LP Pneumonia Komunitas
LP Pneumonia Komunitas
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan. Dengan
penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran
pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar
orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai
akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa
menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia
dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu
penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk,
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk
angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat,
dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen
memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi
sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan
luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas,
Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan
dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga
Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran
pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi
menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang
masuk.
sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu
lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas
yang lain. Misalnya, karbon dioksida (co2), belerang (s), dan nitrogen (n2).
Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang
menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung
bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan
mengalir ke faring.
b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas,
kesehatan.
c. Laring
vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar
dan terdengar sebagai suara. Laring berparan untuk pembentukan suara dan
untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring
dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing ( gumpalan makanan ), infeksi
2,5 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding
tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian
yang masuk ke saluran pernapasan. Trakea tetap terbuka karena terbentuk dari
b. Cabang-cabang bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus
primer (kanan dan kiri). Bronkus kiri lebih tinggi dan cenderung horizontal
daripada bronkus kanan, karena pada bronkus kiri terdapat organ jantung.
Bronkus kanan lebih pendek dan tebal dan bentuknya cenderung vertical karena
menyempit.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan
bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin
c. Paru-paru
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo
dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri
atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput
bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura
visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan
yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma
darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel
pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah
memiliki dinding yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia.
Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam
campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hukum dalton). Bronkiolus tidak
mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian
(alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang
salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon.
Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat
sakit.
Menurut Hudak (1998) dalam Asih & Effendy (2004), Pneumonia adalah suatu
merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi pada klien lanjut usia.
Menurut Corwin (2001), Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah,
penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme. Sebagian besar
pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah
infeksi virus.
2. Epidemologi
merupakan penyebab kematian keempat pada usia lanjut, dengan angka kematian
dikenal sejak lama, bahkan ada yang menyebutkan pneumonia sebagai teman pada
usia lanjut. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk pneumonia, hal ini juga
tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat mereka berada. Pada
orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara 2544
per 1000 orang dan yang tiaggal di tempat perawatan 68114 per 1000 orang.
Di rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada
penderita usia muda. Sekitar 38 orang pneumonia usia lanjut yang didapat di
Hemophilus influenzae dan virus influenza B; tidak ditemukan bakteri gram negatif.
Lima puluh tujuh persen lainnya tidak dapat diidentifikasi karena kesulitan
pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan
sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia di
Pneumonia (radang paru), salah satu penyakit akibat bakteri pneumokokus yang
menyebabkan lebih dari 2 juta anak balita meninggal. Pneumonia menjadi penyebab
yang sering menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Sejauh ini,
pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak usia di bawah lima
tahun (balita).
3. Etiologi
pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia, terutama
pada anak-anak.
d. Organisme mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini
berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga
disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang
4. Faktor Predisposi
a. Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh misalnya penyakit kronik
di rumah sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur, perokok, malnutrisi,
prosedur
b) Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan
prosedur
c) Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur,
seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter dll
d) Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur,
seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter dll
e) Pasien dengan kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi
f) Pemakaian antibiotik pada 90 hari terakhir
g) Dirawat di rumah sakit 5 hari
5. Patofisiologi
beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus
dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru,
partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan
juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas.
Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai
paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini
paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang
virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber
bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit
pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan
dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini
menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi
6. Klasifikasi
a. Berdasarkan Klinis Dan Epidemiologis
1) Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
2) Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia).
3) Pneumonia aspirasi.
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised. (Jeremy, dkk, 2007, Hal
76-78)
b. Berdasarkan bakteri penyebab:
1) Pneumonia Bakteri/Tipikal.
menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para
orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah
yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan
jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian
besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-
paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan
sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran
awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu
demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12
hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir
itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang
bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau
tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri
dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia,
kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan
mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika
penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi
7. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 C sampai
40,5 C). , sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan
gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 45
kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger,
merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas
tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura
(nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku
duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura
lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada
broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test
resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak
perembesan (hipokemia)
6) Elektrolit
Natruim dan klorida mungkin rendah.
7) Aspirasi perkutanbiopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik
dan penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-
bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris
diobati dalam satu sampai dua minggu.Pneumonia karena virus mungkin berakhir
memutuskan sama sekali. Hasil akhir dari episode pneumonia tergantung dari
bagaimana seseorang sakit,kapan dia di diagnosa pertama kalinya. Salah satu cara
umur. Skor ini dapat membantu dalam memutuskan orang tersebut dirawat di
klinik dan rumah sakit,akses terbatas untuk sinar x,terbatasnya antibiotik pilihan dan
ketidak mampuan untuk perawatan kondisi utama yang tidak dapat dihindari
10. Penatalaksanaan
a. Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.
b. Pemberian oksigen tambahan
c. Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
d. Antibiotik sesuai dengan program
e. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
f. Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah
simptomatik seperti :
1) Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
2) Simptomatik terhadap batuk.
3) Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
4) Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
5) Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab
a. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas.
