[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (0 votes)
42 views15 pages

Jurnal Galih

The document discusses community empowerment in natural disaster mitigation in Klaten District, Indonesia. It states that in 2012, the Klaten government cooperated with local communities to provide training and education to help people prepare for potential disasters. Community empowerment involved five approaches: enable, strengthen, support, defend, and maintain communities. The goal of these approaches was to develop disaster-prepared communities through community development activities in Klaten.

Uploaded by

armita amelia
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
42 views15 pages

Jurnal Galih

The document discusses community empowerment in natural disaster mitigation in Klaten District, Indonesia. It states that in 2012, the Klaten government cooperated with local communities to provide training and education to help people prepare for potential disasters. Community empowerment involved five approaches: enable, strengthen, support, defend, and maintain communities. The goal of these approaches was to develop disaster-prepared communities through community development activities in Klaten.

Uploaded by

armita amelia
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 15

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MITIGASI BENCANA ALAM DI


KABUPATEN KLATEN

Community Empowerment In Natural Disaster Mitigation In Klaten District


Galih Sukmana Putra
Gundul.galih@yahoo,com
Departement of Sociology, Faculty of Social and Political Sciences,
Sebelas Maret University

Abstract
Indonesia has a severe impact on the occurrence of disaster. For this time, the
disaster handling is priority on emergency response and post-disaster activities, while
activities pre-disaster, which a step in anticipation of disaster risk reduction is sometimes,
overlooked. Sleman as one of the areas that are prone to disasters, from 2011 to date have
focused on activities pre-disaster. Management pre-disaster being increased in Klaten is not
only involving the subject but also an object with community empowerment and communities
in Klaten. This research purposes to describe pre-disaster management through community
disaster preparedness empowerment with community-based in Klaten District.
This research is qualitative research using the key informant of BPBD Klaten. The
collecting data used interviews and documentation. The technique of determining informant
used purposive and snowball sampling. Beside validity of data used triangulation of sources.
Then, data analysis techniques used interactive analysis techniques.
The results of this study stated that in 2012 the Government of Klaten in cooperation
with concerned community in empowerment activities to train and educating people into
society an be knowledge able disaster anticipation of disaster. Community empowerment in
this study using Five approaches (5P) of Suharto is enable, strengthening, support, defense,
and maintenance. The results showed that the achievenment of the objectives 5P approach
through community development activities in order to form a community disaster
preparedness conducted in Klaten

Keywords: Commuity Empowerment, Natural Disaster Mitigation, Klaten

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Melihat banyaknya bencana yang darurat saat terjadi bencana dan kegiatan
telah terjadi di Indonesia selama ini, sudah pascabencana berupa pemulihan daripada
seharusnya pemerintah dan masyarakat kegiatan prabencana berupa kesiagaan,
siap siaga pada ancaman bencana yang peringatan dini, dan mitigasi bencana.
dapat terjadi kapan saja. Pemerintah sudah Sebagai salah satu daerah rawan
sewajarnya menyiapkan perencanaan bencana di Indonesia, Sleman sekarang
dalam rangka pengurangan risiko bencana ini tengah serius dalam memfokuskan
melalui berbagai upaya penanggulangan kegiatan pada tahap prabencana, karena
bencana. Segala upaya penanggulangan kegiatan tersebut sangat penting sebagai
bencana telah diatur di dalam Undang- perencanaan untuk menghadapi bencana
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang alam selanjutnya yang masih potensial
Penanggulangan Bencana, dimana dalam terjadi. Sleman telah mempersiapkan
pasal 1 ketentuan umumnya disebutkan prabencana melalui pemberdayaan
bahwa penyelenggaraan penanggulangan masyarakat berbasis komunitas untuk
bencana adalah serangkaian upaya yang membentuk masyarakat siaga bencana.
meliputi penetapan kebijakan Masyarakat siaga bencana sendiri
pembangunan yang berisiko timbulnya merupakan masyarakat yang siap siaga
bencana, kegiatan pencegahan bencana, dan selalu antisipasi terhadap ancaman
tanggap darurat, dan rehabilitasi. Lebih bencana yang terjadi sewaktu-waktu.
lanjut lagi dalam pasal 33 Undang-Undang Rumusan Masalah
Nomor 24 Tahun 2007 dijelaskan bahwa 1. Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat
penyelenggaraan penanggulangan bencana Dalam Mitigasi Bencana Alam Di
terdiri atas 3 (tiga) tahap yang meliputi: Kabupaten Klaten ?
a.prabencana; b.saat tanggap darurat; dan 2. Faktor apa saja yang mendorong dan
c.pascabencana. Ketiga tahap tersebut menghambat pemberdayaan masyarakat
merupakan serangkaian tahap manajemen dalam mitigasi bencana alam di
bencana. Tahap prabencana, saat tanggap Kabupaten Klaten?
darurat, dan pascabencana merupakan Tujuan
semua tahapan yang penting dalam Mendeskripsikan tentang bentuk
kegiatan manajemen bencana. Namun, pemberdayaan masyarakat dalam mitigasi
selama ini penanganan bencana lebihcommit to user alam dan mendeskripsikan factor-
bencana
banyak diutamakan pada kegiatan tanggap faktor-faktor penghambat dan pendorong

