Travel">
[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2K tayangan10 halaman

Surveilans Diare Jurnal PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 10

136

ANALISIS SISTEM SURVEILANS DIARE


PUSKESMAS TAMBAKREJO KOTA SURABAYA
Rukmini
1
dan Fariani Syahrul
2
ABSTRACT
Backgrounds: Until now, diarrhea remains a public health problem in Indonesia, this could be seen with high morbidity
rate. Puskesmas Tambakrejo is a public health center in Surabaya city with a high diarrhea cases. Futhermore, the diarrhea
cases among infants ranked second and for all ages is ranked fourth in Surabaya. Methods: Therefore, research aimed to
evaluate the diarrhea surveillance system in Puskesmas Tambakrejo. This was qualitative studies with observational design, at
Puskesmas Tambakrejo from August to September 2010. Data were obtained by in-depth interviews to diarrheal surveillance
offcer and head of the center to determine the implementation, observation of activities, data tracking and reporting. This was
done descriptively by a systems approach (input, process and output). Results: The study showed that diarrheal surveillance
systems at Puskesmas Tambakrejo was not optimal for component of input, process and output. Problems in input component
were limited knowledge diarrheal surveillance among offcer, incomplete report documents, no reports of environmental
health coverage and health promotion in analysis. Beside, the methods used in surveillance of diarrheal has not been based
on the book Diarrhea Disease Control Guidelines issued by the MOH Director General PP & PL 2009. Issues of component
process were limitations of variable data in the diarrhea register book, the analysis had not been based on the variables
service quality, coverage and service by cadres and degree of dehydration. Beside, data analysis had not been done for early
warning system of diarrhea. The on output component problems were the information provide is very limited and no indicator
of service coverage and quality on diarrhea case. The priority issues on information systems of diarrheal surveillance was
that data analysis had not been done for early warning system of diarrhea. Diarrheal Surveillance systems at Tambakrejo
Public Health Center was not optimal in the component input, process and output. The priority issues on information systems
of diarrhea surveillance was that data analysis had not been conducted for early warning system of diarrhea.
Key words: surveillance of diarrheal, a systems approach, early warning systems
ABSTRAK
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat tingginya
angka kesakitan diare. Puskesmas Tambakrejo adalah puskesmas dengan kasus diare cukup tinggi, pada balita menempati
peringkat kedua dan pada semua semua umur adalah peringkat keempat di Surabaya. Penelitian ini untuk mengevaluasi
sistem surveilans diare di Puskesmas Tambakrejo kota Surabay. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain
observasional, di Puskesmas Tambakrejo kota Surabaya pada bulan agustus sampai september 2010. Data diperoleh dari
wawancara mendalam dengan pentugas surveilans diare dan kepala puskesmas untuk mengtahui pelaksanaan surveilans
diare. Analisis sistem surveilans diare dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan sistem (input, proses, dan output).
Sistem surveilans diare puskesmas Tambakrejo masih belum optimal dalam komponen input, proses, dan output. Masalah
input, keterbatasan pengetahuan petugas tentang surveilans diare, tidak lengkapnya dokumen pelaporan, tidak adanya laporan
cakupan kesehatan lingkungan dan promkes sebagai bahan analisis dan metode yang digunakan dalam surveilans diare belum
berdasarkan buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare yang dikeluarkan oleh Depkes RI Dirjen PP & PL 2009. Masalah
proses, keterbatasan variabel data yang direkap, analisis belum dilakukan berdasarkan kualitas pelayanan, cakupan pelayanan
oleh sarana dan kader dan derajat dehidrasi dan analisis data belum dilakukan untuk kewaspadaan dini diare. Masalah
output, informasi yang dihasilkan sangat terbatas dan belum dihasilkan indikator cakupan pelayanan penderita dan kualitas
pelayanan diare. Prioritas masalah dalam sistem informasi surveilans diare adalah masalah analisis data belum dilakukan untuk
kewaspadaan dini diare. Sistem surveilans diare puskesmas Tambakrejo masih belum optimal dalam komponen input, proses,
dan output. Prioritas masalah dalam sistem informasi surveilans diare adalah masalah analisis data belum dilakukan untuk
kewaspadaan dini diare. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan untuk meningkatkan sistem kewaspadaan dini diare.
Kata kunci: surveilans diare, pendekatan sistem (input, proses, dan output), sistem kewaspadaan dini
1
Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Surabaya, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI, Jl. Indrapura 17 Surabaya, Alamat Korespondensi: Rukmini@yahoo.com
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR, Kampus C, Jl. Mulyorejo Surabaya
Analisis Sistem Surveilans Diare (Rukmini)
137
PENDAHULUAN
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini
dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan
diare dari tahun ketahun. Di dunia, sebanyak 6
juta anak meninggal setiap tahun karena diare,
sebagian kematian tersebut terjadi di negara
berkembang (Parashar, 2003). Menurut WHO, di
negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan
1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 8 dari
10 kematian tersebut pada umur < 2 tahun. Rata-rata
anak usia < 3 tahun di negara berkembang mengalami
episode diare 3 kali dalam setahun (WHO, 2005).
Hasil survei Subdit diare, angka kesakitan diare
semua umur tahun 2000 adalah 301/1000 penduduk,
tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk, tahun 2006
adalah 423/1000 penduduk. Kematian diare pada
balita 75,3 per 100.000 balita dan semua umur 23,2
per 100.000 penduduk semua umur (SKRT 2001).
