Kebijakan Kriminal Dalam Negara RI
Kebijakan Kriminal Dalam Negara RI
Kebijakan Kriminal Dalam Negara RI
Abstract: The state of law as a translation of the word rechtsstaatsin terminology has a meaning parallel
to the word Rule of Law, which guarantees Supremacy of Law or Supervisor Law, in countries in the world
in general human rights are guaranteed by the Constitution or the Basic Law which is the source of the
rights human rights, the same in the country of Indonesia as a State of Law. The provision that Indonesia
is a Legal State is inseparable from the Preamble to the 1945 Constitution as the ideal of a state of law
becoming a national ideal implemented in Article 1 Paragraph 3 of the Constitution of the Republic of
Indonesia (third amendment). As the Indonesian national ideals that embrace the state of welfare law or a
material law state that refers to Pancasila as the basic and the source of the law that is in the fifth
principle of Pancasila which obliges the state to guarantee the realization of social justice for all
Indonesian people. It is very clearly mandated in the second paragraph of the Preamble to the 1945
Constitution in the presence of words of justice and prosperity, then the third and fourth paragraph there
is a word of God’s grace and Belief in God Almighty, related to religion and understood and understood as
the needs of the people, both physical and spiritual. To create all it needs a law that is responsive through
criminal policy (Criminal Policy).
Keywords: State Law, Pancasila, Constitution and Criminal Policy
Abstrak: Negara hukum sebagai terjemahan dari kata rechtsstaat secara terminologi mempunyai pengertian
yang sejajar dengan kata Rule of Law, yang menjamin Supremacy of Law atau Suprermasi Hukum, di
negara-negara di dunia pada umumnya hak asasi dijamin dengan UUD atau Hukum Dasar yang
merupakan sumber dari hak-hak asasi manusia, hal yang sama di negara Indonesia sebagai Negara
Hukum. Ketentuan bahwa Indonesia adalah Negara Hukum tidak terlepas dari Pembukaan UUD 1945
sebagai cita negara hukum yang menjadi cita nasional yang diimplimentasikan dalam Pasal 1 ayat 3 UUD
negara Republik Indonesia (amandemen ketiga). Sebagaimanacita-cita nasional Indonesia yang
menganut negara hukum kesejahteraan atau negara hukum materiil yang mengacu pada Pancasila
sebagai dasar pokok dan sumber hukum yakni pada sila ke-5 Pancasila yang mewajibkan negara untuk
menjamin terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut sangat jelas
diamanatkan dalam Alinea Kedua Pembukaan UUD 1945 dengan adanya kata-kata adil dan makmur,
kemudian alinea ketiga dan keempat ada kata rahmat Allah dan Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
berhubungan dengan agama dan dimaknai serta dipahami sebagai kebutuhan rakyat, baik jasmani
maupun rohani. Untuk menciptakan semua itu perlu hukum yang responsip melalui kebijakan kriminal
(Criminal Policy).
Kata kunci: Negara Hukum, Pancasila, Konstitusi dan Kebijakan kriminal
1
6
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
5 6
Philipus M. Hadjon, Deddy Ismatullah, G. Peter Hoefnagels
Perlindungan Hukum Bagi Gagasan Pemerintahan dalam menghadapi
Rakyat di Indonesia, Dalam Konstitusi Madinah mengemukakan kejahatan).
Penerbit: Bina Ilmu, Ditinjau Dari Prinsip-Prinsip beberapa definisi
Surabaya, 1987, h. 72. Negara, Disertasi, PPS Unpad, 2. Criminal policy is
Bandung, 2003, h. 39-42. mengenai kebijakan
the science of
kriminal antara lain:
Ciri-ciri rechtstaat keadilan yang prevention
1. Criminal Policy is (kebijakan
tersebut juga melekat dimaksud dalam
the science of kriminal adalah
pada negara konsep negara
response (ke- ilmu untuk me-
Indonesia sebagai hukum Indonesia
bijakan kriminal nanggulangi
Negara Hukum, dapat adalah bukan hanya
adalah ilmu kejahatan).
dilihat: sekedar keadilan
tentang reaksi
“Ketentuan bahwa hukum (legal 3. Criminal policy is
justice), tetapi juga 7
Dahlan Thaib, Kedaulatan a the science of
Indonesia adalah keadilan sosial Rakyat Negara Hukum dan
designating
Konstitusi,
Negara Hukum (social justice).Ada Penerbit: Liberty, Yogyakarta, human behavior
1999, h. 25.
tidak dapat kecendrungan 8
Sudarto, Hukum dan as crime
dilepaskan dari Hukum Pidana, Penerbit:
interpretasi yang Alumni,Bandung, (Kebijakan
Pembukaan UUD mengarah pada 1981, h. 38. kriminal adalah
9
Barda Nawawi Arief,
1945 sebagai cita konsep rule of law. Bunga Rampai kebijakan untuk
Kebijakan Hukum
negara hukum, merancang
kemudian
Kebijakan Kriminal tingkah laku
ditentukan dalam (Criminal Policy) manusia sebagai
batang tubuh dan kejahatan).
Pengertian
penjelasan UUD
kebijakan kriminal 4. Criminal policy is
1945 (sebelum
atau politik kriminal a rational total of
diamandemen).
(criminal policy) response to crime
Alinea I
merupakan usaha (kebijakan
Pembukaan UUD
rasional dan kriminal adalah
1945 mengandung
terorganisasi dari satu reaksi
kata perikeadilan;
suatu masyarakat terhadap
dalam alinea II
untuk menanggulangi kejahatan yang
terdapat kata adil;
kejahatan. 8
Dimana rasional). 11
1
8
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
“Masalah oleh kemampuan sehingga produk dari
Untuk
kriminalisasi dan yang dimilikinya. kebijakan tersebut
menetapkan suatu
dekriminalisasi 4. Apakah perbuatan mampu
perbuatan sebagai
atas suatu itu menghambat menggambarkan
tindak kriminal, maka
perbuatan atau meng- suasana ruh
perlu memperhatikan
haruslah sesuai halangi cita-cita masyarakatnya.
kriteria umum
dengan politik bangsa, sehingga Dalam Pembukaan
sebagai berikut:17
kriminal yang merupakan UUD 1945 pada
dianut oleh bangsa 1. Apakah perbuatan
bahaya bagi hakikatnya memiliki
Indonesia, yaitu itu tidak disukai
keseluruhan rumusan dasar
sejauh mana atau dibenci oleh
masyarakat. mengenai kebijakan
perbuatan masyarakat
Pendekatan sosial (social policy)
tersebut karena
kebijakan tersebut yang terdiri dari
bertentangan merugikan, atau
diatas jelas kebijakan untuk
dengan nilai-nilai dapat merugikan,
merupakan mensejahterakan
fundamental yang mendatangkan
pendekatan yang masyarakat (social
berlaku dalam korban atau
rasional karena welfare policy)
masyarakat dan dapat
karakteristik dari dankebijakan
oleh masyarakat mendatangkan
suatu politik perlindungan
dianggap patut korban.
kriminal yang masyarakat (social
atau tidak patut 2. Apakah biaya defence policy),
rasional tidak lain
dihukum dalam mengkriminalisa sehingga dalam
daripada penerapan
rangka si seimbang rangka me- lindungi
metode- metode
menyelenggarakan dengan hasilnya masyarakat dan
yang rasional (a
kesejahteraan yang akan dicapai, menanggulangi
rational total of the
masyarakat”. artinya cost kejahatan diperlukan
responses tocrime),
pembuatan suatu kebijakan
dan suatu kebijakan
undang-undang, rasional yang
13
Ibid, h. 57. yang rasional
14
Ibid, h. 29. pengawasan dan kemudian dikenal
15
merupakan
Ibid. penegakan
pengejawantawan dengan istilah
hukum, serta kebijakan kriminal
dari nilai- nilai yang
beban yang (criminal policy).
senantiasa berlaku
dipikul oleh
dan atau berkembang Selain itu, upaya
korban, pelaku penanggulangan
di masyarakat
kejahatan itu kejahatan
16
Laporan Symposium Pembaharuan Hukum Pidana Nasional,
sendiri harus 1980 di Semarang. 17
Barda N
seimbang dengan ,.Op.Cit, h. 31.
1
9
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol. 2, No. 1, 2017
2
0
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
pencegahan yaitu bahwa: mengatasi masalah oleh karena itu,
primarypreventio “Umumnya sosial. 23
Kebijakan kebijakan sosial,
n, secondary dikatakan bahwa penegakan hukum ini kebijakan penegakan
prevention, dan kejadian pe- mencakup baik hukum dan kebijakan
tertiarty nanggulangan hukum pidana, hukum kriminal harus
prevention”. 21
masalah kejahatan perdata, hukum merupakan kebijakan
Sedangkan di masyarakat administrasi dan lain- yang terpadu.
menurut Mardjono dibagi dalam lain.
Reksodiputro22 usaha besar yaitu: Mengenai Teori Kebijakan Hukum
menyebutkan yang informal hubungan antara Pidana (Penal Policy)
“Upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur kebijakan sosial, Marc Ancel
kebijakan penegakan menyatakan bahwa
penal lebih menitik 20
Barda Nawawi Arif, hukum dan kebijakan modern crimkinal
Bunga Rampai
beratkan pada sifat Kebijakan……Loc. Cit. kriminal bahwa upaya science terdiri dari tiga
repressive 21
Muladi, HAM, Politik
dan Sistem Peradilan rasional untuk komponen yaitu
Pidana,Penerbit:
menanggulangi “Criminology”,
18 BP Undip, Semarang, 1997,
Barda Nawawi Arif,
Bunga Rampai Kebijakan,. h.100. kejahatan dari “Criminal Law” dan
22
..................................................................................... Mardjono
19
Sudarto, Kapita Selekta Reksodiputro, masyarakat pada “penal policy”
Hukum,…..Op.Cit, h. 118. Penanggulangan Masalah hakekatnya dikatakannya bahwa
Preman dari Penegakan
Kriminologi(suatu merupakan bagian “Kebijakan hukum
tanggapan) di muat dalam dari kebijakan pidana atau penal
Jurnal Hukum Pidana dan
Kriminologi, Vol I, No. penegakan hukum policy” adalah ilmu
1/1998, h. 92. dalam arti luas sekaligus seni yang
merupakan bidang (mencakup baik
23
Muladi dan Barda
(informal kajian penegakan hukum pidana, Nawawi Arief, Teori dan
socialcontrol) hukum. disamping perdata, hukum Bunga Rampai Hukum
Pidana, Penerbit: Alumni,
adalah melalui itu, karena tujuannya administrasi dan lain- Bandung, 1992, h. 9.
lingkungan adalah untuk lain) karena tujuannya
keluarga, mencapai adalah perlindungan
lingkungan kesejahteraan masyarakat untuk
kepemukiman (RT masyarakat pada mencapai
danRW), sekolah, umumnya,maka kesejahteraan
lembaga kebijakan penegakan masyarakat, maka
keagamaan dan hukum itupun kebijakan penegakan
sebagainya dan termasuk dalam hukum itupun
yang formal bidang kebijakan termasuk dalam
(formalsocial sosial. bidang kebijakan
control) adalah sosial. dengan
Kebijakan
melalui sistem demikian kebijakan
penegakan hukum,
peradilan pidana sosial, kebijakan
menurut Barda
(criminal justice penegakan hukum dan
Nawawi Arief pada
system)”. kebijakan kriminal
intinya adalah
Salah satu upaya mempunyai tujuan
penggunakan upaya
untuk mengatasi akhir yang sama yaitu
hukum, termasuk
masalah sosial dengan perlindungan
hukum pidana
menggunakan sarana masyarakat guna
sebagai salah
hukum termasuk mencapai
satuupaya untuk
hukum pidana kesejahteraan sosial.