1) Identitas pasien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status,
tingkat kesadaran kualitatif atau GCS, pola nafas, posisi klien dan respon verbal
klien.
c. Keluhan utama :Sesak napas
d. Riwayat penyakit sekarang : Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas
selama beberapa hari, kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala /
dada ( anak besar ) kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat timbul
kejang, distensiaddomen dan kaku kuduk. Timbul batuk, sesak, nafsu makan
menurun.
e. Riwayat Kesehatan
1) Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya : batuk, pilek,
demam.
2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal,
gelisah, sianosis
f. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
1) Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan
i. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya GJK kronis.
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan / pucat.
j. Integritas ego
k. Makanan/cairan
l. Neurosensori
m. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri dada
n. Pernafasan
Gejala : riwayat adanya ISK kronik, PPOM, merokok sigaret, takipnea,
nasal.
Tanda : sputum : merah muda, berkarat, atau purulen.
Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi.
Fremitus : taktil dan vocal bertahap dengan konsolidasi.
Gesekan friksi pleural.
Bunyi nafas : menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat, atau nafas
bronchial.
Warna : pucat atau sianosis bibir/kuku.
o. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan system imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan secret
menurunkan muntah
jarak aktivitas
Bantu klien Program yang tepat
dari aktivitas
aktivitas yang
biasa di lakukan
Bantu klien
untuk memilih
aktivitas dan
pencapaian
tujuan melalui
aktivitas yang
konsisten
dengan
kemampuan
fisik, fisiologis
dan social
Bantu klien
untuk
mengidentifikas
i dan
memperoleh
sumber
sumber yang
diperlukan
untuk aktifitas
aktivitas yang di
inginkan
Dorong aktifitas
kreatif yang
tepat
Bantu klien
memperoleh
transportasi
untuk (dapat
mengikuti)
aktivitas, jika
memang
diperlukan
bantu klien
untuk
mengidentifikas
i aktivitas yang
di inginkan
bantu klien
untuk
mengidentifikas
i aktivitas yang
bermakna
bantu klien
untuk
menjadwalkan
waktu-waktu
spesifik terkait
dengan aktivitas
harian
bantu klien dan
keluarga untuk
mengidentifikas
i kelemahan
dalam level
aktivitas tertentu
identifikasi
strategi untuk
meningkatkan
partisipasi
terkait dengan
aktivitas yang
diinginkan
instruksikan
pasien dan
keluarga untuk
melaksanakan
aktivitas yang
diinginkan
maupun yang
telah diresepkan
berkoordinasi
dalam
menyeleksi
pasien sesuai
dengan umur
yang sesuai
dengan aktivitas
yang akan
dilakukan
bantu klien dan
keluarga untuk
beradaptasi
dengan
lingkungan pada
saat
mengakomodasi
aktivitas yang di
inginkan
kehilangan Manajemen
darah eletrolit:
Eliminasi usus hipokalsemia
bakar eletrolit:
Keseimbangan hipokalemia
eletrolit Manajemen
Fungsi eletrolit:
gastrointestinal hipomegnesem
Keparahan ia
Manajemen
hipernatremia
Keparahan eletrolit:
hiponatremia
hiponatremia
Manajemen
Fungsi ginjal
eletrolit:
Keparahan mual
hipofosfatemia
dan muntah
Monitor
Status nutrisi :
eletrolit
asupan makanan
Perawatan
dan caiaran
demam
Manajemen
eletrolit atau
caiaran
Manajemen
cairan
Monitor cairan
Manajemen
hivopolemik
Pemasangan
infuse
Terapi
intravena (IV)
Manajemen
syok
Manajemen
syok : volume
Pencegahan
syok
surveilans
monitor TTV
manajemen
muntah
pilihan
intervensi
tambahan
pemberian
makan dengan
botol
sampel darah
kapiler
pemberian
makan
intubasi
gastrointestinal
pengaturan
hemodinamik
manajemen
pengobatan
monitor
neurologi
manajemen
nutrisi
perawatan
penyisipan
cateter sentral
verifier
phlebotomy :
sampel darah
arteri
phlebotomy :
pembuluh
darah yang
terkanulasi
phlebotomy :
sampel darah
vena
pengaturan
suhu
pemberian
nutrisi total
parenteral
(TPN)
perawatan
selang : dada
perawatan
selang :
gastrointestinal
kateterisasi
urine
manajemen
berat badan
perawatan luka
perawatan luka
: luka bakar.
4. Implementasi Keperawatan
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
telah dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl
No Dx Evaluasi TTd
Jam
1 S: Diharapkan pasien mengatakan tidak susah lagi dalam
bernafas
A : Masalah teratasi
dehidrasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah
disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat
terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. Pneumonia dapat
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, menurun oleh sakit, usia tua,
predisposisi dari pneumonia meliputi faktor yang berhubungan dengan daya tahan
tubuh dan faktor eksogen. Penatalaksanaan dari pneumonia antara lain pemberian
antibiotik per-oral/melalui infus, pemberian oksigen tambahan, pemberian cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik dan antibiotik sesuai dengan program
B. Saran
masyarakat tentang informasi tentang penyakit pneumonia. Makalah ini masih jauh dari
LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun Oleh :
RENO SURATNO
16.04.064
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )