[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
89 tayangan10 halaman

LBM 4

Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fisiologi tonsil. Tonsil merupakan jaringan limfoid yang terletak di faring dan membentuk cincin Waldeyer. Tonsil berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi dengan menangkap dan mengumpulkan bahan asing serta memproduksi antibodi. Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan bakteri atau virus dan memiliki gejala seperti sakit menelan dan demam.

Diunggah oleh

Fauzia Halida
Hak Cipta
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
89 tayangan10 halaman

LBM 4

Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fisiologi tonsil. Tonsil merupakan jaringan limfoid yang terletak di faring dan membentuk cincin Waldeyer. Tonsil berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi dengan menangkap dan mengumpulkan bahan asing serta memproduksi antibodi. Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan bakteri atau virus dan memiliki gejala seperti sakit menelan dan demam.

Diunggah oleh

Fauzia Halida
Hak Cipta
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 10

ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSIL Faring dibagi menjadi nasofaring, orofaring dan laringofaring.

Nasofaring merupakan bagian dari faring yang terletak diatas pallatum molle, orofaring yaitu bagian yang terletak diantara palatum molle dan tulang hyoid, sedangkan laringofaring bagian dari faring yang meluas dari tulang hyoid sampai ke batas bawah kartilago krikoid. Orofaring terbuka ke rongga mulut pada pilar anterior faring. Pallatum molle (vellum palati) terdiri dari serat otot yang ditunjang oleh jaringan fibrosa yang dilapisi oleh mukosa. Penonjolan di median membaginya menjadi dua bagian. Bentuk seperti kerucut yang terletak disentral disebut uvula. Dua pillar tonsilar terdiri atas tonsil palatina anterior dan posterior. Otot glossoplatina dan pharyngopalatina adalah otot terbesar yang menyusun pilar anterior dan pilar posterior. Tonsil terletak diantara cekungan palatoglossal dan palatopharyngeal. Plika triangularis (tonsilaris) merupakan lipatan mukosa yang tipis, yang menutupi pilar anterior dan sebagian dan sebagian permukaan anterior tonsil. Plika semilunaris (supratonsil) adalah lipatan sebelah atas dari mukosa yang mempersatukan kedua pilar. Fossa supratonsil merupakan celah yang ukurannya bervariasi yang terletak diatas tonsil diantara pilar anterior dan posterior. Tonsil terdiri dari sejumlah penonjolan yang bulat atau melingkar seperti kripte yang mengandung jaringan limfoid dan disekelilingnya terdapat jaringan ikat. Ditengah kripta terdapat muara kelenjar mukus. Tonsil dan adenoid merupakan bagian terpenting cincin waldeyer dari jaringan limfoid yang mengelilingi faring. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara pilar anterior dan posterior faussium. Tonsil faussium terdapat satu buah pada tiap sisi orofaring adalah jaringan limfoid yang dibungkus oleh kapsul fibrosa yang jelas. Permukaan sebelah dalam tertutup oleh membran epitel skuamosa berlapis yang sangat melekat. Epitel ini meluas kedalam kripta yang membuka kepermukaan tonsil. Kripta pada tonsil berjumlah 8-20, biasa tubular dan hampir selalu memanjang dari dalam tonsil sampai kekapsul pada permukaan luarnya.Bagian luar tonsil terikat pada m.konstriktor faringeus superior, sehingga tertekan setiap kali menelan. m. palatoglusus dan m. palatofaring juga menekan tonsil. Selama masa embrio, tonsil terbentuk dari kantong pharyngeal kedua sebegai tunas dari sel endodermal. Singkatnya setelah lahir, tonsil tumbuh secara irregular dan sampai mencapai ukuran dan bentuk, tergantung dari jumlah adanya jaringan limphoid. Struktur di sekitar tonsil: 1. Anterior : pada bagian anterior tonsilla palatina terdapat arcus palatoglossus, dapat meluas dibawahnya untuk jarak pendek. 2. Posterior : di posterior terdapat arcus palatopharyngeus. 3. Superior : di bagian superior terapat palatum molle. Disini tonsilla bergabung dengan jaringan limfoid pada permukaan bawah palatum molle. 4. Inferior : di inferior merupakan sepertiga posterior lidah. Di sini, tonsilla palatina menyatu dengan tonsilla lingualis. 5. Medial : di bagian medial merupakan ruang oropharynx. 6. Lateral : di sebelah lateral terdapat capsula yang dipisahkan dari m.constristor pharyngis superior oleh jaringan areolar longgar. V. palatina externa berjalan turun dari palatum molle dalam jaringan ikat longgar ini, untuk bergabung dengan pleksus venosus pharyngeus. Lateral terhadap m.constrictor pharynges superior terdapat m. styloglossus dan lengkung a.facialis. A. Carotis interna terletak 2,5 cm di belakang dan lateral tonsilla. Tonsilla palatina mendapat vascularisasi dari : ramus tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri facialis; cabang-cabang a. Lingualis; a. Palatina ascendens; a. Pharyngea ascendens. Sedangkan innervasinya, diperoleh dari N. Glossopharyngeus dan nervus palatinus minor. Pembuluh limfe masuk dalam nl. Cervicales profundi. Nodus paling penting pada kelompok ini adalah nodus jugulodigastricus, yang terletak di bawah dan belakangangulus mandibulae. Tonsila disusun oleh jaringan limfoid yang meliputi epitel skuamosa yang berisi beberapa kripta. Celah di atas tonsila merupakan sisa darin endodermal muara arkus bronkial kedua, di mana fistula

bronkial/ sinus internal bermuara.. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfa yang mengandung banyak kelenjar limfoid dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi epitel respiratory. Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual. Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B membentuk kira-kira 50-60 % dari limfosit tonsilar. Limfosit T pada tonsil 40 % dan 3 % lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Imunoglobulin G, A, M, D, komplemenkomplemen, interferon, losozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk differensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi yaitu : menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.

TONSILITIS
DEFINISI
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), dan tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/Gerlachs tonsil). Penyebaran infeksinya melalui udara (air borne droplets), tangan, dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Tonsil adalah kelenjar getah bening di mulut bagian belakang (di puncak tenggorokan). Tonsil berfungsi membantu menyaring bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa 'dikalahkan' oleh infeksi bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsilitis. Infeksi juga bisa terjadi di tenggorokan dan daerah sekitarnya, menyebabkan faringitis.

