[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (0 votes)
41 views10 pages

Jurnal Maternitas 7

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 10

Medsains Vol. 6 No.

01, Juni 2020 : 16 - 25

STUDI DESKRIPTIF PENGETAHUAN IBU POSTPARTUM NORMAL


MENGENAI MANAJEMEN LAKTASI DI PUSKESMAS PONED
KABUPATEN BANJARNEGARA

Ratih Subekti 1
1
Dosen Program Studi DIII Kebidanan Politeknik Banjarnegara
Email : bektymidewife@gmail.com
Reni Sumanti2
2
Dosen Program Studi DIII Kebidanan Politeknik Banjarnegara
Email : itsammoure@gmail.com

ABSTRACT

Lactation is the whole process of breastfeeding from breast milk produced to the process of
babies sucking and swallowing breast milk. The success of the breastfeeding process can be achieved
by applying good lactation management. Lactation management starts from pregnancy (antenatal),
immediately after giving birth (natal) and breastfeeding (post-natal). The purpose of this study was to
determine the description of the knowledge of normal postpartum mothers regarding lactation
management at the PONED Community Health Center in Banjarnegara District. This type of research
is quantitative research with a descriptive approach. Sampling using consecutive sampling, the sample
size is 60 normal postpartum mothers. Analysis of the data used is univariate analysis. In this analysis
only produces a frequency distribution. The research instrument used a questionnaire sheet containing
the characteristics of respondents and regarding lactation management which consisted of six
indicators namely knowledge about breastfeeding, breast care, IMD, correct breastfeeding techniques,
breastfeeding on demand and breast milk. The results of this study show a picture of normal
postpartum maternal knowledge about lactation management with good knowledge of 20 people
(33.3%), enough that is 34 people (56.7%) and less than 6 people (10.0%).

Keywords: Knowledge, Normal Postpartum Mothers, Lactation Management.

ABSTRAK

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai dengan proses
bayi menghisap dan menelan ASI. Keberhasilan proses menyusui dapat dicapai dengan cara
menerapkan manajemen laktasi yang baik. Manajemen laktasi dimulai dari sejak hamil (antenatal),
segera setelah melahirkan (natal) dan masa menyusui (post natal). Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui gambaran pengetahuan ibu postpartum normal mengenai manajemen laktasi di Puskesmas
PONED Kabupaten Banjarnegara. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
pendekatan deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling, besar sampel yaitu 60
ibu postpartum normal. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi. Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner berisi
karakteristik responden dan mengenai manajemen laktasi yang terdiri dari enam indikator yaitu
pengetahuan tentang menyusui, perawatan payudara, IMD, teknik menyusui yang benar, Pemberian
ASI secara on demand dan ASI perah. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran pengetahuan ibu
postpartum normal mengenai manajemen laktasi dengan pengetahuan baik sebanyak 20 orang
(33.3%), cukup yaitu 34 orang (56.7%) dan kurang 6 orang (10.0%).

Kata kunci : Pengetahuan, Ibu Postpartum Normal, Manajemen Laktasi.