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemberdayaan masuarakat dalam mitigasi Mitigasi bencana secara teknis dilakukan


bencana alam di Kabupaten Klaten. untuk mengurangi dampak suatu bencana,
TINJAUAN PUSTAKA misalnya membuat rancangan atau desain
Mitigasi Bencana Alam yang kokoh dari bangunan sehingga tahan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah terhadap gempa; membuat material yang
(PP) No 21 Tahun 2008 tentang tahan terhadap bencana; dan membuat
Penyelenggaraan Penanggulangan rancangan teknis pengaman seperti tanggul
Bencana, mitigasi bencana adalah banjir atau tanggul lumpur.
serangkaian upaya untuk mengurangi b. Pendekatan Manusia
risiko bencana, baik melalui pembangunan Pendekatan manusia bertujuan untuk
fisik maupun penyadaran dan peningkatan membentuk manusia yang paham dan
kemampuan menghadapi ancaman sadar mengenai bahaya bencana. Perilaku
bencana atau secara non-fisik. Mitigasi dan cara hidup manusia harus dapat
pada prinsipnya harus dilakukan untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi
segala jenis bencana, baik yang termasuk lingkungan dan potensi bencana yang
ke dalam bencana alam (natural disaster) dihadapinya.
maupun bencana sebagai akibat dari c. Pendekatan Administrasi
perbuatan manusia (man-made disaster). Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat
Mitigasi pada umumnya dilakukan dalam melakukan pendekatan administratif dalam
rangka mengurangi kerugian akibat manajemen bencana, khususnya di
kemungkinan terjadinya bencana, baik itu mitigasi seperti:
korban jiwa dan/atau kerugian harta benda 1) penerapan kajian bencana untuk
yang akan berpengaruh pada kehidupan setiap kegiatan dan pembangunan industri
dan kegiatan manusia. berisiko tinggi;
Mitigasi bencana adalah upaya 2) mengembangkan program
untuk mencegah atau mengurangi dampak pembinaan dan pelatihan bencana di
yang ditimbulkan akibat suatu bencana. seluruh tingkat masyarakat dan lembaga
Mitigasi bencana harus dilakukan secara pendidikan;
terencana dan komprehensif. Ramli (2010: 3) menyiapkan prosedur tanggap
33) mengatakan, agar mitigasi bencana darurat dan organisasi tanggap darurat di
terencana dengan baik diperlukan upaya setiap organisasi baik pemerintahan
dan pendekatan-pendekatan, yaitu sebagai maupun industri berisiko tinggi.
berikut : commit to
d. user Pendekatan Kultural
a. Pendekatan Teknis

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Masih adanya anggapan di kalangan menekankan bahwa orang memperoleh


keterampilan, pengetahuan, dan
masyarakat bahwa bencana itu adalah
kekuaasaan yang cukup untuk
takdir sehingga harus di terima apa mempengaruhi kehidupannya dan
kehidupan orang lain.”
adanya, karena itu pemerintah perlu
Secara etimologis pemberdayaan
membuat pengendalian bencana
berasal pada kata dasar “daya” yang berarti
disesuaikan dengan budaya lokal dan
kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari
tradisi. Sebaiknya pemerintah daerah
pengertian tersebut, maka pemberdayaan
setempat mengembangkan budaya lokal
dapat dimaknai sebagai suatu proses
dan tradisi untuk membangun kesadaran
menuju berdaya, atau proses untuk
bencana di tengah masyarakat.
memperoleh daya/kekuatan/kemampuan,
Pemberdayaan Masyarakat
dan atau proses pemberian
Pemberdayaan bertujuan untuk
daya/kekuatan/kemampuan dari pihak
membentuk individu dan masyarakat
yang memiliki kurang atau belum berdaya.
menjadi mandiri dengan berpartisipasi
Suharto (2005: 59-60) membuat
aktif dalam pembangunan. Adapun
suatu kesimpulan bahwa pemberdayaan
pemberdayaan masyarakat senantiasa
adalah sebuah proses dan tujuan, sebagai
menyangkut dua kelompok yang saling
proses dijelaskan bahwa pemberdayaan
terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak
adalah serangkaian kegiatan untuk
yang diberdayakan dan pihak yang
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan
menaruh kepedulian sebagai pihak yang
kelompok lemah dalam masyarakat,
memberdayakan.
termasuk individu-individu yang
Gagasan pemberdayaan itu sendiri
mengalami masalah kemiskinan. Sebagai
merupakan sentral bagi suatu strategi
tujuan, maka pemberdayaan menunjuk
keadilan sosial dan HAM (Hak Asasi
pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai
Manusia) serta menjadi pusat gagasan-
oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
gagasan kerja masyarakat (Ife dan
masyarakat yang berdaya, memiliki
Tesoriero, 2008: 130). Parsons (1994,
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan
dalam Suharto, 2005: 59), mengatakan
dan kemampuan dalam memenuhi
makna pemberdayaan:
kebutuhan hidupnya (baik bersifat fisik,
“Pemberdayaan adalah sebuah
ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
proses dengan mana orang menjadi cukup
kuat untuk berpartispasi dalam, berbagi kepercayaan diri, mampu menyampaikan
pengontrolan atas, dan mempengaruhi
aspirasi, maupun berpartisipasi dalam
terhadap kejadian-kejadian sertacommit to user
lembaga-lembaga yang mempengaruhi kegiatan sosial).
kehidupannya. Pemberdayaan