Perbedaan Tonsilitis Akut dan Tonsilitis Kronik Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronik Onset cepat, terjadi dalam beberapa Onset lama, beberapa bulan hingga hari, hingga beberapa minggu beberapa tahun (menahun) Penyebab kuman streptokokus beta Penyebab tonsillitis kronik sama halnya hemolitikus grup A, pneumokokus, dengan tonsillitis akut, namun kadangstreptokokus viridian, dan kadang bakteri berubah menjadi bakteri streptokokus piogenes. golongan gram negatif Tonsil hiperemis & edema Tonsil membesar / mengecil tidak edema Kripte tidak melebar Kripte melebar Detritus + / Detritus +

MANIFESTASI KLINIS (GEJALA)


Penderita biasanya mengeluh sakit menelan, lesu seluruh tubuh, nyeri sendi, dan kadang atalgia sebagai nyeri alih dari Nervus IX. Suhu tubuh sering mencapai 40C, terutama pada anak. Tonsil tampak bengkak, merah, dengan detritus berupa folikel atau membran. Pada anak, membran pad tonsil mungkin juga disebabkan oleh tonsilitis difteri. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan leukositosis.

Pada tonsilitis kronik hipertrofi, tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kripta lebar berisi detritus. Tonsil melekat ke jaringan sekitarnya. Pada bentuk atrofi, tonsil kecil seperti terpendam dalam fosa tonsilaris. Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala dan muntah. PATOFISIOLOGI TONSILITIS Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau kuman streptococcus beta hemolitikus grup A, streptococcus viridans dan pyogenes dan dapat disebabkan oleh virus. Faktor predisposisi adanya rangsangan kronik (misalnya karena merokok atau makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat tidak higienis, mulut yang tidak bersih. Patofisiologinya pada tonsilitis akut: penularannya terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel ini terkikis, maka jaringan limfoid superkistal bereaksi, di mana terjadi pembendungan radang dengan infiltasi leikosit PMN. Patofisiloginya pada tonsilitis kronik : terjadi karena proses radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas hingga meluas menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris. Jadi, tonsil meradang dan membengkak, terdapat bercak abuabu/kekuningan pada permukaan dan berkumpul membentuk membran. DIAGNOSIS Diagnosis berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan fisik. Dengan bantuan spatel, lidah ditekan untuk melihat keadaan tonsil, yaitu warnanya, besarnya, muara kripte apakah melebar dan ada detritus, nyeri tekan, arkus anterior hiperemis atau tidak. Besar tonsil diperiksa sebagaiberikut: T0 = tonsil berada di dalam fossa tonsil atau telah diangkat T1 = bila besarnya 1/4 jarak arkus anterior dan uvula T2 = bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan uvula T3 = bila besarnya 3/4 jarak arkus anterior dan uvula T4 = bila besarnya mencapai arkus anterior atau lebih Tes laboratorium (untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupakan streptococcus hemolitikus grup A, karena bakteri ini juga disertai dengan demam reumatik. Pemeriksaan penunjang (kultur dan uji resistensi), terapi (dengan menggunakan antibiotik spektrum luas dan sulfonamide, antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan. PENATALAKSANAAN Untuk perwatan sendiri, jika penyebabnya virus sebaiknya biarkan virus itu hilang dengan sendirinya. Selama 1 atau 2 minggu sebaiknya penderita banyak istirahat, minum yang hangat dan mengkonsumsi cairan menyejukkan. Antibiotik digunakan jika penyebabnya bakteri, misalnya dengan mengkonsumsi antibiotik oral yang dikonsumsi setidaknya selama 10 hari. Tindakan operasi biasanya pada anak-anak. Tonsilectomy biasanya pada orang yang mengalami tonsilitis 5 kali atau lebih dalam 2 tahun, pada orang dewasa jika mengalami tonsilitis selama 7 kali atau lebih dalam setahun, amandel yang membengkak dan menyebabkan sulit bernapas, adanya abses juga merupakan indikasi operasi. Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik per oral selama 10 hari. Jika anak mengalami kesulitan menelan bisa diberikan dalam bentuk suntikan. o Penisilin V 1,5 juta IU 2 x sehari selama 5 hari atau 500 mg 3 x sehari. o Pilihan lain adalah eritromisin 500 mg 3 x sehari atau amoksisilin 500 mg 3 x sehari yang diberikan selama 5 hari. Dosis pada anak : eritromisin 40 mg/kgBB/ hari, amoksisilin 30 50 mg/kgBB/hari.

Tak perlu memulai antibiotik segera, penundaan 1 3 hari tidak meningkatkan komplikasi atau menunda penyembuhan penyakit. Antibiotik hanya sedikit memperpendek durasi gejala dan mengurangi risiko demam rematik. Bila suhu badan tinggi, penderita harus tirah baring dan dianjurkan untuk banyak minum. Makanan lunak diberikan selama penderita masih nyeri menelan. Analgetik (parasetamol dan ibuprofen adalah yang paling aman) lebih efektif daripada antibiotik dalam menghilangkan gejala. Nyeri faring bahkan dapat diterapi dengan spray lidokain. Pasien tidak lagi menularkan penyakit sesudah pemberian 1 hari antibiotik. Bila dicurigai adanya tonsilitis difteri, penderita harus segera diberi serum anti difteri (ADS), tetapi bila ada gejala sumbatan nafas, segera rujuk ke rumah sakit. Pada tonsilitis kronik, penting untuk memberikan nasihat agar menjauhi rangsangan yang dapat menimbulkan serangan tonsilitis akut, misalnya rokok, minuman/makanan yang merangsang, higiene mulut yang buruk, atau penggunaan obat kumur yang mengandung desinfektan. Bila terapi medikamentosa tidak berhasil dianjurkan terapi radikal dengan tonsilektomi. Indikasi tonsilektomi o Relatif: Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil pertahun dengan terapi antibiotik adekuat. Halitosis (nafas bau) akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis. Tonsilitis kronis atau berulang pada linier Streptokokkus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotic o Mutlak (Absolut) Pembengkakan tonsil menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmonal. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan tempat yang dicurigai limfoma (keganasan) Hipertropi tonsil atau adenoid dengan sindrom apnoe waktu tidur.

