[go: up one dir, main page]

Maskapai penerbangan bertarif rendah

Maskapai penerbangan bertarif rendah (bahasa Inggris: Low-cost carrier, sering disingkat LCC) adalah maskapai penerbangan yang memberikan tarif rendah namun dengan menghapus beberapa layanan penumpang yang biasa. Konsep ini diperkenalkan di Amerika Serikat sebelum menyebar ke Eropa pada awal 1990-an dan seluruh dunia. Cara tersebut dimulai pada industri maskapai yang merujuk pada struktur pengoperasian bertarif rendah daripada pesaingnya. Melalui berbagai media, cara ini menghasilkan banyak maskapai dengan harga tiket yang murah dan layanan yang terbatas karena biaya operasinya.

Pesawat Lion Air dan AirAsia di Bandara Ngurah Rai, Bali, dua maskapai penerbangan bertarif rendah yang bersaing di pasar Asia Tenggara

Model bisnis

sunting
 
EasyJet A319, Airport Amsterdam Schiphol.

Beberapa praktik model bisnis maskapai bertarif rendah meliputi:

  • kelas penumpang tunggal
  • sebuah tipe pesawat terbang bersayap tetap (umumnya Airbus A320 atau Boeing 737) tunggal, mengurangi biaya pelatihan dan pengoperasian
  • sebuah kumpulan peralatan kecil pilihan di pesawat, sering kali tidak termasuk perlengkapan modern seperti ACARS, lebih mengurangi biaya perawatan.
  • sebuah cara harga biasa, seperti memberi setengah harga tiket searah daripada pulang-pergi (kadang-kadang harga naik seiring pesawat mengisi bahan bakar, sehingga menuntut reservasi awal)
  • kursi yang tidak ditentukan (membolehkan penumpang memasuki pesawat lebih awal dan cepat)
  • terbang murah, bandar udara kedua yang kurang padat dan terbang awal di pagi atau sore hari untuk menghindari penundaan lalu lintas udara dan pajak pendaratan lebih rendah
  • rentang waktu terbang pulang-pergi yang cepat (membolehkan penggunaan pesawat secara maksimum)
  • rute yang dipermudah, menekankan perpindahan titik-ke-titik daripada pindah pesawat di pangkalan maskapai (membolehkan penggunaan pesawat dan pengurangan masalah mengenai penumpang atau barang bawaan yang tertunda dan tertinggal penerbangan selanjutnya)
  • mengutamakan penjualan tiket secara langsung, khususnya melalui Internet (menghindari pajak dan komisi terhadap agen perjalanan dan sistem reservasi komputer)
  • membolehkan penggunaan dan pengambilan melalui tiket elektronik atau perjalanan tanpa tiket
  • karyawan dengan berbagai pekerjaan, seperti pramugari yang juga membersihkan pesawat atau bekerja sebagai petugas gerbang (membatasi gaji perorangan)
  • makanan dalam penerbangan "gratis" dan layanan "cuma-cuma" dihapus, dan digantikan dengan pilihan makanan dan minuman yang dibayar (menghasilkan sumber keuntungan tambahan bagi maskapai)
  • sebuah keseganan untuk menangani penumpang layanan khusus, contohnya dengan menaruh batas usia yang tinggi pada Unaccompanied Minors (UM) daripada maskapai layanan penuh
  • program lindung nilai bahan bakar yang agresif
  • "tidak mengikat" biaya tambahan (seperti pajak bandara, dan pajak lainnya sebagai biaya yang dipisah daripada sebagai bagian dari harga yang diiklankan) untuk membuat "harga headline" terlihat rendah

Tidak setiap maskapai bertarif rendah melaksanakan kesemua persyaratan di atas (contohnya, beberapa maskapai mencoba membedakan dirinya dengan kursi yang ditentukan, sementara yang lainnya beroperasi lebih dari satu tipe pesawat, atau memiliki biaya operasi yang tinggi tetapi harga rendah). Walaupun begitu ini merupakan karakteristik umum, beberapa diantaranya berlaku kepada maskapai bertarif rendah yang diberikan.

