[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (0 votes)
47 views11 pages

Artikel 6

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1/ 11

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN POLA

PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA) USIA 6-24 BULAN DI SUKU
SEMENDE KECAMATAN MUARA SAHUNG, KAUR,
BENGKULU, TAHUN 2019
Correlation of Mother's Education and Knowledge with Feeding Pattern for Infants and Children
(PMBA) Ages 6-24 Months in Semende Tribe, Muara Sahung Subdistrict, Kaur, Bengkulu, 2019

Aneke Meta Safitri*, Mohammad Furqan, Debby Endayani Safitri


Universitas Muhammadiyah, Prof. DR. HAMKA

Abstract
Background: The prevalence of nutritional problems in children under five in Indonesia is still high. One reason
is poor diet. Semende tribe in Muara Sahung is a Semende group who migrated to Bengkulu region. In Semende
tribe there is still a tabulation of certain feeding in infants.
Objective: The aim of the research Correlation of Mother's Education and Knowledge with Feeding Pattern for
Infants and Children (PMBA) Ages 6-24 Months in Semende Tribe, Muara Sahung Subdistrict, Kaur, Bengkulu.
Method: The research method is descriptive observational with cross sectional research design. The samplein
this study were infants aged 6-24 months in the Semende tribe who were taken Accidentally Sampling. Data
from interviews with maternal education, maternal knowledge questionnaires, and PMBA pattern questionnaires
were analyzed by chi square test with a significance level of α = 0.05.
Result: The proportion of PMBA pattern that is incorrect is 60,0%. Most respondens have low education and
high knowledge.
Conclusion: The result of this study is there is significant relation between Mother's Education with PMBA
pattern with p-value = (0.000) < (0.05), there is significant relation between Mother's Knowledge with PMBA
pattern with p-value = (0.002) < (0.05).
Keywords: Semende, Infant and Young Child Feeding, Feeding Pattern, Tribe

Abstrak

Latar belakang: Prevalensi masalah gizi pada anak balita di Indonesia masih tinggi. Salah satu penyebabnya
adalah pola makan yang kurang baik. Suku Semende di Muara Sahung merupakan kelompok Semende yang
melakukan migran ke wiilayah Bengkulu. Di Suku Semende masih ada pantangan pemberian makanan tertentu
pada bayi.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu dengan pola
pemberian makan bayi dan anak (PMBA) usia 6-24 bulan di Suku Semende Kecamatan Muara Sahung, Kaur,
Bengkulu.
Metode: Metode penelitian bersifat descriptive observasional dengan desain penelitian cross sectional. Sampel
dalam penelitian ini adalah bayi yang berusia 6-24 bulan di Suku Semende yang diambil secara Accidental
Sampling. Data hasil wawancara pendidikan ibu, kuesioner pengetahuan ibu, dan kuesioner pola PMBA
dianalisis dengnan uji chi square dengan tingkat kemaknaan α=0,05.
Hasil: Proporsi pola PMBA yang tidak tepat adalah 60,0%. Sebagian besar responden memiliki pendidikan yang
rendah dan memiliki pengetahuan yang tinggi. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan pendidikan ibu
dengan pola PMBA nilai p-value = (0.000) < (0.05), terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan pola PMBA
nilai p-value = (0.002) < (0.05).
Kesimpulan: Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan pendidikan ibu dengan pola PMBA nilai p-value
= (0.000) < (0.05), terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan pola PMBA nilai p-value = (0.002) < (0.05).

Kata kunci: Semende, Pemberian Makan Bayi dan Anak

1
Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu … (Aneke Meta Safitri, Mohammad Furqan, Debby Endayani Safitri )