TONSILITIS AKUT
Tonsilitis akut adalah radang akut pada tonsil akibat infeksi kuman terutama Streptokokus hemolitikus (50%) atau virus. Jenis Streptokokus meliputi Streptokokus hemolitikus, Streptokokus viridans dan Streptokokus piogenes. Bakteri penyebab tonsilitis akut lainnya meliputi Stafilokokus Sp., Pneumokokus, dan Hemofilus influenzae. Hemofilus influenzae menyebabkan tonsilitis akut supuratif. Tonsilitis akut paling sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun. Penyebarannya melalui droplet infection, yaitu alat makan dan makanan. KLASIFIKASI Tonsilitis viral Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus Epstein Barr. Hemofilus influenza merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.1 Terapi Istirahat, minum cukup, analgetika, dan antivirus diberikan jika gejala berat.1 Tonsilitis bakterial

Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus beta hemolitikus yang dikenal sebagai strept throat, pneumokokus, Streptokokus viridian, dan Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara klinis, detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.1 Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur, maka akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini juga dapat melebar sehingga terbentuk semacam membran semu (pseudomembrane) yang menutupi tonsil.1 Gejala dan tanda Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri sewaktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan, dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih ( referred pain) melalui saraf glossofaringeus (N.IX). Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.1 Terapi Antibiotika spektrum lebar penisilin atau eritromisin. Antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan.1 Komplikasi Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses peritonsil ( quincy throat), abses parafaring, bronchitis, glomerulonefritis akut, miokarditis, arthritis serta septikemia akibat infeksi v. jugularis interna (sindrom Lemierre). Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui mulut, tidur mendengkur (ngorok), gangguan tidur karena terjadinya sleep apnea yang dikenal sebagai obstructive sleep apnea syndrome (OSAS).1 Patologi Tonsilitis Akut Tonsil dibungkus oleh suatu kapsul yang sebagian besar berada pada fosa tonsil yang terfiksasi oleh jaringan ikat longgar. Tonsil terdiri dari banyak jaringan limfoid yang disebut folikel. Setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang ujungnya bermuara pada permukaan tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita berupa lubang yang disebut kripta. Saat folikel mengalami peradangan, tonsil akan membengkak dan membentuk eksudat yang akan mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran putih atau bercak kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritus sendiri terdiri atas kumpulan leukosit polimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel tonsil yang terlepas. Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Tonsilitis akut dengan detritus yang menyatu lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsilitis lakunaris. Detritus dapat melebar dan membentuk membran semu (pseudomembran) yang menutupi tonsil. Adanya pseudomembran ini menjadi alasan utama tonsilitis akut didiagnosa banding dengan angina Plaut Vincent, angina agranulositosis, tonsilitis difteri, dan scarlet fever. Diagnosis Tonsilitis Akut Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorok. Kemudian berubah menjadi rasa nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan. Makin lama rasa nyeri ini semakin bertambah nyeri

sehingga anak menjadi tidak mau makan. Nyeri hebat ini dapat menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi dan telinga. Nyeri pada telinga (otalgia) tersebut tersebar melalui nervus glossofaringeus (IX). Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan nafsu makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini disebut plummy voice. Mulut berbau busuk (foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus). Pemeriksaan tonsilitis akut ditemukan tonsil yang udem, hiperemis dan terdapat detritus yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau pseudomembran. Ismus fausium tampak menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga tampak udem dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di belakang angulus mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan. Komplikasi Tonsilitis Akut Meskipun jarang, tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu abses peritonsil, abses parafaring dan otitis media akut. Komplikasi lain yang bersifat sistemik dapat timbul terutama oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus berupa sepsis dan infeksinya dapat tersebar ke organ lain seperti bronkus (bronkitis), ginjal (nefritis akut & glomerulonefritis akut), jantung (miokarditis & endokarditis), sendi (artritis) dan vaskuler (plebitis). Terapi Tonsilitis Akut Tonsilitis akut pada dasarnya termasuk penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-limiting disease) terutama pada pasien dengan daya tahan tubuh yang baik. Pasien dianjurkan istirahat dan makan makanan yang lunak. Berikan pengobatan simtomatik berupa analgetik, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan. Berikan antibiotik spektrum luas misalnya sulfonamid. Ada yang menganjurkan pemberian antibiotik hanya pada pasien bayi dan orang tua.

TONSILITIS MEMBRANOSA
Penyakit yang termasuk dalam golongan tonsilitis membranosa ialah tonsilitis difteri; tonsilitis septik (septic sore throat); Angina Plaut Vincent; penyakit kelainan darah seperti leukemia akut, anemia pernisiosa, neutropenia maligna serta infeksi mono-nukleosis; infeksi jamur moniliasis, aktinomikosis, dan blastomikosis; infeksi vorus morbili, pertusis, dan skarlatina.

Tonsilitis difteri
Frekuensi penyakit ini sudah menurun berkat keberhasilan imunisasi pada bayi dan anak. Penyebab tonsilitis difteri ialah kuman Corynebacterium diphteriae, kuman yang termasuk gram positif dan hidup di saluran napas bagian atas yaitu hidung, faring, dan laring. Tidak semua orang yang terinfeksi kuman ini akan menjadi sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin dalam darah seseorang. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun orang dewasa masih mungkin menderita penyakit ini. Patofisiologinya : bakteri masuk melalui mukosa, lalu melekat serta berkembang biak pada permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang merembes ke limfe. Lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan limfe.

Manifestasi klinik/ gejala klinik : biasanya pada anak-anak usia 2-5 tahun, suhu tubuh yang naik, nyeri tenggorok, nyeri kepala, nadi lambat, tidak nafsu makan, badan lemah dan lesu, tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor melekat meluas menyatu membentuk membran semu, membran melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan timbul perdarahan. Jika menutupi laring akan menimbulkan sesak dan stridor infasil. Bila menghebat akan terjadi sesak napas. Bila infeksi terbendung kelenjar limfe leher akan membengkak menyerupai leher sapi. Gejala eksotoksin akan menimbulkan kerusakan pada jantung berupa miokarditis sampai decompensasi cordis. Gambaran klinik dibagi dalam 3 golongan yaitu gejala umum, gejala lokal, dan gejala akibat eksotoksin. Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu tubuh biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, serta keluhan nyeri menelan.1 Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak tertutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membran semu. Membran ini dapat meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea, dan bronkus, dan dapat menyumbat saluran napas. Membran semu ini melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Bila infeksinya berjalan terus, kelenjar limfa leher akan membengkak sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck).1 Gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini akan menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai dekompensatio cordis, mengenai saraf cranial menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot pernapasan, dan pada ginjal menimbulkan albuminuria. Diagnosis : Diagnosisnya harus berdasarkan pemeriksaan klinis karena penundaan pengobaan akan membahayakan jiwa pasien. Pemeriksaan preparat langsung diidentifikasi secara fluorescent antibody, teknik yang memerlukan seorang ahli. Pemeriksaan preparat langsung kuman yang diambil dari permukaan bawah membran semu. Diagnosis pasti dengan isolasi C. diptheriae dengan pembiakan pada media Loffler, dilanjutkan tes toksinogenesitas secara invitro dan invivo. PCR juga bisa dilakukan. Pemeriksaan dengan tes laboratorium (preparat kuman), tes Schick (tes kerentanan terhadap difteri). Penatalaksanaan : Anti difteri serum dosisnya 20.000-100.000 unit, antitoksin (serum antidiptheria/ADS), antimikrobial (penisilin prokain 50.000-100.000 KI/BB/hari selama 7-10 hari, bila alergi beri eritromisin 40 mg/kg BB/ hari, kortikosteroid khusus pada pasien tonsilitis dengan obstruksi saluran napas. Antibiotik penisilin atau eritromisin diberikan 25-50 mg per kg berat badan dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari, Kortikosteroid 1,2 mg per kg berat badan per hari, dan antipiretik untuk simtomatis. Karena penyakit ini menular, pasien harus diisolasi. Perawatan harus istirahat di tempat tidur selama 2-3 minggu. Komplikasi Laringitis difteri dapat berlangsung cepat, membran semu menjalar ke laring dan menyebabkan gejala sumbatan. Makin muda usia pasien makin cepat timbul komplikasi ini. Miokarditis dapat mengakibatkan payah jantung atau dekompensasio cordis. Kelumpuhan otot palatum mole, otot mata untuk akomodasi, otot faring serta otot laring sehingga menimbulkan kesulitan menelan, suara parau, dan kelumpuhan otot-otot pernapasan. Albuminuria akibat komplikasi ke ginjal.

