[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (0 votes)
45 views9 pages

1912-Article Text-5592-1-10-20220729

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 9

Biogenerasi Vol 7 No 2, Agustus 2022

Biogenerasi
Jurnal Pendidikan Biologi
https://e-journal.my.id/biogenerasi

PERBANDINGAN UJI DIAGNOSTIK GEN EXPERT MTB/RIF DENGAN KULTUR SENSITIVITAS


ANTIBIOTIK DALAM MENDETEKSI RESISTENSI RIFAMPICIN Mycobacterium tuberculosis
PADA PASIEN TB PARU DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Perry Boy Chandra Siahaan, Universitas Teuku Umar, Indonesia
Nurbaity Situmorang*, Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara, Indonesia
Suharsih, Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara, Indonesia
Dewi Novina Sukapiring, Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara, Indonesia
*Corresponding author E-mail: nurbaity@unusu.ac.id

Abstract
WHO recommends GeneXpert Mycobacterium tuberculosis; Rifampicin as an initial examination for the diagnose of
drug-resistant tuberculosis and drug-sensitive tuberculosis in pulmonary TB patients. The GeneXpert MTB/RIF
examination is a examination of molecular method with Nucleic Acid Amplification Technology of Nucleic Acid
Amplification (NAAT) it can be diagnose TB and diagnose resistance of Rifampicin within 2 hours. Aims of study is
to determine comparison from GeneXpert MTB/Rif Diagnostic Test with Drug Sensitivity Culture in Detecting
Rifampicin M. tuberculosis resistance in TB patients at H. Adam Malik Hospital, Medan. The sample in this study
was the entire population of suspected pulmonary TB at H. Adam Malik Hospital Medan who had MTB examination
results. Post; rif. res. The sample size was using total sampling, namely the sampling technique where the number of
samples was the same as the population, namely 128 patients in 2020. The results of the Rifampicin TCM Antibiotic
Test were found that 128 people had Rifampicin Resistant results. Based on the percentage of the results of the MGIT
Antibiotic Sensitivity Test, 125 people were found to have Rifampicin Resistant results and 3 people had Rifampicin
Sensitive results. Based on the results, it can be seen that the sensitivity value of the TCM tool to DST MGIT culture
is 97.7%. The Conclusions of these Research is the ability of the GeneXpert MTB/Rif method to detect rifampin
resistance can be used as a screening tool to diagnose rifampin-resistant TB.
Keywords: Tuberculosis, GeneXpert, Screening
Abstrak
WHO merekomendasikan penggunaan alat GeneXpert Mycobacterium tuberculosis; Rifampicin sebagai
pemeriksaan awal untuk diagnosis Tuberkulosis Resistance Obat dan Tuberkulosis Sensitif Obat pada pasien TB
Paru. Pemeriksaan GeneXpert MTB/RIF merupakan pemeriksaan molekuler dengan metode Nucleic Acid
Amplification Technology (NAAT) yang dapat mendiagnosis TB dan resistensi terhadap Rifampisin dalam waktu 2
jam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbandingan Uji Diagnostik GeneXpert MTB/Rif dengan
Kultur Sensitivitas Obat dalam Mendeteksi Resistensi Rifampicin M. tuberculosis Pada Pasien TB di RSUP H. Adam
Malik Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan sputum pasien suspek TB Paru di RSUP H. Adam
Malik Medan yang mempunyai hasil pemeriksaan MTB. Pos; Rif. Res. Teknik pengambilan sampel yaitu Total
Sampling dimana jumlah sampel sama dengan jumlah pupulasi yaitu 128 pasien di tahun 2020. Hasil penelitian Uji
Antibiotik Rifampicin TCM diperoleh 128 orang mempunyai hasil Rifampisin Resisten. Berdasarkan persentase hasil
Uji Sensitivitas Antibiotik MGIT diperoleh 125 orang mempunyai hasil Rifampisin Resisten dan 3 orang mempunyai
hasil Rifampisin Sensitif. Dari data tersebut dapat diketahui nilai sensitivitas alat TCM terhadap Kultur DST MGIT
adalah 97,7%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa untuk mendiagnosa penyakit TB Paru yang rifampisin
resisten untuk skrining diagnosanya dapat digunakan metode GeneXpert MTB/Rif.
Kata Kunci: Tuberculosis, GeneXpert, Skrining