2
1
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol. 2, No. 1, 2017
2
4
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
hidup, perintah- bersangkutan oleh
perintah dan karena pelanggaran
larangan yang petunjuk hidup
mengatur tata tertib tersebut dapat
dalam suatu menimbulkan
masyarakat dan tindakan pemerintah
seharusnya ditaati atau penguasa
oleh anggota masyarakat itu”.
masyarakat yang
Universitas Diponegoro, Semarang, 2002, h. 13.
33
Barda Nawawi Arief, 34
Barda Nawawi Arief,
Masalah Penegakan Bunga Rampai Kebijakan,
Hukum,….. ,Op.Cit, h. ……,Op.Cit, h. 61.
75. Dapat juga dilihat pada 35
Ahmad Ali, Menguak
Muladi, Kapita Selekta Tabir Hukum, Penerbit:
Sistem Peradilan Pidana, Chandra Pratama, Jakarta,
Penerbit: Universitas 1996,h. 432.
Dipenogoro, Semarang, 1995.
2
5
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol. 2, No. 1, 2017
Hukum adalah suatu aturan atau ukuran perundang-undangan pidana yang paling baik
dari tindakan-tindakan, dalam hal mana dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya
manusia dirangsang untuk bertindak sesuai guna.39 atau dapat berupa usaha mewujudkan
aturan atau ukuran atau dikekang untuk tidak peraturan perundang-undangan pidana yang
bertindak yang tidak sesuai dengan aturan. sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu
Dari kedua pendapat tersebut di atas, me- waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.
nunjukan bahwa hukum tidak lain merupakan Politik hukum pidana apabila ditinjau sebagai
perintah rasional yang harus ditaati sehingga bagian dari politik hukum mengandung arti,
dapat mengikat serta berkewajiban seseorang bagaimana mengusahakan atau membuat dan
untuk bertindak untuk mentaati menurut merumuskan suatu perundang-undangan pidana
aturan atau ukuran tertentu dan bilamana tidak yang baik.40 Pengertian tersebut sejalan dengan
mentaatinya maka negara menggunakan pemikiran Marc Ancel yang mendefinisikan
kewenangan untuk memberikan sanksi demi “penal policy” sebagai “suatu ilmu sekaligus seni
tegaknya kepastian hukum, dan rasa keadilan yang bertujuan untuk memungkinkan peraturan
baik terhadap pelanggar itu sendiri maupun rasa hukum positif dirumuskan secara lebih baik.
keadilan yang dirasakan oleh masyarakat Dengan demikian jelas dapat diartikan bahwa
lainnya sehingga menimbulkan kesadaran pada Marc Ancel mendefinisikan “peraturan hukum
diri manusia dalam bermasyarakat agar selalu positif“ (the positive rules) adalah peraturan
berpedoman pada suatu aturan yang oleh perundang-undangan hukum pidana, karena itu
sebagian masyarakat tersebut ditaati. menurut Marc Ancel bahwa istilah “penal policy”
Selanjutnya mengenai pengertian atau istilah adalah sama dengan istilah “kebijakan atau politik
kebijakan diambil dari istilah “policy” (Inggris) hukum pidana”.41
atau “politiek” (Belanda). Bertolak dari kedua Sedangkan menurut A. Mulder bahwa
istilah asing ini, maka istilah “kebijakan hukum “straftrechtpolitiek” ialah garis kebijakan untuk
pidana” dapat pula disebut dengan istilah “politik menentukan:42
hukum pidana”. Dalam kepustakaan asing istilah a. Seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang
“politik hukum pidana” ini sering dikenal dengan berlaku perlu di ubah atau diperbaharui;
berbagai istilah, antara lain “penal policy”,
b. Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah
“criminal law policy”, atau “strafrechtpolitiek”.36
terjadinya tindak pidana;
Adapun menurut Sudarto, “Politik Hukum”
c. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan,
adalah sebagai berikut:
peradilan dan pelaksanaan pidana harus
a. Usaha untuk mewujudkan peraturan- dilaksanakan.