Prevalensi diare pada anak-anak dengan usia kurang
dari 5 tahun di Indonesia adalah laki-laki 10,8% dan
perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi
tertinggi terjadi pada usia 611 bulan (19,4%), 1223
bulan (14,8%), dan 2435 bulan (12%) (Depkes RI,
2003). Diare merupakan penyebab kematian nomor 4
(13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit
menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian
nomor satu pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada
anak balita (25,2%) (Riskesdas, 2007). Kasakitan
balita karena diare makin meningkat sehingga
dikhawatirkan terjadi peningkatan kasus gizi buruk.
Berdasarkan profil kesehatan tahun 2008 di
Jawa Timur terdapat 989.869 kasus diare dengan
proporsi balita sebesar 39,49% (390.858 kasus). Ada
13 kabupaten/kota yang melaporkan kasus KLB diare
dengan jumlah penderita 699 dan kematian 14 orang
yang terjadi di 28 kecamatan dan 35 desa (Profl Jawa
Timur, 2008). Kota Surabaya merupakan kota di Jawa
Timur dengan kasus diare peringkat nomor tiga yaitu
sebesar 66.841 kasus, setelah Kabupaten Mojokerto
(70.195) dan Kota Jember (72.390) (Profil Jawa
Timur, 2008). Puskesmas Tambakrejo merupakan
puskesmas yang berada di wilayah Kota Surabaya, di
mana kasus diare pada balita yang ditemukan cukup
tinggi, pada tahun 2009 yaitu sebesar 1.125 kasus,
merupakan peringkat kedua setelah Puskesmas
Sidotopo Wetan. Sedangkan untuk kasus diare
semua umur, wilayah Puskesmas Tambakrejo yaitu
Kecamatan Simokerto merupakan peringkat keempat,
kasus diare terbanyak yaitu sebesar 3.626 kasus,
setelah Kecamatan Krembangan (4.164 kasus),
Kecamatan Kenjeran (5449 kasus) dan Kecamatan
Sawahan (6.591 kasus).
Strategi yang digunakan pemerintah dalam
pengendalian program diare adalah melalui surveilans
epidemiologi diare di samping tata laksana penderita
sesuai standar, promosi kesehatan, kegi atan
pencegahan, pengelolaan logistik dan pemantauan
dan evaluasi program. Masih tingginya kasus
diare di Indonesia bukan berarti pemerintah tidak
melakukan berbagai upaya yang komprehensif
dalam pengendaliannya, namun karena kompleksitas
dari masalah diare termasuk di dalamnya sistem
surveilansnya membuat diare terus-menerus menjadi
masalah di Indonesia.
Tujuan evaluasi sistem surveilans kesehatan
masyarakat adal ah unt uk menj ami n bahwa
pentingnya masalah kesehatan masyarakat untuk
dimonitoring atau dipantau secara efektif dan efsien.
Sistem surveilans kesehatan masyarakat harus
dievaluasi secara periodik dan evaluasinya meliputi
rekomendasi untuk memperbaiki kualitas, efsiensi,
dan pemanfaatan. Evaluasi sistem surveilans
kesehatan masyarakat berfokus pada bagaimana
sebaiknya pengoperasian sistem mencapai tujuannya
(German, Robert R., et al, 2001: 3).
Dengan latar belakang masalah di atas, maka
dilakukan penelitian untuk mengevaluasi sistem
surveilans diare di Puskesmas Tambakrejo Kota
Surabaya, dengan tujuan khusus memperoleh
gambaran mengenai sistem surveilans diare yang
ada di instansi setempat (pendekatan sistem: input,
proses, dan output), mempelajari masalah sistem
surveilans diare, menentukan prioritas masalah sistem
surveilans diare dan merencanakan pemecahan
masalah sistem surveilans diare.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian observasional.
Penelitian dilakukan di Puskesmas Tambakrejo Kota
Surabaya pada bulan Agustus sampai September 2010.
Data diperoleh dari wawancara mendalam dengan
petugas surveilans diare dan kepala puskesmas
untuk mengetahui pelaksanaan suveilans diare,
observasi kegiatan, penelusuran data dan pelaporan
surveilans diare. Untuk menetapkan prioritas masalah
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 14 No. 2 April 2011: 136145
138
surveilans diare dengan memberikan kuesioner
pada petugas surveilans, ISO dan petugas Penilaian
Kinerja Puskesmas (P2Kpusk), dengan metode
multiple criteria utility analysis (MCUA). Analisis sistem
surveilans diare dilakukan secara deskriptif dengan
pendekatan sistem (input, proces, dan output).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sistem Surveilans Diare
Tujuan Sistem Surveilans diare Puskesmas
Tambakrej o adal ah untuk menurunkan angka
kesakitan diare di wilayah Puskesmas Tambakrejo.
Ruang Lingkup sistem surveilans diare merupakan
salah satu sistem yang dilaksanakan bagian Upaya
Kesehatan Masyarakat bagian Pencegahan Penyakit
dan Surveilans, program Pemberantasan Penyakit
Menular (P2M) di Puskesmas Tambakrejo.
Dari tujuan sistem tersebut, belum sesuai dengan
tujuan sistem surveilans diare berdasarkan buku
pedoman pengendalian diare Depkes RI, yaitu
diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya
masalah penyakit diare di masyarakat, sehingga
dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan,
penanggulangan maupun pengendalian di semua
jenjang pelayanan (Depkes RI, 2009).
Gambaran Masukan (Input)
Sumber daya manusia (Man)
Terdapat satu orang petugas surveilans diare di
puskesmas, dengan pendidikan D3 Keperawatan yang
telah bertugas sejak tahun 1999. Petugas surveilans
diare merangkap beberapa tugas, yaitu sebagai
perawat di Puskesmas dan Pustu, juga pada program
campak dan difteri yang dilaksanakan oleh bagian
pengamatan penyakit (surveilans). Kemampuan
mengolah dan menganalisis data dengan komputer
sangat terbatas.