16
Medsains Vol. 6 No. 01, Juni 2020 : 16 - 25

PENDAHULUAN

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa serta garam-garam
organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi
bayi. Pemberian ASI dianjurkan dalam jangka waktu 6 bulan secara eksklusif (Haryono, 2014). Proses
pemberian ASI dilakukan melalui kegiatan laktasi. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai
dari ASI diproduksi sampai dengan proses bayi menghisap dan menelan ASI (Prasetyono, 2012).
Proses menyusui secara alami akan membuat bayi mendapatkan asupan gizi yang cukup serta
limpahan kasih sayang yang berguna bagi perkembangannya (Hidajati, 2012). Manajemen laktasi
merupakan segala upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui
bayinya. Usaha ini dilakukan melalui 3 tahap, yaitu pada masa kehamilan (antenatal), selama proses
persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal) dan pada waktu menyusui hingga anak usia 2 tahun
(postnatal) (Kodrat, 2010).
Menurut pendapat Pertiwi (2012), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses laktasi antara lain;
teknik menyusui, frekuensi menyusui, durasi serta gizi ibu. Apabila manajemen laktasi tidak terlaksana
maka akan berdampak pada penurunan pemberian ASI sehingga dapat terjadi peningkatan angka gizi
buruk dan gizi kurang yang beresiko pada peningkatan angka kesakitan dan kematian bayi
(Prasetyono, 2012).
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena terdapat masalah pada ibu
maupun bayinya (Roesli, 2011). Alasan beberapa ibu berhenti untuk menyusui bayinya dan melakukan
pemberian susu formula salah satunya adalah para ibu mempunyai persepsi bahwa bayi yang menangis
dan menolak menyusu disebabkan oleh ASI yang tidak cukup, padahal hal tersebut dapat terjadi karena
sebab lain seperti teknik menyusui yang tidak benar, posisi yang tidak nyaman atau perlekatan yang
salah. Masalah lain yang sering menyebabkan ibu berhenti menyusui bayi sehingga pemberian ASI
eksklusif tidak tercapai antara lain terjadinya penyumbatan pada saluran susu, puting susu datar, puting
susu lecet serta pembengkakan pada payudara. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hidayah
(2013), menunjukkan hasil pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi pada bayi berat lahir rendah
(BBLR) yaitu kategori kurang sebanyak 2 orang (3%), cukup 50 orang (82%), dan baik hanya 9 orang
(15%) dengan menggunakan 3 indikator; 1) pengetahuan tentang ASI, 2) memberi ASI dan menyusui,
3) cara memerah dan menyimpan ASI.
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2018
adalah sebesar 68,74%, sedangkan di provinsi Jawa Tengah masih 45,21% sementara target pemberian
ASI eklusif secara nasional sebesar 80%. (Kemenkes RI, 2019). Cakupan pemberian ASI eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan di kabupaten Banjarnegara tahun 2018 adalah sebesar 61,00%. Permasalahan
terkait pencapaian ASI eksklusif di kabupaten Banjarnegara antara lain; pemasaran susu formula masih
gencar dilakukan untuk bayi usia 0-6 bulan yang tidak ada masalah medis, masih banyak perusahaan
yang tidak memberikan kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan untuk melaksanakan
pemberian ASI eksklusif dengan bukti bahwa belum tersedianya ruang laktasi dan perangkat
pendukungnya, belum semua desa ada kelas ibu menyusui serta sikap dan perilaku ibu menyusui untuk
memberikan ASI eksklusif masih rendah (DKK Banjarnegara, 2019).
Studi pendahuluan penulis lakukan dengan membagi kuesioner kepada 10 orang ibu nifas,
hasilnya adalah 3 orang tidak mengerti tentang teknik menyusui yang benar, 3 orang tidak mengetahui
ASI perah, 2 orang tidak mengetahui perawatan payudara dan hanya 2 orang yang mengetahui
menyusui, perawatan payudara, IMD, teknik menyusui yang benar, pemberian ASI secara on demand
dan ASI perah. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Studi Deskripsi Pengetahuan Ibu Postpartum Normal Mengenai Manajemen
Laktasi di Puskesmas PONED Kabupaten Banjarnegara”.
Penelitian pengetahuan mengenai manajemen laktasi penting dilakukan untuk mengetahui
bagaimana gambaran pengetahuan ibu postpartum normal mengenai manajemen laktasi serta dapat

