None Cd8290a1
None Cd8290a1
None Cd8290a1
1,2
Teknik Elektro, Institut Teknologi PLN, Jakarta
2
samsurizal@itpln.ac.id
ABSTRACT
Every measurement of electrical energy has a vital and very decisive role. Kilo Watt Hour
(kWh) meter is an equipment used to measure a value or price of electricity usage (watt
hour) in the period of time used. The problem of losses that occur in the kWh Meter is one
of the problems. The problem faced is how to make readings and measurements of the use
of electricity measured properly. In this study, the objectives to be achieved are to find out
when the kWh meter deviation calculation shows results of no more than the permissible
kWh deviation tolerance, namely -2% and +2% results and to correct electrical energy
losses, ranging from technical and non-technical kWh meter errors. technical. Based on the
results of research conducted using manual calculations and using special software. With
the software makes it easier for studies to be carried out. In this case, it is the non-technical
determination of kWh that usually accounts for the biggest losses, because this is not 100%
pure damage from the kWh Meter, but there are PLN Consumers who are not responsible
for the losses given. From the results of technical testing of the 3 kWh Meter which obtained
data and specifications up to the deviation of the kWh Meter and from the results of studies
conducted on non-technical testing, it turns out that this is what contributes to losses on a
large scale.
ABSTRAK
Setiap pengukuran energi listrik memiliki peran yang vital dan sangat menentukan. Kilo Watt
Hour (kWh) meter merupakan peralatan yang digunakan untuk dapat mengukur suatu nilai
atau harga dari penggunaan listrik (watt jam) dalam kurun waktu yang digunakan.
Permasalahan losses yang terjadi pada kWh Meter menjadi salah satu masalah.
Permasalahan yang dihadapi bagaimana cara agar pembacaan dan pengukuran dari
penggunaan lisrtrik terukur dengan baik. Pada studi ini tujuan yang ingin dicapai adalah
mengetahui saat perhitungan deviasi kWh meter menunjukkan hasil tidak lebih dari toleransi
deviasi kWh yang diperbolehkan yaitu hasil -2% dan +2% dan untuk memperbaiki losses
energi listrik, mulai dari kesalahan kWh Meter secara teknis maupun non-teknis.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menggunakan perhitungan secara manual dan
menggunakan software khusus. Dengan adanya software tersebut mempermudah studi
yang dilakukan. Dalam hal ini, penentuan kWh secara non-teknis lah yang biasanya
menyumbang rugi-rugi paling besar, dikarenakan ini bukan 100% murni kerusakan dari kWh
Meter, melainkan ada Konsumen PLN yang tidak bertanggung jawab atas losses yang
diberikan. Dari hasil pengujian secara Teknis terhadap 3 kWh Meter yang dimana
didapatkan data dan spesifikasi hingga deviasi kWh Meter dan dari hasil studi yang lakukan
terhadap pengujian secara Non Teknis, tenyata hal inilah yang menyumbang losses dalam
skala yang besar.
1. PENDAHULUAN
kWh meter sendiri adalah suatu alat ukur yang melakukan transaksi energi, dalam
hal ini harus disetujui oleh pelanggan dan juga perusahaan yang bersangkutan dan
tentunya harus mendapat verifikasi dari pemerintahan tersebut. Dalam kesalahan
pengukuran pada saat transaksi energi, hal ini dapat menyebabkan pelanggan melakukan
complain terhadap perusahaan listrik yang menyediakan jasanya tersebut. Pada
hakikatnya, jumlah energi listrik yang telah digunakan oleh pelanggan akan terukur dan
tercatat secara langsung melalui stand meter yang ada pada alat ukur kWh meter
pelanggan masing-masing. Apabila pelanggan merasa tagihan listrik yang tiba-tiba menjadi
murah sedangkan pelanggan memakai energi listrik dengan selayaknya dari penggunaan
bulan-bulan sebelumnya, tetapi pelanggan tidak melaporkan hal ini ke pihak perusahaan
listrik tersebut, maka hal ini pelanggan dapat terkena pelanggaran yang sanksinya berupa
Tagihan Susulan (TS) yang dihitung dari penggunaan energi listrik rata-rata pada bulan-
bulan sebelumnya.
