[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (0 votes)
40 views10 pages

JURNAL

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1/ 10

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)DI RSUD KOMUNITAS


KRUI KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2018

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

ABUL BACHTARI
NPM: 16320043P

Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat


Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2018
HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)DI RSUD KOMUNITAS
KRUI KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2018

Oleh :
Dewi Kusumaningsih 1) Abul Bachtari 2)
1)
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati Bandar Lampung
Email : Dewikusumaningsih@yahoo.com
2)
Perawat RSUD Komunitas Krui Kabupaten Pesisir Barat
Email : abulbachtari74@Gmail.Com

ABSTRACT : SUPERVISION RELATIONSHIP HEAD OF ROOM WITH NURSERY COMPLIANCE IN USE


SELF PROTECTOR EQUIPMENT (APD) IN RSUD COMMUNITY KRUI DISTRICT WEST PESISIR 2018
Background : Infection prevention and control activities in health care facilities are a standard of service
quality and important for patients, health care workers and visitors. Infection control should be carried
out by all health care facilities to protect patients, health workers and visitors from the event.
Purpose: To know the relationship of head room supervision with the compliance of nurses in the use of
Personal Protective Equipment (APD) in RSUD Komunitas Krui West Coast District 2018.
Methods: Quantitative research type, analytical research design and cross sectional approach. The
population of all nurses as many as 35 people. And sample of 35 people with total sampling technique.
Data collection using questionnaire sheet and statistical test used is Chi-Square.
Results: Distribution frequency of head room supervision, with bad category as many as 13
respondents (37,1%). Of nurse compliance in the use of personal protective equipment, with non
compliance category as many as 19 respondents (54.3%).
Conclusion :There is a headroom supervision relationship with nurse compliance in the use of personal
protective equipment. The results obtained (p-value 0,016 <α 0,05). OR value: 9,625. It is
recommended that the Krui Community Hospital Management regularly evaluates the application of
APD usage and is advised to conduct training on prevention of infection related to health services and
use of APD.
Keyword : Supervision Of The Room Head, Compliance With The Use Of APD
Pendahuluan: Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi difasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu
standar mutu pelayanan dan penting bagi pasien, petugas kesehatan maupun pengunjung. Pengendalian infeksi
harus dilaksanakan oleh seluruh fasilitas pelayanan kesehatan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan dan
pengunjung dari kejadian.
Tujuan: diketahui hubungan supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD di
RSUD Komunitas Krui Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018.
Metode: Jenis penelitian kuantitatif, dengan rancangan analitik dan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh
perawat sebanyak 35 orang. Dan sampel sebanyak 35 orang dengan teknik total sampling. Pengumpulan data
menggunakan lembar kuesioner dan uji statistik Chi-Square.
Hasil penelitian: Distribusi frekuensi supervisi kepala ruangan, dengan kategori kurang baik sebanyak 13
responden (37,1%). Kepatuhan perawat dalam penggunaan APD, dengan kategori tidak patuh sebanyak 19
responden (54,3%).
Kesimpulan: Ada hubungan supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat dalam APD. Hasil analisis
diperoleh (p-value 0,016 < α 0,05). nilai OR: 9,625. Disarankan manajemen Rumah Sakit Komunitas Krui secara
rutin melakukan evaluasi penerapan penggunaan APD dan disarankan melakukan pelatihan tentang
pencegahan infeksi terkait pelayanan kesehatan dan penggunaan APD.
Kata Kunci : Supervisi Kepala Ruangan, Kepatuhan Penggunaan APD
PENDAHULUAN perawatan pada pasien rawat inap. Infeksi
LATAR BELAKANG yang terjadi pada pasien yang dirawat lebih
Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan lama dari masa inkubasi suatu penyakit
(Health Care Associated Infections ) yang (Sudoyo, 2009). Infeksi terkait pelayanan
selanjutnya disingkat HAIs adalah infeksi yang kesehatan adalah infeksi yang terjadi pada
terjadi pada pasien selama perawatan di rumah masa perawatan pasien di rumah sakit. Suatu
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya infeksi nosokomial dapat ditegakan apabila
dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan infeksi terjadi setelah pasien menjalani rawat
tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi inap lebih dari tiga hari (Sjamsuhidajat, 2014).
dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien Penyakit infeksi terkait pelayanan
pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada kesehatan atau HAIs merupakan salah satu
petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan masalah kesehatan diberbagai negara di dunia,
terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas termasuk Indonesia. Forum Asian Pasific
pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2017). Economic Comitte (APEC) atau Global health
Penularan HAIs dapat terjadi melalui cara Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi
silang (cross infection) dari satu pasien kesatu terkait pelayanan kesehatan telah menjadi
pasien lainnya atau infeksi diri sendiri dimana agenda yang dibahas. Hal ini menunjukkan