17
Medsains Vol. 6 No. 01, Juni 2020 : 16 - 25

digunakan oleh tenaga kesehatan sebagai dasar informasi untuk perencanaan program pendidikan
kesehatan manajemen laktasi agar lebih fokus sehingga program ASI eksklusif dapat tercapai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu postpartum normal
mengenai manajemen laktasi di Puskesmas PONED Kabupaten Banjarnegara.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan
sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2012). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu postpartum normal di Puskesmas PONED wilayah kerja Kabupaten Banjarnegara. Teknik
pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling, besar sampel sebanyak 60 ibu postpartum
normal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli tahun 2019.
Teknik pengumpulan data menggunakan data primer yang diperoleh dari wawancara dengan
responden tentang karakteristik responden. Data sekunder diperoleh dari RM Puskesmas PONED
Kabupaten Banjarnegara. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Pengambilan data dilakukan dengan memberikan lembar persetujan terlebih dahulu kepada responden,
selanjutnya lembar kuesioner dibagikan dan diisi oleh responden. Setelah selesai diisi, lembar
kuesioner dikembalikan kepada peneliti. Pengetahuan responden mengenai manajemen laktasi terdiri
dari enam indikator yaitu; 1) pengetahuan tentang menyusui, 2) pengetahuan tentang perawatan
payudara, 3) pengetahuan tentang IMD, 4) pengetahuan tentang teknik menyusui yang benar, 5)
pengetahuan tentang Pemberian ASI secara on demand dan 6) pengetahuan tentang ASI perah. Jenis
kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana dalam kuesioner mengenai
manajemen laktasi, responden memilih dua alternatif dengan ketentuan (ya) dan (tidak), pertanyaan
yang diberikan adalah seputar data diri dan hal-hal yang diketahuinya. Kuesioner dalam penelitian ini
berisi 30 soal pertanyaan mengenai manajemen laktasi dengan rincian sebagai berikut; nomor 1-4
tentang menyusui, nomor 5-10 perawatan payudara, nomor 11-14 tentang IMD, nomor 15-21 tentang
teknik menyusui yang benar, nomor 22-24 tentang pemberian ASI secara on demand, nomor 25-30
tentang ASI perah.
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dengan menggunakan program SPSS. Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah bersedia menjadi responden, ibu postpartum normal dan berdomisili di Kabupaten
Banjarnegara. Kriteria eksklusinya ibu dengan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan untuk
menyusui, ibu yang tidak mau menyusui bayinya dan ibu yang bayinya meninggal dunia.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden


Karakteristik Responden f %
Berdasarkan Umur
< 30 tahun 40 66.7
≥ 30 tahun 20 33.3
Total 60 100.0
Berdasarkan Pendidikan
Rendah 27 45.0
18
Medsains Vol. 6 No. 01, Juni 2020 : 16 - 25

Tinggi 33 55.0
Total 60 100.0
Berdasarkan Pekerjaan
Bekerja 17 28.3
Tidak Bekerja 43 71.7
Total 60 100.0

Tabel 1 menunjukkan berdasarkan karakteristik umur didapatkan jumlah responden terbanyak


terdapat pada kelompok umur < 30 tahun yaitu 40 orang (66.7%). Menurut Arini (2012), umur ibu
sangat menentukan kesehatan maternal karena berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, nifas,
cara mengasuh bayi dan menyusuinya. Ibu dengan umur kurang dari 20 tahun masih belum matang
dan belum siap secara jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan dan merawat
bayinya, sedangkan ibu yang berumur 20-35 tahun atau disebut sebagai “masa reproduksi” di mana
pada masa ini diharapkan telah mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang
secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan merawat bayinya.
Berdasarkan karakteristik pendidikan didapatkan jumlah responden terbanyak terdapat pada kelompok
tingkat pendidikan tinggi yaitu 33 orang (55%). Menurut Jessri (2013), ibu dengan pendidikan tinggi
akan lebih mudah dalam penerimaan informasi, pengambilan keputusan serta dapat menerima
informasi baru termasuk keuntungan menyusui. Berdasarkan karakteristik pekerjaan didapatkan
jumlah responden terbanyak terdapat pada kelompok tidak bekerja yaitu 43 orang (71.7%). Hasil ini
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprilina (2016) yang menunjukkan bahwa mayoritas ibu
menyusui adalah tidak bekerja sebanyak 27 orang (90%) dengan p-value 0,678 yang artinya tidak ada
pengaruh pekerjaan terhadap produksi ASI. Ibu tidak bekerja memiliki waktu yang lebih banyak dan
akan lebih fokus dalam merawat bayinya sehingga ibu dapat memberikan ASI dengan maksimal.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Menyusui

Menyusui f %
Kurang 5 8.3
Cukup 34 56.7
Baik 21 35.0
Total 60 100.0

Berdasarkan tabel 2, hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah
dengan pengetahuan cukup tentang menyusui yaitu 34 orang (56.7%). Hasil ini sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yuliasari (2014) yaitu sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup
tentang menyusui yaitu 50 orang (56,82%). Hasil penelitan Hidayah (2013) juga menunjukan sebagian
besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang memberi ASI dan menyusui yaitu 50 orang
(82%). Hasil Penelitian tidak sejalan dengan penelitian Normaliza (2018) yang menyebutkan bahwa
138 responden (62,7%) responden memiliki pengetahuan baik tentang menyusui. Hasil penelitian
Amran (2012) juga menunjukan bahwa hanya sebagian kecil (22,9%) responden yang memiliki
pengetahuan tinggi tentang menyusui.
Kuesioner tentang menyusui dalam penelitian ini berisi pengertian menyusui, manfaat
menyusui, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui serta masalah yang timbul pada
waktu menyusui. Pengetahuan cukup yang dimiliki oleh sebagian besar responden dapat dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan. Pada penelitian ini, sebagian besar responden berpendidikan tinggi. Menurut
Yunita (2012), tingkat pendidikan yang berbeda dapat berpengaruh dalam penyerapan semua informasi
yang telah diperoleh. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
dan sikap seseorang terhadap suatu perilaku kesehatan. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha
pembaharuan, serta lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan sosial. Menurut
19
Medsains Vol. 6 No. 01, Juni 2020 : 16 - 25

Prawirohardjo (2014) masalah-masalah dalam proses menyusui dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain tingkat pendidikan, usia, informasi tentang perawatan payudara, dukungan keluarga,
ekonomi, dan paritas ibu, pengetahuan. Selain faktor pendidikan, responden dalam penelitian ini juga
telah mendapatkan informasi sebelumnya tentang menyusui pada saat pemeriksaan antenatal care
(ANC) dan beberapa responden telah mengikuti kelas ibu hamil. Informasi tentang menyusui juga
mereka peroleh dari orang tua, acara televisi, serta media sosial seperti facebook dan instagram.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Perawatan Payudara

Perawatan Payudara f %
Kurang 6 10.0
Cukup 16 26.7
Baik 38 63.3
Total 60 100.0

Berdasarkan tabel 3, hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah
dengan pengetahuan baik tentang perawatan payudara yaitu 38 orang (63,3%). Hasil ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Katuuk (2018) sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik
tentang perawatan payudara yaitu 60 orang (93,8%). Menurut Atmawati (2010), perawatan payudara
akan berhasil apabila ibu mempunyai pengetahuan tentang manfaat perawatan payudara dalam
meningkatkan produksi ASI. Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian Prawita (2018) yang
menunjukan bahwa mayoritas responden (43,3%) memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan
payudara.
Kuesioner tentang perawatan payudara dalam penelitian ini berisi pengertian perawatan
payudara, tujuan dan manfaat perawatan payudara, cara melakukan perawatan payudara dan waktu
melakukan perawatan payudara. Sesuai dengan program pemerintah, dewasa ini hampir semua
puskesmas telah mengadakan kelas ibu hamil dan kelas ibu menyusui. Salah satu informasi yang
disampaikan pada program tersebut adalah perawatan payudara untuk mempersiapkan proses laktasi
yang dapat dilakukan mulai dari trimester ke III kehamilan. Sebagian responden telah mengikuti kelas
kelas ibu hamil dan kelas ibu menyusui, sehingga membantu responden dalam mendapatkan semua
informasi tentang perawatan payudara. Selain itu responden juga sudah pernah menerima penyuluhan
dari petugas kesehatan khususnya bidan tentang perawatan payudara pada kegiatan posyandu di
wilayah tempat tinggalnya.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


IMD f %
Kurang 9 15.0
Cukup 19 31.7
Baik 32 53.3
Total 60 100.0

Berdasarkan tabel 4, hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah
pengetahuan baik tentang IMD yaitu 32 orang (53.3%). Hasil ini sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Abdullah (2019), sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang IMD
yaitu 52 orang (76,5%). Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nugraheni
(2011) yang menyatakan bahwa sebagian besar responden (54,8%) memiliki pengetahuan yang cukup
tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Kuesioner tentang IMD dalam penelitian ini berisi pengertian IMD, manfaat dan tujuan IMD
serta penatalaksanaan IMD. IMD merupakan kunci kesuksesan dalam proses menyusui yang
dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan dan motivasi bidan atau dokter penolong persalinan dan didukung
oleh suami, keluarga serta masyarakat. Informasi dan dukungan sangat diperlukan bagi ibu dan
20
Medsains Vol. 6 No. 01, Juni 2020 : 16 - 25

keluarga dimulai sejak kehamilan (UNICEF, 2013; Debes et al., 2013). Seluruh bidan di puskesmas
wilayah kabupaten Banjanegara wajib mengikuti program dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Banjarnegara yaitu Program Pelatihan 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN) dimana salah
satu langkah tersebut adalah penatalaksaan IMD, sehingga semua persalinan normal dengan tidak
ditemukan keadaan patologis baik dari ibu maupun bayinya wajib dilakukan IMD. Sebagian besar
responden menjawab benar pada kuesioner tentang penatalaksanaan IMD karena mereka masih ingat
telah dilakukan IMD oleh bidan penolong persalinan segera setelah bayi lahir.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Teknik Menyusui yang Benar


Teknik Menyusui yang Benar f %
Kurang 9 15.0
Cukup 31 51.7
Baik 20 33.3
Total 60 100.0

Berdasarkan tabel 5, hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah
dengan pengetahuan cukup tentang teknik menyusui yang benar yaitu 31 orang (51.7%). Hasil ini
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Prahesti (2016), sebagian besar responden memiliki
pengetahuan cukup yaitu 21 orang (46.67%). Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian Pratiwi
(2018), yang menunjukkan bahwa sebagian besar (87,1%) responden memiliki pengetahuan kurang
tentang teknik menyusui yang benar.
Kuesioner tentang teknik menyusui yang benar dalam penelitian ini berisi pengertian teknik
menyusui yang benar, manfaat dan tujuan teknik menyusui yang benar, posisi menyusui, cara
merangsang mulut bayi, pelekatan bayi, cara melepaskan isapan bayi, cara menyendawakan serta
dampak teknik menyusui yang salah. Menurut Nasrin, (2014) salah satu faktor yang mempengaruhi
dalam keberhasilan menyusui adalah pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang baik dan benar.
Banyak dan sedikitnya kegagalan adalah dikarenakan kesalahan dalam memposisikan dan meletakkan
bayi ketika ibu ingin menyusui atau kurangnya pengetahuan mengenai teknik menyusui yang benar.
Beberapa responden dalam penelitian ini mengalami masalah seperti puting lecet, payudara terasa
nyeri saat menyusui dan bayi menyusu hanya pada satu payudara. Masalah tersebut timbul karena
teknik menyusui yang salah. Ibu menyusui diharapkan untuk dapat mencari informasi tentang teknik
menyusui yang benar baik dari dokter atau bidan atau dari sumber lainnya yang dapat dipercaya seperti
buku KIA atau buku-buku kesehatan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang teknik
menyusui yang benar dan program ASI eksklusif dapat tercapai.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Pemberian ASI secara on demand


Lama dan Waktu Pemberian ASI f %
Kurang 3 5.0
Cukup 24 40.0
Baik 33 55.0
Total 60 100.0

Berdasarkan tabel 6, hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah
dengan pengetahuan baik tentang Pemberian ASI secara on demand yaitu 33 orang (55%). Hasil ini
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Afriani (2018), sebagian besar responden memiliki
pengetahuan baik tentang Pemberian ASI secara on demand yaitu sebanyak 47 responden (65,3%).
Menurut WHO (2011), durasi menyusui penting bagi pertumbuhan bayi agar bayi mendapatkan gizi
yang sempurna pada ASI yang terdapat dalam forcemilk (ASI awal) dan hindmilk (ASI ahir). Hasil
penelitian tidak sejalan dengan penelitian Suhartika (2015), yaitu tingkat pengetahuan ibu berdasarkan
lama dan frekuensi menyusui yang benar pada responden lebih banyak dengan pengetahuan yang
kurang tepat sebanyak 23 orang (59%), hal ini menunjukkan masih banyak ibu pasca salin yang belum
21
Medsains Vol. 6 No. 01, Juni 2020 : 16 - 25