PENDAHULUAN pengetahuan ibu tentang perilaku pemberian


makan pendamping ASI pada balita yang masih
Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan rendah.4 Data Riskesdas 2018 menunjukkan di
dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap Indonesia prevalensi gizi buruk pada balita
diistilahkan sebagai periode emas sekaligus yaitu 3,9%, prevalensi gizi kurang pada balita
periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan yaitu 13,8%, prevalensi status gizi sangat
apabila pada masa ini bayi dan anak pendek yaitu 11,5%, prevalensi status gizi
memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk pendek yaitu 19,3%, prevalensi status gizi
tumbuh kembang optimal.1 Menurut WHO dan sangat kurus yaitu 3,5%, prevalensi status gizi
UNICEF tahun 2003 bahwa yang tercantun kurus yaitu 6,7%. Berdasarkan data dari Profil
dalam Global Strategy for Infant and Young Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun 2017, di
Child Feeding, WHO dan UNICEF Provinsi Bengkulu prevalensi balita yang
merekomendasikan empat hal penting yang mengalami gizi buruk sebanyak 0,04%.
harus dilakukan dalam praktik pemberian Kabupaten Kaur berada di posisi kedua
makan pada bayi dan anak (PMBA) yaitu; tertinggi dengan jumlah kasus gizi buruk yang
pertama memberikan air susu ibu (ASI) kepada di temukan sebanyak 0,08% balita gizi buruk.5
bayi segera dalam 30 menit setelah bayi lahir,
kedua memberikan air susu ibu (ASI) saja atau Berdasarkan survey awal yang dilakukan, dari
pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir 376 orang balita ditemukan balita gizi kurang
sampai bayi berusia 6 (enam) bulan, ketiga sebanyak 1,59%, balita sangat pendek 1,86%,
memberikan makanan pendamping air susu ibu balita pendek 4,25%, balita sangat kurus 0,53%,
(MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 balita kurus 0,53% di wilayah kerja Puskesmas
bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI Muara Sahung pada tahun 2018. Berdasarkan
sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. 2 hasil wawancara dengan tenaga gizi Puskesmas
Pemberian Makan pada Bayi dan Anak atau Muara Sahung bahwa banyak balita yang pola
sering disingkat dengan PMBA merupakan makannya tidak baik sehingga asupannya
salah satu program pemerintah untuk kurang dan menyebabkan balita mengalami gizi
menurunkan angka kematian anak dan kurang, banyak balita yang tidak ASI eksklusif
meningkatkan kualitas hidup ibu sesuai dengan dikarenakan ibu yang mayoritas bekerja sebagai
Millenium Development Goals yang keempat petani pergi berkerja dan bayi dititipkan kepada
dan kelima. Selain itu PMBA juga bertujuan anggota keluarga dan diberikan susu formula
meningkatkan status gizi dan kesehatan, sebagai pengganti ASI, adanya pemberian
tumbuh kembang dan kelangsungan hidup anak makanan terlalu dini seperti memberikan pisang
di Indonesia.3 Penurunan berat badan pada anak lumat dan bubur nasi. Selain itu, di dalam
biasanya mulai terjadi pada usia 6 bulan dimana masyarakat suku Semende adanya pantangan
pada usia ini berkurangnya pemberian ASI pemberian makan ketan hitam pada bayi yang
Eksklusif. World Health Organization (WHO) dipercaya dapat menyebabkan bayi lambat
dalam Resolusi World Health Assembly (WHA) untuk mulai bicara dan pantangan pemberian
nomor 55.25 tahun 2002 tentang Global pisang tanduk karena dipercaya dapat
Strategy of Infant and Young Child Feeding menyebabkan bayi meninggal karena tersedak.
melaporkan bahwa 60% kematian balita Masyarakat Semende di Muara Sahung, adalah
langsung maupun tidak langsung disebabkan salah satu kelompok Semende yang melakukan
oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut migran dari daerah asal (Muara Enim, Sumatera
terkait dengan praktik pemberian makan yang Selatan) ke wilayah Bengkulu ini di masa
kurang tepat pada bayi dan anak.3 Penyebab lain lampau.6
tingginya angka kematian balita adalah

*
Corresponding author
(Email: anekemetasafitri@gmail.com)

2
Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu … (Aneke Meta Safitri, Mohammad Furqan, Debby Endayani Safitri )