Karakteristik yang khas pada pasaran Amerika Serikat

sunting
 
Pesawat Ryanair dan easyJet di Bristol, Britania Raya, dua maskapai penerbangan bertarif rendah yang bersaing di pasar Eropa

Maksud kompetisi paling utama adalah untuk menjadi maskapai dengan harga naik turun. Tujuan harga pembelian adalah menjadi pesaing dengan maskapai penerbangan besar tetapi tidak rendah secara signifikan. Beberapa LCC (maskapai bertarif rendah) yang berhasil mencoba memberikan sebagian keuntungan tambahannya, seperti penerbangan tepat waktu yang lebih baik atau lebih banyak ruang sandaran kaki. AirTran Airways dan Spirit Airlines telah menuai sukses dengan Kelas Bisnis bertarif rendah mereka, sementara Frontier dan JetBlue memberikan acara-acara televisi langsung dalam penerbangan.

Sejarah

sunting
 
Pesawat Ryanair dan Wizz Air di Glasgow, Britania Raya, dua maskapai penerbangan bertarif rendah yang bersaing di pasar Eropa

Maskapai penerbangan bertarif rendah pertama yang berhasil adalah Pacific Southwest Airlines di Amerika Serikat, yang menjadi perintis konsep tersebut ketika penerbangan perdananya dilakukan pada tanggal 6 Mei 1949. Cara ini tidak disengaja diberikan kepada Southwest Airlines yang memulai penerbangannya pada 1971 dan mendatangkan keuntungan tiap tahunnya sejak 1973. Dengan munculnya deregulasi penerbangan, model ini menyebar ke Eropa, dimana maskapai yang sukses berasal dari Irlandia, Ryanair, yang memulai penerbangan bertarif rendahnya pada tahun 1991, dan easyJet, dibentuk pada 1995. Maskapai bertarif rendah mulai dibentuk di Asia dan Oseania pada tahun 2000 oleh operator seperti AirAsia dari Malaysia, Lion Air dari Indonesia, Cebu Pacific dari Filipina, Nok Air dari Thailand, VietJet dari Vietnam, indiGo dari India dan Virgin Blue dari Australia. Model maskapai bertarif rendah berlaku di seluruh dunia, meskipun pasar yang tertata ulang paling pas untuk penyebarannya yang cepat. Tahun 2006, LCC baru diumumkan di Arab Saudi dan Meksiko.

 
Boeing 737-900ER milik maskapai bertarif rendah asal Indonesia, Lion Air di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai

Maskapai bertarif rendah menaruh ancaman berat terhadap maskapai "layanan penuh" terdahulu, sejak struktur harga tinggi maskapai layanan penuh mencegah mereka bersaing pada harga - faktor yang paling penting di antara konsumen adalah ketika memilih sebuah maskapai. Sejak 2001 hingga 2003, ketika industri penerbangan dikejutkan dengan terorisme, perang dan SARS, maskapai-maskapai besar mengalami kemerosotan ketika maskapai bertarif rendah tetap menguntungkan.

 
Boeing 737-800 milik maskapai bertarif rendah asal Thailand, Nok Air

Banyak maskapai memilih meluncurkan versi tarif rendahnya, seperti Buzz KLM, Go Fly British Airways, Citilink Garuda Indonesia, Air India-Express Air India dan Ted United Airlines, tetapi mendapat kesulitan ketika mengorbankan inti bisnisnya. Pengecualian ini terjadi pada bmibaby bmi, germanwings yang 49% dikontrol oleh Lufthansa dan Jetstar Qantas, semuanya berhasil beroperasi pada layanan penuh.

Untuk tujuan wisata, maskapai bertarif rendah juga bersaing dengan penjualan sewa kursi. Bagaimanapun, infleksibilitas maskapai sewaan menjadikan mereka tidak populer dengan kebanyakan turis.

Masuknya negara-negara baru ke Uni Eropa dari Eropa Timur dan berjalan dengan legislasi UE oleh siapapun yang belum bergabung, telah membawa kepada perluasan perjanjian langit terbuka. Ini membawa peresmian rute bertarif rendah dengan menetapkan dan operator baru seperti Wizz Air dari Hungaria yang melakukan penerbangan perdananya pada 19 Mei 2004. Sejak 2004 hingga 2007, banyak rute yang diresmikan menuju Bulgaria, Slovenia, Polandia, Hungaria, Republik Ceko, Turki dan Israel.