Angina Plaut Vincent (stomatitis ulcer membranosa)


Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang atau defisiensi vitamin C. Gejalanya yaitu ; suhu 39 derajat celcius, nyeri kepala, badan lemah, gangguan pencernaan, hipersalivasi, nyeri di mulut, gigi dan gusi berdarah. Diagnosis : pemeriksaan mulut, terdapat mukosa dan faring yang hiperemis, membran putih keabuan di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan procc. alveolaris, mulut berbau dan kelenjar submandibula membesar. Penatalaksanaannya : memperbaiki higienis gigi dan mulut, antibiotik spektrum luas selama 1 minggu, pemberian vit. C dan B kompleks.

Penyakit kelainan darah


Tidak jarang tanda pertama leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi mononucleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Kadang-kadang terdapat pendarahan di selaput lendir mulut dan faring serta pembesaran kelenjar mandibula.1 Leukemia akut Gejala pertama sering berupa epistaksis, pendarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil membengkak ditutupi membran semu tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat di tenggorok.1 Angina agranulositosis Penyebabnya adalah akibat keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa, dan arsen. Dari pemeriksaan tampak ulkus di mukosa mulut dan faring serta di sekitar ulkus tampak gejala radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan di genitalia dan saluran cerna.1 Infeksi mononucleosis Pada penyakit ini terjadi tonsilofaringitis ulsero membranosa bilateral. Membran semu yang menutupi ulkus mudah diangkat tanpa timbul pendarahan. Terdapat pembesaran kelenjar limfe leher, ketiak, dan regioinguinal. Gambaran darah khas yaitu terdapat leukosit mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain ialah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (reaksi Paul Bunnel).

TONSILITIS KRONIK
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif. Patologi Karena proses radang berulang yang timbul, maka selain epitel mukosa, jaringan limfoid juga terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik, kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak, proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula. Gejala dan tanda

Tonsilitis septik
Penyebabnya adalah Streptokokus hemolitikus yang terdapat dalam susu sapi sehingga dapat timbul endemik. Karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum, maka penyakit ini jarang ditemukan.

Pada pemeriksaan, tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal di tenggorok, dirasakan kering di tenggorok dan napas berbau. Terapi Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau obat isap. Komplikasi Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis. Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma. Indikasi tonsilektomi The American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan indikasi tonsilektomi adalah:1 1. Serangan tonsilitis lebih dari 3 kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat 2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial 3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale 4. Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, absen peritonsil yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan. 5. Napas bau yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan 6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri group A Streptococcus beta hemoliticus 7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan 8. Otitis media efusa/otitis media supuratif Differential Diagnosis Limfoma leher dan kepala Tumor ganas nasofaring Tumor ganas tonsil Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah sore throat, Gastroesophageal reflux disease (GERD), Obstructive sleep apnea, Leukemia, dan infeksi jamur. etiologinya : sama dengan tonsilitis akut (streptococcus beta hemolitikus grup A, srteptococcus viridans dan piogenes dan pneumococcus), namun terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan gram negatif. Faktor predisposisinya adalah mulut yang tidak higienis, pengobatan radang akut yang tidak adekuat. Manifestasi klinik/gejala klinik : adanya keluhan di tenggorokan seperti ada penghalang, tenggorokan terasa kering, pernapasan berbau. Saat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus melebar dan terisi detritus.

Diagnosis : dilakukan terapi mulut (terapi lokal) ditujukan pada higienis mulut dengan berkumur/obat hirup. Dilakukan juga kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan hapus tonsil. Pada pemeriksaan fisik menggunakan instrumen lampu untuk melihat kondisi tenggorokan termasuk kondisi tonsil, meraba leher untuk memeriksan kelenjar getah bening apakah ada pembengkakakn atau tidak, usap tenggorokan, pemeriksaan jumlah sel darah lengkap. Penatalaksanaan : menjaga higienis mulut, menggunakan obat kumur, obat hisap dan dilakukan tonsilektomi. Indikasi tonsilektomi : adanya sumbatan (hiperplasia tonsil dengan sumbatan jalan napas, gangguan menelan dan berbicara, sleep apnea, cor pulmonale), infeksi (infeksi telinga tengan berulang, rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsiler abses dan abses kelenjar limfe berulang, tonsilits kronis dengan gejala nyeri tenggorok yang menetap dan napas berbau), indikasi lainnya yaitu tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih, tonsilits terjadi sebanyak 5 kali atau lebih dalam kurun waktu 2 tahun, tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih dalam kurun waktu 3 tahun, tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik. Menurut The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan indikasi tonsilektomi : 1. Serangan tonsilitis lebih dari 3 kali pertahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat. 2. Tonsil hipertropi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial. 3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertropi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara dan cor pulmonale. 4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilar/peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan. 5. Napau berbau yang tidak berhasil dengan pengobatan. 6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri S. Beta Hemolitikus grup A. 7. Hipertropi tonsil yang dicurigai adanya keganasan. 8. Otitis media efusi/ otitis media supuratif. Add. 4 Komplikasi dan pencegahan tonsilitis Komplikasi tonsilitis : abses peritonsil,OMA (Otitis Media Akut), Mastoiditis akut, Laringitis, Sinusitis, Rhinitis, Miokarditis, Artritis. Pencegahan : diusahakan untuk banyak minum air terutama seperti sari buah misalnya pada waktu demam, jangan minum es/es krim dan makanan serta minuman yang dingin, jangan banyak makan gorengan dan makanan awetan/ yang berpengawet misalnya yang diasinkan atau manisan, berkumur dengan air garam hangat setiap hari, menaruh kompres hangat pada leher setiap hari, diberikan terapi antibiotik apabila ada infeksi bakteri dan untuk mencegah komplikasi. Cuci tangan sesering mungkin untuk mencegah penyebaran mikro-organisme yang dapat menimbulkan tonsilitis, menghindari kontak dengan penderita infeksi radang tenggorokan, setidaknya hingga 24 jam setelah penderita infeksi tenggorokan, hindari banyak bicara dan istirahat yang cukup.

