1) Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat

juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi

menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan

infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x

dada mungkin bersih.


2) Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat

dan penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-

bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris

terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.


9. Prognosis

Dengan pengobatan,sebagian tipe dai pneumonia karena bakteri dapat

diobati dalam satu sampai dua minggu.Pneumonia karena virus mungkin berakhir

lama,pneumonia karena mycoplasma memerlukan empat sampai lima minggu untuk

memutuskan sama sekali. Hasil akhir dari episode pneumonia tergantung dari

bagaimana seseorang sakit,kapan dia di diagnosa pertama kalinya. Salah satu cara

untuk meramalkan hasil dipakai skor beratnay pneumonia atau CURB-65

score,dimana memerlukan perhitungan dari beratnya gejal-gejala,penyakit utama,dan

umur. Skor ini dapat membantu dalam memutuskan orang tersebut dirawat di

rumahsakit atau tidak.

Di Amerika Serikat,1 dari 20 orang dengan pneumonia pnemuccocal akan

meninggal dunia.Dalam beberapa kasus dimana pneumonia dapat berkembang

menjadi racun di darah(bakteremia),1 dari 5 orang akan meninggal. Angka kematian


(mortalitas)tergantung juga penyebab utama dari pneumonia.Misalnya pneumonia

karena mycoplasma dihubungkan dengan sedikit kematian.Bagaimanapun sebagian

orang timbul methilcillin-resistant Staphyloccocus aureus (MRSA) pneumonia.

Melalui ventilator akan meninggal.

Pada daerah-daerah didunia tanpa kemajuan sistem perawatan

kesehatan,pneumonia merupakan ancaman kematian.Akses yang terbatas untuk

klinik dan rumah sakit,akses terbatas untuk sinar x,terbatasnya antibiotik pilihan dan

ketidak mampuan untuk perawatan kondisi utama yang tidak dapat dihindari

menunjukan tingginya angka kematian dari pneumonia.

10. Penatalaksanaan
a. Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.
b. Pemberian oksigen tambahan
c. Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
d. Antibiotik sesuai dengan program
e. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
f. Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah

larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.


g. Obat-obatan :
h. Antibiotika berdasarkan etiologi.
i. Kortikosteroid bila banyak lender.
j. Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X

500 mg sehari atau Tetrassiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini

meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat.

Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin)

dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan

simptomatik seperti :
1) Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
2) Simptomatik terhadap batuk.
3) Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
4) Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan

broncodilator.
5) Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.

Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab

yang mempunyai spektrum sempit.


11. Komplikasi

Bila tidak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan komplikasi.

Komplikasi dari pneumonia / bronchopneumonia adalah :

a. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang

berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi

masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian

gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.


b. Efusi pleura.
c. Abses otak.
d. Endokarditis.
e. Osteomielitis.
f. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps

paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.


g. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga

pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura


h. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
i. Infeksi sitemik.
j. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
k. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas.
1) Identitas pasien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status,

pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, nomor register dan dx.medis.


2) Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, hubungan dengan pasien,

pekerjaan dan alamat.


b. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, warna kulit,

tingkat kesadaran kualitatif atau GCS, pola nafas, posisi klien dan respon verbal

klien.
c. Keluhan utama :Sesak napas
d. Riwayat penyakit sekarang : Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas

selama beberapa hari, kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala /

dada ( anak besar ) kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat timbul

kejang, distensiaddomen dan kaku kuduk. Timbul batuk, sesak, nafsu makan

menurun.
e. Riwayat Kesehatan
1) Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya : batuk, pilek,

demam.
2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal,

gelisah, sianosis
f. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
1) Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan

nadi, dan kondisi patologis.


2) Pulse rate meningkat/menurun tergantung dari mekanisme kompensasi,

sistem konduksi jantung & pengaruh sistem saraf otonom.


3) Respiratory rate
4) Suhu
g. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak, Adanya PCH,

Adanya tachipne, dyspnea, Sianosis sirkumoral, Distensi abdomen, Batuk :

Non produktif produktif.


2) Palpasi : Nyeri dada, denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus

raba meningkat disisi yang sakit, Hati mungkin membesar


3) Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, takikardia.
4) Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.