Correspondence Author :
Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara
Jl. H.A. Manaf Lubis No. 2 Gaperta Ujung, Medan

1
PENDAHULUAN Diagnosa TB Paru di tahap awal penyakit

Penyakit yang menyerang paru – paru dan sulit dilakukan karena gejala klinis yang timbul

menular yang dikenal dengan nama tidak/kurang spesifik. Pemeriksaan yang

Tuberkulosis, disebabkan oleh bakteri diperlukan untuk TB Paru adalah pemeriksaan

Mycobacterium tuberculosis. Sumber gejala klinis yang timbul, pemeriksaan fisik

penularan penyakit tuberkulosis umumnya radiologis dan pemeriksaan laboratorium.

melalui dahak yang dikeluarkan oleh pasien Diagnosis awal dengan ditemukannya M.

dengan BTA Positif, selanjutnya percikan tuberculosis pada saat pemeriksaan gejala klinis

dahak tersebut terhirup manusia sehingga dari biakaan dahak atau kultur dahak. Uji kultur

menyebabkan infeksi. Penyebaran penyakit ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi

tuberkulosis memiliki empat tahapan yaitu : namun diperlukan waktu yang cukup lama

tahap paparan, infeksi, menderita sakit dan untuk mendapatkan hasilnya yang bisa sampai

meninggal dunia (Kemenkes, 2018). lebih dari satu minggu. Serta dalam

Berdasarkan data WHO (2014), Akhir pengerjaannya diperlukan tenaga dengan

tahun 2007 Indonesia terdata pernah menjadi keahlian khusus. Sehingga dibutuhkan

negara yang menempati nomor tiga sebagai alternatif lain yaitu dengan metode yang cepat,

negara dengan jumlah kasus tuberkulosis paru / sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis TB

TB Paru terbanyak setelah India dan Cina. TB Paru (Kemenkes, 2018).

Paru juga sebagai penyebab kematian nomor Tes diagnostik adalah cara/alat yang

dua dengan jumlah kematian 175.000 /tahun, digunakan untuk mengetahui apakah seseorang

khususnya untuk daerah perkotaan dan kumuh menderita penyakit atau tidak, berdasarkan

(Widyanto, 2013). tanda dan gejala yang muncul. Sensitivitas

Kasus TB Paru di Indonesia khususnya merupakan kemampuan tes untuk

Sumatera Utara, termasuk tinggi yaitu dari memperlihatkan individu yang menderita sakit

100.000 penduduk diketahui 206 penduduk dari seluruh populasi yang terinfeksi penyakit.

terdiagnosis terkena TB Paru (Kemenkes, Spesifisitas merupakan kemampuan tes untuk

2019). Pada tahun 2020 diperoleh angka kasus menunjukkan individu yang tidak menderita

baru TB Paru sebesar 33.779 kasus untuk sakit dari populasi yang tidak terinfeksi

Sumatera Utara dan di kota Medan sebesar penyakit (Notoadmojo, 2012). Diagnosis TB

12.105 kasus. Hasil survei awal di Rumah Sakit Paru dengan teknologi molekuler telah

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan digunakan beberapa waktu yang lalu, hanya saja

diperoleh data pemeriksaan Tes Cepat metode ini terlalu kompleks untuk pemeriksaan

Molekuler pasien suspek TB Paru tahun 2020 rutin di negara berkembang khususnya

sebanyak 3797 pemeriksaan dan diperoleh 128 Indonesia. Tahap pengolahan spesimen dan

pasien dengan hasil Mycobacterium ekstraksi DNA (Deoxyribonucleic Acid)

tuberculosis Positif; Rifampicin Resistance. mempersulit implementasi di negara dengan