Apabila pada kWh meter terjadi kerusakan pada komponen ataupun pelanggan yang
melakukan pencurian listrik yang mengakibatkan suatu pengukuran pada kWh meter
menjadi tidak normal, maka dengan hal ini dapat dikenakan sanksi P1, P2 dan P3. Untuk
kasus pencurian listrik seperti melakukan penggantian MCB yang tidak sesuai dengan daya
kontrak PLN (P1), memasang kawat/lempengan tembaga pada Terminal 1 dan 3 yang
diparalel (P2), dan selanjutnya pelanggaran yang lebih parah lagi yaitu dengan cara
pelanggan melakukan pencurian langsung melalui sumber kemudian menyuntikkan
langsung kabel SR sehingga pada kWh meter tidak mengukur (P3). Kemudian kasus
berikutnya apabila terjadi kejanggalan seperti tagihan listrik tiba-tiba menjadi murah yang
berkemungkinan besar terjadi kerusakan pada komponen-komponen kWh meter namun
pelanggan tidak memberi tahu permasalahan ini ke pihak PLN, dalam hal ini pelanggan
dapat terkena sanksi K1/K2 yaitu suatu pelanggaran yang disebabkan oleh kelainan yang
terjadi pada komponen kWh meter, maka dari hal tersebut PLN memberikan Tagihan
Susulan (TS) pada pelanggan yang terkenal pelanggaran tersebut. Tagihan Susulan (TS)
ini dihitung berdasarkan sesuai dengan penggunaan energi listrik rata-rata pada beberapa
bulan sebelumnya.
2. METODE PENELITIAN
Pada hakikatnya, suatu usaha untuk melakukan proses mengukur yang menyatakan
sifat dari suatu alat/komponen yang dituangkan dalam bentuk nilai baik itu angka maupun
harga, itulah yang dinamakan pengukuran. Landasan kita dapat memberikan suatu angka
atau harga pada saat melakukan pengukuran dengan cara alat yang akan dilakukan
pengukuran dengan membandingkan alat yang sudah dinyatakan akurat dikarenakan
standarisasinya diperbandingkan dengan alat yang akan kita ukur nantinya.Kilo Watt Hour
(kWh) meter adalah alat yang digunakan untuk dapat mengukur suatu nilai atau harga dari
penggunaan listrik (watt jam) dalam kurun waktu yang digunakan. Jadi pada kWh meter ini
sudah terpasang 1 buah disc (piringan) serta alat hitung yang biasa disebut penghitungan
mekanis. Pada alat ukur ini tersusun oleh kumparan voltase yang terhubung secara parallel
dengan bebannya dan pada kumparan arusnya yang terhubung secara seri dengan beban
juga.
Total dari energi listrik yang dihasilkan oleh kWh meter diubah dalam bentuk energi
mekanis, hal ini terjadi karena berguna untuk memutar piringan kWh meter dan juga counter
stand meter pada kWh meter, hal ini dapat terjadi karena jumlah energi listrik yang kita
gunakan dengan perputaran piringan dan juga counter pada stand meter sesuai atau masih
berlaku secara normal.
Metode yang digunakan untuk melakukan pengujian kWh Meter ini dengan
menggunakan metode pengukuran secara Teknis dan Non Teknis, kemudian alat yang
digunakan sebagai penunjang studi ini ada 2, yaitu:
x Tang Ampere (Clamp Ampere)
x Tang kW
Gambar 3. Tang kW
Teknik pengambilan sample dengan menggunakan 3 tipe kWh Meter, yaitu ada kWh
Meter Melcoinda, Fuji Dharma Electric dan Sigma Electric. Variable yang diukur
nantinya meliputi Daya yang terukur melewati kWh Meter, Daya aktif yang diukur melalui
tang kW dan Kesalahan kWh Meter (Error %), dimana persamaan sebagai berikut:
x Daya yang Terukur Melewati kWh Meter
3600 x n
P1 = txc (1)
Keterangan:
a) P1 = Daya yang Dihitung dari Hasil Uji (kWh Meter) Putaran Dengan
Menggunakan Stopwatch/Sensor Waktu
b) 3600 = Detik/Jam
c) N = Banyak Putaran
d) t = Waktu (Detik)
e) c = Konstanta kWh Meter
3600 x n
P1 =
txc
3600 x 3
P1 =
6,39 x 900
P1 = 1,88 kW
3 í3
Error (%) = X 100%
P2
3600 x n
P1 =
txc
P1 = 3600 x 3
6,07 x 900
P1 = 1,97 kW
P1 = 3600 x n
txc
P1 = 3600 x3
7,92 x 900
P1 = 1,51 kW
3 í3
Error (%) = x 100%
P2
Error (%) = í x 100%
1,87
Error (%) = í0,354 x 100%
1,87
Error (%) = -18,97%
Pada hasil pengujian seperti ini, kWh Meter mengalami abnormal dimana pada
kecepatan putar pada piringan aluminium tidak sebanding dengan daya listrik yang
dikonsumsi (Kecepatan Putar Piringan < Daya Listrik yang Dikonsumsi).
kejadian seperti kasus diatas hal ini dapat menyebabkan deviasi kWh Meter
minus (-) -100 %, dikarenakan komponen yang di connect kan tidak akan terukur
oleh kWh Meter, sehingga hal ini dapat menyebabkan losses yang sangat besar
sekali dan tentunya dapat merugikan perusahaan.