Praktik pemberian makan bayi dan anak secara Populasi dalam penelitian ini adalah semua
langsung mempengaruhi status gizi anak-anak bayi dan anak usia 6-24 bulan yang tinggal di
di bawah usia dua tahun, dan berdampak pada kecamatan Muara Sahung, Kaur, Bengkulu yang
kelangsungan hidup anak.7 Pemberian makan berjumlah 121 orang.
pada anak dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap
ibu, dukungan keluarga dan lingkungan. Sampel di ambil dengan teknik accidental
Asupan makan yang tepat banyak dipengaruhi sampling. Sampel dihitung menggunakan
oleh keluarga, sehingga dapat mempengaruhi rumus uji hipotesis perbedaan 2 proporsi dengan
asupan makan dan status gizi anak. 8 Pola jumlah proporsi ibu balita yang memliki
pemberian makan bayi dan baduta juga pengetahuan kurang terhadap pola pemberian
dipengaruhi oleh pengalaman ibu, tuntutan MP-ASI yang tidak sesuai pada penelitian
keluarga, keadaan sosial ekonomi serta tradisi terdahulu (P1) sebesar 0,958, proporsi ibu balita
dan budaya.9 Faktor penghambat keberlanjutan yang memliki pengetahuan baik terhadap pola
pemberian ASI adalah pengetahuan dan pemberian MP-ASI yang tidak sesuai pada
keyakinan ibu bahwa bayi tidak akan cukup penelitian terdahulu (P2) sebesar 0,76, tingkat
memperoleh zat gizi jika hanya diberi ASI kepercayaan 95% (Z1-α/2), kekuatan uji 90%
sampai umur 6 bulan.10 Berdasarkan hasil (Z1-β).4 Rumus uji hipotesis perbedaan 2 proporsi
penelitian terhadap hubungan antara pendidikan :
dan pengetahuan ibu balita dengan pola
pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan
di kelurahan Karang Baru Selaparang,
Mataram, Nusa Tenggara Barat menunjukkan
Hasil penghitungan tersebut, diperoleh
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
besar sampel sebanyak 51 responden, dengan
maka pola pemberian MP-ASI pada anak balita
penambahan untuk antisipasi sampel drop out
akan cenderung semakin baik. Semakin baik
sehingga besar sampel menjadi 55
tingkat pengetahuan seseorang, maka pola
responden.
pemberian MP-ASI pada anak balita
cenderuang akan semakin baik, begitu juga Pemilihan sampel dilakukan dengan memilih
dengan tingkat pengetahuan kurang, maka akan bayi dan anak yang berisia 6-24 bulan terlebih
semakin kurang pula pola pemberian MP-ASI dahulu baru kemudian memilih ibu bayi dan
yang diberikan pada anaknya.4 anak sebagai responden. Pemilihan responden
dilakukan secara accidental sampling
Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Setiap
dan anak merupakan masalah yang perlu responden yang bersedia terlibat dalam
ditanggulangi dengan serius, karena merupakan penelitian ini diminta untuk mengisi lembar
masa yang sangat penting dalam proses tumbuh informed consent. Lembar informed consent
kembang oleh karena itu bayi dan anak umur 6- ditandatangani oleh responden yang
24 bulan harus memperoleh asupan gizi sesuai bersangkutan sebagai bukti keterlibatan sukarela
kebutuhannya. Tujuan artikel ini adalah umtuk dalam kegiatan penelitian. Setelah responden
mengetahui hubungan pendidikan dan menyatakan setuju untuk berpartisipasi dalam
pengetahuan ibu dengan pola pemberian makan penelitian ini, responden diwawancara untuk
bayi dan anak (PMBA) usia 6-24 bulan di suku mengisi kuesioner karakteristik responden, dan
Semende kecamatan Muara Sahung, Kaur, pengetahuan ibu tentang PMBA yang berisi 20
Bengkulu tahun 2019. pertanyaan pengetahuan kemudian dilakukan
wawancara terstruktur menggunakan kuesioner.
METODOLOGI Peneliti juga melakukan observasi pada pola
PMBA dan mengisi from cheklist . Penelitian ini
Penelitian ini bersifat deskriptik observasional telah memperoleh Ethical Appoval (Surat
dengan desain penelitian cross sectional. Lokasi Persetujuan Etik) dari Komisi Etik Nomor
penelitian dilaksanakan di wilayah kerja 0158-19.130/DPKE-KEP/FINAL-EA/UEU/VI/
Puskesmas Muara Sahung, Kecamatan Muara 2019.
Sahung, Kaur. Pengumpulan data dilaksanakan
pada bulan Juni – Juli 2019.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
dan lembar observasi yaitu form checklist.

3
Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu … (Aneke Meta Safitri, Mohammad Furqan, Debby Endayani Safitri )

4
Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu … (Aneke Meta Safitri, Mohammad Furqan, Debby Endayani Safitri )

Tabel 1. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian

Jenis instrumen Pertanyaan Penilaian/skoring


Kuesioner Karakteristik (nama anak, jenis Sesuai pilihan jawaban
kelamin, TTL, umur anak, NIK
anak, BB dan TB, jumlah
saudara, Suku orang tua)
Pendidikan Ibu 0 = pendidikan rendah, <SMA
1= pendidikan tinggi, ≥SMA
2 pertanyaan pekerjaan Ibu 0 = tidak bekerja
1= bekerja
3 pertanyaan pantangan makan 0 = tidak ada
1= ada
2 pertanyaan penyakit infeksi Sesuai pilihan jawaban
Kuesioner Pengetahuan Ibu 0 = rendah, skor <60
1= tinggi, skor ≥60
Lembar observasi Pola PMBA berdasarkan 0 = tidak tepat, jika tidak
Form cheklist frekuensi, jumlah tekstur dan terpenuhinya semua aspek pola
variasi sesuai usia bayi dan anak PMBA (frekuesi, jumlah, tekstur,
variasi)
1= tepat, jika terpenuhinya
semua aspek pola PMBA
(frekuesi, jumlah, tekstur,
variasi)

Data yang terkumpul dianalisis dengan dengan Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan
menggunakan analisis deskriptif menggunakan ini merupakan pemekaran dari Kecamatan Kaur
SPSS 21. Setiap aspek dilihat besar persentase Tengah yang sebelum pemekaran kabupaten
dari total sampel. merupakan kecamatan di wilayah Kabupaten
Bengkulu Selatan. Dari tujuh desa yang terdapat
HASIL di wilayah Kecamatan Muara Sahung, tiga desa
Penduduk Kecamatan Muara Sahung berasal merupakan desa asli (Muara Sahung, Ulak
dari Suku Semende Lembak. Kecamatan Muara Lebar, Ulak Bandung) dan empat desa
Sahung merupakan salah satu kecamatan di transmigrasi (Bukit Makmur, Tri Tunggal Bakti,
Kabupaten Kaur yang berbatasan langsung Sumber Makmur, Cinta Makmur)

5
Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu … (Aneke Meta Safitri, Mohammad Furqan, Debby Endayani Safitri )

Tabel 2. Persentase Pekerjaan Ibu, Pantangan Makan, Pendidikan Ibu, dan Pengetahuan Ibu yang
Memiliki Bayi dan Anak Usia 6-24 Bulan di Suku Semende Kecamatan Muara Sahung, Kaur,
Bengkulu
Variabel n %
Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja 29 52,7
Bekerja 26 41,3
Pantangan Makan
Tidak Ada 35 63,6
Ada 20 36,4
Pendidikan Ibu
Pendidikan Rendah 32 58,2
Pendidikan Tinggi 23 41,8
Pengetahuan Ibu
Pengetahuan Rendah 15 27,3
Pengetahuan Tinggi 40 72,7
Jumlah 55 100

Tabel 3. Persentase Pola PMBA berdasarkan Frekuensi, Jumlah, Tekstur, Variasi dan Pola
PMBA pada Bayi dan Anak Usia 6-24 Bulan di Suku Semende Kecamatan Muara Sahung, Kaur,
Bengkulu

Variabel n %
Frekuensi
Tidak Tepat 11 20,0
Tepat 44 80,0
Jumlah
Tidak Tepat 20 36,4
Tepat 35 63,6
Tekstur
Tidak Tepat 3 5,5
Tepat 52 94,5
Variasi
Tidak Tepat 32 58,2
Tepat 23 41,8
Pola PMBA
Tidak Tepat 33 60,0
Tepat 22 40,0
Jumlah 55 100

Tabel 4. Persentase Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pola PMBA pada Bayi dan Anak Usia 6-24
Bulan di Suku Semende Kecamatan Muara Sahung, Kaur, Bengkulu