2
sumber daya terbatas. Pemeriksaan TCM GeneXpert MTB/RIF karena waktu
menggunakan GeneXpert adalah satu-satunya pemeriksaan tidak membutuhkan waktu yang
pemeriksaan molekuler yang meliputi seluruh lama akan tetapi biaya untuk pemeriksaan
elemen reaksi yang dibutuhkan termasuk relatif mahal. Saat ini BPJS bekerjasama
seluruh reagen yang diperlukan untuk dengan instansi pelayanan kesehatan sehingga
melakukan prosedur PCR (Polymerase Chain biaya pemeriksaannya menjadi lebih terjangkau
Reaction) dalam satu katrid (Kemenkes, 2017). oleh masyarakat. Kultur merupakan gold
Penggunaan alat GeneXpert standar untuk pemeriksaan Tuberkulosis pada
Mycobacterium tuberculosis; Rifampicin telah sejumlah spesimen karena jauh lebih sensitif
direkomendasikan oleh WHO mulai tahun dibandingkan mikroskopis, tetapi memerlukan
2010, untuk pemeriksaan awal diagnosis sejumlah personil yang kompeten dan juga
Tuberkulosis Resistance Obat dan Tuberkulosis membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
Sensitif Obat pada pasien TB Paru. menentukan hasil. Teknik kultur yang saat ini
Pemeriksaan GeneXpert MTB/RIF adalah umum dilakukan adalah dengan melakukan
pemeriksaan molekuler yang menggunakan penanaman media cair Mycobacterium Growth
teknologi Nucleic Acid Amplification Indicator Tube (MGIT).
Technology (NAAT) untuk mendiagnosis TB Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui
dan resistensi terhadap Rifampisin dalam waktu Perbandingan Uji Diagnostik GeneXpert
2 jam (Kemenkes, 2017). MTB/Rif dengan Kultur Sensitivitas Obat dalam
Berdasarkan data tersebut maka perlu mendeteksi Resistensi Rifampicin M.
ditingkatkan perhatian untuk TB Paru di tuberculosis Pada Pasien TB di RSUP H. Adam
Provinsi Sumatera Utara, baik dalam hal Malik Medan. Adapun tujuan penelitian ini
diagnosis, pengobatan, pencegahan serta adalah untuk mengetahui Perbandingan Uji
penemuan kasus sedini mungkin. Untuk itu Diagnostik GeneXpert MTB/Rif dengan Kultur
sarana diagnostik yang andal sangat diperlukan Sensitivitas Obat dalam Mendeteksi Resistensi
untuk menemukan dan mengobati penderita. Rifampicin M. tuberculosis Pada Pasien TB di
Dengan adanya berbagai penelitian saat ini RSUP H. Adam Malik Medan.
telah dikembangkan beberapa upaya untuk
METODE
menegakkan diagnosis tuberkulosis yaitu
dengan beberapa metode seperti : Pewarnaan Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
BTA (Ziehl-Neelsen), Kultur, Mikrobiologi RSUP H. Adam Malik Medan
Immunocromatografi test (ICT), Igra, pada bulan Juni – Agustus 2021. Penelitian ini
GeneXpert MTB/RIF. Pemeriksaan yang termasuk penelitian Pre-eksperimental dengan
umumnya dilaksanakan di fasilitas pelayanan One-Shot Study Case. Data yang diperoleh
kesehatan adalah pewarnaan BTA dan metode disajikan dalam Tabel Uji Diagnosis 2x2 untuk
pemeriksaan yang trend saat ini adalah untuk mendapatkan nilai sensitivity dan