FARINGITIS
ANATOMI : Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi servikal ke-6. Ke atas faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di

bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan esofagus.panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot. Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung letaknya. Pada nasofaring karena fungsinya untuk respirasi, maka mukosanya bersilia, sedangkan epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia. Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan. Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung. Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap. Palut ini mengandungenzim Lyzozyme yang penting untuk proteksi. Otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkuler) dan memenjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkuler terdiri dari m.konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar, berbentuk kipas dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi n.vagus (n.X).otot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. M.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik rahang, sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator. Kerja kedua otot ini penting pada waktu menelan. M.stiofaring dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring dipersarafi oleh n.X (Rusmarjono,et.al., 2001) Faringitis adalah suatu sindrom inflamasi dari faring atau tonsil yang disebabkan oleh beberapa grup mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapat menjadi bagian dari infeksi saluran napas atas atau infeksi lokal didaerah faring. Infeksi saluran napas atas adalah infeksi yang disebabkan mikroorganisme di struktur saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga hidung, faring dan laring, yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek, faringitis atau radang tenggorokan, laringitis dan influenza tanpa komplikasi. Faring atau tenggorok adalah rongga yang menghubungkan antara hidung dan rongga mulut ke laring. Radang faring pada bayi dan anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil, sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. Penyakit ini sering ditemukan pada bayi dan anak, dapat berupa tonsilofaringitis akut atau kronik. Faringitis merupakan peradangan dinding yang dapat disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (540%), alergi, trauma dan toksin. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibatkan kematian. Radang tenggorokan karena infeksi harus ditangani dengan menyembuhkan sumbernya. Kalau infeksinya karena gigi, maka giginya yang ditangani. Demikian juga amandel dan sinusitis, jika radang tenggorokannya diobati, namun gigi, amandel atau sinusitis sebagai sumber infeksi tidak ditangani, maka akan percuma. Radang tenggorokannya akan kembali lagi dan berulang terus. Selain kuman, radang tenggorokan juga dapat terjadi karena virus, yaitu saat pilek dan flu. Namun, radang tenggorokan akibat pilek dan flu akan hilang dengan sendirinya, seiring sembuhnya penyakit

tersebut. Flu ringan dapat berlomba dengan daya tahan tubuh. Artinya, kalau daya tahan tubuh bagus, dia akan membuat pagar sendiri sehingga tidak selalu perlu antibiotik. Tapi kalau lebih dari seminggu radang tenggorokan yang menyertai flu tidak hilang, apalagi jika ditambah suara serak, bisa dikategorikan serius. Radang bisa turun ke pita suara. Alergi tidak dapat diobati karena sudah merupakan bawaan dari lahir. Cara yang paling baik untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari penyebabnya dan meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh. Semakin bagus daya tahan tubuh, semakin rendah kadar kepekaan yang menyebabkan reaksi alergi. Jenis-jenis Faringitis Infeksi saluran pernapasan akut adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan terutama paruparu, termasuk penyakit tenggorokan dan telinga. Infeksi saluran pernapasan akut diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu infeksi saluran pernapasan akut berat (pneumonia berat) ditandai dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada saat inspirasi, infeksi saluran pernapasan akut sedang (pneumonia) ditandai dengan frekuensi pernapasan cepat yaitu umur di bawah 1 tahun ; 50 kali/menit atau lebih cepat dan umur 1-4 tahun; 40 kali/menit atau lebih. Sedangkan infeksi saluran pernapasan akut ringan (bukan pneumonia) ditandai dengan batuk pilek tanpa napas cepat dan tanpa tarikan dinding dada Secara umum, Jenis faringitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Faringitis akut ditandai secara klinis oleh adanya nyeri tenggorok mulut berbau, nyeri menelan, kadang disertai otalgia (sakit di telinga), demam tinggi. Faringitis kronis ditandai secara klinis oleh nyeri tenggorok. Nyeri tenggorok biasanya lebih ringan dibandingkan nyeri yang berkaitan dengan infeksi yang dikemukakan diatas. Dapat ditemukan perasaan gatal dengan sering berdahak. Dinding faring posterior kemerahan dan seringkali mempunyai gambaran cobblestone (batu kerikil) karena hipertrofi limfoid. Infeksi saluran pernapasan atas digolongkan ke dalam penyakit yang bukan pneumonia, (Lidianti, 2007) yang terdiri antara lain : a. Rhinitis Rhinitis dapat disebabkan oleh bakteri ataupun virus, tapi lebih banyak rhinitis dikarenakan adanya suatu alergi yang kemudian dapat diikuti dengan bakteri atau rhinitis allergy atau pilek alergi adalah gejala alergi yang terjadi pada bagian hidung. Umumnya timbul penyakit ini pada musim penghujan karena cuaca dingin. Diagnosa penyakit ini seperti : hidung pilek/beringus, badan panas atau merasa tidak enak badan disertai pusing kepala. Penyebab pilek alergi atau rhinitis allergy ini ada bermacam-macam, antara lain : karena tubuh tidak kuat di udara dingin, debu di lingkungan sekitar (rumah), polusi udara dan serbuk sari bunga. b. Faringitis Faringitis (dalam bahasa latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Infeksi saluran napas atas akut seperti faringitis merupakan infeksi rongga mulut yang paling sering dijumpai. Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman, disebabkan daya tahan yang lemah. Secara khusus, jenis faringitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut : FARINGITIS AKUT 1) Faringitis viral Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis. Gejala dan tanda faringitis viral adalah demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxschievirus, dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis juga

menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak. Epsteiin Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa diseluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual, dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah. Penatalaksanaan pada penderita adalah istirahat dan minum yang cukup disertai kumur dengan air hangat. Analgetika jika perlu dan tablet isap. Anti virus metisoprinol diberikan infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak < 5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari. 2) Faringitis bakterial Infeksi grup A Streptokokus beta hemolitikus merupakan penyebab faringitis akut pada orang dewasa 15% dan pada anak 30%. Gejala dan tanda yang tampak adalah nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan tonsil tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membengkak, kenyal, nyeri pada penekanan. Terapi yang diberikan adalah antibiotik, berupa penicillin G banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/ hariselama 10 haridan pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau eritromisisn 4x500mg/hari. Dapat juga diberikan kortikosteroid sebagai antinflamasi yaitu deksamethason 8-16 mg, IM 1 kali, pada anak 0,08-0,3 mg/kgBB, IM 1 kali. 3) Faringitis fungal Candida dapat tumbuh pada mukosa rongga mulut dan faring. Gejala dan tanda adalah keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar saboraud dekstrosa. Terapi yang diberikan adlan nystatin 100.000-400.000 2 kali/hari dan pemberian analgetika. 4) Faringitis gonorea Hanya dapat ditemukan pada pasien yang melakukan kontak orogenital. Terapi yang dapat diberikan adalah sefalosporin generasi ke-3. Ceftriakson 250 mg, IM. FARINGITIS KRONIK Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat. 1) Faringitis kronik hiperplastik Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular. Gejala yang muncul biasanya adalah tenggorokan menjadi kering dan gatal dan akhirnya batuk beriak. Terapi yang dapat diberikan adalah dengan terapi lokal menggunakan kaustil faring dengan menggunakan zat kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik (electrocauter). Pengobatan simtomatis diberikan obat kumur atau tablet isap. 2) Faringitis kronik atropi Sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. Gejala dan tanda yang sering muncul adalah tenggorok terasa kering, tebal, serta bau mulut. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering. Pengobatan

ditujukan pada rinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atropi ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut. FARINGITIS SPESIFIK 1) Faringitis Luetika Treponema palidum dapat menyebabkan infeksi di daerah faring. Dibagi dalam 3 stadium, yaitu pada stadium promer, pada lidah, palatum mole, tonsil dan posterior faring berbentuk keputihan. Bila infeksi terus menerus maka akan timbul ulkus didaerah faring seperti ulkus genitalia yang tidak nyeri. Pada stadium sekunder terdapat eritema pada dinding faring yang menjlar ke arah laring. Pada stadium tertier terdapat guma,pada tonsil dan palatum. Guma pada dinding posterior dapat menyebar ke vertebra servikal dan dapat menyebabkan kematian. Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan serologis. 2) Faringitis Tuberkulosis Merupakan proses sekunder dari TB paru. Cara infeksi eksogen, yaitu kontak dengan septum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Infeksi endogen yaitu dengan penyebaran melalui darah pada TB miliaris. Bila infeksi timbul secara hematogen, maka lesi timbul pada kedua sisi dan sering ditemukan pada posterior faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan palatum durum. Gejala keadaan umum pasien buruk karena anoreksi dan odinofagia. Pasien mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri telinga, dan pembesaran KGB servikal. Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan BTA, foto thoraks dan biopsi jaringan terinfeksi. Terapi sesuai dengan terapi untuk TB paru. (http://klinikhuda.blogspot.com/2009/01/faringitis. htmldiakses tgl 13 Juli 2010) ETIOLOGI FARINGITIS Etiologi infeksi saluran pernapasan akut terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan ricketsia. Bakteri penyebab antara lain genus streptokokus, staphylococcus, pneumococus, hemofilus, bordetella dan korinebakterium. Virus penyebab antara lain golongan miksovirus, adnevirus, koronovirus, pikornavirus. Disamping itu faktor-faktor berikut adalah faktor beresiko untuk berjangkitnya atau mempengaruhi timbulnya infeksi saluran pernapasan akut, yaitu ; gizi kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi tidak memadai, defisiensi vitamin A, tingkat sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, dan tingkat pelayanan kesehatan rendah. Gejala umum yang sering terjadi pada penyakit Faringitis yaitu : batuk, sesak nafas, nyeri dada, suara serak, influenza dan kadang disertai demam. Ada tiga penyebab radang tenggorokan yang gejalanya dapat berupa rasa sakit di bagian tersebut, susah menelan, susah bernapas, batuk, dan demam. Ada kalanya terjadi pembengkakan di leher. Penyebabnya adalah infeksi, iritasi atau alergi. Sekitar 90% dari kasus radang tenggorokan yang disertai hidung berair, demam, dan nyeri telinga disebabkan oleh virus. Bakteri menjadi penyebab dari 10% kasus sisanya. Pada 10% kasus sisanya bakteri penyebab radang tenggorokan tersering adalah Streptokokus. Gejala infeksi bakteri ini adalah tenggorokan yang berwarna merah daging dan tonsil yang mengeluarkan cairan. Untuk mendiagnosis bakteri ini sebagai penyebab secara pasti adalah dengan melakukan usap tenggorok untuk kemudian di kultur serta dilakukan pemeriksaan darah. a. Infeksi Infeksi yang menyebabkan radang tenggorokan bisa bersumber dari 3 hal, yakni kesehatan mulut dan gigi, amandel sebagai sumber infeksi, dan sinusitis. Kurang menjaga kebersihan bagian mulut, khususnya gigi, dapat menyebabkan radang tenggorokan. Gigi yang busuk atau berlubang menjadi tempat berkumpulnya kuman. Kuman inilah yang kemudian masuk ke dalam tenggorokan dan menyebabkan infeksi. Untuk mencegahnya, harus rajin menjaga