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Suharto (2005: 67-68) mengatakan 5. Pemeliharaan, merupakan


untuk pelaksanaan proses dan pencapaian berupaya untuk memelihara kondisi yang
tujuan pemberdayaan dicapai dengan kondusif agar tetap terjadi keseimbangan
melalui penerapan pendekatan distribusi kekuasaan antara berbagai
pemberdayaan yang dapat disingkat kelompok dalam masyarakat.
menjadi 5P, yaitu Pemungkinan, Pemberdayaan harus mampu menjamin
Penguatan, Perlindungan, Penyokongan keselarasan dan keseimbangan yang
dan Pemeliharaan: memungkinkan setiap orang memperoleh
1. Pemungkinan, yaitu kesempatan berusaha.
menciptakan suasana atau iklim yang Dengan demikian, pembinaan
memungkinkan potensi masyarakat dari partisipasi atau pemberdayaan masyarakat
sekat-sekat kultural dan struktural yang ini dilakukan pembinaan masyarakat
menghambat. dengan memposisikan masyarakat tidak
2. Penguatan, dimaksudkan hanya sebagai objek, akan tetapi juga
sebagai pendekatan untuk memperkuat sebagai subjek sehingga masyarakat akan
pengetahuan dan kemampuan yang termotivasi, tumbuh rasa ikut memiliki,
dimiliki masyarakat dalam memecahkan dengan jalan meningkatkan kesadaran,
masalah dan memenuhi kebutuhannya. kemampuan, keinginan, dan kepedulian
3. Perlindungan, yaitu dengan untuk mencapai suatu kemandirian
melindungi masyarakat terutama masyarakat. Untuk melakukan suatu upaya
kelompok-kelompok lemah agar tidak pemberdayaan, diperlukan pendekatan-
tertindas oleh kelompok kuat, menghindari pendekatan dalam membentuk
terjadinya persaingan yang tidak seimbang pelaksanaan proses dan mempercepat
(apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan pencapaian tujuan dari suatu
lemah, dan mencegah terjadinya eksploitas pemberdayaan.
kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan melalui kebijakan
4. Penyokongan, yaitu dan perencanaan dicapai dengan
memberikan bimbingan dan dukungan mengembangkan atau mengubah struktur-
agar masyarakat mampu menjalankan struktur dan lembaga-lembaga untuk
peran dan tugas-tugas kehidupannya. mewujudkan akses yang lebih adil kepada
Pemberdayaan harus mampu menyokong sumber daya atau berbagai layanan dan
masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam kesempatan untuk berpartisipasi dalam
keadaan dan posisi yang semakin lemahcommit to user
kehidupan masyarakat. Pemberdayaan
dan terpinggirkan. dengan aksi sosial dan politik menekankan

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pentingnya perjuangan dan perubahan unsur lainnya dengan memiliki dana,


politik dalam meningkatkan kekuasaan aparat yang banyak, kewenangan untuk
yang efektif. Pemberdayaan melalui membuat kerangka legal, kebijakan untuk
pendidikan dan penyadar-tahuan pemberian layanan publik, dan lain-lain.
menekankan pentingnya suatu proses Peran pemerintah dalam pemberdayaan
edukatif dalam melengkapi masyarakat tentu tidak terlepas dari berbagai kalangan
untuk meningkatkan keberdayaan mereka, yang ada di dalam masyarakat. Seperti
pemberdayaan seperti ini memasukkan fokus dari pemberdayaan yang akan dikaji
gagasan peningkatan kesadaran dan dalam penelitian ini adalah peran serta
memberikan keterampilan masyarakat pemerintah yang akan dibantu oleh
untuk bekerja menuju perubahan yang komunitas yang ada dalam masyarakat
efektif. Melihat strategi-strategi dalam melakukan suatu pemberdayaan.
pemberdayaan yang ada tersebut, Terkait dengan upaya pemberdayaan pada
pemberdayaan masyarakat berbasis level komunitas, Rothman (1995, dalam
komunitas yang akan diteliti merupakan Rukminto Adi, 2008: 120)
bagian dari suatu strategi pemberdayaan menggambarkan bahwa proses
melalui pendidikan dan penyadar-tahuan pemberdayaan masyarakat melalui
dimana masyarakat akan diberdayakan intervensi (keterlibatan) komunitas ini
dengan diberikan pendidikan dan pelatihan dapat dilakukan melalui beberapa model
mengenai upaya pengurangan risiko (pendekatan) intervensi, seperti
bencana guna mencapai masyarakat siaga pengembangan masyarakat lokal,
bencana. perencanaan dan kebijakan, dan aksi
Pemberdayaan masyarakat dapat sosial.
dilakukan oleh banyak kalangan, Masyarakat Siaga Bencana
diantaranya pemerintah, perguruan tinggi, Salah satu strategi yang
lembaga swadaya masyarakat, pers, partai dikembangkan dalam mengurangi risiko
politik, lembaga donor, aktor-aktor bencana dan meningkatkan kewaspadaan
masyarakat sipil, atau oleh organisasi masyarakat adalah mendayagunakan
masyarakat lokal sendiri seperti komunitas potensi lokal masyarakat dengan tujuan
di dalam masyarakat. Birokrasi pemerintah agar masyarakat mampu mengolah
tentu saja sangat strategis dalam potensinya sendiri untuk menumbuhkan
melakukan pemberdayaan karena budaya aman dalam masyarakat mandiri.
mempunyai banyak keunggulan dancommit to user
Masyarakat harus siaga atau siap
kekuatan yang luar biasa ketimbang unsur- bertanggung jawab atas keselamatan diri