Di Kanada, Air Canada mengalami kesulitan untuk bersaing dengan pesaing bertarif rendah barunya seperti Westjet, Canjet dan Jetsgo meskipun posisinya sangat dominan sebelumnya di pasaran: Air Canada memasuki periode perlindungan kebangkrutan pada tahun 2003, tetapi keluar dari perlindungan pada bulan September 2004. Air Canada mengoperasikan dua subsidiari bertarif rendah, Tango dan Zip, tetapi keduanya tidak melanjutkan. (Jetsgo sendiri menghentikan operasinya pada tanggal 11 Maret 2005 dan Canjet mengumumkan bahwa mereka berhenti beroperasi pada tanggal 10 September 2006.)

Maskapai penerbangan bertarif rendah pertama India, Air Deccan memulai penerbangannya tanggal 25 Agustus 2003. Tarif maskapai untuk rute Delhi-Bangalore 30% lebih kurang daripada yang ditawarkan oleh pesaingnya seperti Indian Airlines, Air Sahara dan Jet Airways pada rute yang sama. Kesuksesan Air Deccan telah membawa masuknya sejumlah maskapai bertarif rendah ke India. Air Deccan sekarang menghadapi kompetisi dari maskapai bertarif rendah India lainnya seperti SpiceJet, GoAir dan Paramount Airways. IndiGo Airways baru-baru ini menaruh pesanan untuk 100 Airbus A320 yang bernilai 6 miliar USD di Pertunjukan Udara Paris, tertinggi di antara maskapai domestik Asia manapun. Setelah setahun beroperasi, pada 2006, Kingfisher Airlines mengubah model bisnisnya dari tarif rendah menjadi maskapai menguntungkan.

Di Finlandia, kompetisi berjalan dengan arah yang berbeda, maskapai nasional Finnair mengurangi tarifnya sehingga pesaing bertarif rendahnya Flying Finn terpaksa menghentikan operasinya. Tiga bulan setelah kebangkrutan Flying Finn, operator lainnya Blue1 memulai penerbangan menuju tiga tujuan paling menguntungkan Flying Finn.

Di Norwegia, maskapai bertarif rendah pertama adalah ColorAir pada tahun 1998. Tarif rendah mereka disamakan dengan pesaing SAS dan Braathens, dan Color Air gulung tikar pada 1999. Maskapai bertarif rendah berikutnya, Norwegian Air Shuttle (atau Norwegian), memulai operasi Boeing 737-nya pada bulan September 2002, memunculkan kompetisi lebih berat untuk pergabungan bagian Norwegian di SAS dan Braathens. Meskipun Norwegian dimulai dengan rute domestik, hari ini operasi internasionalnya lebih besar daripada domestik. Dengan melincurkan penerbangan tanpa henti dari kota seperti Stavanger, Bergen, Trondheim juga Oslo, mereka akan menjadi terkenal. Orang Norwegia merupakan yang paling sering terbang di dunia, terutama karena geografi negaranya tetapi juga pendapatannya yang tinggi.

Maskapai bertarif rendah pertama Australia adalah Compass yang meluncurkan operasinya pada tahun 1990 tetapi tidak lama beroperasi. Tahun 2000, Impulse dan Virgin Blue mengumumkan operasi bertarif rendah membawa kompetisi menuju kota-kota Australia. Virgin Blue telah menjadi maskapai terbesar kedua di Australia, sementara Qantas membeli Impulse dan mengoperasikannya pada sebuah perjanjian 'sewa basah' sebelum mengubahnya ke maskapai bertarif rendah berunya Jetstar. Qantas telah meluncurkan dua maskapai bertarif rendah: JetStar bersaing dengan Virgin Blue di pasaran domestik Australia, sementara Australian Airlines beroperasi secara internasional menuju kota-kota Asia. Tahun 2006, Qantas mulai mengoperasikan penerbangan Australian Airlines pada sebuah perjanjian 'sewa basah' yang berarti kru dan pesawat Australian Airlines beroperasi dibawah merek Qantas. Pada tahun 2006, Qantas ingin terus membangun sebuah merek bertarif rendah di sekitar Jetstar yang akan meliputi kota-kota internasional.