Pola PMBA
Total PR
Tidak P
Variabel Tepat (95%
Tepat value
)
n % n % n %

Pendidikan Ibu

Pendidikan Rendah 29 90,6 3 9,4 32 100,0


5,211 0,000
Pendidikan Tinggi 4 17,4 19 82,6 23 100,0
Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu … (Aneke Meta Safitri, Mohammad Furqan, Debby Endayani Safitri )

Pengetahuan Ibu

Rendah 14 93,3 1 6,7 15 100,0 1,965 0,002

Tinggi 19 47,5 21 52,5 40 100,0


Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu … (Aneke Meta Safitri, Mohammad Furqan, Debby Endayani Safitri )

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 55 responden, yang susah makan, sehingga frekuensi dan
pola PMBA yang tepat sebagian besar pada ibu jumlah makan yang diberikan berkurang dari
balita yang memiliki pendidikan tinggi , yaitu yang dianjurkan. Responden juga jarang
82,6% dan sebanyak 9.4% pada ibu balita yang memberikan makanan selingan kepada bayi dan
memiliki pendidikan rendah. Sementara untuk anak. Dari hasil wawancara dan observasi juga
pola PMBA tidak tepat, sebagian besar pada ibu ditemukan ada anak yang tidak mau makan
balita yang memiliki pendidikan rendah yaitu makanan yang diberikan jika teksturnya lebih
90,6% dan sebanyak 17,4% pada ibu balita yang keras padahal usia anak sudah mencukupi untuk
memiliki pendidikan tinggi. Hasil dari mengganti tekstur makanan ke tekstur yang
penelitian ini memiliki nilai PR 5,211 yang lebih keras, sehingga ibu memberikan makanan
artinya responden dengan pendidikan rendah yang jumlah makanan yang diberikan
berpeluang 5,2 kali melakukan praktik pola berkurang dari yang dianjurkan. Ibu di suku
PMBA yang tidak tepat dibandingkan dengan Semende rata-rata tidak memberikan variasi
responden yang memiliki pendidikan tinggi. makanan yang tepat karena faktor tingkat
Hasil uji Chi Square menunjukkan terdapat ekonomi masyarakat yang rendah, ibu rata-rata
hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu tidak bekerja dan yang bekerja hanya kepala
dengan pola PMBA dengan p value = 0,000 keluarga, sedangkan ibu hanya sebagai ibu
(p<0,05). rumah tangga saja. Hal inilah yang
mengakibatkan pendapatan keluarga hanya
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 55 bergantung pada kepala keluarga saja.
responden menunjukkan pola PMBA yang tepat Ketersediaan bahan makanan yang sudah dibeli
sebagian besar pada ibu balita yang memiliki tetap tidak memenuhi kecukupan zat gizi
pengetahuan tinggi , yaitu 52,5% dan sebanyak keluarganya, hal ini mengakibatkan variasi
6,7% pada ibu balita yang memiliki pendidikan makanan yang dipilih pun hanya sedikit, dan