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mereka sendiri terhadap ancaman bencana masyarakat siaga bencana dalam penelitian
seperti yang dikatakan Nakagawa dan ini, yaitu:
Shaw (2004, vol. 22, no. 1: 5) : 1. Regu peringatan dini: mengkompilasi
“As a recent argument of the data kebencanaan (sejarah bencana,
importance of civil society for
data dari BMG, Pusat Studi Bencana,
community development explains,
safety of a community should be the Kesbanglinmas),bekerjasama dengan
issue, which is discussed and
instansi deteksi dini dan
determined by the community, since
ultimately the community and menginformasikan pada masyarakat
individuals should be responsible
tanda bahaya atau tanda peringatan dini
for their own safet.”
Masyarakat siaga bencana dari instansi lain, dan mengembangkan
merupakan suatu kondisi masyarakat yang peringatan dini berdasarkan
memiliki kewaspadaan terhadap kejadian pengetahuan lokal.
bencana alam, mengetahui jenis bencana 2. Regu Pemetaan: mengumpulkan data
yang berpotensi pada daerah atau wilayah ancaman, demografi untuk digunakan
yang ditempati, serta memiliki dalam penyusunan peta ancaman
pengetahuan yang memadai mengenai bencana, alur evakuasi dan rencana
bencana yang berpotensi tersebut pengungsian.
(Wahyuni, 2012 dalam 3. Regu Pelatihan Kesiapsiagaan:
http://zlywahyuni.blogspot.com/). Dalam melakukan identifikasi pelatihan
Modul Khusus Komunitas dan BKM kesiapsiagaan yang dibutuhkan
(Badan Keswadayaan Masyarakat) masyarakat, sesuai dengan data
Penanggulangan Bencana yang dibuat oleh ancaman bencana setempat.
Departemen Pekerjaan Umum dipaparkan METODE PENELITIAN
mengenai kelompok masyarakat siaga Jenis Penelitian
bencana terdiri dari semua unsur Jenis penelitian yang digunakan
masyarakat, baik perempuan maupun laki- dalam penelitian ini adalah penelitian
laki dan dipilih dalam musyawarah. Tugas deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk
utama kelompok masyarakat adalah memahami dan mendeskripsikan
menyusun perencanaan untuk melakukan fenomena sosial mengenai Pemberdayaan
usaha-usaha pengurangan risiko bencana Masyarakat yang dilakukan melalui bentuk
(prabencana), perencanaan tanggap darurat pemberdayaan dalam mitigasi bencana
dan rehabilitasi, strukturnya. Adapun alam di Kabupaten Klaten dengan lebih
tugas dari kelompok masyarakatcommit to user
mendalam. Penelitian deskriptif itu sendiri
prabencana sebagai kriteria untuk menilai bertujuan mendeskripsikan secara cermat

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

karakteristik dari suatu gejala, Silalahi informan kunci (key informant) dan
(2010: 28). Bagdon dan Taylor (dalam informan pendukung yaitu Ketua dan
Moleong, 2004: 3) mendefinisikan metode Sekertaris Komunitas Diskusi perempuan
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang Pacing serta perwakilan masyarakat Desa
menghasilkan data deskriptif berupa kata Pacing Kecamatan Wedi Kabupaten
tertulis atau lisan dari orang-orang atau Klaten. Sumber data tambahan dalam
perilaku yang diamati. penelitian ini didapatkan dari buku
Lokasi Penelitian referensi, literatur, media massa, internet,
Dalam penelitian ini, telah serta data-data pendukung yang berasal
dilakukan penelitian di Badan dari Bidang Pencegahan dan
Penanggulangan Bencana Daerah Kesiapsiagaan BPBD Klaten.
Kabupaten Klaten sebagai objek Teknik Pengumpulan Data
penelitian, Lokasi untuk mendapatkan Tekhnik pengumpulan data dalam
informan pendukung yaitu di Komunitas penelitian ini menggunakan tekhnik
Diskusi Perempuan Kabupaten Klaten wawancara dan dokumentasi.
sebagai salah satu komunitas peduli Tekhnik Penentuan Informan
bencana di Klaten dan Desa Pacing Penentuan informan dalam
Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten (desa penelitian ini menggunakan teknik
siaga bencana). Adapun pertimbangan purposive sampling dan teknik snowball
yang melandasi dipilihnya lokasi tersebut, sampling. Dalam teknik purposive
yaitu: sampling, sampel ditentukan dengan
Sumber Data memilih informan yang dianggap
Sumber data utama dalam penelitan mengetahui informasi dan masalahnya
kualitatif berupa kata-kata yang diamati, secara mendalam dan dapat dipercaya
wawancara atau tindakan, selebihnya untuk menjadi sumber data yang tepat
adalah sumber data tambahan seperti (Susanto, 2006: 120). Teknik snowball
dokumen, arsip, dan lain-lain. Sumber data sampling digunakan jika informan kunci
utama dalam penelitian ini didapatkan mengidentifikasi informan (sampel) lain
melalui wawancara secara langsung dari sebagai informan yang dianggap dapat
sumber yang dianggap mengetahui memberikan informasi penelitian, karena
informasi mengenai pemberdayaan informasi dari informan sebelumnya
masyarakat Dalam Mitigasi
Bencana dianggap belum lengkap oleh peneliti atau
Alam, yaitu Kepala Bidang Pencegahancommit to user
informan sebelumnya dianggap belum
dan Kesiapsiagaan BPBD Klaten sebagai