Menurut M. Doengoes (2000) pengkajian yang bisa dilakukan pada pasien

dengan pneumonia adalah :


h. Aktivitas istirahat :

Gejala : kelemahan, kelelahan, Insomnia.


Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas

i. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya GJK kronis.
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan / pucat.
j. Integritas ego

Gejala : banyaknya stressor/ masalah finansial

k. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual muntah, riwayat diabetes mellitus.


Tanda : distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor

buruk., Penampilan kalkeksia (malnutrisi).

l. Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)


Tanda : perubahan mental (bingung)

m. Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri dada

subternal (influenza), mialgia, artralgia


Tanda : melindungi area yang sakit (pasien umunya tidur pada posisi yang

sakit untuk membatasi gerakan)

n. Pernafasan
Gejala : riwayat adanya ISK kronik, PPOM, merokok sigaret, takipnea,

dipsnea progesif, pernafasan dangkal, penggunaan obat aksesori, pelebaran

nasal.
Tanda : sputum : merah muda, berkarat, atau purulen.
Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi.
Fremitus : taktil dan vocal bertahap dengan konsolidasi.
Gesekan friksi pleural.
Bunyi nafas : menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat, atau nafas

bronchial.
Warna : pucat atau sianosis bibir/kuku.
o. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan system imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan

steroid ataukemoterapi, institusionalisasi, ketidak mampuan umum, demam

(misalnya 38,5-39,6 0C)

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada

pada kasus rubeola atau varisela.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan secret

ditandai dengan batuk tidak produktif.


b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema pada paru
3. Perencanaan Keperawatan

Hari No Rencana Perawatan TTD


Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
/Tgl Dx
Hasil
1 Setelah diberikan - Pastiakkebutuhan Takipnea, pernafasan
oral / tracheal
asuhan keperawatan suctioning dangkal, dan gerakan
- Ausultasisuaranapa
selama 1x24 jam otot dada tidak simetris
ssebelumdansesu
diharapkan masalah dah suctioning sering terjadi karena
- Informasikanpadak
jalan nafas kembali liendankeluargat ketidak nyamanan
entang suctioning
efektif dengan kriteria - Minta gerakan dinding
klienbapasdalam
hasil : sebelum suction dada/cairan paru.
Menunjukkan jalan dilakukan Cairan
- Berikan O2
nafas yang paten (RR: (khususnyayang
denganmengguna
16-20x/menit dan tidak kan nasal hangat) memobilisasi
untukmemfasilita
ada suara nafas sisuksionnasotra dan mengeluarkan
keal
abnormal (ronkhi atau - Gunakanalat yang secret
sterilsetiapmelak Batuk adalah
rales, wheezing)) ukantindakan
Tidak ada - Anjurkanpasienunt mekanisme
ukistirahatdanna
pernafasan cuping pembersihan jalan nafas
pasdalamsetelahk
hidung ateterdikeluarkan alami untuk
darinasotrakeal
- Monitor status mempertahankan jalan
oksigenpasien
- Ajarkankeluargaba nafas paten.
Memudahkan
gaimanacaramela
kukansuksion pengenceran dan
- Hentikansuksionda
nberikanoksigena pembuangan secret.
pabilapasienmen
unjukkanbradikar Koordinasi
di ,
peningkatansatur pengobatan/jadwal dan
asi O2 , dll
masukan oral

menurunkan muntah

Airway management karena batuk,

- Buka jalannapas , pengeluaran sputum.


gunakanteknik
chin lift atau jaw
thrust bilaperlu
- Posisiknpasienuntu
kmemaksimalkanv
entilasi
- Identifikasipasienp
erlunyapemasanga
nalatjalannapasbua
tan
- Pasang mayo
bilaperlu
- Lakukanfisioterapu
dadajikaperlu
- Keluarkansekretde
nganbatukatau
suction
- Auskultasisuaranap
as ,
catatadanyasuarata
mbahan
- Lakukan suction
pada mayo
- Berikanbronkodilat
orbilaperlu
- Berikanpelembabu
darakassabasahnacl
lembab
- Atur intake
untukcairanmengo
ptimalkankeseimba
ngan
- Monitor
respirasidari status
O2