peraturan yang baik sesuai dengan keadaan
Kebijakan sosial mengandung makna sebagai
dan situasi pada suatu saat.37
segala usaha rasional untuk mencapai kesejahteraan
b. Kebijakan dari negara melalui badan-badan masyarakat, di dalam pengertian kebijakan
yang berwenang untuk menetapkan peraturan- sosial sekaligus tercakup didalamnya “social welfare
peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan policy” dan “social defence policy”.43 Dengan
bisa digunakan untuk mengekspresikan apa demikian bahwa ruang lingkup kebijakan hukum
yang terkandung dalam masyarakat dan untuk pidana berarti di dalam arti luas dimaknai
mencapai apa yang dicita-citakan.38 sebagai kebijakan di bidang hukum pidana
Melaksanakan “politik hukum pidana” berarti materiel, serta menyangkut di bidang hukum
mengadakan pemilihan untuk mencapai pidana formal dan di bidang
hasil
39
Soedarto,
Hukumda
n
24
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
Hukum Menurut Satjipto
,Op. tetapi terletak
161. Rahardjo,45 bahwa
36
Barda Nawawi Arif, 40
Barda Nawawi Arief, pada persoalan
Bunga Rapai Kebijakan Bunga Rampai
sekalipun hukum
,Op. Cit, h.24. Kebijakan….,Op.Cit, h.26. seberapa jauh
37 hanya dilihat sebagai
Soedarto, Hukum dan 41
Ibid. untuk mencapai
Hukum Pidana, 42
A. Mulder, seperangkat peraturan-
Penerbit: Alumni, tujuan itu boleh
“Strafrechtpolitiek” Deliks en peraturan namun
Bandung, 1981, h. 159.
38
Soedarto, Hukum Pidana
Delink, dalam Barda Nawawi menggunakan
dan Perkembangan arif, Ibid. tidak dapat diabaikan
Masyarakat,Penerbit: 43
Ibid. h. 27
paksaan.
adanya kenyataan
Sinar Baru, Bandung, 1983, Persoalan bukan
h.20. berupa hakekat sosial
terletak pada hasil
hukum pelaksanaan mengenai faktor- dari tata hukum itu,
yang akan dicapai,
pidana. faktor kriminologis dan realisasi dari
tetapi dalam
Dalam “Modern disatu pihak dan peraturan-peraturan
pertimbangan
Criminal Science” studi mengenai tersebut artinya
antara nilai dari
terdapat tiga variable tekhnik akibat-akibat apa,
hasil itu annilai
yang sangat erat dan perundang- baik yang
dari batas-batas
saling berhubungan undangan di lain dikehendaki maupun
kebebasan
satu sama lain yaitu, pihak, ada tempat yang tidak
pribadi masing-
“Criminology”, bagi suatu ilmu dikehendaki dari
masing.