Tahun 1995, Air New Zealand meresmikan sebuah subsidiari bertarif rendahnya, Freedom Air, dengan pengumuman penerbangan diskon trans-tasman menggunakan maskapai Kiwi Airlines. Kompetisi pada rute trans-Tasman membawa kepada runtuhnya Kiwi Airlines pada 1996. Freedom Air berlanjut memberikan penerbangan diskon antara Australia dan Selandia Baru. Subsidiari milik Qantas, Jetconnect dibentuk sebagai bagian Qantas bertarif rendah di Selandia Baru, dengan Jetconnect yang beroperasi di semua penerbangan domestik Selandia Baru dan beberapa penerbangan trans-tasman pada sebuah perjanjian 'sewa basah', menggunakan merek Qantas. Qantas juga meluncurkan penerbangan Jetstar trans-Tasman.

Tanggal 3 Februari 2003, Air Arabia didirikan dan memulai operasinya pada 29 Oktober 2003. Air Arabia dapat dikatakan menjadi maskapai bertarif rendah pertama di daerah Timur Tengah.

Tanggal 5 Mei 2004, maskapai bertarif rendah pertama Singapura, Valuair diluncurkan, menghalangi maskapai Singapore Airlines untuk berinvestasi pada maskapai bertarif rendah baru, Tiger Airways, untuk memenangi kompetisi tersebut. Belum selesai, maskapai paling dominan kedua Bandar Udara Singapore Changi, Jetstar Asia Airways yang berbasis di Singapura dan memulai operasinya pada tanggal 13 Desember 2004. AirAsia Malaysia telah membuat keinginan yang diulang untuk membentuk sebuah operasi Singapura, tetapi menggunakan Bandar Udara Seletar, dengan tambahan untuk mengurangi pajak penggunaan bandara, menghambat kemampuannya dalam mencapai izin dari otoritas di Singapura. Ini dapat menghentikan ambisi AirAsia melakukan perluasan ke Singapura. Bulan Juli 2005, pemilik Jetstar Asia mengambil alih Valuair dan menggabungkan kedua maskapai. Dalam kontras dengan AirAsia, tidak ada maskapai bertarif rendah Singapura yang menguntungkan.

Sementara jumlah maskapai bertarif rendah terus meningkat, maskapai-maskapai tersebut terus bersaing dengan yang lainnya seperti maskapai terdahulu. Di AS, maskapai penerbangan telah merespon dengan meluncurkan variasi bermodel tersebut. US Airways menawarkan produk kelas pertama dan lounge bandara, sebagai contoh, sementara Frontier Airlines dan JetBlue Airways berilan di televisi satelit. Para pengiklan mendukung Skybus Airlines yang akan diluncurkan dari Columbus pada tahun 2007. Di Eropa, kepentingan tersebut berlanjut pada pengurangan tarif dan penerbangan layanan minimum. Tahun 2004, Ryanair mengumumkan proposal untuk menghapus layanan kursi baring, jendela kaca, penutup bantal kepala, dan kantung kursi dari pesawatnya. [1]

Beberapa elemen model tarif rendah ini telah menjadi bahan kritikan oleh Pemerintah dan Regulator, dan di Inggris sepertinya masalah "tidak mengikat" biaya tambahan oleh kedua maskapai bertarif rendah dan lainnya (seperti pajak bandara, dan pajak lainnya sebagai biaya yang dipisah daripada sebagai bagian dari harga yang diiklankan) untuk membuat "harga headline" terlihat rendah yang mengakibatkan aksi pemaksaan. Jumlah itu membawa kepada arah yang salah dalam memberikan harga, Perkantoran Perdagangan Harga pada bulan Februari 2007 memberikan semua maskapai dan perusahaan perjalanan tiga bulan untuk meliputi semua harga non-pilihan dalam tarif dasar yang diiklankan. Meskipun maskapai layanan penuh telah mematuhi jadwal yang ditentukan, maskapai bertarif rendah ini telah sedikit berhasil dalam masalah ini, membawa kepada prospek aksi legal oleh [2] OFT.

Penerbangan jarak jauh layanan minimum

sunting

Maskapai pertama yang menawarkan penerbangan transatlantik layanan minimum adalah Laker Airways milik Freddie Laker, yang mengoperasikan penerbangan "Skytrain"-nya yang terkenal antara London dan New York City sepanjang 1970-an. Penerbangan tersebut dihentikan setelah pesaing Laker, British Airways dan Pan Am, mampu mengeluarkan Skytrain ke luar pasar.