rendah. Sementara untuk pola PMBA tidak ada beberapa anak yang hanya mau makan jenis
tepat, sebagian besar pada ibu balita yang makanan tertentu saja. Pola PMBA bedasarkan
memiliki pengetahuan rendah yaitu 93,3% dan variasi yang tidak tepat pada bayi dan anak di
sebanyak 47,5% pada ibu balita yang memiliki Suku Semende juga di pengaruhi oleh adanya
pengetahuan tinggi. Hasil dari penelitian ini pantangan makan pada bayi dan anak.
memiliki nilai PR 1,965 yang artinya responden Pantangan berdasarkan penelitian ini adalah
dengan pengetahuan rendah berpeluang 1,9 kali pantangan keluarga yang sudah menjadi
melakukan praktik pola PMBA yang tidak tepat tradisi turun-temurun di Suku Semende, yaitu
dibandingkan dengan responden yang memiliki tidak memberikan pisang tanduk untuk
pengetahuan tinggi. Hasil uji bivariat dikonsumsi oleh bayi, karena dapat
menggunakna uji Chi Square menunjukkan menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan
terdapat hubungan yang signifikan antara tekstur pisang tanduk yang keras, dan dapat
pengetahuan ibu dengan pola PMBA dengan p menyebabkan bayi tersedak saat memakannya.
value = 0,002 (p<0,05). Dan pantangan makan makanan seperti telur
yang dipercaya dapat menyebabkan bisulan,
ikan laut dan makanan laut lainnya dikarenakan
PEMBAHASAN
alergi. Dari beberapa aspek PMBA banyak
yang tidak tepat tersebut, menyebabkan pola
Penelitian ini secara umum telah menjawab PMBA pada Bayi dan Anak Usia 6-24 Bulan di
tujuan penelitian yaitu mengetahui hubungan Suku Semende Kecamatan Muara Sahung
pendidikan dan pengetahuan ibu dengan pola sebagian besar mendapatkan pola PMBA yang
PMBA usia 6-24 bulan di suku Semende tidak tepat sebanyak 33 0rang (60,0%).
Kecamatan Muara Sahung, Kaur, Bengkulu.
Kebiasaan pemberian makanan bayi yang tidak Pendidikan ibu merupakan salah satu hal yang
tepat, seperti pemberian makanan yang terlalu berpengaruh. Orang yang berpendidikan tinggi
cepat atau terlambat, makanan yang diberikan biasanya mempunyai pengetahuan yang tinggi,
tidak cukup dan frekuensi yang kurang karena orang yang berpendidikan tinggi
berdampak terhadap pertumbuhan bayi (Sakti, biasanya lebih mudah untuk menyerap
dkk.,2013). Berdasarkan hasil wawancara dan informasi. Faktor pendidikan turut menentukan
observasi diketahui bahwa di masyarakat mudah tidaknya seseorang menyerap dan
Semende masih ada beberapa bayi dan anak
Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu … (Aneke Meta Safitri, Mohammad Furqan, Debby Endayani Safitri )