“Criminal Law” dan pengetahuan yang pembuatan dan
pelaksanaan hukum b. Ada usaha-usaha
“Penal Policy”. mengamati dan
tersebut. perbaikan atau
Kebijakan hukum menyelidiki
perawatan yang
pidana (Penal Policy) fenomena legislatif Menurut Roeslan
tidak mempunyai
adalah suatu ilmu dan bagi suatu seni Saleh pandangan atau
arti sama sekali
sekaligusseni yang yang rasional, di alam pikiran untuk
bagi si terhukum;
pada akhirnya mana para sarjana menghapuskan
dan di samping
mempunyai tujuan dan praktisi, para pidana dan hukum
itu harus tetap
praktis untuk ahli kriminologi pidana, adalah keliru
ada suatu reaksi
memungkinkan dan sarjana hukum dan memandang
atas pelanggaran-
peraturan hukum dapat bekerjasama masih perlunya
pelanggaran
positif dirumuskan tidak sebagai pihak pidana dan hukum
norma yang telah
secara lebih baik dan yang saling pidana,adapun inti
dilakukannya itu
untuk memberi berlawanan atau alasannya adalah
dan tidaklah dapat
pedoman tidak hanya saling berselisih, sebagai berikut:
dibiarkan begitu
kepada pembuat tetapi sebagai a. Perlu tidaknya
saja.
undang-undang, tetapi kawan sekerja yang hukum pidana
juga kepada terikat di dalam c. Pengaruh pidana
tidak terletak pada
pengadilan yang tugas bersama, atau hukum
persoalan tujuan-
menerapkan undang- yaitu terutama pidana bukan
tujuan yang
undang dan juga untuk semata-mata
hendak dicapai,
kepada para menghasilkan ditujukan pada si
suatu kebijakan
44
Barda Nawawi Arief, penjahat, tetapi
penyelenggara atau Bunga Rampai
juga untuk
pidana yang Kebijakan,..., Loc. Cit
pelaksana putusan 45
Satjipto Rahardjo, mempengaruhi
realistik, humanis Hukum Masyarakat dan
pengadilan, Marc Pembangunan, orang yang tidak
dan berpikiran
Ancel44 menjelaskan Penerbit: Alumni, Bandung,
maju (progresif) 1980,h. 61. jahat yaitu warga
bahwa: masyarakat yang
lagi sehat.
“Di antara studi mentaati norma-
23
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol. 2, No. 1, 2017
norma 2) Keseluruhan
masyarakat. 46
peraturan
Pada intinya yang
bahwa pidana dan menetapkan
hukum pidana harus syarat-syarat
tetap dipertahankan untuk
dilihat dari sudut penjatuhan
politik kriminal dan pidana;
dari sudut tujuan, 3) Keseluruhan
fungsi dan pengaruh ketentuan yang
dari hukum pidana memberikan
itu sendiri. Istilah dasar untuk
yang digunakan oleh penjatuhan
Roeslan Saleh adalah dan penerapan
“masih adanya dasar pidana.49
susila dari hukum
46
Barda Nawawi Arif,
pidana”.47
Kebijakan Legislatif Dalam
Pembatasan Penanggulangan Kejahatan
Dengan Pidana Penjara,
pengertian hukum Penerbit: Genta Publishing,
pidana, juga Yogjakarta, 2010, h.20.
47
Roeslan Salen, Mencari
dikemukakan Simons Asas-Asas Hukum yang
yang membagi sesuai untuk Hukum Pidana
Nasional,Kumpulan Bahan
hukum pidana dalam Upgrading Pengajar Hukum
dua arti, yaitu: Pidana PTN Seluruh
Indonesia, Subkonsurium
a. Hukum pidana Ilmu Hukum, Jakarta, 1971, h.
14-16.
dalam arti obyektif 48
Ibid, h. 3.
atau strafrecht in 49
Soedarto, Hukum
Pidana I,Penerbit: Yayasan
objective zin
Sudarto, Semarang, 1990, h.
adalah “hukum 9.
rumusan hukum
pidana adalah:
1) Keseluruhan
larangan dan
perintah yang
oleh negara
diancam
dengan
nestapa yaitu
suatu pidana
apabila tidak
ditaati;
24
John Kenedi:
Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) dalam Negara Hukum
Indonesia
sehingga hakkebebasan seorang warga
Penutup
1. Ada tiga ciri-ciri utama negara hukum:
a. Supremacy of Law atau Supremasi Hukum
Menempatkan hukum sebagai panglima
25
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol. 2, No. 1, 2017
25