[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (0 votes)
26 views10 pages

1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 10

Analisis Pelaksanaan Good Corporate Governance (Studi Kasus Pada Perusahaan

Daerah Air Minum Duasudara Kota Bitung)

SRI SUNARNI SONU1, LINTJE KALANGI2, JESSY D.L WARONGAN3

Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi
Email: srisunarnisonu@gmail.com1, lintjekalangi@yahoo.com2, jdimarcus@gmail.com3

Abstract. This research aims to: 1) Analyze the suitability of GCG implementation in Duasudara Water Supply
Company (WSC), Bitung City based on Good Corporate Governance (GCG) principles, which are
transparency, accountability, responsibility, independence, fairness and equality, 2) Analyze the obstacles faced
in implementing Good Corporate Governance, 3) Analyze the efforts that can be done by stakeholders in order
to overcome the obstacles that exist in implementing Good Corporate Governance (GCG). This is a qualitative
case study approach. The results concluded that the implementation of GCG in the Duasudara Water Supply
Company was quite appropriate. However, in the implementation of GCG at the Duasudara Water Supply
Company, there were still several obstacles which are resources, attitude (disposition), bureaucratic structure,
and political environment. Another obstacle is the lack of understanding regarding the principles of Good
Corporate Governance by employees in overall. Therefore, Duasudara Water Supply Company seeks to conduct
more intense socialization to all levels of employees in order to improve their mentality and work attitude, as
well as directors who are also committed to implement GCG completely and sufficiently to attain the well
development for the region.

Keywords: GCG, Water Supply Company (PDAM), Good Corporate Governance

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis kesesuaian pelaksanaan GCG pada PDAM
Duasudara Kota Bitung dengan asas-asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi,
serta kewajaran dan kesetaraan (2) Menganalisis hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan tata
kelola perusahaan yang baik (GCG) (3) Menganalisis upaya yang dapat dilakukan para pemangku kepentingan
guna mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik (GCG).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG pada PDAM Duasudara Bitung sudah cukup sesuai, Namun, dalam
pelaksanaan GCG pada PDAM Duasudara Kota Bitung masih ditemukan beberapa hambatan, yaitu hambatan
sumber daya, hambatan sikap pelaksana (disposisi), hambatan struktur birokrasi dan hambatan lingkungan
politik. Hambatan yang ada seperti masih kurangnya pemahaman terkait asas-asas tata kelola yang baik oleh
para karyawan secara menyeluruh. Dengan demikian, PDAM Duasudara berupaya melakukan dan/atau
membuat sosialisasi yang lebih intens ke semua tingkat karyawan serta direksi juga berkomitmen dalam
mewujudkan pelaksanaan GCG secara penuh, maksimal dan menyeluruh sehingga dapat berkontribusi penuh
terhadap pembangunan daerahnya.

Kata kunci: GCG, PDAM, Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Pendahuluan
Good Corporate Governance diperlukan dalam rangka menciptakan pasar efisien yang
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kewajaran dan kesetaraan kepada semua
pemangku kepentingan. Untuk terciptanya kondisi yang diharapkan, maka negara dan perangkatnya
memiliki peran strategis untuk membuat regulasi dalam bentuk peraturan perundang-undangan dan
penegakan hukum secara konsisten.
Adanya otonomi daerah, yang menginginkan daerah memiliki kemampuan dalam menggali
dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki sehingga derajat kapasitas fiskalnya mampu
memenuhi tuntutan pembiayaan pembangunan di daerahnya. Salah satu komponen terpenting sumber
pembiayaan pembangunan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Komponen inilah harus
dikelola secara lebih efisien dan efektif agar semakin kuat peranannya dalam memperkecil
ketergantungan Pemda pada pemerintah pusat di bidang pembiayaan pembangunan (Santo, 2016).
Badan Usaha Milik Daerah adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah.
Perusahaan Daerah Air Minum merupakan salah satu perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah
daerah. PDAM bergerak dalam penyediaan air minum bagi masyarakat yang dalam operasionalnya
melekat dua fungsi, yaitu sebagai unsur pelayanan masyarakat dan sebagai salah satu sumber PAD.