Tahun 2004, perusahaan Irlandia Aer Lingus mengurangi tarifnya untuk bersaing dengan perusahaan lainnya seperti Ryanair dan juga mulai menawarkan penerbangan transatlantik layanan minimum dengan tarif €100. Pada tahun itu juga, maskapai Kanada Zoom Airlines juga mulai menjual penerbangan transatlantik antara Glasgow, Britania; Manchester, Britania; dan Kanada seharga £89.

Telah diperlihatkan bahwa Airbus A380, mampu mengangkut 853 penumpang dalam konfigurasi kelas Ekonomi penuh [3], dapat menerapkan penerbangan jarak jauh bertarif rendah, Sementara harga per kursi pada pesawat semacam itu dapat lebih rendah daripada kompetisi, terdapat sedikit tabungan biaya yang mungkin pada operasi jarak jauh dan sebuah operator jarak jauh bertarif rendah sulit membedakan dirinya dari maskapai konvensional. Agaknya, maskapai bertarif rendah menerbangkan pesawat mereka dengan jam dan penerbangan lebih banyak setiap hari, menjadwalkan keberangkatan pertama di pagi hari dan kedatangan terakhir di malam hari. Bagaimanapun, menjadwalkan pesawat jarak jauh sangat tidak mungkin menurut percampuran zona waktu (contohnya meninggalkan Pantai Timur AS di sore dan tiba di Eropa pada pagi berikutnya), dan waktu tempuh penerbangan yang lebih lama berarti meningkatkan penggunaan pesawat dengan menambah satu atau dua penerbangan pendek setiap hari.

Majalah industri Airline Business baru-baru ini menganalisa potensi untuk penerbangan jarak jauh bertarif rendah [4] dan menyimpulkan bahwa sejumlah maskapai Asia dekat dengan penerapan model pekerjaan semacam itu. Salah satunya AirAsia. Pada tanggal 2 November 2007, AirAsia X, sebuah subsidiari AirAsia dan Virgin Group melakukan penerbangan perdananya dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju Gold Coast, Australia. AirAsia X mengklaim bahwa mereka adalah maskapai jarak jauh bertarif rendah asli setelah akhir era Sir Freddie Laker.

Bulan Agustus 2006, Zoom Airlines mengumumkan bahwa mereka mendirikan subsidiari Inggrisnya, kemungkinan berbasis di Bandar Udara Gatwick, untuk menawarkan penerbangan jarak jauh bertarif rendah menuju Amerika Serikat dan India.

Tanggal 26 Oktober 2006, Oasis Hong Kong Airlines memulai penerbangannya dari Hong Kong menuju Bandar Udara London Gatwick. Seharusnya terbang pada 25 Oktober tetapi ditunda sehari karena Rusia membatalkan perjanjian terbang-di atas untuk penerbangan sejam sebelum keberangkatan yang dijadwalkan. Tiket untuk penerbangan Hong Kong menuju London serendahnya adalah £75 (sekitar US$150) per orang (tidak termasuk pajak dan biaya tambahan) untuk kelas ekonomi dan £470 (sekitar US$940) per orang untuk kelas bisnis pada rute yang sama. Kota tujuan yang direncanakan selanjutnya adalah Vancouver, kota besar di Kanada, yang memulai penerbangannya pada tanggal 28 Juni 2007.

Maskapai bisnis bertarif rendah

sunting

Sebuah tren baru-baru ini adalah pembentukan maskapai bertarif rendah yang secara eksklusif menargetkan pasaran penerbangan bisnis jarak jauh, dengan pesawat kelas tunggal, terutama pada rute transatlantik. Sering digambarkan sebagai "sedikit layanan" daripada "tanpa layanan", maskapai awal di pasaran ini, termasuk Eos Airlines, Maxjet Airways, dan Silverjet menggunakan pesawat jet bermesin ganda ukuran menengah seperti Boeing 757 dan Boeing 767 untuk melayani pasaran London - Pantai Timur AS.

Lihat pula

sunting

Bacaan lebih lanjut

sunting
  • Sudibyo, Dudi (2011). Aviapedia Ensiklopedia Umum Penerbangan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. ISBN 978-979-709-547-5.  (Indonesia)

Pranala luar

sunting