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengetahui informasi yang dibutuhkan Klaten yang tidak terlepas dari bantuan
peneliti. dari lembaga lain. Kegiatan-kegiatan pada
Validitas Data pemberdayaan masyarakat tersebut
Untuk meningkatkan validitas data, merupakan langkah untuk mengantisipasi
maka dalam penelitian ini digunakan bencana dan mengatasi kerentanan
teknik triangulasi. Pengertian teknik bencana yang dialami oleh kelompok
triangulasi menurut Moleong (2004: 330) rentan. Dalam Pemberdayaan Masayarakat
adalah „teknik pemeriksaan keabsahan data dalam mitigasi bencana alam ini akan
yang memanfaatkan sesuatu yang lain terlihat bagaimana perencanaan,
dalam membandingkan hasil wawancara pengorganisasian, pelaksanaan, dan
terhadap objek penelitian‟. Denzin (dalam pengawasan dari kegiatan-kegiatan
Moleong, 2004), membedakan empat sebelum terjadinya bencana di Kabupaten
macam triangulasi diantaranya dengan Klaten. Kegiatan pemberdayaan
memanfaatkan penggunaan sumber data, masyarakat dalam mitigasi bencana alam
metode, penyidik, dan teori. Pada di Kabupaten Klaten dilakukan dengan
penelitian ini, peneliti menggunakan menggunakan pendekatan dari Suharto
teknik triangulasi sumber data. yaitu pendekatan 5P. pendekatan yang
Teknik Analisis Data dilakukan untuk memenuhi tujuan dari
Mengacu pada jenis penelitian kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
dalam penelitian ini yang merupakan dilakukan pemerintah Kabupaten Klaten
penelitian kualitatif, maka peneliti meliputi 5 pendekatan yaitu meliputi:
merancang akan menggunakan tekhnik 1. Pemungkinan yaitu
analisis data interaktif menurut Miles dan Berdasarkan penelitian yang telah
Huberman (dalam Silalahi, 2010:339). dilakukan, BPBD Klaten memiliki
Kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kesiapan yang matang dalam pelaksanaan
kegiatan yang terjadi secara bersamaan pemberdayaan masyarakat dalam mitigasi
yaitu reduksi data, penyajian data, dan bencana di Kabupaten Klaten dengan
penarikan kesimpulan/verifikasi. menciptakan suasana atau iklim yang
HASIL DAN PEMBAHASAN memungkinkan potensi masyarakat dari
Kegiatan pemberdayaan sekat-sekat kebudayaan dan sturkturlah
masyarakat dalam mitigasi bencana alam yang menghambat agar masing-masing
ini menjadi bagian tugas dan tanggung individu dalam masyarakat mampu
jawab dari Badan Penanggulangancommit to user
meningkatakan potensi yang dimiliki
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten untuk melaksanakan program

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemberdayaan dalam mitigasi bencana seluruh rangkaian kegiatan pemberdayaan


alam tanpa adanya hambatan dari kultural masyarakat dalam mitigasi bencana alam.
maupun structural dari dalam maupun luar Perlindungan yang dimaksud adalah
masyarakat melindungi masyarakat terutama
2. Penguatan Diamana kelompok rentan/lemah agar tidak
Dalam menciptakan pendekatan tentang tertindas oleh kelompok kuat yakni
penguatan kemampuan dan pengetahuan kelompok masyarakat yang tidak atau
yang dimiliki masyarakat , kunci pertama sedikit mengalami kerentanan dalam
telah didapat dari adanya pemungkinan bencana alam seperti halnya masyarakt-
mencipatakan suasana atau iklim yang masyarakat yang mempunyai fisik yang
memungkinkan potensi masyarakat kuat, pengetahuan yang luas, dan juga
berkembang secara optimal. Penguatan potensi yang kuat dalam mengantisipasi
kemampuan dan pengetahuan dalam bencana alam.
pemberdayaan masyarakat dalam mitigasi 4. Penyokongan yaitu
bencana alam dilakukan dengan cara Pemerintah Kabupaten Klaten memberikan
memperkuat kemampuan dan pengetahuan dukungan dan juga bimbingan kepada
yang dimiliki oleh masyarakat dalam masyarakat Kabupaten Klaten agar
memecahkan masalah kerentanan bencana masyarakat Kabupaten Klaten dapat
yang dialami oleh masyarakat Kabupaten menjalankan peran dan tugasnya dalam
Klaten dan masyarakat Kabupaten Klaten mitigasi bencana alam. Kemampuan
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam mitigasi bencana alam
mereka dalam mengatasi masalah menjadi meningkat karena adanya
kerentanan bencana alam dengan cara penyokongan dari pemerintah Kabupaten
melaksanakan proram mitigasi bencana Klaten. Pemerintah menyokong
alam yang diselengarakan oleh pemerintah masyarakat agar tidak terjatuh dalam
Kabupaten Klaten. keadaan dan posisi yang semakin rentan
3. Perlindungan yaitu terhadap bencana. Kemampuan
penyediaan Layanan berupa fasilitas yang masyarakat dalam mitigasi bencana alam
diberikan oleh BPBD Klaten tentunya terlihat dari banyaknya peserta pelatihan
disesuaikan pada kebutuhan di lapangan. dan sosialisasi pemberdayaan masyarakat
BPBD Klaten berusaha memberikan dalam mitigasi bencana alam yang
petlindungan kepada masyarakat dengan memiliki kemampuan berpendapat dengan
cara menyediakan layanan sebaik mungkincommit to user
memberikan saran dan usulan pada saat
agar masyarakat dapat merespon positif diskusi. Selain berpendapat kemampuan

