BAB I
Referat Kulit Miliaria
Bernadina Cynthia (406148157)
PENDAHULUAN
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan
adanya vesikel milier.
(1)
Kejadian miliaria banyak dijumpai di masyarakat, dan
lebih sering dikenal dengan istilah biang keringat, atau keringat buntet. Kelainan
kulit yang dapat ditemukan bervariasi tergantung pada jenis miliaria. Namun
biasanya timbul papul-papul berukuran milier yang ada di bagian tubuh yang
tertutup pakaian.
Miliaria umumnya terjadi pada bayi di minggu pertama kehidupan dimana
saat ini bayi sedang beradaptasi dengan lingkungan. Miliaria juga dapat terjadi
pada segala usia karena suhu yang panas, keringat berlebihan, terjadi sumbatan
pada kelenjar keringat atau kombinasi faktor-faktor ini.
(2)
Untuk itulah miliaria
paling banyak terjadi di lingkungan tropis, terutama Indonesia.
Referat Kulit Miliaria
BAB II
Bernadina Cynthia (406148157)
MILIARIA
2. 1.
Definisi
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai
dengan adanya vesikel milier. Nama lain dari miliaria dalah biang
keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat. (1)
2. 2.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, Miliaria crystallina adalah kondisi umum yang terjadi
pada neonatus, dengan puncaknya pada mereka yang berusia 1 minggu,
dan pada individu yang demam atau mereka yang baru saja pindah ke
iklim lembab dan panas. Miliaria rubra juga sering terjadi pada bayi dan
orang dewasa yang pindah ke lingkungan tropis; ini terjadi pada sebanyak
30% dari orang yang terkena kondisi seperti itu. Miliaria profunda
merupakan kondisi langka yang terjadi pada hanya sebagian kecil dari
mereka yang mengalami miliaria rubra berulang.
Data tentang kejadian Miliaria pada bayi baru lahir berdasarkan hasil
survei Jepang adalah >5000 bayi. Survei ini mengungkapkan bahwa
miliaria crystallina terjadi di 4,5% dari neonatus, dengan usia rata-rata 1
minggu. Miliaria rubra hadir di 4% dari neonatus, dengan usia rata-rata 1114 hari. Sebuah studi survei 2006 dari Iran menemukan kejadian Miliaria
dari 1,3% pada bayi baru lahir. Sementara survei dari pasien anak di
Northeastern India menunjukkan kejadian Miliaria 1,6%.
Di seluruh dunia, Miliaria adalah yang paling umum di lingkungan tropis,
terutama di kalangan orang-orang yang baru saja pindah ke lingkungan
tersebut dari zona beriklim. Miliaria telah menjadi masalah yang signifikan
bagi personil militer Amerika dan Eropa yang melayani di Asia Tenggara
dan Pasifik.
Miliaria terjadi pada individu-individu dari semua ras, meskipun beberapa
studi menunjukkan bahwa orang Asia, yang memproduksi keringat lebih
sedikit dibanding ras lainnya, cenderung memiliki miliaria rubra. Miliaria
tidak memiliki predileksi seks tertentu.
Referat Kulit Miliaria
Bernadina Cynthia (406148157)
Miliaria crystallina dan miliaria rubra dapat terjadi pada orang dari segala
usia, tetapi penyakit yang paling umum pada bayi. Dalam sebuah survei
Jepang lebih dari 5.000 bayi, miliaria crystallina sebanyak 4,5% dari
neonatus, dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria rubra hadir di 4% dari
neonatus, dengan usia rata-rata 11-14 hari. Pada Miliaria profunda lebih
sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada bayi dan anak-anak.
(3)
2. 3.
Etiologi
Tiga bentuk miliaria (miliaria kristalina/sudamina, miliaria
rubra/prickly heat dan miliaria profunda) terjadi akibat adanya obliterasi
ataupun oleh gangguan pada saluran kelenjar keringat. Tipe miliaria ini
berbeda dalam bentuk gejala klinis akibat adanya perbedaan level dimana
letak obliterasi terjadi. Namun beberapa penulis meyakini bahwa
gangguan pada ductus kelenjar keringat ini lebih memegang peranan
penting dalam menyebabkan miliaria. Pada miliaria kristalina, obstruksi
yang terjadi sangat superficial di stratum korneum dan vesikel terletak
pada subcorneum. Pada miliaria rubra, terjadi perubahan lebih lanjut
termasuk keratinisasi di bagian intraepidermal saluran kelenjar keringat,
adanya kebocoran dan bagian epidermal saluran kelenjar keringat,
sehingga memicu pembentukan vesikel di sekitar saluran. Sedangkan pada
miliaria profunda, terdapat ruptur pada saluran kelenjar keringat pada
tingkat atau dibawah dermal-epidermal junction.
2. 4.
Patogenesis
Hal utama yang menjadi pemicu miliaria dalah kondisi saat suhu
panas dan kelembaban yang tinggi sehingga menimbulkan keringat
berlebihan. Sumbatan pada kulit baik karena pakaian, atau adanya plester
pada tubuh menyebabkan terkumpulnya keringat pada permukaan kulit
dan overhidrasi pada stratum korneum. Pada orang yang rentan, seperti
bayi dimana kelenjar ekkrinnya belum matang, overhidrasi pada stratum
korneum dapat menimbulkan sumbatan pada accrosyngium.
Referat Kulit Miliaria
Bernadina Cynthia (406148157)
Jika kondisi lembab dan panas tetap bertahan, individu terus
memproduksi keringat secara berlebihan tetapi tidak dapat mengeluarkan
keringat kepermukaan kulit karena adanya penyumbatan duktus. Hasil
penyumbatan ini adalah terjadinya kebocoran saluran kelenjar keringat
yang menuju ke permukaan kulit, baik dalam dermis maupun epidermis
dengan anhidrosis relatif.
Ketika titik kebocoran terletak pada stratum corneum atau tepat
dibawahnya,
seperti
miliaria
kristalina, peradangan
kecil yang
akan muncul, dan lesinya akan asimptomatik. Sebaliknya, pada miliaria
rubra, kebocoran keringat ke dalam lapisan subkorneal menghasilkan
vesikel spongiotik dan infiltrat sel radang periductal kronis pada lapisan
papillare dermis dan epidermis bagian bawah. Patogenesis pada miliaria
rubra belum diketahui pasti, terdapat 2 pendapat. Pendapat pertama
mengatakan
primer,
banyak
keringat
dan
perubahan
kualitatif,
penyebabnya adanya sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan
perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis. Pendapat kedua
mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit
menyebabkan spongiosis dan yang terjadi pada muara kelenjar keringat.
Staphylococcus diduga juga mempunyai peran.
Pada miliaria profunda, keluarnya keringat ke lapisan papillare
dermis menghasikan infiltrat limfositik periductal dan spongiosis saluran
intra-epidermal. (3)
Bakteri yang mendiami permukaan kulit, seperti Staphylococcus
epidermidis dan Staphylococcus aureus, diperkirakan memainkan peran
dalam patogenesis miliaria. Dalam miliaria tahap akhir, terdapat
hiperkeratosis
dan
parakeratosis
dari
acrosyringium.
Sumbat
hiperkeratotik mungkin muncul dan menghalangi saluran ekrin, tapi hal ini
sekarang diyakini sebagai tahap akhir dan bukan penyebab atau pencetus
dari oklusi.
Referat Kulit Miliaria
Bernadina Cynthia (406148157)
(3)
2. 5.
Klasifikasi
Berdasarkan gejala klinis dan histopatologi, miliaria diklasifikasikan
1.
2.
3.
4.
menjadi 4 (4):
Miliaria kristalina (sudamina)
Miliaria rubra (prickle heat)
Miliaria pustulosa
Miliaria profunda
2. 6.
Manifestasi Klinis
1. Miliaria kristalina (sudamina)
Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan
setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel
bergerombol tanpa tanda radang pada bagian badan yang tertutup pakaian
dan basanya dapat pecah bila diusap dengan jari.(4) Umumnya tidak
memberikan keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus.
(1)
Biasanya
terjadi pada bayi yang berada di lingkungan panas, juga pada bayi di ICU
yang mendapat obat-obat tertentu (kolinergik dan adrenergik) yang dapat
menyebabkan keringat. Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung
intra/subkorneal.
Gambar 1. Miliaria kristalina. (4)
Referat Kulit Miliaria
Bernadina Cynthia (406148157)
Gambar 2. Miliaria kristalina pada bayi (3)
2. Miliaria rubra (prickly heat)
Penyakit ini lebih berat daripada miliaria kristalina. Terdapat pada badan
dan tempat-tempat tekanan atau gesekan pakaian.
(1)
Terjadi ketika migrasi
keringat ke epidermis terhambat sehingga menimbulkan papul inflamasi
yang gatal di sepanjang pori-pori keringat.
(4)
Terlihat papul merah atau
papul vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Miliaria jenis
ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik. Munculnya
miliaria rubra biasanya berkurang ketika pasien berpindah ke ruangan
yang dingin.
Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum
spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit
di epidermis. (1)
Gambar 3. Miliaria Rubra. (3,5)
3. Miliaria pustulosa
Berasal dari miliaria rubra dimana vesikelnya berubah menjadi pustul
(1).
Hal ini karena adanya inflamasi dan infeksi bakteri (3)
Referat Kulit Miliaria
Bernadina Cynthia (406148157)
Gambar 4. Miliaria pustulosa (3)
4. Miliaria profunda
Bentuk ini agak jarang kecuali di daerah tropis. Kelainan ini biasanya
timbul setelah miliaria rubra, ditandai dengan papul putih, keras,
berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan dan ekstremitas.
(1)
Terjadi
ketika keringat mengalami kebocoran ke lapisan dermis yang lebih dalam.
(4)
Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinis lebih
banyak berupa papul daripada vesikel. Tidak gatal dan tidak terdapat
eritema. Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat
yang pecah pada dermis bagian atas dengan atau tanpa infiltrasi sel radang.
(1)
Gambar 5. Miliaria Profunda. (6)
2. 7.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari miliaria crystallina adalah herpes simpleks
kongenital, varicella, sifilis, kandidiasis, atau staphylococcal scalded skin
syndrome. Hal ini dapat dibedakan dengan temuan sitologi dalam cairan
blister dengan cara metode sitologi dengan tes Tzanck, pewarnaan Gram,
serta sampel biopsi untuk analisis histopatologi.
Bernadina Cynthia (406148157)
Diagnosis banding pada Miliaria rubra seperti eritema toxicum
Referat Kulit Miliaria
neonatorum, infantile acne, atau folikulitis. Pustula pada eritema toxicum
yang khas terdapat eosinofil, sedangkan pada miliaria rubra tidak terdapat
eosinofil. Infantile acne biasanya tempat predileksinya di wajah. Pada
miliaria mungkin melibatkan wajah, serta leher dan aksila. Folikulitis
superfisial, seperti namanya, adalah folikel, tidak seperti miliaria.
1. Folikulitis
Folikulitis adalah infeksi bakteri lokal pada satu folikel rambut.
Disertai dengan pustul dan eritema.
Pada tahap lanjut menjadi furunkel atau karbunkel. Lesi pada kulit
bisa terjadi krusta dalam beberapa hari dan kambuh tanpa skar pada
kebanyakkan kasus. (4)
Gambar 6. Folikulitis
2. Erythema toxicum neonatorum (ETN)
Eritema toxicum neonatorum (ETN) adalah letusan diri terbatas jinak
terjadi terutama pada bayi baru lahir sehat pada periode neonatal awal.
Eritema toxicum neonatorum ditandai dengan eritema makula, papula,
vesikel, dan pustula, dan itu sembuh tanpa gejala sisa permanen.
Referat Kulit Miliaria
Bernadina Cynthia (406148157)
Gambar 7. Erythema Toxicum Neonatorum (ETN)
3. Kandidasis
Kandidiasis adalah infeksi pada kulit atau mukosa yang disebabkan
oleh jamur genus Candida. Tes KOH (+). Lesi satelit (+). (4)
Infeksi superfisial kulit dan membran mukosa adalah jenis yang paling
umum dari infeksi kandida pada kulit. Jenis umum dari infeksi kulit
candidal termasuk intertrigo, dermatitis popok, erosio interdigitalis
blastomycetica, dermatitis perianal, dan balanitis candida. (3)
Gambar 8: Kandidiasis intertriginosa dengan lesi satelit tipikal (4)
2. 8.
Diagnosis
1. Gejala Klinis
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan tambahan, umumnya
disertai rasa gatal, terutama ada bagian tubuh yang tertutup pakaian.
2. Gambaran histopatologi
Pada miliaria kristalina vesikel intrakorneal atau subkorneal tanpa selsel inflamasi disekitarnya, obstruksi saluran ekrin dapat diamati dalam
stratum korneum. Pada miliaria rubra, spongiosis dan vesikel
spongiotik yang diamati dalam stratum malphigi, berkaitan dengan
Referat Kulit Miliaria
Bernadina Cynthia (406148157)
saluran keringat ekrin, tampak peradangan periduktal. Pada lesi awal
miliaria profunda, infiltrat periductal limfositik ini terdapat dalam
papillare
dermis
dan
bawah. Eosinofilik resisten diastase
epidermis
Periodic
bagian
Acid
Schiff
(PAS) positif dapat dilihat dalam lumen duktus. Pada
lesi tingkat lanjut, sel-sel inflamasi mungkin ada pada dermis bagian
bawah, dan limfosit memasuki saluran ekrin. Spongiosis dari
epidermis
sekitarnya
dan
hiperkeratosis parakeratotic
dari
acrosyringium yang dapat diamati.(3)
3. Pemeriksaan laboratorium
Pada miliaria kristalina pemeriksaan sitologi dari isi vesikuler gagal
untuk menemukan sel-sel inflamasi atau sel raksasa berinti (seperti
yang diharapkan pada herpes vesikel). Pada miliaria pustulosa
pemeriksaan sitologi isi pus menunjukan sel-sel inflamasi. Tidak
seperti
eritematoxicum
neonatorum,
eosinofil
tidak
menonjol.
Pewarnaan Gram dapat mengungkapkan adanya coccus Gram positif
(misalnya staphylococcus). (7)
2. 9.
Tatalaksana
Penatalaksanaan Umum
Penderita
sebaiknya
memicu berkeringat,
menghindari
karena hal
ini dapat
aktivitas/keadaan
yang
mengeksaserbasi gejala
dan mereaktivasi erupsi. Suhu yang tinggi, khususnya dengan kadar
kelembaban tinggi atau ketika memakai pakaian ketat aakan memperburuk
penyumbatan kelenjar keringat. Pakaian yang dikenakan sebaiknya
berbahan ringan, longgar, dan menyerap keringat untuk menjaga tingkat
kelembaban kulit.(7)
Terapi Topikal
Penanganan yang dapat dipertimbangkan untuk mempercepat resolusi
miliaria adalah dengan lubrikasi epidermal. Penggunaan lubrikan OCT
10
yang mengandung urea dan -hydroxy acid. Penggunaan topikal Lanolin
Anhidrose
Referat Kulit Miliaria
juga
dilaporkan
meringankan penyumbatan
bermanfaat.(7)
Lanolin
Anhidrose
Bernadina Cynthia (406148157)
pori-pori
dan
dapat
membantu sekresi
keringat yang normal. Oinment hidrofilik juga membantu dalam
mengurangi sumbatan keratinosa dan membantu memperlancar aliran
sekresi keringat. (5)
Beberapa data mengungkapkan penggunaan sabun antibakteri juga
dapat menguntungkan, dan pada kasus-kasus refrakter, penggunaan
intermitten sabun atau losion Benzoil Peroxida juga dapat membantu.
(7)
Losion Kalamine juga mungkin bermanfaat untuk mengurangi rasa tidak
nyaman,tetapi karena efek mengeringkannya, emolien lunak seperti krim
minyak dapat mencegah timbulnya kerusakan epidermis yang lebih lanjut.
4. Terapi Sistemik
Antibiotik sistemik sebaiknya digunakan ketika ada bukti yang jelas
adanya infeksi sekunder. Penggunaan antibiotik harus berdasarkan
kultur dan sensitivitasnya. Obat ini tidak berefek pada proses primer dan
tidak dibutuhkan untuk penanganan pada kasus miliaria saja. Terapi
awalsebaiknya
yang
berkenaan
dengan
spektrum
sensitivitas
S.
Epidermidis dan antibiotik yang dipilih harus dapat mencapai kelenjar
keringan dan permukaan kulit. (7)
Jika tidak ada sepsis sekunder yang luas, efek dari antibiotik topikal
atau sistemik ataupun obat-obatan antibakterial lainnya dalam penanganan
miliaria
mengecewakan,
namun
terdapat
beberapa
aturan
dalam
penggunaan profilaksis. Asam Askorbat oral 500 mg dua kali sehari dapat
menurunkan derajat keparahan miliaria dan derajat anhidrosis pada
penyakit yang akan muncul kemudian. Isotretinoin juga dilaporkan dapat
membantu pada kasus miliari profunda yang sulit.
Terapi pada Miliaria kristalina
Pengobatan tidak diperlukan cukup dengan menghindari panas yang
berlebhan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap
keringat. (1)
11
Terapi pada Miliaria rubra
Referat Kulit Terapi:
Miliariapakaian yang tipis dan yang dapat menghisap
Bernadina Cynthia
keringat.(406148157)
Dapat
diberikan bedak salisil 2% dibubuhi mentol - 2%. Atau dapat
menggunakan Losio Faberi. Untuk memberikan efek antipruritus dapat
ditambahkan mentholum atau camphora pada losio Faber. (1)
Terapi pada Miliaria profunda
Pengobatan dengan cara menghindari panas dan kelembapan yang
berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik dan pakaian yan tipis.
Dapat diberikan losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25%, dapat
pula resorsin 8% dalam alkohol. (1)
2. 10.
Komplikasi
Komplikasi miliaria yang bergantung pada regulasi panas dan ada/tidaknya
infeksi sekunder. Miliaria crystallina umumnya asimtomatik yang dapat
sembuh tanpa komplikasi. Namun kondisi ini bisa kambuh jika suasana
panas, dan kondisi lembab.
Miliaria rubra juga cenderung dapat sembuh secara spontan ketika pasien
dipindahkan ke lingkungan yang lebih dingin. Namun orang-orang dengan
miliaria rubra cenderung gatal dan menyengat. Anhidrosis berkembang di
kulit yang terkena dan dapat berlangsung sampai berminggu-minggu.
Infeksi sekunder mungkin komplikasi lain miliaria rubra; ini dapat muncul
sebagai impetigo atau beberapa abses yang dikenal sebagai periporitis
staphylogenes.
Miliaria profunda sendiri merupakan komplikasi dari episode berulang dari
Miliaria rubra. Lesi dari miliaria profunda tidak menunjukkan gejala,
tetapi dapat terjadi kompensasi hiperhidrosis dai wajah dan ketiak.
Ketidakmampuan berkeringat yang merupakan akibat dari pecahnya
kelenjar ekrin, dikenal sebagai asthenia anhidrotic tropis.
12
2. 11.
Prognosis
Kebanyakan
Referat Kulit Miliaria
pasien
sembuh
dalam
hitungan
minggu,
setelah
Bernadina Cynthia (406148157)
mereka pindah ke lingkungan yang dingin. (3)
13
Referat Kulit Miliaria
BAB III
Bernadina Cynthia (406148157)
KESIMPULAN
Kejadian miliaria sering terjadi di masyarakat, dan lebih dikenal oleh bahasa
awam dengan istilah biang keringat atau keringat buntet. Miliaria sering ditemui
di lingkungan tropis terutama Indonesia. Miliaria paling sering dijumpai pada bayi
dan anak-anak, namun juga dapat terjadi pada segala usia. Hal ini terjadi karena
suhu yang panas, berkeringat berlebihan, ataupun terdapat sumbatan pada
kelenjar keringat. (4)
Kelainan kulit yang dapat ditemukan bervariasi tergantung pada jenis
miliaria. Pada miliaria kristalina (sudamina) terlihat vesikel berukuran 1-2 mm
yang bergerombol tanpa tanda radang pada bagian badan yang tertutup pakaian
dan basanya dapat pecah bila diusap dengan jari. Pada Miliaria rubra (prickly
heat) terlihat papul merah atau papul vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal
dan pedih. Biasanya terjadi pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik dan
berkurang ketika pasien berpindah ke ruangan yang dingin. Sedangkan pada
miliaria profunda biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai dengan papul
putih, keras, berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan dan ekstremitas.
Lebih banyak berupa papul daripada vesikel. Tidak gatal dan tidak terdapat
eritema.
Dalam menegakkan diagnosis miliaria, pada umumnya didapatkan dari
anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan
laboratorium. Namun dari gambaran klinis yang khas, tempat predileksi serta
anamnesa yang baik sudah dapat menegakkan diagnosis ini.
Penatalaksanaan miliaria secara umum, penderita sebaiknya menghindari
aktivitas/keadaan yang memicu berkeringat misalnya dengan menghindari panas
yang berlebhan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap
keringat. Namun pada keadaan tertentu dapat diberikan lotio atau bedak salisil.
14
Prognosis pada miliaria baik. Kebanyakan pasien sembuh dalam hitungan
minggu, setelah mereka pindah ke lingkungan yang dingin. (5)
Referat Kulit Miliaria
Bernadina Cynthia (406148157)
DAFTAR PUSTAKA
1. Natahusada, E.C. Miliaria. In: Adi Djuanda, editor. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Ed 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010.
p.276-77.
2. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Disorders of Sweat Glands : Miliaria. In
Thieme Clinical Companions Dermatology: Thieme New York; 2006. p.
528.
3. Levin NA. Dermatologic Manifestations of Miliaria Clinical
Presentation. Medscape ref. Updated: Mar 16, 2015.
http://emedicine.medscape.com/article/1070840-overview
4. Fealey RD, Herbert AA. Disorders of the Eccrine Sweat Glands and
Sweating: Miliaria. In Wolff K, Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell
DJ, editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, volume 1.
Eight Edition. USA : Mc Graw Hill. 2008. p.946
5. William DJ, Timothy GB, Dirk ME. Dermatoses Resulting From Physical
Factors. In: Sue Hodgson/Karen Bowler,editors. Andrews Disease of the
skin: Clinical Dermatology. 10thed. Canada : Saunders Elsevier; 2006. p.
23-243.
6. Habif TP. Acne, Rosacea, and Related Disorder. In: Habif TP editor. A
Clinical Dermatology : a color guide to diagnosis and theraphy. 4th ed.
London. Mosby; 2004. p. 205.
7. Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ. Miliaria Rubra (Prickly Heat). In:
Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ editors. Dermatology Skills for
Primary Care; An Illustrated Guide:Humana Press; 2006. p. 101-103
8. Coulson IH. Disorders of Sweat Glands. In: Rooks textbook of
dermatology. 8th ed. United Kingdom. Willey-blackwell; 2010. p. 44.1544.16.
15