Pelatihan yang pernah diikuti adalah pelatihan
Disaster Victim Identification (DVI), imunisasi,
surveilans PD3I (Penyakit yang dapat Dicegah dengan
Imunisasi) dan penanganan kegawatdaruratan.
Petugas belum pernah mengikuti pelatihan khusus
tentang surveilans diare dan MTBS (Manajemen
Terpadu Balita Sakit).
Dana (Money)
Sumber dana surveilans diare pada tahun
20082009 berasal dari APBD dan APBN. Dana dari
APBN, dalam bentuk dana Jamkesmas digunakan
untuk program diare dalam bentuk penyuluhan
diare, kunjungan rumah dan pelatihan kader.
Sedangkan untuk logistik diare dalam bentuk obat-
obatan, berasal dari dana APBD. Namun dana untuk
kegiatan surveilans diare dalam bentuk pegumpulan
data, pengolahan, analisis dan diseminasi, belum
tersedia.
Sarana dan Bahan (Material)
Bahan
Bahan atau dokumen yang digunakan dalam
surveilans diare terdiri dari beberapa dokumen
pelaporan. Dokumen surveilans diare di puskesmas
yang tersedia dan tidak tersedia adalah sebagai
berikut.
Tabel 1. Dokumen surveilans diare di Puskesmas
Tambakrejo dan pelaporan ke Dinas
Kesehatan Kota Surabaya, Th 2010.
No. Dokumen Ada
Tidak
Ada
1. Rekapitulasi Laporan diare
2. Formulir Laporan kejadian luar
biasa/wabah (W1)

3. Formulir Laporan mingguan
penyakit (W2)

4. Formulir Laporan Surveilans
Terpadu Puskesmas (STP)

5. Formulir Laporan SP2TP/LB1
6. Formulir Laporan bulanan diare/
LB3

7. Laporan P2KPus
8. Formulir investigasi penderita
diare/kolera

10. Formulir Permintaan Pemeriksaan
Spesimen

11. Data Penduduk


12. Data Kesehatan lingkungan
Sarana
Sarana yang digunakan dalam kegiatan surveilans
diare yaitu 1 set komputer yang digunakan juga untuk
sistem informasi puskesmas, yang diperoleh dari
pengadaan barang dengan dana APBD. Sarana ini
telah dianggap cukup untuk melaksanakan kegiatan
surveilans. Program yang digunakan untuk mengolah
data adalah program aplikasi komputer microsoft
excel.
Terdapat satu jaringan internet, tapi belum
dimanfaatkan untuk kegiatan surveilans diare dan
Analisis Sistem Surveilans Diare (Rukmini)
139
alat komunikasi berupa telepon puskesmas dan
HP petugas diare. Daftar nama dan nomor telepon
petugas surveilans Dinas Kesehatan Kota Surabaya
ada dan lengkap. Format kontak person kota terdiri
dari: alamat dinas kesehatan, nomor telepon kantor,
Kepala Seksi P2 dan Pengendalian Wabah (nama,
NIP, dan nomor telepon HP), dan petugas surveilans
(nama, NIP, dan nomor telepon HP).
Alat transportasi adalah mobil Pusling, yang
juga digunakan untuk seluruh program kegiatan
puskesmas yang membutuhkan.
Metode
Metode yang digunakan pada program diare di
Puskesmas Tambakrejo berdasarkan buku pedoman
Standar Pelayanan Kesehatan Bidang Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan pada
Kejadian Bencana dan Pengungsian, Depkes RI
2001 dan buku Pedoman Penyusunan Rencana
Kontijensi (Contingensi Plan) Sektor Kesehatan,
Depkes RI, 2001, yang diperbanyak oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2003.
Metode yang digunakan dalam surveilans diare
puskesmas Tambakrejo sebaiknya berdasarkan
buku Pedoman Pengendal i an Penyaki t Di are
yang dikeluarkan oleh Depkes RI Dirjen PP & PL
2009. (Depkes RI, 2009) Hal itu dimaksudkan agar
program pengendalian diare yang dijalankan sejalan
yang dilaksanakan oleh Depkes, sehingga akan
menghasilkan informasi yang digunakan untuk tindakan
penanggulangan secara efektif dan efsien.