kebersihan mulut dan gigi. Kalau ada gigi yang busuk atau berlubang, harus langsung ditangani. Misalnya, ditambal atau dicabut. Infeksi pada amandel juga dapat menyebabkan terjadinya radang tenggorokan. Amandel sebenarnya sangat berfungsi pada anak usia 4 10 tahun karena ia merupakan bagian dari pertahanan tubuh. Terutama pernapasan bagian atas. Amandel yang sudah tidak berfungsi lagi akan menjadi tempat berkumpulnya kuman sehingga menyebabkan infeksi pada tenggorokan. Sumber ketiga penyebab infeksi tenggorokan adalah sinusitis. Setiap orang punya beberapa pasang organ yang disebut sinus paranasal, ada di pipi, di dekat mata, di dahi, dan di dekat otak. Jika organ ini meradang, itu yang disebut sinusitis. Pada orang dengan sinusitis kronis, lendir akan terus-menerus mengalir di belakang tenggorokan dan hidung. Hal ini menimbulkan iritasi ke tenggorokan dan menyebabkan radang. b. Iritasi Iritasi juga bisa menjadi biang keladi radang tenggorokan. Hal ini disebabkan makanan yang masuk, yaitu makanan yang terlalu pedas, terlalu asam, terlalu panas atau dingin, dan makanan-makanan yang terlalu bergetah. Makanan bergetah, contohnya buah-buahan. Jadi, tidak semua buah-buahan aman, khususnya pada mereka yang punya alergi, karena justru dapat membuat iritasi pada tenggorokan. Untuk mencegahnya, sebaiknya tidak makan buah-buahan dalam jumlah terlalu banyak. Iritasi juga sering terjadi pada mereka yang bekerja di lingkungan pabrik. Instalasi zat kimia yang di hirup bisa menyebabkan iritasi dan radang pada tenggorokan. Oleh sebab itu, penting sekali memakai masker. c. Alergi Sementara alergi merupakan reaksi hipersensitif bagi orang yang memilikinya. Alergi dapat disebabkan bermacam hal, seperti makanan dan minuman, obat-obatan tertentu, cuaca, dan debu. Zat yang menyebabkan alergi disebut allergen. Jika allergen masuk ke dalam tubuh penderita alergi, tubuh pun akan mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan alergi. Akibatnya, timbul reaksi-reaksi tertentu, seperti gatal-gatal atau batuk-batuk. Alergi terhadap suatu makanan dapat menyebabkan reaksi sakit pada tenggorokan. Selain itu, radang tenggorokan sering dialami mereka yang alergi terhadap jenis buah-buahan tertentu dan olahannya, misalnya jus. Hati-hati, tidak semua jus aman bagi orang-orang yang mengalami radang tenggorokan berulang karena alergi. Sering batuk dan sakit tenggorokan. Paling sering justru pada jus tomat. Minyak goreng bekas juga sering menjadi penyebab alergi dan mengakibatkan radang tenggorokan. Orang yang alergi terhadap minyak goreng bekas harus selalu mengganti minyak setiap kali akan menggoreng. PATOFISIOLOGI FARINGITIS Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula lapisan tapi menjadi menebal dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih dan abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan lomfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Seperti orang dewasa, infeksi pada anak menyebabkan inflamasi dan pembengkakan saluran napas yang bermakna. Pada kenyataannya, anak-anak yang mengalami ISPA mungkin memperlihatkan gejala klinis yang lebih dramatis karena saluran napas atas jauh lebih sempit sehingga resistensi terhadap arus udara tinggi walaupun pembengkakan dan sumbatan jalan napas tidak mencolok. Batuk yang terdengar pada anak yang mengidap faringitis mungkin seperti menyalak, serak dan stridor. Terapi untuk anak-anak yang menderita faringitis derajat ringan-sampai-sedang antara lain vaporizer, terapi oksigen. Mereka yang menderita faringitis derajat sedang-sampai berat dapat diobati dengan

pemberian glukokortikoid intramuskular atau nebulizer. Inflamasi epiglottis dapat menyebabkan sumbatan total jalan napas, kecemasan yang bermakna dan kematian. Anak-anak cenderung duduk telungkup dan dapat berguling. Untuk anak-anak yang menderita epiglotitis, perlu dirawat di rumah sakit dan mungkin memerlukan tindakan intubasi atau trakeostomi. Sekitar 90% kasus faringitis disebabkan virus. Sisanya disebabkan bakteri dan kandidiasis fungal (jarang terjadi, biasanya pada bayi). Juga dapat disebabkan iritasi akibat polusi senyawa kimia. Pada faringitis akibat virus, virus berusaha menembus sel-sel mukosa yang melapisi nasofaring dan bereplikasi dalam sel-sel ini. Gangguan pada penderitaseringnya disebabkan oleh 0leh sel-sel dimana virus berimplikasi. Umumnya sembuh dengan sendirinya, tidak perlu pengobatan spesifik, dan jarang menimbulkan komplikasi. Virus Epstein-barr, herpes simplex, measle dan common coald. Bakteri penyebab faringitis yang paling umum adalah kelompok A streptokokus. Ada banyak strain; paling berbahaya strain B-hemolitik (GABHS). Bakteri lain yang juga umum adalah Corynebacterium diphtheria, Chlamydia pneumonia dan stafilokokus. Jika tidak ditangani dalam 9 hari, infeksi oleh GABHS beresiko menimbulkan demam rematik. Corynebacterium diphtheria tidak terlalu invasive dan tetap terlokalisir pada permukaan saluran permukaan saluran pernapasan. Hanya lisogenik corynebacterium diphtheria tidak terlalu terlokalisasir pada permukaan sluran peranafasan. Hanya lisogenik Corynebacterium diphtheria bakteriofag pembawa gen toksik yang menyebabkan difteria. Kerusakan pada faring disebabkan oleh toksin tersebut, yang membunuh sel-sel mukosa dan Adenosine Diphosphate (ADP) Ribosylating Alongation Factor II. Toksin juga dapat merusak jantung dan saraf. Bakteri ini telah dieradikasi di Negara-negara maju sejak dilakukannya program vaksinasi anak, tetapi masih dilaporkan dinegara-negara dunia ketiga dan makin meningkat dibeberapa daerah di eropa timur. Antibiotic efektif dalam tahap awal, tapi penyembuhan biasanya lamban. Sedangkan Chlamydia pnemoniae menyebabkan sekitar 5% infeksi, dengan onset sub akut dan faringitis. Penderita sering mengalami pola bifasik, tetapi membaik sebelum berkembang menjadi bronchitis atau pneumonia. Organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi dapat mengakibatkan faringitis. Pada stadium awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya tonsilia, perhatian biasanya difokuskan pada faring dan tampak bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Tekanan dinding lateral jika tersendiri disebut faringitis lateral. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan adanya tonsilia, hanya faring saja yang terkena. TANDA-TANDA BAHAYA PADA FARINGITIS Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. o Mengeluh rasa kering / gatal pada tenggorok. o Malaise dan sakit kepala o Suhu tubuh meningkat o Nyeri o Disfagia o Suara parauProses peradangan menyertai laring o Batuk o Edema Faring