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ini juga terlihat saat peserta mitigasi dilakukan oleh setiap warga dalam
bencana alam atau masyarakat dapat program mitigasi bencana alam di
melakukan pelatihan mitigasi bencana Kabupaten Klaten. Untuk mewujudkan
alam yag didukung dan dibimbing oleh keselarasan dan keseimbangan maka
pemerintah dengan baik dan benar. pemerintah Kabupaten Klaten melakukan
Masyarakat Kabupaten Klaten yang terdiri penyebaran informasi kebencanaan dengan
dari berbagai golongan pendidikan atau sasaran semua warga di Kabupaten Klaten
pekerjaan semua dijadikan rata untuk yang merupakan kelompok rentan bencana
dilatih dalam program mitigasi bencana maupun kelompok non rentan bencana.
alam dengan baik di depan umum. Pencapaian tujuan pemberdayaan
Komunitas Diskusi Perempuan Desa masyarakat dalam mitigasi bencana alam
Pacing sendiri memiliki strategi untuk dapat dilihat dari sepuluh kriteria
meningkatkan kemampuan antisipasi pemberdayaan menurut Bartle (ada pada
bencana dalam kegiatan pemberdayaan tinjauan pustaka dan kerangka pikir). Hasil
masyarakat dalam mitigasi bencana alam. pencapaian pemberdayaan masyarakat
5. Pemeliharaan yaitu yang dinilai dengan menggunakan kriteria
Pemberdayaan dilakukan oleh Pemerintah dari Bartle menunjukkan bahwa
Kabupaten Klaten melalui pemeliharaan pemberdayaan masyarakat dalam mitigasi
yang bertujuan untuk memelihara kondisi bencana alam di Klaten secara tidak
yang konduktif agar tetap terjadi langsung juga telah memenuhi kriteria
keseimbangan distribusi kekuasaan antara prioritas aksi manajemen prabencana,
berbagai kelompok di masyarakat yaitu dengan terlaksananya upaya
kabupaten klaten. Pemeliharaan ini penguatan kelembagaan, penyebarluasan
merupakan pendekatan yang dilakukan sistem peringatan dini, peningkatan
oleh pemerintah Kabupaten Klaten untuk kemampuan dalam pelatihan, dan lain-lain.
memenuhi kriteria pemberdayaan Adapun kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam mitigasi bencana alam. masyarakat dalam mitigasi bencana alam
Pemerintah Kabupaten Klaten mampu yang telah dilakukan antara lain:
menjamin keselarasan dan keseimbangan
1) Kepentingan umum: pembelajaran
yang memungkinkan setiap warga
komunikasi dan kerjasama dalam
Kabupaten Klaten dapat berusaha dalam
pelatihan pengurangan risiko bencana,
menanggulangi resiko ancaman bencana
simulasi/gladi lapang, sosialisasi, dan
alam yang terjadi di Kabupaten Klaten.commit to user
bakti sosial.
Penanggulangan resiko bencana dapat

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Kesamaan nilai: terciptanya kesamaan peringatan dini dan peta ancaman