3
spesifity melalui rumus. NAOH-NALC dengan perbandingan 1:1
dan tutup rapat tabung untuk
Tabel 1. Tabel 2 x 2 Pemeriksaan GeneXpert menghindari kebocoran sampel.
MTB/RIF – Uji Sensitivitas Antibiotik
Uji Resisten Obat b. Vortex selama ± 15-30 detik. Kemudian
Resisten Sensitif Jumlah
GeneXpert Resisten a b a+b didiamkan selama ± 15-20 menit.
MTB/Rif Sensitip c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
Pastikan semua sampel telah homogen.
Rumus : c. Ditambahkan cairan buffer fosfat ke
𝑎
Sensitivity = 𝑎+𝑐
× 100% dalam tabung centrifuge sampai tabung
terisi sebanyak 45 ml.
1. Persiapan Sampel
d. Spesimen disentrifugasi dengan
Siapkan sputum sewaktu dan pagi di
dalam pot. Sputum yang digunakan adalah kecepatan 3000 g selama ± 15-20 menit
sputum dengan kualitas yang baik dengan ciri- untuk sedimentasi mikobakterium.
ciri Purulen (konsistensi sputum kental & Biarkan tabung selama ± 5 menit agar
lengket), Mukopurulen (konsistensi sputum aerosol turun. Buang supernatan ke
kental dan berwarna kuning kehijauan) dan dalam kontainer yang terdapat
Mukoid (konsistensi sputum berlendir & disinfektan mikobakteria.
kental). Selanjutnya sputum tersebut akan
e. Dipastikan tidak ada sedimen yang ikut
digunakan pada pemeriksaan GeneXpert dan
terbuang saat menuangkan supernatan.
Kultur TB untuk uji sensitivitas obat.
Selanjutnya tambahkan 1-2 ml buffer
2. Pemeriksaan GeneXpert
fosfat dengan pH 6,8 dan aduk kembali
a. Sputum diambil dan dimasukkan ke dalam
hingga homogen dengan pipet atau
pot kemudian dicampurkan dengan buffer
dengan perbandingan 1:2. Kocok sampel 20 Vortex.
kali kemudian didiamkan selama ± 10 f. Disiapkan tabung media MGIT yang
menit, kocok kembali 10 kali kemudian telah ditambahkan suplemen PANTA
didiamkan selama ± 5 menit. sebanyak 800 µl, kemudian tambahkan
b. Pot sputum dibuka, diambil sampel yang 500 µl suspensi sedimen kedalam
telah homogen sebanyak 2 ml dengan pipet tabung tersebut, bolak balik sebanyak 4
transfer, teteskan ke dalam katrid TCM. kali kemudian masukkan tabung ke
Masukkan katrid TCM ke dalam Mesin
dalam mesin MGIT. Tunggu selama ±
TCM tunggu selama ± 2 jam sampai hasil
4-14 hari sampai indikator positif
pemeriksaan muncul di komputer.
muncul di mesin MGIT.
3. Pemeriksaan Kultur
g. Tabung MGIT positif divortex selama
a. Sputum dimasukkan kedalam tabung
± 5-10 detik kemudian diamkan ± 5
centrifuge, kemudian tambahkan larutan
4
menit. Ambil 100 µl dari tabung MGIT Ambil ± 500 µl larutan suspensi ini untuk
positif teteskan ke strip test MPT64, ditambahkan ke dalam tabung 1 yang

tunggu selama 15 menit. Apabila sebelumnya sudah ditambahkan ± 800 µl


suplemen OADC/SIRE.
terdapat tanda 2 garis merah
d. Ditambahkan ± 100 µl larutan antibiotik
menandakan bahwa sedimen
STR, INH, RIF dan EMB pada masing-
merupakan bakteri M. tuberculosis
masing tabung 2, 3, 4 dan 5 yang
kompleks (MTB. Kompleks).
sebelumnya sudah ditambahkan dengan ±
h. Sampel MTB. Kompleks dimasukkan
800 µl suplemen OADC/SIRE, selanjutnya
ke dalam inkubator selama ± 1 hari, inokulasi ± 500 µl sampel MTB. Kompleks.
untuk selanjutnya akan digunakan pada Siapkan Set Carrier, tempatkan tabung
Uji Kepekaan Antibiotik. yang sudah dilabeli sesuai dengan urutan
4. Uji Sensitivitas Antibiotik pada set (1, 2, 3, 4 dan 5). Tunggu selama
a. Sampel MTB. Kompleks diambil kemudian ± 7 – 14 hari sampai indikator positif
vortex tabung tersebut dan didiamkan muncul di mesin MGIT.
selama ± 5-10 menit. 5. Analisa Data
b. Disiapkan 5 tabung MGIT baru dan beri Data yang didapatkan dari hasil
label untuk kelima tabung dengan rincian GeneXpert dan Uji Antibiotik dilakukan
sebagai berikut : Growth Control (1), STR editing dan tabulating. Selanjutnya data
(2), INH (3), RIF (4) dan EMB (5).
akan dibandingkan untuk melihat
c. Suspensi MTB. Kompleks dilarutkan
perbedaan antara pemeriksaan TCM
dengan perbandingan 1:100 yaitu dengan
dengan Uji Sensitivitas Antibiotik.
menambahkan ± 100 µl dari suspensi
Pengolahan data dilakukan dengan
MTB. Kompleks ke dalam ± 10 ml NaCL
steril. Kocoklah tabung tersebut 5-6 kali. komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien TB yang berkunjung ke Laboratorium
Mikrobiologi Klinik RSUP H. Adam Malik Medan dan hasil yang diperoleh dapat dilihat di Tabel 2 :

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Dengan Jenis Kelamin,Umur, Hasil TCM dan Hasil Uji
Sensitivitas Antibiotik.