Data
Data program diare dikumpulkan berdasarkan
sistem pencatatan dan pelaporan rutin di puskesmas
adalah:
Indikator dan target yang digunakan dalam sistem
surveilans diare di Puskesmas Tambakrejo adalah:
Tabel 2. Komponen data surveilans diare di Puskesmas Tambakrejo Kota Surabaya, Tahun 2010
No. Jenis Data Variabel Sumber Jenis Laporan
1. Kasus - No. register
- Nama
- Umur
- Alamat
- Tanggal
- Puskesmas
- Pustu
- Bidan wilayah/
Posyandu
- Register diare
2. Data penderita disarana
kesehatan (Puskesmas/
Pustu)
- Jumlah penderita dan meninggal
menurut kelompok umur
- Jumlah Pemakaian oralit
- Jumlah pemakaian RL
- Jumlah pemakaian zinck
- Jumlah penderita mdpt oralit
- Jumlah penderita mdpt antibiotik
- Jumlah penderita mdpt infus
- Jumlah penderita kolera
- Jumlah penderita diare tanpa
dehidrasi, dehidrasi ringan/
sedang, dehidrasi berat
- Puskesmas
- Pustu
- Lap. Bulanan
P2M diare/LB3
3. Data Pemeriksaan
Laboratorium
- Pemeriksaan rectal swab (diperiksa/+)
- Pemeriksaan air/makanan (diperiksa/+)
- Puskesmas - Lap. Bulanan
P2M diare/LB3
4. Data penderita yang
ditemukan KKD/swasta/
Posyandu
- Jumlah Penderita dan Jumlah
meninggal menurut kelompok umur
- Jumlah Pemakaian oralit/cairan
- Bidan wilayah/
Posyandu
- Lap. Bulanan
P2M diare/LB3
5. Data laporan mingguan
wabah
- Jumlah penderita diare (< 5 th, > 5 th)
- Jumlah penderita kolera
- Puskesmas
- Pustu
- Bidan wilayah
- Lap. Mingguan
wabah/W2
6. Data cakupan program
diare
- Cakupan Jumlah penderita yg ditangani
- % Kepatuhan provider
- % Kelengkapan sarana
- Puskesmas - P2Kpusk
7. Surveilans Terpadu
Penyakit (STP), Diare
- Jumlah penderita diare mnrt kelompok
umur
- Jenis kelamin
- LB1 Puskesmas - Laporan STP
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 14 No. 2 April 2011: 136145
140
diare hanya terdiri dari nomor register pengobatan,
nama, umur dan alamat penderita. Data ini hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan data laporan mingguan
W2. Sedangkan kebutuhan data untuk mengisi
laporan bulanan LB3, jenis data yang dibutuhkan lebih
banyak. Untuk mengisi laporan LB3 itu, petugas diare
melakukan rekap lagi dengan mengambil data langsung
di register pengobatan di Puskesmas dan Pustu. Hasil
rekapan tersebut tidak dituliskan di buku register diare.
Pengumpulan data oleh petugas diare dengan
cara seperti itu sangat tidak efsien. Sebaiknya semua
jenis data yang dibutuhkan untuk kebutuhan pelaporan
langsung direkap di buku register diare puskesmas
dan Pustu. Sehingga untuk mengisi laporan bulanan,
tidak perlu lagi melihat buku register pengobatan di
Poliklinik umum dan MTBS, tetapi cukup dengan buku
register diare.
Oleh karena itu, data yang dikumpulkan sebaiknya
menggunakan data rutin yang telah dicatat atau
dilaporkan dalam sistem pencatatan dan pelaporan
yang sedang berjalan. Data yang dikumpulkan
disesuaikan dengan tujuan dari sistem surveilans.
Oleh karena itu, penetapan tujuan surveilans menjadi
langkah pertama yang harus dikerjakan. Tanpa
penetapan tujuan, maka data yang dikumpulkan
menjadi tidak terarah, bisa terlalu banyak atau terlalu
sedikit. (Hidajah dan Hargono, 2008).
Hambatan pengumpulan data diare oleh petugas
diare adalah terkadang adanya keterlambatan
pengumpulan data dari Pustu, karena petugas belum
melakukan rekap dan belum membawa datanya ke
puskesmas.
Kompilasi data
Dat a yang t el ah t erkumpul kemudi an di
kelompokkan oleh petugas surveilans diare secara
manual (tidak menggunakan komputer), yang
selanjutnya direkap dalam laporan mingguan W2
dan laporan bulanan LB3.
a. Cakupan jumlah penderita yang ditangani: 100%
b. Persentase kepatuhan provider: 100%
b. Persentase kelengkapan sarana: 100%
c. Kelengkapan laporan: 100%
d. Ketepatan Laporan: 100%
Gambaran Proses
Pengumpulan data
Proses pengumpulan data surveilans diare di
puskesmas bersifat pasif, yaitu berasal dari data
kunjungan penderita yang dilaporkan rutin puskesmas.
Pengumpulan data secara aktif seperti berdasarkan
studi kasus atau survei dan investigasi penderita
diare/kolera pada saat KLB belum pernah dilakukan,
karena belum pernah terjadi KLB diare.
Pengumpulan data diare di puskesmas dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan laporan ke Dinas
Kesehatan. Pengumpulan data diare, tidak hanya
dilakukan oleh petugas diare, tetapi juga dilakukan oleh
petugas SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas), petugas STP (Surveilans
Terpadu Penyakit) dan petugas P2KPusk (Pelaporan
dan Penilaian Kinerja Puskesmas). Jenis data yang
dikumpulkan untuk setiap jenis laporan telah diuraikan
pada tabel sebelumnya, yaitu Tabel 1.2. Data yang
terkumpul dilakukan rekap melalui formulir pelaporan
dan waktu pelaporan ke Dinas Kesehatan Kota,
seperti yang tercantum pada Tabel 1.3.
Pengumpulan data diare yang dilakukan oleh petugas
program diare dengan melakukan rekapitulasi penderita
diare yang berobat di puskesmas, Pustu maupun
yang dirujuk oleh bidan wilayah melalui buku register
pengobatan. Untuk penderita diare dewasa melalui buku
register pengobatan di poliklinik umum di Puskesmas
dan Pustu, sedangkan untuk penderita diare balita
melalui register poliklinik MTBS. Data yang dikumpulkan
direkap di register diare puskesmas dan register diare
Pustu. Pengumpulan data tersebut dilakukan setiap
minggu. Namun jenis data yang dikumpulkan di register
Tabel 3. Jenis Laporan di Puskesmas Tambakrejo ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Tahun 2010
No. Jenis Laporan Petugas pengumpul Frekuensi Pelaporan Batas Tanggal Pelaporan
1. Laporan mingguan wabah (W2) Petugas diare Rutin mingguan Setiap satu minggu
2. Laporan bulanan P2M diare (LB3) Petugas diare Rutin bulanan Tanggal 10 bulan berikutnya
3. Laporan Surveilans Terpadu
Puskesmas (STP)
Petugas STP Rutin bulanan Tanggal 10 bulan berikutnya
4. Laporan SP2TP/LB1 Petugas SP2TP Rutin bulanan Tanggal 10 bulan berikutnya
5. Laporan P2KPusk Petugas P2Kpusk Rutin, triwulan Setiap tiga bulan
Analisis Sistem Surveilans Diare (Rukmini)
141
Semua jenis data tersebut dilakukan pengelompokan
setiap bulan, untuk keperluan pengisian laporan
bulanan. Namun untuk rekapan data laporan bulanan
(LB3) dalam setahun belum dilakukan. Jenis data
diare yang direkap dalam setahun baru terbatas pada
jumlah kasus diare perbulan dan menurut kelurahan,
sedangkan jenis data lain seperti jumlah pemakaian
oralit, zink dan RL, jumlah penderita yang mendapatkan
oralit dan infuse, jumlah penderita menurut derajat
dehidrasi dan lain-lain, belum dilakukan.