kuman sudah ada pada pasien, kemudian bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak
melalui suatu migrasi (gesekan) pindah tempat secara langsung sebagai beban ekonomi
dan ditempat yang baru menyebabkan infeksi negara. Secara prinsip, kejadian HAIs
(self infection atau auto infection) . Tidak hanya sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas
pasien rawat yang dapat tertular, tetapi juga pelayanan kesehatan secara konsisten
seluruh personil rumah sakit yang berhubungan melaksanakan program Pencegahan dan
dengan pasien, juga penunggu dan Pengendalian Infeksi (PPI). PPI merupakan
pengunjung pasien. Infeksi ini dapat terbawa upaya untuk memastikan perlindungan kepada
ketengah keluarganya masing-masing setiap orang terhadap kemungkinan tertular
(Sudoyo, 2009). infeksi dari sumber masyarakat umum dan
Infeksi terkait pelayanan kesehatan disaat menerima pelayanan kesehatan pada
lebih sering terjadi diruang rawat intensif berbagai fasilitas kesehatan (Kemenkes RI,
dibandingkan dengan bangsal rawat biasa. 2017).
Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan Perilaku petugas kesehatan
bahwa pasien ICU mempunyai kekerapan khususnya perawat merupakan salah satu
terkena infeksi 5-8 kali lebih tinggi. Pneumonia faktor yang mempengaruhi upaya pencegahan
merupakan infeksi yang paling sering dijumpai. HAIs. Salah satu perilaku yang mampu
Angka kematian karena pneumonia nosokomial mencegah HAIs termasuk meminimalisir jumlah
sebesar 37%, di unit bedah infeksi luka operasi bakteri yang ada di udara di rumah sakit adalah
dan infeksi luka bakar merupakan kejadian penerapan universal precaution. Tindakan
infeksi terkait pelayanan kesehatan yang medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
utama. Angka infeksi akan lebih tinggi bila Rumah Sakit dimaksudkan untuk tujuan
dilakukan pada luka bersih dan luka kotor perawatan atau penyembuhan pasien. Tetapi,
dibanding pada luka opersi bersih. Infeksi apabila tindakan tersebut dilakukan tidak
dapat mencapai 79%. Peran peralatan bedah sesuai prosedur maka akan berpotensi untuk
yang terkontaminasi, kualitas air bersih, dan menularkan penyakit infeksi baik bagi pasien
ketidak disiplinan dalam melakukan tindakan lain atau bahkan petugas itu sendiri (Kemenkes
aseptik dan antiseptik menyebabkan infeksi RI, 2017).
terkait pelayanan kesehatan (Sudoyo, 2009). Penularan penyakit dapat beresiko
Infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi pada semua petugas kesehatan apabila
adalah infeksi yang didapat dirumah sakit, selama melakukan tindakan pada pasien tidak
infeksi yang timbul/terjadi sesudah 72 jam memperhatikan tindakan pencegahan
(universal precaution) dengan cara 40% tidak melakukan cuci tangan sebelum dan
menggunakan alat pelindung diri (APD). sesudah memasang infus dan tidak
Penggunaan APD merupakan usaha perawat menggunkan masker pada saat perawatan
menyediakan lingkungan yang bebas dari luka. Saat dilakukan wawancara mengenai
infeksi sekaligus sebagai upaya perlindungan supervisi kepala ruangan diketahui 70%
diri dari pasien terhadap penularan penyakit diantaranya mengatakan jarang dilakukan
(Kasim, Mulyadi & Kallo 2017). evaluasi kepatuhan penggunaan APD, serta
Pengawasan kepala ruang dilakukan kepala ruangan tidak memotivasi perawat
bukan hanya pada akhir proses manajemen dalam penggunaan APD. Berdasarkan latar
tetapi pada setiap tingkatan proses belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
manajemen. Kepala ruang merupakan seorang melakukan penelitian mengenai hubungan
tenaga perawat professional yang bertanggung supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan
jawab dan berwenang dalam mengelola perawat dalam penggunaan APD di RSUD
kegiatan pelayanan keperawatan di suatu Komunitas Krui Kabupaten Pesisir Barat Tahun
ruangan. Kepala ruang menjalankan tanggung 2018.
jawabnya mengelola ruangan secara
profesional dengan mengacu pada standar METODE PENELITIAN
yang telah ditetapkan. Pengawasan kepala Jenis penelitian yang digunakan dalam
ruang yang diberikan secara optimal akan penelitian ini adalah kuantitatif yaitu jenis
memberikan dampak yang optimal seperti penelitian yang mencoba mengetahui mengapa
peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja pada masalah kesehatan tersebut bisa terjadi
tindakan perawat (Suarli & Bachtiar, 2009). kemudian melakukan analisis hubungannya
Penyakit infeksi terkait pelayanan (Riyanto, 2011).
kesehatan di Provinsi Lampung Berdasarkan Populasi merupakan keseluruhan objek
data di Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
Moeloek Provinsi Lampung khususnya diruang 2012). Populasi dalam penelitian ini seluruh
perawatan ICU ternyata cukup tinggi. Dari 286 perawat di RSUD Komunitas Krui Kabupaten
pasien sebanyak 59 pasien terkena infeksi Pesisir Barat sampai Januari Tahun 2018
nosokomial dengan jumlah angka kuman pada sebanyak 35 orang.
ruang tersebut 131 CFU/m3 (Sakti., Andoko., Rancangan penelitian yang
Setiawati & Wandini, 2014). digunakan analitik dengan pendekatan cross
Berdasarkan hasil pre survei yang sectional, yaitu penelitian yang mempelajari
peneliti lakukan di RSUD Komunitas Krui hubungan antara faktor resiko (independen)
Kabupaten Pesisir Barat pada tanggal 7 dan faktor efek (dependen) dimana
Desember Tahun 2017 dengan melakukan pengukuran variabel bebas dan variabel
observasi terhadap 10 perawat, diketahui terikat sekaligus pada waktu yang sama
terdapat 60% diantaranya tidak menggunakan (Riyanto, 2011).
sarung tangan pada saat melakukan injeksi,