Variabel Jumlah Persentase


Jenis Kelamin
Laki-laki 79 61,7%
Perempuan 49 38,3%
Umur (tahun)
5-11 1 0,7%
12-25 11 8,6%

5
26-45 55 43,0%
46-65 53 41,4%
>65 8 6,3%
Hasil Uji TB TCM
High of MTB 40 31,2%
Medium of MTB 65 50,7%
Low of MTB 20 15,6%
Very Low of MTB 3 2,5%
Hasil Uji Antibiotik
Rifampisin TCM
Sensitif 0 0%
Resisten 128 100%
Hasil Uji Sensitivitas
Antibiotik MGIT
Sensitif 3 2,3%
Resisten 125 97,7%

Berdasarkan persentase jenis kelamin berjenis kelamin perempuan sebanyak 49 orang


responden tertinggi adalah laki-laki yang (38,3%). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
berjumlah 79 orang (61,7%) sedangkan penderita TB Paru lebih banyak diderita oleh
responden dengan jenis kelamin perempuan laki-laki dibandingkan perempuan, hal ini
sejumlah 49 orang (38,3%). Berdasarkan sejalan dengan yang dirilis oleh WHO.
persentase umur responden tertinggi adalah Hasil data survey per 17 Mei 2018
umur 26-45 tahun sebanyak 55 orang (43%). menunjukkan bahwa pada tahun 2017 terdapat
Berdasarkan persentase hasil Uji TB TCM sebanyak 420.994 jumlah kasus baru TB di
diperoleh 65 orang mempunyai hasil MTB Indonesia, dimana ditemukan kasus dengan
Medium dan 3 orang mempunyai hasil MTB jumlah 1,4 kali lebih besar pada laki – laki
Very Low. Berdasarkan persentase hasil Uji dibandingkan dengan perempuan. Dari data
Antibiotik Rifampicin TCM diperoleh 128 tersebut juga didapatkan bahwa Prevalensi
orang mempunyai hasil Rifampisin Resisten. Tuberkulosis pada laki-laki 3 kali lebih tinggi
Berdasarkan persentase hasil Uji Sensitivitas dibandingkan perempuan. Hal ini mungkin
Antibiotik MGIT diperoleh 125 orang disebabkan karena laki-laki lebih sering
mempunyai hasil Rifampisin Resisten dan 3 terpapar faktor risiko penyebab TBC contohnya
orang mempunyai hasil Rifampisin Sensitif. perilaku ketidakpatuhan minum obat dan
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui nilai kebiasaan merokok. Persentase menunjukkan ±
sensitivitas alat TCM terhadap Kultur DST 68,5% laki – laki yang merokok, sedangkan
MGIT adalah 97,7%. untuk perempuan ± 3,7% (Infodatin, 2018).
Distribusi sampel dari hasil penelitian
Pembahasan
Penderita TB Paru dengan usia 26-45 tahun
Distribusi sampel dari hasil penelitian mempunyai proporsi paling banyak yaitu 55
penderita TB Paru yang berjenis kelamin laki- orang (43%) sedangkan usia 5-11 tahun
laki sebanyak 79 orang (61,7%) dan yang mempunyai proporsi umur paling sedikit yaitu