memahami pengetahuan dalam hal apapun menentukan jumlah dan jenis pangan yang
termasuk gizi (Kusumawardhani, dkk., 2013). dikonsumsi, mengolah dan mendistribusikan
Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu makanan kepada seluruh anggota keluarga. 11
faktor yang memengaruhi persepsi seseorang Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang
untuk lebih mudah menerima ide-ide dan diharapkan akan semakin baik pula keadaan
teknologi yang baru (Notoatmodjo, 2010). gizinya. Hasil penelitian yang dilakukan di
Hasil penelitian yang dilakukan di Suku Suku Semende di Kecamatan Muara Sahung
Semende di Kecamatan Muara Sahung pada ibu pada ibu yang memiliki bayi dan anak usia 6-24
yang memiliki bayi dan anak usia 6-24 bulan bulan memiliki ibu yang rata-rata dengan
sebagian besar ibu memiliki pendidikan yang pengetahuan yang tinggi. Dari hasil wawancara
rendah yaitu 58,2%. Hal ini dikarenakan dengan responden ibu yang memiliki bayi dan
perekonomian keluarga tergolong rendah, anak usia 6-24 bulan berdasarkan pengetahuan
sehingga responden tidak bisa melanjutkan ibu tentang pemberian makan pada bayi dan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. anak, pertanyaan yang paling banyak dijawab
Pendidikan ibu merupakan faktor yang penting salah adalah pertanyaan tentang jumlah,
dalam tumbuh kembang anak, karena dengan frekuensi, tekstur dan variasi makanan yang
pendidikan yang baik maka orang tua dapat diberikan kepada bayi dan anak sesuai
menerima segala informasi dari luar terutama golongan usia. Hal ini mungkin terjadi karena
tentang cara pengurusan anak yang baik. Selain kurangnya edukasi di Posyandu dan belum
itu, pendidikan yang tinggi diharapkan dapat dilakukannya penyuluhan dan pelatihan tentang
meningkatkan pengetahuan ibu akan gizi. pemberian makan pada bayi dan anak. Hasil
Pengetahuan ibu yang luas dapat mengatur dan penelitian menunjukkan sebagian besar ibu
mengetahui kebutuhan tubuh termasuk dengan pendidikan redah memiliki
kebutuhan zat gizi bagi anggota keluarganya pengetahuan yanag rendah. Kurangnya
(Priyanti, 2013). pengetahuan ibu menunjukkan bahwa ibu yang
tidak memiliki wawasan yang luas, sehingga
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari ibu kurang memiliki informasi tentang
55 responden menunjukkan pola PMBA yang pemberian makan pada bayi dan anak.
tepat sebagian besar pada ibu balita yang
memiliki pendidikan tinggi. Sementara untuk Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari
pola PMBA tidak tepat, sebagian besar pada ibu 55 responden menunjukkan pola PMBA yang
balita yang memiliki pendidikan rendah. Hal ini tepat sebagian besar pada ibu balita yang
menunjukkan, bahwa semakin tinggi memiliki pengetahuan tinggi. Sementara untuk
pendidikan seseorang maka pola pemberian pola PMBA tidak tepat, sebagian besar pada ibu
makan pada bayi dan anak akan cenderung balita yang memiliki pengetahuan rendah. Hal
semakin baik. Hasil uji bivariat menggunakan ini menunjukkan, bahwa semakin baik tingkat
uji Chi Square menunjukkan terdapat pengetahuan ibu maka pola pemberian makan
hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu pda bayi dan anak cenderung semakin baik.
dengan pola PMBA Hasil penelitian di Hasil uji bivariat menggunakna uji Chi Square
kelurahan Karang Baru Selaparang, Mataram, menunjukkan terdapat hubungan yang
Nusa Tenggara Barat menunjukkan ada signifikan antara pengetahuan ibu dengan pola
hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu PMBA. Hasil penelitian di kelurahan Karang
dengan pola pemberian makanan pendamping Baru Selaparang, Mataram, Nusa Tenggara
ASI. Hasil dari penelitian ini menunjukkan Barat menunjukkan adanya hubungan antara
bahwa responden dengan pendidikan rendah pengetahuan ibu balita dengan pola pemberian
berpeluang 5,2 kali melakukan praktik pola makanan pendamping ASI. Hasil dari penelitian
PMBA yang tidak tepat dibandingkan dengan ini menunjukkan bahwa responden dengan
responden yang memiliki pendidikan tinggi. pengetahuan rendah berpeluang 1,9 kali
Tingkat pendidikan yang tinggi maka pola melakukan praktik pola PMBA yang tidak tepat
pemberian MP-ASI akan semakin banyak yang dibandingkan dengan responden yang memiliki
sesuai, sementara dengan tingkat pendidikan pengetahuan tinggi. Agar pemberian
dasar maka pola pemberian MP-ASI akan pendamping ASI berjalan baik, maka
semakin sedikit yang sesuai.4 diperlukan pengetahuan dan perilaku yang baik
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang pula mengenai makanan pendamping ASI, dan
diketahui seorang ibu tentang sikap dan prilaku, salah satu faktor intern yang mempengaruhi
pengetahuan yang dimiliki ibu dapat terbentuknya perilaku manusia adalah
Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu … (Aneke Meta Safitri, Mohammad Furqan, Debby Endayani Safitri )