149
Dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat di daerah, maka Departemen
Pekerjaan Umum membangun sarana dan prasarana air bersih melalui Proyek Air Bersih. Untuk
mengelola sarana dan prasarana air tersebut dibentuklah PDAM Duasudara Bitung. Sebagai
perusahaan daerah yang diadakan sebagai penunjang di daerah, terutama di era otonomi daerah,
PDAM juga diperlukan oleh pemerintah Kota Bitung dalam menunjang pendapatan atau
pembangunan daerahnya.
Berdasarkan studi pendahuluan (preliminary survey) yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sejak
berdirinya dari tahun 2003 PDAM Duasudara tidak memberikan sumbangan PAD kepada
permerintah Kota Bitung sebagaimana yang menjadi salah satu tujuan pendirian BUMD. Adanya
fenomena yang terjadi tersebut menegaskan kelemahan pelaksanaan GCG dalam praktik di PDAM
Duasudara Bitung. Fenomena yang terjadi tersebut membuat banyak pihak (para pemangku
kepentingan) yang mulai berpikir bahwa penerapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) menjadi
suatu kebutuhan sebagai barometer akuntabilitas dari suatu perusahaan. Penyajian informasi
akuntansi yang berkualitas dan lengkap dalam laporan tahunan memberikan manfaat yang optimal
bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan (Manossoh, 2016).
Berdasarkan studi dokumentasi dan observasi, yaitu adanya hasil yang dikaji melalui Laporan
Hasil Evaluasi Good Corporate Governance (GCG) pada PDAM Duasudara Bitung Tahun 2016 yang
dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangun Perwakilan (BPKP) Provinsi Sulawesi
Utara yang menyatakan bahwa penerapan praktik-praktik GCG pada PDAM Duasudara Kota Bitung
mencapai predikat kategori “Kurang Baik”, dengan skor 58,76.
Pada masing-masing aspek governance terdapat penerapan yang sudah mendekati atau
mencapai praktik terbaik, namun pada area tertentu masih diperlukan upaya perbaikan dan
penyempurnaan. Hal-hal yang memerlukan penanganan dengan segera oleh organ perusahaan sebagai
berikut: Pertama komitmen, yaitu Direksi dan Dewan Pengawas belum membuat Pakta Integritas dan
Kontrak Manajemen. Kedua kebijakan GCG, yaitu Direktur belum menunjukkan dan menetapkan
kebijakan pengendalian gratifikasi sesuai ketentuan yang berlaku, dimana belum ada bagian/personil
yang ditugaskan mengelola gratifikasi, mekanisme pelaporan gratifikasi dan pemantauan atas
pelaksanaan dan sanksi atas penyimpangan ketentuan gratifikasi. Ketiga partisipan GCG yaitu 1)
Pelaksanaan Rapat Pembahasan Bersama/Rapat Pemilik Modal RPBIRPM) atau RI-JPS
diselenggarakan baru terbatas antara Walikota selaku pemilik dengan Direksi, atau Walikota dengan
Dewan Pengawas (Dewas) serta Dewan Pengawas dengan Direksi/Manajemen. 2) Sistem
Pengangkatan/Pemberhentian Dewas Dan Direksi diselenggarakan belum transparan karena tidak
melalui fit and proper test yang terbuka/transparan serta profil Dewas/Bawas dan Direksi yang
terpilih tidak dipublikasikan. Belum ada metode atau sistem Penilaian Kinerja terhadap Dewas dan
Direksi. 3) Peran Direksi dalam Kegiatan Operasional Perusahaan belum optimal karena kebijakan
Manajemen Risiko belum disusun dan diterapkan. 4) SPI belum sepenuhnya dilengkapi dengan
faktor-faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan tugasnya. SPI belum optimal menjalankan
perannya sebagai pengawas dan evaluator. Hal ini terjadi karena SPI tidak memiliki program kerja.
Keempat yaitu pengungkapan informasi, kelengkapan penyajian Laporan Tahunan, dimana Laporan
Tahunan belum menyajikan secara lengkap upaya penerapan praktik Good Corporate Govemance di
lingkungan perusahaan, yaitu antara lain: Strategi dan tujuan perusahaan; Profil Dewas dan profil
Direksi; Jumlah rapat yang diadakan dalam satu tahun dan kehadiran anggota dalam rapat; Profil
perusahaan; Penerapan praktik Tata Kelola; Sistem manajemen risiko; Laporan keuangan audited;
Hasil assesment GCG oleh pihak independen. Laporan Tahunan, yang disusun terbatas hanya berupa
Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja.
Lemahnya penerapan corporate governance diduga sebagai salah satu pemicu terjadi
berbagai skandal keuangan bisnis perusahaan. Penerapan GCG dinilai dapat memperbaiki citra
perusahaan yang buruk, melindungi stakeholders serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan etika-eika umum pada dunia bisnis (Fitrriyani et al, 2015).
Pada tahun 2014, telah terbit UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Dalam
UU ini sudah mengatur secara umum mengenai penerapan GCG di BUMD. Pada pasal 343,
disebutkan bahwa pengelolaan BUMD paling sedikit harus memenuhi 14 (empat belas) unsur. Terkait
dengan GCG, maka unsur poin ke 4 (empat) yaitu “Tata kelola perusahaan yang baik” merupakan
unsur yang harus ada dalam pengelolaan BUMD. Dengan kata lain dalam UU sudah mewajibkan,