Pada dasarnya pengelompokan data dilakukan
sesuai dengan tujuan dari sistem surveilans itu sendiri
dan karakteristik (ciri khusus) dari masalah kesehatan
yang diamati. Pengelompokan dilakukan menurut
variabel orang, tempat dan waktu. (Hidajah dan
Hargono, 2008).
Analisis dan interpretasi data
Data diare yang ada belum seluruhnya diolah dan
dianalisis untuk menghasilkan informasi. Analisis data
baru berdasarkan tempat, waktu, dan orang, belum
menghasilkan indikator cakupan pelayanan penderita
diare dan kualitas pelayanan diare.
Dengan keterbatasan tersebut, petugas diare
dibantu oleh satu orang petugas Informasi dan
Teknologi (IT), untuk menganalisis data tersebut
di komputer. Namun, data yang dianalisis sangat
terbatas, hanya membuat grafk jumlah penderita
diare menurut kelurahan (tempat), menurut waktu
dan menurut umur dan jenis kelamin. Analisis tersebut
dilakukan setiap bulan, tribulanan dan tahunan oleh
petugas IT puskesmas.
Interpretasi data hasil analisis dilakukan dengan
cara melihat kecenderungan atau trend penemuan
kasus diare berdasarkan waktu (jumlah kasus tiap
bulan) dan tempat (jumlah kasus menurut Kelurahan).
Belum dilakukan analisis dan interpretasi data
kesakitan diare yang dikaitkan dengan berbagai
data lain seperti data kesehatan lingkungan dan
perilaku masyarakat, karena semua data tersebut
tidak tersedia di program diare, namun tersedia
pada program terkait yaitu pada program kesehatan
lingkungan dan promosi kesehatan.
Anal i si s dapat di l akukan dengan car a
menganalisis hanya satu variabel saja (univariat)
atau menghubungkan dua variabel (bivariat). Analisis
dan interpretasi sebaiknya tidak dilakukan sendiri oleh
seorang petugas surveilans, tetapi secara tim. Tim
dapat saja dibentuk secara formal dan anggotanya
terdiri dari orang yang menguasai masalah yang
sedang dianalisis dan diinterpretasikan. (Hidajah dan
Hargono, 2008).
Pelaporan
Untuk pelaporan rutin di tingkat puskesmas,
laporan sudah harus ditutup pada tanggal 25. Laporan
yang sudah dibuat oleh semua petugas, dikumpulkan
ke petugas sistem informasi puskesmas, kemudian
petugas tersebut yang akan mengumpulkan ke Dinkes
Kota Surabaya. Laporan mingguan dikirim setiap
minggu, sedangkan laporan bulanan dikirim maksimal
tanggal 10 bulan berikutnya. Khusus laporan P2KPusk
dikumpulkan setiap tiga bulan. Alur pelaporan sistem
surveilans diare Puskesmas Tambakrejo, seperti yang
terlihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Skema sistem pelaporan surveilans diare
Puskesmas Tambakrejo Kota Surabaya.
Gambaran Keluaran (Output)
Informasi
Informasi yang dihasilkan oleh surveilans diare di
Puskesmas Tambakrejo masih sangat terbatas yaitu
distribusi kasus diare menurut kelurahan dan trend
kasus diare tiap bulan
Dari dat a yang di mi l i ki ol eh puskesmas
Tambakrejo, masih banyak informasi yang dapat
dihasilkan, namun data tersebut belum diolah
dan dianalisis sehingga informasi yang dihasilkan
sangat terbatas. Informasi yang dapat dihasilkan
dari data puskesmas Tambakrejo menurut buku
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 14 No. 2 April 2011: 136145
142
pengendalian diare (Depkes RI, 2009), namun belum
diolah adalah, angka penemuan penderita (Case
Detection Rate/CDR), cakupan pelayanan penderita,
kualitas pelayanan (angka penggunaan Oralit, angka
penggunaan RL, angka penggunaan antibiotik),
proporsi cakupan pelayanan oleh Puskesmas dan
kader, proporsi penderita diare balita, proporsi
penderita diare menurut derajat dehidrasi, dan rata-
rata penggunaan oralit.
Indikator kinerja
Indikator kinerja surveilans diare yang dihasilkan
oleh P2KPusk PuskesmasTambakrejo adalah cakupan
kasus diare yang ditangani 100%, cakupan kepatuhan
provider dalam penanganan diare 100%, cakupan
kelengkapan sarana penanganan diare 100%,
kelengkapan laporan diare 100% dan ketepatan
laporan diare 100%.