Berdasarkan besar kecilnya anak makamanifestasi klinis penderita faringitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Anak yang lebih kecil a. Demam b. Malaise umum c. Anoreksia d. Sakit tenggorok sedang e. Sakit kepala f. Hiperemia ringan sampai sedang 2. Anak yang lebih besar a. Demam(dapat mencapai 400C) b. Sakit kepala c. Anoreksia d. Disfagia e. Nyeri abdomen f. Muntah g. Faring edema, merah ringan 1) Hiperemia tonsil dan faring dapat meluas ke palatum lunak dan uvula 2) Sering menimbulkan eksudat folikuler yang menyebar dan menyatu membentuk pseudomembran pada tonsil 3) Kelenjar servikal membesar dan nyeri tekan Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepatcepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda- tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris : a. Tanda-tanda klinis pada sistem respiratorik adalah tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing b. Pada sistem cardial adalah tachycardia, bradycardiam, hipertensi, hipotensi dan cardiac arrest c. Pada sistem cerebral adalah gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, pepil bendung, kejang dan coma d. Pada hal umum adalah letih dan berkeringat banyak. Berdasarkan penyebabnya, manifestasi klinis faringitis dapat dibagi dua, tetapi ada banyak tanda dan gejala yang tumpang tindih dan sulit dibedakan antara satu bentuk faringitis dengan yang lain. 1. Faringtis Virus a. Tanda awal: Demam, malaise, anoreksia dengan nyeri tenggorokan sedang b. Suara parau, batuk dan rinitis c. Pada kasus berat dapat terbentuk ulkus kecil pada palatum lunak dan dinding faring posterior. d. Eksudat. 2. Faringitis Steptokokus a. Pada anak umur lebih dari 2 tahun: Nyeri kepala, nyeri perut, muntah. b. Demam 40oC kadang tidak tampak c. Pembesaran tonsil dan tampak eksudat dan eritema faring d. Disfagia e. Kemerahan difus pada tonsil dan dinding penyangga tonsil dengan bintik-bintik petekie palatum lunak, limfadenitis atau eksudasi folikuler. Tanda-tanda laboratoris :

a. Hypoxemia b. Hypercapnia c. Acydosis (metabolik dan atau respiratorik) Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah : tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah : kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasanya diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing. PENATALAKSANAAN a. Untuk Faringitis Akut Jika di duga atau ditunjukkan adanya penyebab bakterial, pengobatan dapat mencakup pemberian Agens antimicrobial untuk streptokukus group A, penisilin merupakan obat pilihan. Untuk pasien alergi terhadap penisilin atau yang mempunyai organisme resisten terhadap eritromisin digunakan sefalosporin. Antibiotik di berikan selama sedikitnya 10 hari untuk menghilangkan streptokokus group A dari orofaring. Diet cair atau lunak diberikan selama tahap akut penyakit, tergantung pada nafsu makan pasien dan tingkat rasa tidak nyaman yang terjadi bersama proses menelan. Kadang tenggorok sakit sehingga cairan tidak dapat di minum dalam jumlah yang cukup dengan mulut. Pada kondisi yang parah, cairan diberikan secara intravena. Sebaliknya, pasien didorong untuk memperbanyak minum sedapat yang ia lakukan dengan minimal 2 sampai 3 liter sehari. b. Untuk Faringitis Kronik Didasarkan pada penghitungan gejala, menghindari pemajanan terhadap iritan, dan memperbaiki setiap gangguan saluran napas atas, paru atau jantung yang mungkin mengakibatkan terhadap batuk kronik. Kongesti nasal dapat dihilangkan dengan sprei nasal / obat-obatan yang mengandung epinefrin sulfat (Afrin) atau fenilefrin hidroklorida (Neo-Synphrine). Jika terdapat riwayat alergi, salah satu medikasi dekongestan antihistamin seperti Drixarol/ Dimentapp, diminum setiap 4-6 jam. Malaise secara efektif dapat dikontrol dengan aspirin / asetaminofen. c. Pada Anak-anak Bila anak menjadi gelisah, rewel, sulit tidur, lemah atau lesu karena gejala radang tenggorokan ini, kita dapat membantu meredakan gejalanya. Tidak harus selalu dengan obat, mungkin dengan tindakan yang mudah dan sederhana bisa membantu menenangkan anak. 1) Nyeri menelan : Banyak minum air hangat, obat kumur, lozenges, paracetamol untuk meredakan nyeri 2) Demam Banyak minum, paracetamol, kompres hangat atau seka tubuh dengan air hangat. 3) Hidung tersumbat dan berair (meler) Banyak minum hangat, anak diuap dengan baskom air hangat, tetes hidung NaCl. Dalam beberapa kasus, radang tenggorokan karena virus baru sembuh setelah 2 minggu. Yang diperlukan adalah kesabaran dan pengawasan orang tua terhadap gejala anak. Bawalah anak ke dokter bila gejala terlihat makin berat; anak tampak sulit bernapas, kebiruan pada bibir atau kuku, anak tampak gelisah atau justru sangat mengantuk, atau anak batuk/demam berkepanjangan. Karena hampir seluruh kasus disebabkan oleh virus, maka antibiotik biasanya tidak dipergunakan. Infeksi oleh virus (misalnya batuk-pilek, radang tenggorokan) sama sekali tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik. Infeksi virus akan sembuh dengan sendirinya, tubuh akan melawan dengan sistem kekebalan tubuh. Penggunaan antibiotik yang berlebihan justru akan merugikan karena akan membuat menjadi resisten dan antibiotik menjadi tidak mempan untuk melawan infeksi saat dibutuhkan, terutama pada anak-anak

Sekunder: eritema Tertier: guma Terapi FARINGITIS AKUT, KRONIS HIPERPLASTIK DAN ATROFI AKUT Penyebab Streptococcus hemoliticus, S viridan, S piogenes. Virus influenza, adenovirus, ECHO HIPERPLASTIK Predisposisi: rinitis kronis, sinusitis, iritasi kronis (rokok, alkohol), hidung sumbat nafas lwt mulut ATROFI Rinitis atrofi Penisilin dosis tinggi

BTA (+)

Terapi TB

Gejala

Nyeri tenggorok, disfagia, demam, mual, kel limfa leher >>, Faring hiperemi, edem Dind posterior bergranula

Tenggorok gatal dan kering Batuk bereak

Tenggorok kering dan tebal Mulut berbau Mukosa faring ditutupi lendir kental, bila diangkat mukosa kering

Terapi

Analgetik Antibiotik

Kaustik (Nitrat argenti, elektrokauter) Obat kumur, obat batuk

Obati rinitis atrofi Obat kumur, hiegene mulut

FARINGITIS LUETIKA DAN TUBERKULOSA LUETIKA T Pallidum Gejala Primer: bercak keputihan rongga mulut faring, ulkus, kel mandibula >> nyeri(-) TB Nyeri hebat tenggorok, otalgia, kel servikal >>

Anda mungkin juga menyukai