KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Cut Putroe Phang Maha Rani
2305902010002
Dosen Pengampu: Muhammad Iqbal Fahlevi, S.K.M., M.KES
PRODI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena atas berkat, rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini
yang berjudul “Kesehatan Dan Keselamatan Kerja”. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW., kepada keluarga, sahabat dan para
pengikutnya.
Makalah ini disusun sebagai tugas presentasi dan pemenuhan kebutuhan bagi
para mahasiswa/i dalam proses pembelajaran. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kelemahan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan
pada penulisan-penulisan berikutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
setiap pembacanya.
Meulaboh, 20 April 2024
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja.........................................2
B. Dasar Pemberlakuan..................................................................................3
C. Perlindungan Hukum Jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Terhadap Tenaga Kerja.............................................................................5
D. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja.................................6
E. Penyebab Kecelakaan Kerja......................................................................7
F. Usaha Mencapai Keselamatan Kerja.........................................................8
G. Masalah kesehatan karyawan....................................................................9
BAB III PENUTUP....................................................................................................11
A. Simpulan..................................................................................................11
B. Saran.........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap
faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan
hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan
oleh penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3),
seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja
agar mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena
kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun
rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin
keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat
kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin.
Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh
sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan
dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) itu?
2. Apa yang menjadi dasar pemberlakuan kesehatan dan keselamatan Kerja (K3)
di Indonesia?
3. Apa fokus dan tujuan dari program kesehatan dan keselamatan kerja?
4. Apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan?
5. Apa saja usaha untuk mencapai keselamatan kerja?
1
6. Apa saja yang menjadi masalah kesehatan karyawan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan
dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan.
Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo,
patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari
kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja
yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat
membuat stres emosi atau gangguan fisik.
Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja
antara lain:
a) Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
b) Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan
yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
c) Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan
yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja .
d) Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang
terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik,
mental dan stabilitas emosi secara umum.
e) Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
2
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
f) Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja
menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga
kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres, maupun karena
kecelakaan. Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja secara
material, selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman,
sehingga secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih produktif
B. Dasar Pemberlakuan
Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun
Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan
berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah
Tentang Pernyataan berlakunya peraturan kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun
1948), yang merupakan bukti tentang disadarinya arti penting keselamatan kerja di
dalam perusahaan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992,
menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan
ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan
kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan
baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini,
tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai
kesejahteraan bersama.
Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan
hukum penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan
pijakan yang jelas mengenai aturan yang menentukan bagaimana K3 harus
diterapkan.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan
kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
3
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahayakecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh
berhak untuk memperoleh perlindungan atas:
a) Keselamatan dan kesehatan kerja
b) Moral dan kesusilaan
c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.
Sedangkan ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa “untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja.” (ayat 2), “Perlindungan sebagaimana
4
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.” (ayat 3). Dalam Pasal 87 juga dijelaskan
bahwa Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen.
C. Perlindungan Hukum Jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Terhadap Tenaga Kerja
Indonesia menganut prinsip negara kesejahteraan (walfare state),9 olehnya
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal
27 ayat (2) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,10 begitu juga dengan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1969 BAB IV Tentang Pembinaan Perlindungan Kerja
tertulis bahwa tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama.11 Hak ini merupakan suatu hal yang pokok sebab
hak setiap orang yang tidak bisa ditunda atau bahkan dihilangkan
Perlindungan hukum mempunyai makna sebagai perlindungan dengan
menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum,
ditunjukan terhadap kepentingankepentingan tertentu, yaitu dengan cara menjadikan
kepentingan yang perlu dilindungi tersebut ke dalam sebuah hak hukum. Dalam
hukum “hak” disebut juga hukum subyektif. Hukum subyektif merupakan segi aktif
dari pada hubungan hukum yang diberikan oleh hukum obyektif, dalam hal hukum
subyektif adalah normanorma, kaidah.
Ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan secara yuridis memberikan perlindungan bahwa setiap
tenaga kerja berhak mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh
pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa menbedakan jenis kelamin, suku, ras,
agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang
bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat.
Sedangkan Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan bahwa mewajibkan pengusaha untuk memberikan
5
perlakukan yang sama kepada pekerja/buruh tanpa membedakan jenis kelamin, suku,
ras, agama dan aliran politik.
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu
perlindungan dari segi fisik yang mencakup perlindungan keselamatan dari
kecelakaan kerja dan kesehatannya serta adanya pemeliharaan moril kerja dan
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama, sebagaimana
telah ditegaskan pada Pasal 86 Undang-Undang Ketenagakerjaan.
Setiap tenaga kerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja;
2. Moral dan kesusilaan;
3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Perlindungan tersebut dimaksudkan agar tenaga kerja dapat secara aman
melakukan pekerjaannya sehari-hari sehingga dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas pekerjaannya. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari
berbagai peristiwa disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan
menggangu dalam pelaksanaan pekerjaanya. Dalam bidang konstruksi, ada beberapa
peralatan yang digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun
bahaya yang mungkin bisa terjadi dalam proyek konstruksi.
Berdasarkan Pasal 166 UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, dalam hal hubungan kerja berakhir karena pekerja/buruh
meninggal dunia, kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang yang besar
perhitungannya sama dengan perhitungan 2 (dua) kali uang pesangon sesuai
ketentuan Pasal 156 Ayat (2) Undang-Undang Ketenagakerjaan, 1 (satu) kali uang
penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156 Ayat (3) Undang-Undang
Ketenagakerjaan, yakni sebesar tiga bulan upah dan uang penggantian hak yang
seharusnya diterima. Uang penggantian hak tersebut meliputi: Cuti tahunan yang
belum diambil dan belum gugur, biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan
keluarganya ketempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja, penggantian
perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangon
dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat dan hal-hal lain
yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan dan perjanjian kerja
bersama.