Dari hasil pengujian secara Teknis terhadap 3 kWh Meter yang dimana didapatkan
data dan spesifikasi hingga deviasi kWh Meter, yaitu pada kWh Meter tipe Melcoinda
didapatkan deviasi kWh Meter sebesar 1,216282325950168 %, hal ini terbilang cukup baik
dari segi pengukuran dikarenakan sudah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh
SPLN. Berikutnya ada kWh Meter merk Fuji Dharma Electric didapatkan deviasi kWh Meter
sebesar 5,718489282788149 %, hal ini bisa dibilang baik bagi perushaan, karena
menguntungkan PLN sekitar 3,718489282788149 % dari pembayaran yang dilakuakan oleh
konsumen PLN dan begitu juga sebaliknya hal ini merugikan Konsumen PLN tetapi hanya
dalam skala yang kecil.
Berikutnya ada kWh Meter merk Sigma Electric dimana pada kWh meter ini
didapatkan deviasi kWh Meter sebesar -18,97585480473181 %, hal ini tentu sangat
merugikan PLN, dikarenakan PLN losses sebesar -16,97585480473181 % pada
pemakaian kWh Meter merk Sigma Electric, dan ini tentu sangat jauh sekali dari aturan
yang telah ditetapkan oleh SPLN. Berikutnya dari hasil studi yang dilakukan terhadap
pengujian secara Non Teknis, tenyata hal inilah yang menyumbang losses dalam skala
yang besar, dikarenakan pada kasus ini dapat menyumbang losses pada deviasi kWh
minus sekitar -35% sampai -70%, hingga kasus yang paling parah ialah dapat
menyumbang losses pada deviasi kWh sebesar -100%.
4.2. Saran
Dari hasil pengujian secara Teknis yang telah dilakukan, sebaiknya kWh Meter yang
memiliki pengukuran deviasi kWh Meter yang buruk, harap dapat diperbarui dengan kWh
Meter yang lebih baik, contoh seperti kWh Meter Melcoinda, sehingga pada hal ini dapat
menekan losses menjadi lebih kecil/rendah lagi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Institut Teknologi PLN, Jakarta, Indonesia
yang telah memberi dukungan yang membantu pelaksanaan penelitian dan penulisan
artikel ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Alfarizi, L. D. (2020). Studi Perbandingan Pembacaan Meteran Pada Kwh Meter PLN
Dengan Kwh Meter Tide, Co Di Area Pt Pln (Persero) Up3 Cengkareng.
[2] Asrul, J., & Firmansyah, F. (2014). Reconnecting Sambungan Rumah (Sr) Pada
Gardu 079 Sovia Untuk Mengurangi Losses Di PT PLN (Persero) Rayon Bukittinggi
0HQJJXQDNDQ $SOLNDVL -DULQJDQ 6\DUDI 7LUXDQ (OHNWURQ× -XUQDO ,OPLDK ±
27. https://doi.org/10.30630/eji.6.1.61
[3] Darma, S. (2019). Studi sistem peneraan kwh meter. Journal of Electrical Technology,
4(3), 158±165.
[4] Gunawan, D., Erwanto, D., & Shalahuddin, Y. (2018). Studi Komparasi Kwh Meter
Pascabayar Dengan Kwh Meter Prabayar Tentang Akurasi Pengukuran Terhadap
Tarif Listrik Yang Bervariasi. Setrum: Sistem Kendali-Tenaga-Elektronika-
Telekomunikasi-Komputer, 7(1), 158. https://doi.org/10.36055/setrum.v7i1.3408
[5] Mohamad Andri Wijaya Taqijuddin.A, & Bambang Dwi Sulo. (2019). Sistem
Monitoring Kwh Meter Berbasis Internet Guna Memonitoring Rugi Daya Dan
Tegangan Jatuh Pada Penyulang Kalipare. 53(9), 1±9.
[6] Mungkin, M., Satria, H., Bahri, Z., & Ridwan, A. (2020). Pengujian Keandalan Sistem
Current Transformer Dalam Menanggulangi Penggunaan Energi Listrik Secara Ilegal.
7(2), 99±107.
[7] Samsurizal, Faber Agustinus G Siagian, Andi Makkulau (2021). Kajian Dampak
Ketidaknormalan Meter Elektronik Pada Sistem Automatic Meter Reading Pada
Pelanggan Tegangan Rendah. Jurnal Elektroda 6(2), 105-108
[8] S, D. W., & Suyaningsih, N. (2018). Deteksi Pemakaian Tenaga Listrik Terhadap
Deviasi kWh Meter Berbasis Mikrokontroller. Semrestek 2018, 391±405.
[9] Wiharja, U. (2017). Analisa Deteksi Ketidaknormalan Meter Elektronik Dengan Sistem
Automatic Meter Reading. Jurnal Ilmiah Elektrokrisna, 6(1), 89±96.