tujuan kegiatan pemberdayaan dan bencana desa sebagai pengingkatan
terciptanya ide kreatif masyarakat kemampuan bidang teknis.
dalam mendiskusikan pengetahuan 10)Keselarasan: terciptanya kesepakatan
kebencanaan. masyarakat dalam pemanfaatan
3) Layanan masyarakat: tersedianya teknologi dalam sistem peringatan dini
fasilitas pendidikan bencana di sekolah dan keterlibatan masyarakat dalam
dan desa, penyediaan dapur umum, dan sistem pengawasan pemberdayaan.
Bantuan Operasional Proyek. Terbentuknya masyarakat siaga
4) Komunikasi: terbentuknya kelompok bencana merupakan tujuan akhir dari
diskusi dalam pelatihan untuk pemberdayaan masyarakat dalam mitigasi
menampung aspirasi dari masyarakat bencana alam di Kabupaten Klaten, yang
dalam menentukan sistem peringatan pelaksanaanya dilakukan melalui kegiatan
dini dan peta ancaman bencana. pemberdayaan masyarakat berbasis
5) Informasi: pengikutsertaan masyarakat komunitas di Kabupaten Klaten.
dalam Forum Komunikasi Lintas KESIMPULAN
Relawan dan membentuk Sistem Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Informasi Kebencanaan Desa. Mitigasi Bencana Alam Di Kabupaten
6) Rintangan (penyelesaian): pengecekan Klaten membentuk Masyarakat siaga
peralatan dan teknologi yang akan bencana di Kabupaten Klaten sesuai
digunakan dalam pelatihan ataupun dengan tujuan pemerintah dalam program
simulasi, serta mengulang kembali pemberdayaan masyarakat di Kabupaten
materi pelatihan jika belum dimengerti Klaten. Dengan melakukan pendekatan 5p
masyarakat. yang dilakukan pemerintah Kabupaten
7) Jaringan kerja: pemberdayaan peserta Klaten dalam program pemberdayaan ini
dari desa yang sudah melakukan membentuk masyarakat siaga bencana
pelatihan menjadi pembicara di desa sesuai dengan kriteria masyarakat siaga
lain yang belum melakukan pelatihan. bencana, yaitu :
8) Organisasi: terbentuknya sistem 1. Masyarakat Kabupaten
kesiapsiagaan desa dan adanya Klaten memiliki regu peringatan dini
penjelasan tugas masing-masing yang berfungsi untuk mengkompilasi data
perangkat sistem kesiapsiagaan desa. kebencanaan seperti mengetahui penyebab
9) Kemampuan: masyarakatcommit to user
terjadinya bencana di Kabupaten Klaten
berkemampuan membuat sistem yang diperoleh dari data dari Badan

12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

meteorology dan Geofisika dan Pusat regu pemetaan dan regu peringatan dini
Studi Bencana. Masyarakat Kabupaten untuk membentuk masyarakat menjadi
Klaten bekerjasama dengan instansi siap siaga dalam menghadapi resiko
deteksi dini dan menginformasikan kepada bencana yang terjadi.
masyarakat tanda bahaya atau tanda SARAN
peringatan dini dari instansi lain, dan Berdasarkan hasil penelitian yang
mengembangkan peringatan dini telah dilakukan, peneliti memberikan
berdasarkan pengetahuan lokal dari saran-saran untuk meningkatkan
masyarakat Kabupaten Klaten. pelaksanaan manajemen prabencana
2. Masyarakat Kabupaten melalui pemberdayaan masyarakat siaga
Klaten memiliki regu Pemetaan yang bencana berbasis komunitas di Kabupaten
terdiri dari masyarakat kabupaten klaten Klaten:
dengan tujuan untuk mengumpulkan data 1. Belum banyak terlibatnya
ancaman dari potensi terjadinya bencana pihak swasta dalam kegiatan
alam dan mengumpulkan data demografi pemberdayaan seperti yang terdapat dalam
untuk digunakan dalam penyusunan peta prioritas aksi I, disarankan pemerintah
ancaman bencana yang berpotensi terjadi dapat membuat penawaran kerjasama
di Kabupaten Klaten. Selain itu regu pihak swata dalam kegiatan pemberdayaan
pemetaan masyarakat Kabupaten Klaten dengan terlibat dalam jaringan Forum
dapat mengatur alur evakuasi bencana saat Komunikasi Lintas Relawan (Foklar).
terjadi dan menyusun rencana pengungsian 2. Strategi pemanfaatan lahan
masyarakat Kabupaten Klaten saat yang belum optimal dalam pengurangan
bencana terjadi. risiko bencana di Kabupaten Klaten seperti
3. Masyarakat Kabupaten yang terdapat pada hasil penelitian
Klaten memiliki regu Pelatihan prioritas aksi IV, diharapakan BPBD
Kesiapsiagaan yang terdiri dari Klaten mengoptimalkan dengan
masyarakat Kabupaten Klaten, Pemerintah meningkatkan kerjasama dengan Kantor
Kabupaten Klaten, dan instansi terkait Lingkungan Hidup Klaten dan Dinas
dengan tujuan untuk melakukan Pertanian dalam strategi tersebut,
identifikasi pelatihan kesiapsiagaan dalam mengingat dinas-dinas tersebut
menghadapi resiko bencana yang berpengalaman pada bidang pemanfaatan
dibutuhkan masyarakat. Identifikasi lahan.
kesiapsiagaan ini dilakukan sesuai dengancommit to user 3. Menghadapi masalah belum
data ancaman bencana yang diperoleh dari tersedianya website informasi bencana