mengetahui tentang frekuensi dan lama menyusui. Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal atau
setiap bayi meminta (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya.
Kuesioner tentang Pemberian ASI secara on demand dalam penelitian ini berisi pengertian
Pemberian ASI secara on demand, manfaat dan tujuan Pemberian ASI secara on demand serta waktu
untuk memberikan ASI. Sebagian besar responden merupakan ibu rumah tangga sehingga mereka
dapat memberikan ASI kepada bayinya kapanpun dan dimanapun sesuai dengan keinginan bayi tanpa
membatasi waktu. Mereka juga paham dengan respon ketika bayi sudah lapar seperti menggelengkan
kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari putting susu, memasukkan jari ke mulut, bayi mulai
menangis dan mudah terbangun dari tidurnya. Apabila ibu menyusui dengan frekuensi yang lebih
sering, maka bayi akan memperoleh gizi yang lebih optimal untuk pertumbuhanya. Memberikan ASI
secara on demand merupakan cara terbaik, namun hal ini sering menjadi kendala bagi ibu yang
bekerja. Sebenarnya, ibu bekerja tetap dapat menerapkan ASI dengan menerapkan ASI perah sehingga
setiap bayi meminta, keluarga yang lain atau pengasuh bayi dapat segera memberikan ASI sesuai
dengan SOP pemberian ASI perah yang benar dan pemberian ASI eksklusif dapat tercapai. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Sari (2015) yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja dapat sukses
dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dengan dukungan lingkungan. Menurut Rahadian
(2014), ibu bekerja harus tetap bisa memerah ASI dengan fasilitas minimal dan tekanan maksimal
meskipun dengan segala keterbatasan yang dimiliki dalam usahanya untuk dapat memberikan ASI
secara eksklusif.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang ASI Perah


ASI perah f %
Kurang 35 58.3
Cukup 15 25.0
Baik 10 16.7
Total 60 100.0

Berdasarkan tabel 7, hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah
dengan pengetahuan kurang tentang ASI perah yaitu 35 orang (58.3%). Hasil ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sunesni (2018), sebagian besar responden memiliki pengetahuan
rendah tentang ASI perah yaitu 29 responden (80,6%) yang disebabkan oleh kurangnya informasi dan
penyuluhan tentang ASI Perah oleh pihak tenaga kesehatan. Selain itu, juga disebabkan oleh faktor
pengetahuan, sikap dan pendidikan responden, sehingga minimnya informasi yang didapat tentang ASI
Perah. Hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian Sartika (2015), yang menyebutkan bahwa
mayoritas responden (54%) mempunyai pengetahuan baik tentang ASI perah.
Kuesioner tentang ASI perah dalam penelitian ini berisi cara memerah ASI, cara penyimpanan
ASI serta cara pemberian ASI perah. Walaupun responden sudah mendapatkan informasi dari tenaga
kesehatan tentang ASI perah, namun karena sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga
sehingga mereka dapat memberikan ASI atau menyusui secara langsung kepada bayinya kapan saja
dan dimana saja tanpa mempunyai hambatan. Perilaku memerah dan menyimpan ASI hampir tidak
pernah dilakukan oleh sebagian besar responden, sehingga mereka tidak memperhatikan dengan baik
bahkan cenderung acuh terhadap pengetahuan ASI perah dan hal ini menyebabkan pengetahuan
responden tentang ASI perah menjadi rendah.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Manajemen Laktasi