HASIL

Tabel. 4.1
Karakteristik jenis kelamin Perawat di RSUD Komunitas Krui Kabupaten
Pesisir Barat Tahun 2018
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 14 40,00
Perempuan 21 60,00
Jumlah 35 100,00
Pesisir Barat Tahun 2018, sebagian besar
Berdasarkan Tabel 4.1 maka dapat adalah perempuan sebanyak 21 responden
diketahui diketahui bahwa jenis kelamin (60%), sedangkan laki-laki sebanyak 14
Perawat di RSUD Komunitas Krui Kabupaten responden (40%)

Tabel. 4.2
Karakteristik pendidikan Perawat di RSUD Komunitas Krui Kabupaten
Pesisir Barat Tahun 2018
Pendidikan Frekuensi Persentase
D3 21 60,00
S1 12 34,30
S1+Ners 2 5,70
Jumlah 35 100,00

Berdasarkan Tabel 4.1 maka dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan Perawat di
RSUD Komunitas Krui Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018, adalah D3 sebanyak 21 responden
(60%), pendidikan S1 sebanyak 12 responden (34,30%) dan pendidikan S1+Ners sebanyak 2
responden (5,7%)

Analisa Univariat
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi supervisi kepala ruangan di RSUD Komunitas Krui Kabupaten Pesisir
Barat Tahun 2018
Supervisi Kepala Ruangan Frekuensi Persentase
Kurang Baik 13 37,1
Baik 22 62,9
Jumlah 35 100,00
Berdasarkan tabel 4.3 maka dapat kategori baik sebanyak 22 responden
diketahui bahwa supervisi kepala ruangan (62,9%), sedangkan kategori kurang baik
di RSUD Komunitas Krui Kabupaten sebanyak 13 responden (37,1%).
Pesisir Barat Tahun 2018, dengan

Tabel 4.4
Distribusi frekuensi kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri
(APD) di RSUD Komunitas Krui Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018
Kepatuhan Penggunaan (APD) Frekuensi Persentase
Tidak Patuh 19 54,3
Patuh 16 45,7
Jumlah 35 100,00

Berdasarkan tabel 4.4 maka dapat Barat Tahun 2018, dengan kategori tidak
diketahui bahwa kepatuhan perawat patuh sebanyak 19 responden (54,3%),
dalam penggunaan alat pelindung diri di sedangkan dengan kategori patuh
RSUD Komunitas Krui Kabupaten Pesisir sebanyak 16 responden (45,7%).

Analisa Bivariat
Tabel 4.5
Analisa hubungan supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan alat
pelindung diri (APD) di RSUD Komunitas Krui
Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018
Kepatuhan
Total OR
Supervisi Tidak Patuh Patuh p-value
(95% CI)
n % n % n %
Kurang Baik 11 84,6 2 15,4 13 100
Baik 8 36,4 14 63,6 22 100 0,016 9,625
19 54,3 16 45,7 35 100 (1,691-54,788)
Total