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

masing-masing desa sebagai jaringan ini, Masyarakat Desa Pacing Kecamatan


kriteria komunikasi dalam kegiatan Wedi Kabupaten Klaten yang telah
pemberdayaan, Pemerintah Kabupaten memberikan informasi tambahan sebagai
Klaten, komunitas dan masyarakat validitas data skripsi,
diharapkan bekerjasama untuk membuat DAFTAR PUSTAKA
website kebencanaan berbasis desa di Adi, Isbandi Rukminto. 2008.
Intervensi Komunitas: Pengembangan
Kabupaten Klaten dan pemerintah
Masyarakat Sebagai Upaya
disarankan menyelenggarakan pelatihan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta:
Rajawali Pers.
teknologi dan informasi pada masyarakat
Badan Nasional Penanggulangan
desa. Bencana dan BAPPENAS. 2011. Recana
Aksi Rehabilitasi Rekonstruksi
4. Mengatasi kurangnya
Pascabencana Erupsi Gunung Merapi
transportasi komunitas menuju desa Provinsi D.I. Yogyakarta dan Provinsi
Jawa Tengah 2011-2013. Jakarta.
sebagai aspek rintangan dalam kegiatan
Daft, Richard L. 2002. Manajemen.
pemberdayaan, diharapkan pemerintah Edisi Kelima. Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Direktorat Perlindungan Sosial
daerah dapat menyediakan pinjaman alat
Korban Bencana Alam & Direktorat
transportasi kepada komunitas-komunitas Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial.
2011. Petunjuk Teknis Kampung Siaga
yang akan menjadi fasilitator dalam
Bencana. Jakarta Pusat.
kegiatan pemberdayaan masyarakat siaga Gibson, James L, Donnelly, James
H, dan Ivancevich, John M. 1997.
bencana.
Manajemen. Jilid I. trans, Ichyaudin,
UCAPAN TERIMA KASIH Zuhad. Jakarta: Erlangga.
Ife, Jim & Tesoriero, Frank. 2008.
Terselesaikannya skripsi ini tidak
Alternatif Pengembangan Masyarakat di
terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka Era Globalisasi Community Development.
trans, S Manullang, N Yakin, M
dalam kesempatan ini penulis
Nursyahid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
menyampaikan terima kasih kepada: Mardikanto, Totok. 2010. Konsep-
konsep Pemberdayaan Masyarakat: Acuan
Dra. Sri Hilmi P., M.Si selaku
Bagi Aaparat Birokrasi, Akademi,
dosen pembimbing skripsi yang telah Praktisi, dan Peminat/ Pemerhati.
Surakarta: UNS Press.
memberikan bimbingan, bantuan, arahan
Mardikanto, Totok. 2010. Model-
dan nasehat kepada penulis dalam Model Pemberdayaan Masyarakat: Acuan
Bagi Akademisi dan Praktisi
menyelesaikan skripsi ini, Bapak Joko
Pemberdayaan Masyarakat. Surakarta:
Ruminto, SH selaku Kepala Bidang UNS Press.
Moleong, Lexy J.
Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD
2004. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Klaten dan Edi Eka, SH selaku staf BPBD Bandung: Remaja Rosdakarya.
Klaten yang membantu memberikancommit to user
Nurjanah, R. Sugiharto, Kuswanda,
Siswanto dan Adikoesoemo. 2012.
informasi sebagai data pembuatan skripsi Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Jurnal:


Praktis Manajemen Bencana. Jakarta: Nakagawa, Yuko dan Shaw, Rajib. 2004.
Dian Rakyat. Social Capital: A Missing Link to Disaster
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Recovery. International Journal of Mass
Penelitian Sosial. Bandung: PT. Rafika Emergencies and Disasters. vol.22. no.1.
Aditama. Kerre, Patrick dan Leonard, Mulongo.
Sudarmo. 2011. Isu-Isu 2011. Disaster Planning and Emergency
Administrasi Publik dalam Perspektif Management in Kenya. International
Governance. Solo: Smart Media. Journal of Disaster Management and Risk
Suharto, Edi. 2005. Membangun Reduction. vol.3. no.2.
Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Subiyantoro, Iwan. 2010. Upaya
Kajian Strategis Pembangunan Mengantisipasi Bencana Melalui
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Kekuatan Berbasiskan Masyarakat. Jurnal
Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Dialog Penanggulangan Bencana. vol.1.
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. no.2.
Kemitraan dan Model-model Undang-undang dan peraturan
Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
Susanto. 2006. Metode Penelitian tentang Penanggulangan Bencana.
Sosial. Surakarta: LPP UNS dan UNS Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
Press 2008 tentang Penyelenggaraan
Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penanggulangan Bencana.
Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 8
Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Tahun 2010 tentang Penanggulangan
UNS Press. Bencana.
Suwondo, Kutut, Kana, Nico L dan
Dirdjosanjoto, Pradjarta. 2002. Politik
Pemberdayaan: Dinamika Politik Lokal di
Indonesia. Salatiga: Pustaka Percik.
Syafiie, Inu K, Tandjung,
Djamaludin dan Modeong, Supardan.
1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta:
Rineka Cipta.
United Nations Inter-Agency
Secretariat of the International Strategy for
Disaster Reduction (UN/ISDR). 2005.
Hyogo Framework for Action 2005-2015:
Building the Resilience of Nations and
Communities to Disasters. Jepang.
Wrihatnolo, Randy R dan
Dwijowijoto, Riant N. 2007. Manajemen
Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan
Panduan Untuk Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Pemerintah Sleman. 2009. Rencana
Kontingensi Kabupaten Sleman 2009.
Sleman
commit to user

15

You might also like