pengetahuan.4 Kurangnya pengetahuan tentang yang di anjurkan; 2) menambahkan variabel-


gizi atau kemampuan untuk menerapkan variabel lain yang menjadi faktor-faktor yang
informasi dalam kehidupan sehari-hari memengaruhi pola PMBA. Variabel asupan
merupakan sebab penting dari gangguan gizi, sebaiknya juga diteliti untuk melihat tingkat
ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan kecukupan zat gizi pada Bayi dan Anak.
bayi dan anak serta adanya kebiasaan yang
merugikan kesehatan ,secara langsung dan tidak UCAPAN TERIMA KASIH
langsung menjadi penyebab utama terjadinya
masalah kurang gizi pada anak, khususnya Terimakasih kepada Bapak Muhammad
dibawah 2 tahun.12 Ada hubungan pengetahuan Furqan dan Ibu Debby Endayani Safitri yang
dengan perilaku ibu dalam pemberian telah berperan dalam penelitian, dalam
makanan pendamping ASI pada ibu balita. memberikan arahan dan masukan untuk
Hal ini kemungkinan terkait dengan penelitian ini.
pengalaman ibu dari pengetahuan dan
kebiasaan keluarga dalam pemberian
makanan pendamping ASI, sehingga ibu DAFTAR PUSTAKA
yang pengetahuan rendah memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk 1. Depkes RI. (2010). Pedoman Umum
memberikan MP-ASI rendah dan tidak Pemberian Makanan Pendamping Air
tepat. Sedangkan yang pengetahuan baik akan Susu Ibu (MP-ASI) Lokal. Jakarta:
memberikan MP-ASI yang baik. Sehingga Departemen Kesehatan Republik
pengetahuan menentukan terhadap perilaku Indonesia.
dalam pemberian MP-ASI, semakin kurang 2. Wahyuni, Sri., & Wahyuningtyas, Astri.
tingkat pengetahuan ibu akan semakin tidak (2016). Pemberian Makan pada Bayi dan
tepat dalam pemberian MP-ASI.13 Anak dengan Kenaikan Berat Badan Bayi
di Kabupaten Klate. RAKERNAS
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan AIPKEMA.
pada saat peneliti mengalami melakukan 3. Depkes RI. (2010). Strategi Peningkatan
wawancara pada responden, ada beberapa Makanan Bayi dan Anak (PMBA). Jakarta:
responden yang terlihat ogah-ogahan dalam Kementrian Kesehatan Republik
menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan. Indonesia.
Kemudian, pada saat responden diwawancara 4. Taufiqqurahman., Masthalina, Herta., &
beberapa bayi dan anak menangis atau Wulandari, Reni Gatri. (2012). Hubungan
mengganggu responden, sehingga responden antara Pendidikan dan Pengetahuan Ibu
yang sedang diwawancara menjadi bingung Balita dengan Pola Pemberian MP-ASI
untuk menjawab. Hal ini yang mengakibatkan pada Anak usia 6-24 Bulan di Kelurahan
wawancara tentang pengetahuan ibu menjadi Karan Baru Selaparang, Mataram, Nusa
sedikit terganggu Tenggara Barat. Gizi Indon. 35 (1):73-80.
5. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu.
KESIMPULA (2018). Provinsi Bengkulu dalam angka.
N BPS Provinsi Bengkulu.
6. Arifin, Zainal. (2016). Harte Dan
Terdapat hubungan antara pendidikan dan Tungguan : Redefinisi Adat Tunggu
pengetahuan ibu dengan pola pemberian makan Tubang Komunitas Semende Migran.
bayi dan anak (PMBA) usia 6-24 bulan di Suku Laporan Hibah Penelitian Kompetensi
Semende, Kecamatan Muara Sahung, Kaur, 2016 (Zainal Arifin, dkk).
Bengkulu, tahun 2019 7. WHO. Indicators For Assessing Infant
And Young Child Feeding Practices: Part
SARAN 1 Definitions. France. World health
organization.
Beberapa hal yang bisa direkomendasikan dari 8. Suistyowati, H. (2004). Hubungan antara
hasil penelitian ini adalah: 1) Diharapkan bagi Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian
petugas kesehatan hendaknya dapat Makanan Pendamping ASI dengan Status
memberikan wawasan tentang PMBA dengan Gizi Balita usia 4-24 bulan di Desa
cara penyuluhan dan pelatihan praktik PMBA Sendangharjo Kecamatan Blora
Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu … (Aneke Meta Safitri, Mohammad Furqan, Debby Endayani Safitri )

Kabupaten Blora. Universitas Negeri 12. Herita, Septi. (2013). Faktor-Faktor yang
Semarang. Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Terhadap
9. Gorstein S, Haq A., & Graham, EA. Status Gizi Bayi Umur 6-24 Bulan di
(2009). Cultural influence on infant Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang
feeding practices. Ped Rev. 30:11-21. Kabupaten Aceh Besar. Universitas
10. Heryanto, Eko. (2017). Faktor-faktor yang Syahkuala. Banda Aceh
Berhubungan Dengan Pemberian Makanan 13. Evitasari, Desi. (2016). Faktor-Faktor
Pendamping ASI Dini. Aisyah Jurnal Ilmu yang Berhubungan dengan Perilaku
Kesehatan. Vol 2, No Maret 2017. Hal Pemberian MP-ASI Usia > 6 Bulan.
141-152. STIKES YPIB. Yogyakarta
11. Khomsan, A. (2010). Teknik Pengukuran
Status Gizi. Bogor: Fakultas Institut
Pertanian Bogor

You might also like