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari 36 sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara
responden dengan kategori pelayanan kurang baik pelayanan dengan kepuasan pasien MTBS di
dan tidak puas terdapat 29 responden (80,6%), dan Puskesmas Karya Tani Kabupaten Lampung Timur
yang puas sebanyak 7 responden (19,4%), Tahun 2018. Hasil analisis diperoleh nilai OR:
sedangkan dari 27 responden dengan kategori 18,229. Artinya responden dengan pelayanan baik
pelayanan baik dan tidak puas sebanyak 5 memiliki peluang sebesar 18,229 kali puas
responden (18,5%) dan yang puas sebanyak 22 terhadap pelayanan MTBS dibandingkan dengan
responden (81,5%). Hasil uji statistik p value = responden dengan pelayanan kurang baik.
0,0001 lebih kecil dari nilai alpha ( α=0 , 05 ) ,
berkesinambungan, terhadap anggota secara
PEMBAHASAN menyeluruh, sesuai dengan kemampuan dan
Univariat keterbatasan yang dimilki anggota (Bakri,
a. Supervisi Kepala Ruangan 2017).
Berdasarkan hasil dari pengolahan Hasil penelitian ini didukung oleh
data maka dapat diketahui bahwa supervisi penelitian yang dilakukan Kasim, Mulyadi &
kepala ruangan di RSUD Komunitas Krui Kallo. (2017). Hubungan Motivasi & Supervisi
Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018, dengan Dengan Kepatuhan Perawat Dalam
kategori baik sebanyak 22 responden (62,9%), Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada
sedangkan kategori kurang baik sebanyak 13 Penanganan Pasien Gangguan
responden (37,1%). Muskuloskeletal Di IGD Rsup Prof Dr. R. D.
Supervisi merupakan upaya untuk Kandou Manado. Hasil penelitian diketahui
membantu pembinaan dan peningkatan sebagian besar supervisi kepala ruangan
kemampuan pihak yang disupervisi agar dengan kategori baik sebanyak (63,7%).
mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan Berdasarkan hal tersebut peneliti
yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. berpendapat bahwa supervisi merupakan
Supervisi keperawatan adalah kegiatan bagian dari pengawasan pengendalian, yang
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan merupakan kelanutan pelaksanaan pelayanan
secara berkesinambungan oleh supervisor kesehatan, untuk memastikan apakah
mencakup masalah pelayanan keperawatan, pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam
masalah ketenagaan dan peralatan agar prosesnya telah sesuai dengan instrumen atau
pasien mendapat pelayanan yang bermutu standar pelayanan yang ditetatpakn dan target
setiap saat (Nursalam, 2014). yang diharapkan. Baiknya supervisi yang
Supervisi adalah suatu pengamatan dilakukuan kepala ruangan tersebut adalah
atau pengawasan secara langsung terhadap seperti melakukan pengawasan langsung
pelaksanaan pekerjaan yang bersifat rutin. terhadap perawat dalam penggunaan APD,
Supervisi sebagai kegiatan merencanakan, kepala ruangan menasehati jika tidak
mengarahkan, membimbing, mengajar, menggunakan APD saat bekerja dan kepala
mengobservasi, mendorong, memperbaiki, ruangan memiliki wawasan yang baik tentang
mempercayai dan mengevaluasi secara penggunaan APD.
APD tersebut seperti cuci tangan sebelum
b. Kepatuhan Perawat memakai APD, tidak menggunakan sarung
Berdasarkan hasil dari pengolahan tangan pada saat pasang infuse.
data maka dapat diketahui bahwa kepatuhan Bivariat
perawat dalam penggunaan alat pelindung diri
di RSUD Komunitas Krui Kabupaten Pesisir a. Hubungan supervisi kepala ruangan dengan
Barat Tahun 2018, dengan kategori tidak patuh penggunaan alat pelindung diri (APD)
sebanyak 19 responden (54,3%), sedangkan Hasil uji statistik p value = 0,016 lebih
dengan kategori patuh sebanyak 16 responden kecil dari nilai alpha ( α=0 , 05 ) , sehingga
(45,7%). terdapat hubungan yang bermakna antara
Ketidakpatuhan perawat dalam supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan
penggunaan APD diantaranya adalah, perawat perawat dalam penggunaan alat pelindung diri
tidak memakai masker untuk melindungi hidung (APD) di RSUD Komunitas Krui Kabupaten
dan mulut pada saat tindakan, perawat tidak Pesisir Barat Tahun 2018. Hasil analisis
menggunakan sarung tangan pada saat diperoleh nilai OR: 9,625. Artinya supervisi
pasang infus, tidak mengganti APD yang kotor, kepala ruangan yang baik memiliki peluang
dan sarung tangan yang kotor tidak dibuang di sebesar 9,625 kali kepatuhan perawat dalam
tempat limbah infeksius. Sedangkan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri dibandingkan
perawat dalam penggunaan APD diantaranya dengan responden dengan supervisi kepala
perawat cuci tangan sebelum dan sesudah ruangan kurang baik. Dengan 95% confidence
memakai APD, penggunaan masker pada interval: dimana nilai OR:9,625 didapati nilai
tindakan hecting dan pada saat memandikan lower 1,691 dan nilai upper 54,788. Yang
pasien. artinya serendah-rendahnya supervisi kepala
Hal ini sesuai teori Niven (2012), yang ruangan memiliki peluang sebesar 1,691 kali
mengatakan kepatuhan adalah perilaku sesuai kepatuhan perawat dalam penggunaan APD
aturan dan berdisiplin. Kepatuhan dokter dan dan paling besar berpeluang sebesar 54,788
perawat adalah sejauh mana perilaku seorang kali kepatuhan perawat dalam penggunaan
perawat atau dokter sesuai dengan ketentuan APD. Memiliki selisih 27, 394 diartikan bahwa
yang telah diberikan pimpinan perawat ataupun supervisi memiliki peluang relatif rendah.
pihak rumah sakit. Sedangkan menurut Rendahnya peluang tersebut dikarenakan
Notoatmojo (2012), Kepatuhan merupakan beberapa faktor diantaranya sedikitnya sampel
suatu perilaku dalam bentuk respon atau reaksi dan faktor pendidikan responden.
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar Alat pelindung diri adalah alat yang
organisme. Dalam memberikan respon sangat berfungsi sebagai penyekat atau pembatas
bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor antara petugas dan penderita. Alat ini dipakai
lain. atau digunakan oleh petugas dengan dua
Hasil penelitian ini memiliki kesemaan fungsi yaitu, untuk kepentingan penderita dan
dengan penelitian yang dilakukan Budiyanti sekaligus untuk kepentingan petugas itu
(2014) tentang hubungan supervisi kepala sendiri. Alat pelindung diri dalam praktik
ruang dengan kepatuhan tenaga keperawatan kesehariannya lebih banyak berfungsi sebagai
dalam penggunaan alat pelindung diri sebagai pelindung penderita. Melindungi penderita dari
upaya pencegahan infeksi nosokomial di RSU invasi mikroba patogen merupakan tugas
dr. H. Koesnadi Bondowoso. Hasil penelitian pokok dari penderita masuk rumah sakit untuk
diketahui bahwa kepatuhan tenaga menjalani prosedur dan tindakan medis serta
keperawatan 60% dalam kategori tidak patuh. asuhan keperawatan sampai keluar dari rumah
Menurut pendapat peneliti bahwa sakit (Darmadi, 2008).
kepatuhan merupakan suatu perubahan Alat pelindung diri adalah pakaian
perilaku dari perilaku yang tidak mentaati khusus atau peralatan yang di pakai petugas
peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan. untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia,
Ketidak patuhan perawat dalam penggunaan biologi/bahan infeksius. APD terdiri dari sarung
tangan, masker/Respirator Partikulat, pelindung Hasil tabulasi silang diketahui bahwa
mata (goggle), perisai/pelindung wajah, kap dari 13 responden dengan kategori supervisi
penutup kepala, gaun pelindung/apron, kepala ruangan kurang baik dan yang patuh
sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot). dalam penggunaan alat pelindung diri (APD)
(Kemenkes RI, 2017). Tujuan Pemakaian APD sebanyak 2 responden (15,4%), hal ini
adalah melindungi kulit dan membran mukosa dikarenakan pengetahuan yang dimiliki perawat
dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, tersebut yang berpengaruh terhadap perilaku
ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput kepatuhan serta kesadaran akan pentingnya
lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya. penggunaan alat pelindung diri, selain itu
Indikasi penggunaan APD adalah jika tingginya tuntutan Manajemen Rumah Sakit
melakukan tindakan yang memungkinkan terhadap responden juga mempengaruhi
tubuh atau membran mukosa terkena atau motivasi responden dalam memakai APD.
terpercik darah atau cairan tubuh atau Sedangkan dari 22 responden dengan kategori
kemungkinan pasien terkontaminasi dari supervisi kepala ruangan baik dan tidak patuh
petugas. Melepas APD segera dilakukan jika dalam penggunaan alat pelindung diri (APD)
tindakan sudah selesai dilakukan (Kemenkes sebanyak 8 responden (36,4%). Hal ini
RI, 2017). dikarenakan ketersediaan APD yang tidak
Hasil penelitian ini memiliki kesesuaian lengkap dikarenakan keterlambatan
dengan teori yang menyatakan supervisi dalam pendistribusian APD. Ketidakpatuhan ini juga
penggunaan APD menjadi salah satu faktor disebabkan berbagai faktor seperti pendidikan,
yang mempengaruhi kepatuhan seorang diketahui sebagian besar pendidikan perawat
perawat dalam penggunaan APD. Supervisi dengan pendidikan D3 sebesar (60%), sesuai
merupakan salah satu bentuk pelaksanaan dengan teori (Niven, 2012). yang menyatakan
fungsi manajerial yang mengatur semua bahwa tingginya pendidikan seorang petugas
aktivitas kelompok agar sesuai dengan rencana kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan
dan mengukur kemajuan yang sudah dicapai dalam melaksanakan kewajibannya, sepanjang
(Suarli & Bachtiar, 2009). hahwa pendidikan tersebut merupakan
Hasil penelitian ini juga didukung teori pendidikan yang aktif.
Sari (2016), yang menyatakan bahwa supervisi Hal ini juga didukung teori Budiman
kepala ruang merupakan salah satu faktor yang (2013), yang menyatakan bahwa pendidikan
mempengaruhi kepatuhan perawat dalam adalah suatu usaha untuk mengembangkan
penggunaan alat pelindung diri ( handscoon). kepribadian dan kemampuan di dalam dan
Supervisi merupakan tanggung jawab kepala diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
ruang untuk bimbingan dan pembinaan, Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
pengarahan, motivasi, dan evaluasi. Supervisi makin tinggi pendidikan seseorang makin
kepala ruang apabila dijalankan sesuai mudah orang tersebut untuk menerima
prosedur maka akan berdampak positif, baik informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
dari kinerja bawahan maupun pemberian seseorang akan cenderung untuk
asuhan keperawatan yang dilakukan perawat. mendapatkan informasi, baik dari orang lain