Indikator kinerja surveilans diare yang belum
dihasilkan oleh Puskesmas Tambakrejo menurut buku
pengendalian diare (Depkes RI, 2009) adalah cakupan
pelayanan penderita dan kualitas pelayanan penderita
(angka penggunaan oralit, angka penggunaan infus/
RL, angka penggunaan Zinck).
Diseminasi informasi
Diseminasi informasi disampaikan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Kota Surabaya dalam bentuk
laporan ke Bidang Pengendalian Penyakit dan
pertemuan lintas sektor tingkat Kecamatan Simokerto,
terdiri dari pihak kantor Kecamatan dan Kelurahan,
Dinas Pasar, Dinas Pendidikan, bidan wilayah dan
Pustu yang dilakukan bersama dengan program lain
di puskemas sebanyak tiga kali setahun.
Informasi epidemiologi yang dihasilkan dari hasil
analisis dan interpretasi dapat dimanfaatkan baik
oleh institusi yang melaksanakan surveilans maupun
instansi lain di masyarakat (Hidajah dan Hargono,
2008). Diseminasi informasi dapat disampaikan
kepada:
a. Pengelola program penanggulangan untuk
menentukan tindakan yang harus dilakukan
b. Pemberi (sumber) data. Ini disebut umpan balik.
Bentuk umpan balik dapat melalui bulletin, news
letter, kunjungan atau surat untuk corrective
action.
c. Atasan. Informasi ini disebut laporan dan dapat
dimanfaatkan untuk perencanaan, melakukan
tindakan dan evaluasi program penanggulangan
d. Lintas program. Informasi ini dapat dimanfaatkan
ol eh program l ai n agar dal am mel akukan
perencanaan, tindakan dan evaluasi program yang
dilakukan selalu memperhatikan dan mengacu
hasil surveilans.
e. Lintas sektor. Informasi kepada lintas sektor terkait
dengan upaya peningkatan kesehatan masyarakat
akan meningkatkan wawasan sektor lain, sehingga
diharapkan adanya dukungan politis dan dana dari
institusi terkait.
B. Masalah Sistem Surveilans Diare
Identi fi kasi masal ah yang terdapat dal am
sistem surveilans diare di Puskesmas Tambakrejo
berdasarkan komponen sistem adalah:
Masalah masukan (input)
Petugas surveilans diare, belum pernah dilatih
secara khusus pada program diare dan kemampuan
mengoperasikan komputer sangat terbatas dalam
mengolah dan menganalisis data.
Formulir pelaporan belum lengkap ditandai
dengan tidak adanya dokumen laporan wabah
(W1), formulir investigasi penderita diare/kolera
dan formulir permintaan pemeriksaan spesimen
serta belum dimasukkannya laporan cakupan
kesehatan lingkungan sebagai bahan analisis.
Variabel data masih mengutamakan variabel kasus
belum mempertimbangkan variabel faktor risiko dan
determinan dari pemberantasan diare, seperti varibel
kesehatan lingkungan dan perilaku masyarakat. Data
yang dibutuhkan hanya untuk memenuhi kebutuhan
sebagai bahan laporan.
Metode yang digunakan dalam surveilans diare
belum berdasarkan buku Pedoman Pengendalian
Penyakit Diare yang dikeluarkan oleh Depkes RI Dirjen
PP & PL 2009 dan keterbatasan dana surveilans diare
di Puskesmas Tambakrejo.
Masalah proses
Data yang dikumpulkan dan direkap di buku
register diare oleh petugas diare yang berasal dari
poliklinik umum dan MTBS di Puskesmas dan Pustu,
hanya berisi variabel nomor register, nama, umur
dan alamat dari pasien. Sedangkan kebutuhan data
untuk mengisi laporan bulanan P2M diare (LB3),
membutuhkan data yang lebih banyak, sepert data
jenis kelamin, penggunaan oralit/RL/antibiotik, jenis
dehidrasi, pemeriksaan laboratorium, dan lain-lain.
Analisis Sistem Surveilans Diare (Rukmini)
143
Analisis dan interpretasi data sangat terbatas,
padahal variabel data yang tersedia cukup banyak.
Analisis belum dilakukan berdasarkan variabel orang
(kelompok umur dan jenis kelamin), kualitas pelayanan
(angka penggunaan oralit, RL, zinck dan antibiotik),
cakupan pelayanan oleh sarana dan kader dan derajat
dehidrasi, dan lain-lain.
Analisis data hanya dilakukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan laporan dan pelaksanaan
penanggulangan, belum dilakukan untuk sistem
kewaspadaan dini diare. Pengolahan grafk mingguan
kasus diare belum rutin dilakukan.
Masalah keluaran (output)
Informasi yang dihasilkan sangat terbatas, yaitu
hanya distribusi kasus diare menurut kelurahan
dan kasus diare tiap bulan dibandingkan dengan
ketersediaan data di puskesmas.
Indikator yang digunakan juga sangat terbatas,
yaitu hanya cakupan penderita diare yang ditangani,
cakupan kepatuhan provider dan kelengkapan
sarana, belum dihasilkan indikator cakupan pelayanan
penderita dan kualitas pelayanan diare.
C. Prioritas Masalah Sistem Surveilans Diare
Penentuan prioritas masalah sistem surveilans
diare menggunakan metode Multiple Criteria Utility
Assesment (MCUA). Berikut ini matriks masalah dan
kriteria masalah sistem surveilans diare. Pengisian
matriks masalah dan kriteria masalah sistem surveilans
diare diberikan kepada petugas surveilans puskesmas
(3 orang) dan petugas ISO (2 orang). Berikut ini hasil
perhitungan prioritas masalah sistem surveilans
diare.
Urutan ranking prioritas masalah sistem surveilans
diare (lihat tabel 1.4) yaitu:
1. Analisis data belum dilakukan untuk kewaspadaan
dini diare.
2. Ti dak adanya l aporan cakupan kesehatan
lingkungan sebagai bahan analisis.
3. Informasi yang dihasilkan sangat terbatas pada
distibusi kasus menurut tempat dan waktu.
4. Tidak adanya dokumen laporan wabah (W1),
formulir investigasi penderita diare/kolera dan
formulir permintaan pemeriksaan spesimen.
Tabel 4. Matriks Hasil Perhitungan Prioritas Masalah Sistem Surveilans diare Puskesmas Tambakrejo Kota
Surabaya, Tahun 2010
Kriteria
Masalah
Besar
Masalah
(A)
Kegawatan
(B)
Expanding
Cope
(C)
Dukungan
Politis
(D)
Perhatian
Masyarakat
(E)
Nilai
Komposit
(A+B+C+D+E)
Ranking
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
18
21
23
17
18
18
22
18
17
17
18
22
18
16
19
19
19
16
15
18
18
15
16
15
16
16
15
16
19
17
15
13
5
16
18
16
13
15
15
16
15
18
23
21
18
79
91
95
81
78
85
96
92
82
VIII
IV
II
VII
IX
V
I
III
VI
Keterangan:
Masalah a: Keterbatasan pengetahuan petugas tentang surveilans diare
Masalah b: Tidak adanya dokumen laporan wabah (W1), formulir investigasi penderita diare/kolera dan formulir permintaan pemeriksaan
spesimen
Masalah c: Tidak adanya laporan cakupan kesehatan lingkungan sebagai bahan analisis
Masalah d: Metode yang digunakan dalam surveilans diare belum berdasarkan buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare yang
dikeluarkan oleh Depkes RI Dirjen PP & PL 2009
Masalah e: Keterbatasan variabel data yang direkap di buku register diare dibandingkan kebutuhan data untuk pelaporan rutin
Masalah f: Analisis belum dilakukan berdasarkan variabel orang, kualitas pelayanan, cakupan pelayanan oleh sarana dan kader dan
derajat dehidrasi.
Masalah g: Analisis data belum dilakukan untuk kewaspadaan dini diare
Masalah h: Informasi yang dihasilkan sangat terbatas pada distibusi kasus menurut tempat dan waktu
Masalah i: Belum dihasilkan Indikator cakupan pelayanan penderita dan kualitas pelayanan diare
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 14 No. 2 April 2011: 136145
144
5. Analisis belum dilakukan berdasarkan variabel
orang, kualitas pelayanan, cakupan pelayanan
oleh sarana dan kader dan derajat dehidrasi.
6. Belum dihasilkan Indikator cakupan pelayanan
penderita dan kualitas pelayanan diare.
7. Metode yang digunakan dalam surveilans diare
belum berdasarkan buku Pedoman Pengendalian
Penyakit Diare yang dikeluarkan oleh Depkes RI
Dirjen PP & PL 2009.
8. Keterbatasan pengetahuan petugas tentang
surveilans diare.
9. Keterbatasan variabel data yang direkap di buku
register diare dibandingkan kebutuhan data untuk
pelaporan rutin.
Masalah sistem surveilans diare yang diprioritaskan
dalam rencana pemecahan masalah adalah masalah
analisis data belum dilakukan untuk kewaspadaan
dini diare.
D. Rencana Pemecahan Masalah Sistem
Surveilans Diare
Masalah sistem surveilans diare di Puskesmas
Tambakrejo yang diprioritaskan dalam rencana
pemecahan masalah adalah masalah analisis data
belum dilakukan untuk kewaspadaan dini diare.
Sistem kewaspadaan dini (SKD) diare adalah
salah satu kegiatan dari surveilans epidemiologi
yang kegunaannya untuk mewaspadai gej al a
timbulnya KLB diare. Adapun tujuan SKD diare adalah
menumbuhkan sikap tanggap terhadap perubahan
dalam masyarakat yang berkaitan dengan kesakitan
dan kematian, mengarahkan sikap tanggap tersebut
terhadap tindakan penanggulangan secara cepat dan
tepat untuk mengurangi atau mencegah kesakitan dan
kematian serta memperoleh informasi secara cepat,
tepat dan akurat (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan masalah di atas, maka rencana
pemecahan masal ah si stem survei l ans di are
adalah:
1. Membuat buku register diare penderita dengan
jenis data yang lengkap sesuai kebutuhan
pelaporan.
2. Membuat grafk jumlah penderita diare secara rutin
berdasarkan waktu (minggu), tempat (kelurahan)
dan orang (umur dan jenis kelamin).
3. Koordinasi dengan petugas kesehatan lingkungan
dengan melakukan pengamatan terhadap data
kesehatan lingkungan dengan indikator cakupan
penggunaan jamban < 80%, cakupan penggunaan
air bersih < 80%, cakupan pengelolaan sampah
< 80%, cakupan penggunaan SPAL < 80% dan
cakupan penyehatan TPM < 80%.
4. Koordinasi dengan petugas promosi kesehatan
dengan mel akukan pengamat an peri l aku
masyarakat dengan indikator cakupan cuci tangan
dengan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar < 80%, merebus air untuk minum
dan membuang sampah pada tempatnya.
5. Melakukan pengamatan KLB diare sebelumnya,
yaitu frekuensi KLB berdasarkan wilayah, waktu
(bulan) terjadinya KLB, lama KLB berlangsung,
kelompok umur dan pekerjaan penderita diare,
tindakan penanggulangan KLB dan faktor risiko
(sumber dan cara penularan).
6. Melakukan pengamatan terhadap jumlah penderita
diare dengan adanya kondisi perubahan iklim,
musim (misal: musim buah), maupun adanya
pesta/kenduri.
7. Meningkatkan koordinasi dengan lintas sektor
(kecamatan dan kelurahan), kader Posyandu dan
masyarakat dalam melaporkan kasus diare yang
terjadi di wilayahnya.
KESIMPULAN
Sistem surveilans diare di Puskesmas Tambakrejo
masih belum optimal dalam hal komponen surveilans
yaitu dalam hal) Input yaitu keterbatasan pengetahuan
petugas tentang surveilans diare dan pengoperasian
komputer (Man), tidak adanya dokumen laporan
wabah/W1, formulir investigasi penderita diare
atau kolera dan formulir permintaan pemeriksaan
spesimen (Material), tidak adanya laporan cakupan
kesehatan lingkungan sebagai bahan analisis (Data),
dan metode yang digunakan dalam surveilans diare
belum berdasarkan buku Pedoman Pengendalian
Penyakit Diare yang dikeluarkan oleh Depkes RI
Dirjen PP & PL 2009 (Method); b) Proses yaitu
keterbatasan variabel data yang direkap di buku
register diare dibandingkan kebutuhan data untuk
pelaporan rutin (pengumpulan data), analisis data
belum dilakukan untuk kewaspadaan dini diare,
analisis belum dilakukan berdasarkan variabel
orang, kualitas pelayanan, cakupan pelayanan oleh
sarana dan kader dan derajat dehidrasi; c) Output
yaitu Informasi yang dihasilkan sangat terbatas,
Analisis Sistem Surveilans Diare (Rukmini)
145
hanya distribusi kasus menurut tempat, waktu dan
orang, belum dihasilkan indikator cakupan pelayanan
penderita diare dan kualitas pelayanan diare.
Prioritas masalah dalam sistem informasi
surveilans diare di Puskesmas Tambakrejo adalah
masalah analisis data belum dilakukan untuk
kewaspadaan dini diare.
Pemecahan masalah yang dapat dilakukan
adalah membuat buku register diare yang lengkap
sesuai kebutuhan pelaporan, membuat grafk jumlah
penderita diare secara rutin berdasarkan waktu,
tempat dan orang, koordinasi dengan petugas
kesehatan lingkungan dengan melakukan pengamatan
kesehatan lingkungan dan petugas promosi kesehatan
dengan melakukan pengamatan perilaku masyarakat,
melakukan pengamatan KLB diare sebelumnya
dan jumlah penderita diare dengan adanya kondisi
perubahan iklim, musim, maupun adanya pesta atau
kenduri, meningkatkan koordinasi dengan lintas
sektor (kecamatan dan kelurahan), kader Posyandu
dan masyarakat dalam melaporkan kasus diare yang
terjadi di wilayahnya.
SARAN
Puskesmas Tambakrejo perlu meningkatkan
si stem kewaspadaan di ni di are dengan j al an
memanfaatkan data untuk menghasilkan informasi
secara cepat, tepat dan akurat, agar tanggap terhadap
perubahan dalam masyarakat yang berkaitan dengan
kesakitan dan kematian sehingga mampu melakukan
upaya penanggulangan secara tepat dan cepat untuk
mengurangi atau mencegah kesakitan dan kematian
akibat diare.
Meni ngkatkan kerj a sama l i ntas program
(kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan) dan
lintas sektor untuk mendukung Sistem Kewaspadaan
Dini diare dalam rangka pengendalian penyakit
diare.
Puskesmas Tambakrejo sebaiknya memanfaatkan
hasil analisis sistem surveilans diare sebagai masukan
dalam perbaikan sistem surveilans diare.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Profl
Kesehatan Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Buku
Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat
Jendral PP & PL.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001.
Survei Kesehatan Rumah Tangga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007.
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas,
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007.
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas,
Indonesia.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2008. Profil
Kesehatan Jawa Timur.
German, Robert R, Westmoreland, Dwight., Armstrong,
Greg., Birkhead, Guthrie S, Horan, John M, Herrera,
Guillermo, Lee, Lisa M, Milstein, Robert L, Pertowski,
Carol A, dan Waller, Michael N, 2001. Updated
Guidelines for Evaluating Public Health Surveillance
Systems: Recommendations from The Guidelines
Working Group. Atlanta: CDC.
Hidajah, Atik Choirul dan Hargono, Arief, 2008. Bahan Ajar
Surveilans Epidemiologi, Edisi Revisi. Surabaya:
Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga.
Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain. Yogyakarta: ANDI.
Kristanto, Andri. 2008. Perancangan Sistem Informasi dan
Aplikasinya. Yogyakarta: Gava Media.
Puskesmas Tambakrejo, 2007. Laporan Penilaian Kinerja
Puskesmas, Surabaya.
Puskesmas Tambakrejo, 2008. Laporan Penilaian Kinerja
Puskesmas. Surabaya.
Puskesmas Tambakrejo, 2009. Laporan Penilaian Kinerja
Puskesmas. Surabaya.
Parashar UD, Hummelman EG, Bresee JS, et al., 2003.
Global Illness and deaths caused by rotavirus disease
in children Emerg Infect Dis: 565572.
Siagian SP, 2002. Sistem Informasi Manajemen. Bumi
Aksara, Jakarta.
Supriyanto, Stefanus dan Damayanti, Nyoman Anita,
2007. Perencanaan & Evaluasi. Surabaya: Airlangga
University Press.
WHO (a), 2005. Pocket book of hospital care for children.
Guidelines for management of common illness with
limited resources.

Anda mungkin juga menyukai