6
1 orang (0,7 %). Responden berjenis kelamin metode GeneXpert MTB/Rif dan metode
Laki-laki yang paling banyak terdapat pada usia biakan/Uji sensitivitas antibiotik sebesar
26-45 tahun sejumlah 37 orang (46,8%) 97,7%. Nilai ini lebih kurang sama dengan yang
sedangkan responden dengan jenis kelamin dilaporkan oleh Susilawati et al., (2018) pada
Perempuan paling banyak didapatkan pada usia penelitiannya didapatkan nilai sensitivitas alat
64-65 tahun sejumlah 23 orang (46,9%). Dari GeneXpert MTB/Rif dengan metode biakan dan
data tersebut terlihat bahwa penderita TB Paru uji resistensi OAT sebesar 93,6%. Hal yang
lebih banyak ditemukan pada responden usia sama juga dilaporkan oleh Susanti et al. (2015)
produktif, sesuai dengan yang pernah dengan menggunakan media padat Lowenstain
dikemukakan oleh WHO (2020) yaitu sebesar Jennsen untuk uji resistensi OAT nilai
89% berusia ≥ 14 tahun. (WHO, 2020). sensitifitas GeneXpert MTB/Rif yaitu 92,86%.
Survei Riskesdas pada tahun 2013 Sedangkan Rivani et al (2019) mengemukakan
melaporkan bahwa prevalensi TBC meningkat bahwa untuk mendeteksi resistensi rifampisin
seiring bertambahnya usia. Dari survey tersebut nilai sensitivitas metode GeneXpert MTB/Rif
didapatkan konfirmasi bakteriologis sebesar 10% lebih besar jika dibandingkan dengan
759 per 100.000 penduduk usia 15 tahun keatas metode biakan media. Persentase sensitivitas
dan prevalensi TBC BTA positif sebesar 257 yang tinggi ini dipengaruhi oleh nilai resisten
per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke murni jika hasil pada pemeriksaan uji Gene-
bawah. Hal ini disebabkan karena durasi Xpert MTB/Rif dan uji resistensi OAT adalah
paparan dan reaktivasi TBC yang lebih lama resisten.
jika dibandingkan kelompok umur dibawahnya. Distribusi sampel pada hasil penelitian
Pada penelitian ini untuk medium of MTB Penderita TB Paru diperoleh dari 128 sampel
diperoleh hasil 50,7 % tingkat infeksius melalui Rifampisin Resisten ditemukan 3 sampel
penegakan dengan metode GeneXpert MTB/Rif dengan hasil Rifampisin Sensitif. Berdasarkan
dan 97.7 % untuk rifampisin resisten. hasil tersebut dapat diketahui nilai sensitivitas
Kenyataan bahwa penderita TB yang rifampisin alat TCM terhadap Kultur DST MGIT adalah
resisten akan lebih infeksius, hal ini dapat 97,7%. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan
terjadi adalah karena efektifitas pengobatan Zuraida (2021) yaitu nilai sensitivitas alat TCM
rifampisin menurun. Hal yang sama juga dari 3 jurnal yang diteliti didapatkan sensitivitas
ditemukan oleh WHO (2020) pada kasus jurnal 1 82,3%, jurnal 2 82,3% dan jurnal 3
pengobatan berulang terhadap TB rifampisin 86,84%. Sensitivitas dan Spesifisitas dari
resisten yaitu sebanyak 127 % jauh lebih besar metode TCM dan Mikroskopis BTA terhadap
jika dibandingkan dengan kasus baru TB Kultur untuk diagnosa TB paru dewasa dan
rifampisin resisten (33%). anak – anak adalah 88% dan 99% (WHO,
Berdasarkan Tabel 2 tersebut, hasil 2013).
penelitian terhadap uji sensitivitas antara