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan maupun dari media massa. Semakin banyak
penelitian yang dilakukan Kasim, Mulyadi & informasi yang masuk semakin banyak pula
Kallo. (2017). Hubungan Motivasi & Supervisi pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Berdasarkan hal tersebut peneliti
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada berpendapat bahwa supervisi merupakan
Penanganan Pasien Gangguan tindak lanjut implementasi kegiatan untuk
Muskuloskeletal Di IGD Rsup Prof Dr. R. D. memastikan agar pelaksanaan tugas sesuai
Kandou Manado. Hasil penelitian dengan dengan rencana. Semakin baiknya supervisi
menggunakan analisis uji chi-square kepala ruangan semakin tinggi kepatuhan
menunjukkan ada hubungan supervisi dengan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri.
kepatuhan perawat (p=0,003). Peyebab perawat telah patuh menggunakan
APD yaitu karena adanya pengawasan dari Keperawatan Profesional. Yogyakarta:
kepala ruangan, kepala bagian keperawatan, Pustaka Baru Press.
dan dari pihak Infection Prevention and Control
Nurse (IPCN), yang rutin melakukan Budiman., Agus Riyanto. (2013). Kapita
pengontrolan terhadap petugas kesehatan Selekta Kuesioner. Jakarta: Salemba
dalam hal ini penggunaan APD. Medika.
KESIMPULAN
Budiyanti. (2014). Hubungan Supervisi Kepala
1. Distribusi frekuensi supervisi kepala
ruangan di RSUD Komunitas Krui
Ruang Dengan Kepatuhan Tenaga
Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018, Keperawatan Dalam Penggunaan Alat
dengan kategori kurang baik (37,1%). Pelindung Diri Sebagai Upaya
2. Distribusi frekuensi kepatuhan perawat Pencegahan Infeksi Nosokomial di
dalam penggunaan (APD) di RSUD RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso .
Komunitas Krui Kabupaten Pesisir Barat Skripsi Program Studi Ilmu
Tahun 2018, dengan kategori tidak patuh Keperawatan Universitas Jember.
(54,3%).
3. Ada hubungan supervisi kepala ruangan Dahlan, MS. (2011). Statistik Untuk Kedokteran
dengan kepatuhan perawat dalam Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
penggunaan (APD) di RSUD Komunitas medika.
Krui Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018.
Hasil analisis diperoleh (p-value 0,016 < α
Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial. Jakarta:
0,05). nilai OR: 9,625.
Salemba medika.
SARAN
RSUD Komunitas Krui Kasim., Mulyadi., Kallo. (2017). Hubungan
Motivasi & Supervisi Dengan
Disarankan manajemen Rumah Sakit Kepatuhan Perawat Dalam
Komunitas Krui Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
a. Secara rutin melakukan evaluasi penerapan Pada Penanganan Pasien Gangguan
penggunaan APD. Muskuloskeletal Di IGD Rsup Prof Dr.
b. Melakukan pelatihan tentang pencegahan R. D. Kandou Manado. e-journal
infeksi terkait pelayanan kesehatan dan
Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor
penggunaan APD.
1, Februari 2017.
c. Melakukan pengecekan ketersediaan APD.
d. Melakukan pengawasan terhadap perawat
pelaksana dalam melakukan tindakan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
khususnya penggunaan APD sehingga (2017). Pedoman Pencegahan Dan
mampu meningkatkan pengetahuan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
perawat dan selanjutnya dapat merubah Pelayanan Kesehatan. Peraturan
sikap perawat dan meningkatkan kualitas Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Jakarta: Kementerian Kesehatan
terutama dalam hal penggunaan alat Republik Indonesia.
pelindung diri dalam pencegahan infeksi
nosokomial.