Manajemen Laktasi f %
Kurang 6 10.0
Cukup 34 56.7
Baik 20 33.3
Total 60 100.0

22
Medsains Vol. 6 No. 01, Juni 2020 : 16 - 25

Berdasarkan tabel 8, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan ibu
mengenai manajemen laktasi adalah cukup yaitu 34 orang (56.7%). Berdasarkan analisis tersebut,
maka disimpulkan sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai manajemen laktasi.
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2013) yaitu sebagian besar responden
memiliki pengetahuan cukup tentang manajemen laktasi yaitu sebanyak 50 orang (82%). Menurut
Wawan dan Dewi (2010) faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pendidikan
dan pekerjaan. Penelitian Hendrik (2016) menunjukkan hasil yang tidak sejalan. Hasil penelitian
Hendrik (2016), menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang
manajemen laktasi.
Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan,
pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk
pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk
menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga akan memiliki pengetahuan
yang baik tentang kesehatan. Menurut Wahyuni (2014), faktor pekerjaan ibu dapat berpengaruh
tehadap pengetahuan manajemen laktasi karena pekerjaan yang memerlukan waktu dalam sehari-hari
akan membuat ibu tidak mudah meluangkan waktu untuk menyusui dan mencari informasi tentang
manajemen laktasi. Pekerjaan akan berdampak pada manajemen laktasi, hal ini karena kurangnya
waktu untuk istirahat, banyaknya jenis susu formula yang mudah untuk diperoleh serta kurangnya
dukungan dari keluarga.
Pengetahuan manajemen laktasi dalam penelitian ini adalah kesimpulan secara umum dari
semua item pertanyaan ke-6 indikator diatas. Informasi mengenai manajemen laktasi yang diterima
oleh responden diperoleh dari media elektonik (tv, internet), media cetak (buku KIA, liflet) dan dari
petugas kesehatan karena sebagian telah mengikuti kelas ibu hamil, kelas ibu menyusui dan melakukan
kunjungan ANC di posyandu. Namun ada juga responden yang hanya menerima informasi mengenai
manajemen laktasi dari tv, internet dan saat ANC saja tanpa mengikuti kelas ibu hamil, kelas ibu
menyusui serta posyandu dengan alasan tidak ada waktu, sibuk mengurus rumah atau sibuk bekerja
sehingga informasi yang diterima kurang lengkap. Pengetahuan cukup mengenai manajemen laktasi
dikarenakan sebagian responden tidak mengetahui secara lengkap item tentang manfaat menyusui, ASI
perah dan penatalaksanaan teknik menyusui yang benar. Pengetahuan cukup ini perlu ditingkatkan
melalui adanya perhatian dari tenaga kesehatan serta dukungan dari keluarga terdekat sehingga
pengetahuan ibu dapat menjadi lebih baik lagi dan ibu tidak memberikan susu formula bagi bayinya.
Menurut Sari dkk (2014), manajemen laktasi yang benar dapat mengurangi risiko bayi tersedak, tidak
menyebabkan bayi menelan ASI terlalu banyak sehingga muntah, menurunkan risiko gizi berlebih,
meningkatkan kesehatan di masa kanak-kanaknya, meningkatkan kekebalan tubuh, menekan risiko
alergi pada bayi, bercak pada kulit, diare, infeksi saluran nafas dan tidak membuat berat badan bayi
turun serta dapat membantu meningkatkan kecerdasan bayi.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu
postpartum normal mengenai manajemen laktasi adalah cukup. Ibu diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai manajemen laktasi tentang manfaat menyusui, ASI perah dan penatalaksanaan
teknik menyusui yang benar dengan cara memperbanyak refrensi tentang manajemen laktasi untuk
dibaca dan dipahami, mengikuti kelas ibu menyusui, atau menanyakan langsung kepada tenaga
kesehatan sehingga dengan pengetahuan manajemen laktasi yang lebih baik akan mempengaruhi
perilaku ibu untuk memberikan ASI secara maksimal.

23
Medsains Vol. 6 No. 01, Juni 2020 : 16 - 25

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Parwati Noorfuadyaty. 2019. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Inisiasi
Menyusu Dini di Puskesmas Ngemplak II Kabupaten Sleman Yogyakarta. Skripsi. Program
Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan FIK. Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Afriani, Wirawati Amin. 2018. Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Secara
On Demand di RSB. Restu Makassar. Jurnal Media Kesehatan Politeknik Kesehatan
Makassar Vol. XIII No. 2, Desember 2018. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Makassar.
Amran, Yuli dan Vitri Yuli. 2013. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui dan Dampaknya
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 1
Arini, H., 2012. Mengapa Seorang Ibu harus Menyusui. Cetakan I. Jogjakarta: Flash Books
UNICEF. 2013. The Evidence and Rationale for the UNICEF UK Baby Friendly Initiative Standards.
Retrieved from https://www.unicef.org.uk/wpcontent/uploads/sites/2/2013/09/baby_f
riendly_evidence_rationale.pdf.