6
D. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim
yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan
dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh
pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut
Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan
kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah:
1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan perusahaan
2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan
3. Menghemat biaya premi asuransi
4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
kepada karyawannya
E. Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan
kerja, yaitu:
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang
diperhitungkan keamanannya.
b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pengaturan Udara
a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu, dan berbau tidak enak).
b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a) Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
7
b) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a) Stamina pegawai yang tidak stabil.
b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,
sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan
dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa
risiko bahaya.
F. Usaha Mencapai Keselamatan Kerja
Usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai keselamatan kerja dan
menghindari kecelakaan kerja antara lain:
a. Analisis Bahaya Pekerjaan (Job Hazard Analysis)
Job Hazard Analysis adalah suatu proses untuk mempelajari dan menganalisa
suatu jenis pekerjaan kemudian membagi pekerjaan tersebut ke dalam langkah
langkah menghilangkan bahaya yang mungkin terjadi.
Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa lagkah yang perlu dilakukan:
1) Melibatkan Karyawan.
Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan dalam proses job hazard
analysis. Mereka memiliki pemahaman yang unik atas pekerjaannya, dan hal
tersebut merupakan informasi yang tak ternilai untuk menemukan suatu bahaya.
2) Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.
Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah kecelakaan dan cedera yang
pernah terjadi, serta kerugian yang ditimbulkan, bersifat penting. Hal ini
merupakan indikator utama dalam menganalisis bahaya yang mungkin akan
terjadi di lingkungan kerja
3) Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.
Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang ada dan mereka ketahui di
lingkungan kerja. Lakukan brainstorm dengan pekerja untuk menemukan ide
atau gagasan yang bertujuan untuk mengeliminasi atau mengontrol bahaya yang
ada.
8
4) Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas untuk Pekerjaan
Berbahaya.
Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang tidak dapat
diterima atau tinggi, berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan yang paling
tinggi tingkat risikonya. Hal ini merupakan prioritas utama dalam melakukan
job hazard analysis.
5) Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.
Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga kecelakaan kerja
dapat diminimalisir.
b. Risk Management
Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan
kerugian/kehilangan (waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan dengan
program keselamatan dan penanganan hukum
c. Safety Engineer
Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager agar mampu
mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang ‘aman’ dan menghilangkannya
d. Ergonomika
Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara manusia dengan
pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan, alat-alat dan
perkakas yang digunakan, serta lingkungan kerjanya.
Selain ke-empat hal diatas, cara lain yang dapat dilakukan adalah:
1. Job Rotation
2. Personal protective equipment
3. Penggunaan poster/propaganda
4. Perilaku yang berhati-hati
G. Masalah kesehatan karyawan
9
Beberapa kasus yang menjadi masalaha kesehantan bagi para karyawan adalah:
a) Kecanduan alkohol & penyalahgunaan obat-obatan
Akibat dari beban kerja yang terlalu berat, para karyawan terkadang
menggunakan bantuan dari obata-obatan dan meminum alcohol untuk
menghilangkan stress yang mereka rasakan. Untuk mencegah hal ini,
perusahaan dapat melkaukan pemeriksaan rutin kepada karyawan tanpa
pemberitahuan sebelumnya dan perusahaan tidak memberikan kompromi
dengan hal-hal yang merusak dan penurunan kinerja (missal: absen, tidak rapi,
kurang koordinasi, psikomotor berkurang)
b) Stress
Stres adalah suatu reaksi ganjil dari tubuh terhadap tekanan yang diberikan
kepada tubuh tersebut. Banyak sekali yang menjadi penyebab stress, namun
beberapa diantaranya adalah:
1. Faktor Organisasional, seperti budaya perusahaan, pekerjaan itu sendiri,
dan kondisi kerja
2. Faktor Organisasional seperti, masalah keluarga dan masalah finansial
c) Burnout
"Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi psikis maupun
fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak
sesuai dengan kebutuhan dan harapan. Burnout mengakibatkan kelelahan emosional
dan penurunan motivasi kerja pada pekerja. Biasanya dialami dalam bentuk
kelelahan fisik, mental, dan emosional yang intens (beban psikologis berpindah ke
tampilan fisik, misalnya mudah pusing, tidak dapat berkonsentrasi, gampang sakit)
dan biasanya bersifat kumulatif
10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi
kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik
pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting
dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan
perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan
keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan
dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya
nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
B. Saran
Saran yang bisa penulis sampaikan, adalah untuk memperkaya ilmu
kesehatan khususnya di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
laboratorium, yang berupa Alat Pelindung Diri dan identifikasi kecelakaan kerja
yang biasa terjadi di laboratorium ini dapat diajarkan melalui mata kuliah K3.
Tujuannya adalah siswa dapat menyadari dan bertanggungjawab terhadap hasil
11
pekerjaan di laboratorium, mendapat pengetahuan dan memaknai bahwa K3 terdapat
kandungan makna yang dalam apabila kita mengkajinya. Di samping itu mahasiswa
dapat mempelajari, memahami, dan menerapkan fungsi Alat Pelindung Diri dan
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja di kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh
(terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga
Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan
Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja
(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-
k3.html)
Condro S. Dkk. Jaminan Perlindungan Hukum Terhadap Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja Kepada Tenaga Kerja Konstruksi. V o l . 1 3. Fakultas
Hukum Universitas Negeri Gorontalo
12