DAFTAR PUSTAKA
Bakri, MH. (2017). Manajemen Keperawatan. Niven, Neil. (2012). Psikologi Kesehatan
Konsep dan Aplikasi Dalam Praktik Pengantar Untuk Perawat &
Profesional Kesehatan Lain. Jakarta:
EGC.
Perawat Dalam Penerapan
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kewaspadaan Universal Di Rumah
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sakit Bhayangkara Bandar Lampung.
Jurnal Kesehatan Holistik Vol 8, No 2,
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan.
April 2014 : 82-88. Diakses pada
Jakarta: Rineka Cipta.
21/01/2018 di
https://sites.google.com/a/malahayati.a
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan:
c.id/holistic-journa l/ arsip-jurnal.
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional, Edisi 4. Jakarta:
Suyanto. (2011). Metodelogi Dan Aplikasi
Salemba Medika.
Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Wijono, D. (2009). Manajemen Mutu Pelayanan
Nuha Medika.
Kesehatan. Surabaya: Airlangga
University Press.
Sakti, Wahyu A.T., Andoko., Setiawati.,
Wandini, R. (2014). Hubungan antara
jumlah angka kuman udara dalam
ruang perawatan dengan jumlah
kejadian infeksi nosokomial pada
pasien rawat inap di ruang perawatan
Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul
Moeloek. Jurnal Kesehatan Holistik.
Vol8, No 1,Januari 2014: 37-40.

Saryono., Anggraeni. (2013). Metode Penelitian


Kualitatif Dan Kuantitatif Dalam Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha medika.

Sjamsuhidayat., De Jong. (2014). Buku Ajar


Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Suarli, S., Bachtiar. (2009). Manajemen


Keperawatan dengan Pendekatan
Praktik. Jakarta : Erlanggga.

Sudoyo, AW. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing.

Sugiyatno., Trismiana, E., Novikasari.,


Usastiawati. L, Casi. (2014).
Hubungan Faktor Pengetahuan,
Pelatihan Dan Ketersediaan Fasilitas
Alat Pelindung Diri Dengan Kepatuhan

You might also like