Atmawati, Cintami. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI dengan Perilaku
Perawatan Payudara Post Partum di Rumah Bersalin An Nissa Surakarta. Universitas
Sebelas Maret. (Online) http://eprints.uns.ac.id/5455/1/149 21608201001221. Diakses
tanggal 11 Juni 2020.
Kodrat, Laksono. 2010. Dahsyatnya ASI & Laktasi. Yogyakarta: Media Baca.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. 2019. Buku profil Kesehatan Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2018. Banjarnegara: DKK Banjarnegara.
Haryono, Rudi dan Sulis Setianingsih. 2014. Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publising.
Hidajati A. 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui. Yogjakarta: Flashbook.
Hidayah, Lilis Nur. 2013. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi Pada Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi. S1 Keperawatan, FIK.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Jessri M. et al. 2013. Predictors of exclusive breastfeeding:observations from the Alberta pregnancy
outcomes and nutrition (APrON) study. BMC Pedriatics Journal 2013. 13(77).
Katuuk, Mario dan Rina Kundre. 2018. Hubungan Pengetahuan Perawatan Payudara dengan
Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post Partum di Ruangan Dahlia RSD Liun Kendaghe
Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe. e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6, Nomor 1,
19 Februari 2018. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran.
Kementrian Kesehatan RI. 2019. Buku Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kemenkes RI.
Nasrin. 2014. Kampanye ASI untuk Generasi Unggul. (Online). (http://www.jurnal_nasional.com).
Diakses tanggal 11 Juni 2020.
Notoatmojo. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugraheni, Dara Kristanti. 2011. Pengetahuan dan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, Pemberian ASI
Eksklusif serta Status Gizi Batita di Pedesaan dan Perkotaan. Departemen Gizi Masyarakat.
IPB.
Nurmaliza. 2018. Hubugan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
pada Ibu Bersalin di Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru Tahun 2015. Jurnal Of
Midwifery Science Vol. 2 N0 1.
Pertiwi, Sri Handayani, Solehawati dan Widiasih. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses
Laktasi Ibu dengan Bayi Usia 0-6 Buan di Desa Cibeusi Kecamatan Jatinangor. Students e-
journals. Volume 1, No.1 2012. Bandung: Jurnal Universitas Padjadjaran.
Prasetyono, Dwi Sunar 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta : Diva Press
Pratiwi, Adelia. 2018. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui yang Benar. Jurnal
Ilmiah Multi Science Kesehatan Vol 9 No 3.

24
Medsains Vol. 6 No. 01, Juni 2020 : 16 - 25

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakata: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo (YBP-SP)
Prawita, Ade dan Marda Salima. 2018. Hubungan Pengetauan dan Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan
Payudara dengan Pelaksanaan Perawatan Payudara di Klinik Pratama Niar Medan. Jurnal
Bidan Komunitas 1(3).
Prahesti, Treistiana. 2016. Tingkat Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Teknik Menyusui Yang Benar
di PKD Amanda Desa Banyurip Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen. Jurnal Kebidanan
Indonesia.Vol 7, No 2, 2016. Akbid Yappu Sragen.
Putri, Nilam Sari. 2015. Meningkatkan Kesuksesan Program ASI Ekslusif pada Ibu Bekerja Sebagai
Upaya Pencapaian MDGs. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas Padang Sumatra.
Rahardian, Angga Sisca. 2014. Pemenuhan Hak ASI Eksklusif Di Kalangan Ibu Bekerja: Peluang Dan
Tantangan. Jurnal Kependudukan Indonesia. Vol.9 No.2: 109-118.
Roesli, Utami. 2011. Mengenal ASI Ekslusif. Surabaya: Niaga Swadaya.
Sari, Soraya Rika, Anita Puri, El Rahmayati. 2014. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Manajemen
Laktasi. Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sunesni, Dea Dan Ananda Putri. 2018. Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang Asi
Perah Dengan Praktek Pemberian ASI Perah. Jurnal Endurance 3, (2) Juni 2018. Kopertis
Wilayah X. STIKes Mercubaktijaya Padang.
Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Wahyuni, Tri. 2014. Perbedaan Pengetahuan Manajemen Latkasi antara ibu bekerja dan tidak
bekerja di Puskesmas Moyudan Sleman Yogyakarta Tahun 2014. Skripsi. Program Studi
Bidan Pendidik Jenjang DIV STIKes Aisyiyah Yogyakarta.
WHO. 2011. Pelatihan Konseling Menyusu. World Health Organization: UNICEF.
Yuliasari, Tita Restu dan Evi Setyaningrum. 2014. Tingkat Pengetahuan Tentang Menyusui Dengan
Pelaksanaan Teknik Menyusui. Jurnal ilmu kebidanan, Jilid 1, No. 1, Yogyakarta, Desember
2014. Akademi Kebidanan Ummi Khasanah yogyakarta.
Suhartika, Fauzia Djamilus. 2015. Peningkatan Tingkat pengetahuan Tentang Posisi Langkah
Menyusui yang Benar dan Frekuensi Serta Lama Menyusui Terhadap Perilaku Menyusui
Pada Ibu Pasca Salin di Kota Bogor. Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 1, No. 2, Juli
2015. Prodi Kebidanan Bogor Poltekkes Kemenkes Bandung.

25

You might also like