2 Setelah diberikan NIC : Untuk


a. Terapi aktivitas
asuhan keperawatan mengidentifikasi
Pertimbangkan
selama 1x24 jam kemajuan yang dicapai
kemampuan
diharapkan klien dapat dan tindak lanjut
klien dalam
melakukan aktivitas pengobatan
berpartisipasi
dengan baik dengan Aktivitas yang tepat
melalui aktivitas
kriteria hasil: dapat membantu pasien
spesifik
NOC: Berkolaborasi untuk menghindari
Outcome untuk dengan (ahli) kelelahan dan stress
mengukur
terapis fisik, karena aktivitas yang
penyelesaian
diagnosis okupasi dan berlebihan,

Toleransi terapis Tirah baring


terhadap
rekreasional dipertahankan selama
aktivitas
dalam fase akut untuk
Daya tahan
tubuh perencenaan dan menurunkan kebutuhan
Energy pemampuan metabolic, menghemat
psikomotor
program energy untuk
Kefektivan
pompa aktivitas, jika penyembuhan.
jantung memang Pembatasan aktivitas
Tingkat diperlukan ditentukan dengan
tidak Pertimbangkan
respon individual
nyamanan
komitmen klien
Kelelahan : pasien terhadap
untuk
efek yang aktivitas dan perbaikan
menganggu meningkatkan
kegagalan pernafasan.
frekuensi dan

jarak aktivitas
Bantu klien Program yang tepat

untuk akan membantu dalam

mengeksplorasi mempercepat proses

tujuan personal penyembuhan klien.

dari aktivitas

aktivitas yang

biasa di lakukan
Bantu klien

untuk memilih

aktivitas dan

pencapaian

tujuan melalui

aktivitas yang

konsisten

dengan

kemampuan

fisik, fisiologis

dan social
Bantu klien
untuk

mengidentifikas

i dan

memperoleh

sumber

sumber yang

diperlukan

untuk aktifitas

aktivitas yang di

inginkan
Dorong aktifitas

kreatif yang

tepat
Bantu klien

memperoleh

transportasi

untuk (dapat

mengikuti)

aktivitas, jika

memang

diperlukan
bantu klien

untuk

mengidentifikas

i aktivitas yang

di inginkan
bantu klien
untuk

mengidentifikas

i aktivitas yang

bermakna
bantu klien

untuk

menjadwalkan

waktu-waktu

spesifik terkait

dengan aktivitas

harian
bantu klien dan

keluarga untuk

mengidentifikas

i kelemahan

dalam level

aktivitas tertentu
identifikasi

strategi untuk

meningkatkan

partisipasi

terkait dengan

aktivitas yang

diinginkan
instruksikan

pasien dan

keluarga untuk
melaksanakan

aktivitas yang

diinginkan

maupun yang

telah diresepkan
berkoordinasi

dalam

menyeleksi

pasien sesuai

dengan umur

yang sesuai

dengan aktivitas

yang akan

dilakukan
bantu klien dan

keluarga untuk

beradaptasi

dengan

lingkungan pada

saat

mengakomodasi

aktivitas yang di

inginkan

3 Setelah diberikan NIC : Untuk


asuhan keperawatan Pencegahan mengidentifikasi

selama 1x24 jam pendarahan kemajuan yang dicapai


Mengurangi
diharapkan klien dapat dan tindak lanjut
pendarahan
melakukan aktivitas Mengurangi perawatan

dengan baik dengan pendarahan:


uterus
kriteria hasil: Untuk membatasi
antepartum
NOC: Mengurangi masukanc cairan dan
Outcome untuk pendarahan: jarak pemberian cairan
mengukur gastrointestinal
membantu mengurangi
penyelesaian dari Menguangi
diagnosis pendarahan: haus pada pasien
Keseimbangan uterus
cairan postpartum
Untuk mengetahui
Hidrasi Mengurangi
seberapa asupan cairan
pendarahan:
Outcome tambahan luka yang diperlukan pasien
untuk mengukur Pemberian
dan tujuan dari batasan
batasan produk-produk
karakteristik pemberian cairan
darah
Tingkat Perawatan Sebagai tindakan
delirium jantung: akut pencegahan untuk
Keparahan Manajemen
hipotensi komplikasi penyakit
alat akses vena
Termoregulasi sentral lebih lanjut
Termoregulasi Manajemen
: bayi baru diare
lahir Manajemen
Integritas elektrolit
jaringan : kulit Manajemen
dan membrane eletrolit:
ukosa hiperkalsemia
Perfusi Manajemen
jaringan ferifer eletrolit:
Eliminasi hiperkalemia
urine Manajemen
TTV eletrolit:
Berat badan : hipermagnese
massa tubuh. mia
Outcome yang Manajemen
berkaitan dengan eletrolit:
factor yang hipernatremia
berhubungan atau Manajemen
outcome menengah eletrolit:
Nafsu makan hiperfosfatemi
Keparahan a

kehilangan Manajemen

darah eletrolit:
Eliminasi usus hipokalsemia

Pemulihan luka Manajemen

bakar eletrolit:

Keseimbangan hipokalemia

eletrolit Manajemen

Fungsi eletrolit:

gastrointestinal hipomegnesem

Keparahan ia
Manajemen
hipernatremia
Keparahan eletrolit:
hiponatremia
hiponatremia
Manajemen
Fungsi ginjal
eletrolit:
Keparahan mual
hipofosfatemia
dan muntah
Monitor
Status nutrisi :
eletrolit
asupan makanan
Perawatan
dan caiaran
demam
Manajemen
eletrolit atau
caiaran
Manajemen
cairan
Monitor cairan
Manajemen
hivopolemik
Pemasangan
infuse
Terapi
intravena (IV)
Manajemen
syok
Manajemen
syok : volume
Pencegahan
syok
surveilans
monitor TTV
manajemen
muntah
pilihan
intervensi
tambahan
pemberian
makan dengan
botol
sampel darah
kapiler
pemberian
makan
intubasi
gastrointestinal
pengaturan
hemodinamik
manajemen
pengobatan
monitor
neurologi
manajemen
nutrisi
perawatan
penyisipan
cateter sentral
verifier
phlebotomy :
sampel darah
arteri
phlebotomy :
pembuluh
darah yang
terkanulasi
phlebotomy :
sampel darah
vena
pengaturan
suhu
pemberian
nutrisi total
parenteral
(TPN)
perawatan
selang : dada
perawatan
selang :
gastrointestinal
kateterisasi
urine
manajemen
berat badan
perawatan luka
perawatan luka
: luka bakar.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari

perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan

kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.

Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan kerja aktivitas

kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang

telah dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan

Hari/Tgl
No Dx Evaluasi TTd
Jam
1 S: Diharapkan pasien mengatakan tidak susah lagi dalam

bernafas

O : Diharapkan TTV klien dalam batas normal (TD: 120/80


mmHg, RR: 20x/menit, S: 36,5-37,50C, Nadi: 80x/menit)

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan kondisi klien

S: Diharapkan pasien mengatakan dapat melakukan

2 aktivitas dengan baik

O: Diharapkan pasien sudah mulai bisa beraktifitas tanpa

menggunakan alat bantu atau bantuan orang lain

A : masalah teratasi sebagian.

P : Lanjutkan intervensi dan pertahankan kondisi pasien.

S: Diharapkan pasien mengatakan kondisiya lebih baik

3 O: Diharapkan pasien tampak segar dan tidak timbul gejala

dehidrasi

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi dan pertahankan kondisi pasien.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang

disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat

berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah

disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat

terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. Pneumonia dapat

disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, menurun oleh sakit, usia tua,

atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan menyebabkan

kerusakan, virus dan organisme mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Faktor

predisposisi dari pneumonia meliputi faktor yang berhubungan dengan daya tahan

tubuh dan faktor eksogen. Penatalaksanaan dari pneumonia antara lain pemberian
antibiotik per-oral/melalui infus, pemberian oksigen tambahan, pemberian cairan

intravena dan alat bantu nafas mekanik dan antibiotik sesuai dengan program

B. Saran

Kita sebagai seorang perawat perlu mengetahui

tentang penyakit pneumonia selain untuk

menambah wawasan pengetahuan kita sebagai

seorang perawat, juga untuk berbagi kepada

masyarakat tentang informasi tentang penyakit pneumonia. Makalah ini masih jauh dari

sempurna, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

LAPORAN PENDAHULUAN

COMMUNITY AQUIRED PNEUMONIA

Disusun Oleh :

RENO SURATNO
16.04.064
CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PANAKKUKANG
MAKASSAR
2016/2017

Anda mungkin juga menyukai