7
Dari 128 sampel MTB dengan resisten penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh
rifampisin yang didiagnosa dengan metode adanya mutasi yang terjadi di luar regio gen
PCR GeneXpert MTB/Rif setelah diuji rpoB.
sensitivitas antibiotik maka 3 dari 128 tersebut
sensisitif rifampisin. Hal ini menunjukkan SIMPULAN DAN SARAN
bahwa ada 3 sampel dengan resisten palsu, yang Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat
merupakan MTB. Pos Very Low;Rif. perbedaan sensitivitas antara pemeriksaan Uji
Resistance, dimana Deoksiribo Nucleid Acid GeneXpert dan pemeriksaan Uji Kultur MGIT
(DNA) dari bakteri M. tuberculosis sangat dengan persentase 97% (GeneXpert) dan 100%
sedikit, sehingga kemungkinan menyebabkan (MGIT).
start point replikasi DNA juga akan semakin Untuk peneliti selanjutnya diharapkan
rendah. Rendahnya hasil replikasi DNA mengembangkan penelitian lebih lanjut untuk
berpengaruh terhadap kadar fluorofor yang mengetahui mengapa pada metode PCR
dibebaskan (Bodmer and Strohle, 2012). Dari GeneXpert MTB/Rif sering terjadi resisten
hasil penelitian diperoleh MTB very low dan palsu.
MTB low dapat menyebabkan pembebasan
senyawa fluorofor yang sedikit sehingga tidak
mencapai batas minimum yang dapat dibaca DAFTAR RUJUKAN
oleh sensor alat dan akan disimpulkan oleh alat Bodmer, T., Ströhle, A. 2012. Diagnosing
Pulmonary Tuberculosis with the Xpert
sebagai adanya perubahan pada urutan basa
MTB/RIF Test. Journal of Visualized
nukleotida (mutasi) sehingga akan Experiments, Exp. (62) : 3547
mendapatkan kesimpulan hasil pengukuran
Infodatin. 2018. Tuberkulosis.
rifampisin resisten. Kemungkinan lain yang https://pusdatin.kemkes.go.id
menyebabkan resisten palsu pada hasil
Kemenkes RI. 2017. Petunjuk Teknis
pemeriksaan metode PCR GeneXpert MTB/Rif Pemeriksaan TB Menggunakan Tes
Cepat Molekuler. Jakarta.
adalah adanya mutasi DNA yang terjadi
terdapat di luar region gen rpo-B, sedangkan Kemenkes RI. 2018. Pengendalian Penyakit.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.
adanya mutasi pada regio genrpo-B pada
Jakarta.
bakteri M. tuberculosis menunjukkan resistensi
Kemenkes RI. 2019. Pengendalian Penyakit.
bakteri M. tuberculosis terhadap rifampisin. Hal
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.
ini sesuai dengan hasil penelitian yang Jakarta.
dilaporkan oleh Li et al., (2012) yaitu
Li, J., Xin, J., Zhang, L., Jiang, L., Cao, H., Li,
diperkirakan sebanyak 5% kelompok M. L. (2012). Rapid detection of rpoB
mutations in rifampin resistant M.
tuberculosis yang resisten terhadap rifampisin
tuberculosis from sputum samples by
mengalami mutasi di luar regio gen rpoB. denaturing gradient gel electrophoresis.
Int J Med Sci; 9 (2) : 148–56.
Resistensi palsu yang diperoleh dalam

8
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Rivani, E., Sabrina, T., Patricia, V. 2019.


Perbandingan uji diagnostik GeneXpert
MTB/Rif untuk mendeteksi resistensi
rifampisin Mycobacterium tuberculosis
pada pasien Tb paru di RSUP dr. Moh.
Hoesin Palembang, Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan, Publikasi Ilmiah Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Vol.
6, No. 1.

Susanti, E., Amir, Z., Siagian, P., Yunita, R.,


Eyanoer, P. C. 2015. Uji Diagnostik
GeneXpert MTB/Rif Di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan,
Jurnal Biosains. Vol. 1, No. 2.

Susilawati, T.N., Saptawati, L., Damayanti, K.


E., Larasati, R. 2018. Evaluasi Metode
GeneXpert MTB/Rif dengan Sampel
Raw Sputum untuk Mendeteksi
Tuberkulosis Paru, Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Indonesia Vol. 2 No. 1.

Widyanto, F. C., & Triwibowo, C. 2013. Trend


Disease. CV. Trans Info Media. Jakarta.
World Health Organization. 2013. Global
tuberculosis report 2013. Diakses pada
20 Februari 2021, dari
www.who.int/tb/challenges/mdr/tdrfaqs/
en/.

World Health Organization. 2014. Rapid


implementation of the Xpert MTB/RIF
diagnostic test: technical and
operational “How-to”, practical
consideration. Dilihat pada 20 Februari
2021,
www.who.int/tb/challenges/mdr/tdrfaqs/
en/.

World Health Organization. 2020. Global


tuberculosis report 2020. Diakses pada
08 Juli 2021, dari
https://www.who.int/teams/global-
tuberculosis-programme/tb-
reports/global-tuberculosis-report-2020s

You might also like