150
maka yang dibutuhkan selanjutnya dalam penerapan dan/atau pelaksanaannya adalah adanya
peraturan turunan, baik Peraturan Pemerintah ataupun Peraturan Daerah.
Penelitian ini akan menganalisis bagaimana pelaksanaan GCG pada PDAM Duasudara
Bitung terkait dengan asas-asas GCG. Asas GCG dalam penelitian ini adalah asas GCG yang
tercantum dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh
Komisi Nasional Kebijakan Governance (KNKG), yaitu transparansi (transparency), akuntabilitas
(accountability), responsibilitas (responsibility), independensi (independency), serta kewajaran dan
kesetaraan (fairness). Dipilihnya BUMD tersebut dikarenakan adanya fenomena-fenomena yang
terjadi salah satunya berkaitan dengan tintak lanjut atas laporan hasil evaluasi GCG Tahun 2015 dan
untuk menganalisis lebih dalam pelaksanaan GCG di PDAM Duasudara Kota Bitung dalam mencapai
tata kelola perusahaan yang baik.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:1) menganalisis kesesuaian
pelaksanaan GCG pada PDAM Duasudara Kota Bitung dengan asas-asas GCG yaitu transparansi
(transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), independensi
(independency), serta kewajaran dan kesetaraan (fairness), 2) menganalisis hambatan-hambatan yang
dihadapi dalam melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik (GCG), 3) menganalisis upaya yang
dapat dilakukan para pemangku kepentingan (dewan direksi, pimipinan maupun staf) guna mengatasi
hambatan-hambatan yang ada dalam melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik (GCG).

Penelitian Terdahulu
Penelitian Maskur (2012) tentang Good Corporate Governance yang berjudul Analisis
Pelaksanaan Good Corporate Governance di Usaha Mikro Kecil dan Menengah Studi Kasus Pada
Mitra Binaan Unit PKBL PT Taspen (Persero) berhasil memperoleh kesimpulan bahwa kondisi
internal di mitra binaan masih memerlukaan pembinaan dari unit PKBL PT Taspen (Persero)
terutama untuk meningkatkan produktivitas dan kompetensi usaha. Hasil menunjukan juga bahwa
sebagian besar UMKM sudah menerapkan GCG dengan kategori baik, namun jika dilihat per asas
GCG, UMKM masih buruk dalam melaksanakan asas transparansi dan akuntabilitas, sedangkan
untuk asas responsibilitas, independensi, serta kewajaran dan kesetaraan telah dilaksanakan dengan
baik.
Penelitian Nur’ainy et al (2013) tentang Implementation of Good Corporate Governance and
Its Impact on Corporate Performance: The Mediation Role of Firm Size (Empirical Study from
Indonesia). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan good corporate governance
terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan EVA (Economic Value Added). Metode penelitian
yang digunakan adalah Analisis Jalur (Path Analysis). Dalam hal kausalitas, Path Analysis dapat
dipandang sebagai analisis yang mirip dengan analisis regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan GCG dapat mempengaruhi kinerja perusahaan secara langsung yang diukur dengan
EVA, dan juga menunjukkan pengaruh secara tidak langsung melalui ukuran perusahaan. Dengan
kata lain, ukuran perusahaan memiliki peran mediasi dalam dampak penerapan tata kelola perusahaan
yang baik terhadap kinerja perusahaan.
Penelitian berjudul Good Corporate Governance and Organisational Performance: An
Empirical Analysis oleh Adebayo et al (2014). Studi ini meneliti hubungan antara tata kelola
perusahaan dan kinerja organisasi dengan menggunakan metodologi kuantitatif yang digunakan untuk
mengumpulkan data primer dengan menggunakan analisis Regresi dan teknik korelasi Karl Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan besar, keterampilan dewan, keterampilan
manajemen, CEO yang melayani lebih lama, ukuran komite audit, independensi komite audit,
kepemilikan asing, kepemilikan institusional, kebijakan dividen dan rapat umum tahunan terkait
secara positif dengan kinerja organisasi. Organisasi didorong untuk menerapkan praktik tata kelola
perusahaan yang baik untuk meningkatkan kinerjanya dan juga untuk melindungi kepentingan para
pemegang saham.
Effects of The Implementation of Good Corporate Governance on Profitability yang diteliti
oleh Halimatusadiah et al (2015). Secara teori, penerapan good corporate governance akan
meningkatkan profitabilitas suatu perusahaan. Namun pada kenyataannya, perlu dilakukan penelitian
mengenai masalah ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan. Alat statistik untuk mengukur pengaruh skala pengukuran yang
digunakan adalah rasio dan interval. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan CGPI yang

151
diukur melalui CGPI meningkat dan menurun, walaupun secara umum meningkat. Sedangkan
profitabilitas yang diukur melalui ROA rata-rata meningkat. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,
tingkat penerapan GCG berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan sampel (return on
assets).
Penelitian Santo (2016) berjudul Urgensi Diterapkannya Prinsip-Prinsip Good Corporate
Governance pada Pengelolaan Perusahaan Daerah. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah (1)
Peranan organ perusahaan daerah dalam menjalankan kegiatan perusahaan; dan (2) Pentingnya
Prinsip GCG dalam pengelolaan perusahaan daerah. Perusahaan Daerah Flobamor merupakan salah
satu perusahaan daerah (BUMD/ Badan Usaha Milik Daerah) di Provinsi NTT. Dalam praktek
dilapangan membuktikan bahwa PD Flobamor belum mengalami keuntungan. Walaupun telah
berubah status bentuk badan hukum dari PD menjadi PT BUMD namun belum mampu berkontribusi
secara positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Analisis Pengelolaan Perusahaan Daerah Pasar Kota Manado Dalam Mewujudkan Good
Corporate Governance yang dilakukan oleh Langelo (2017). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengelolaan PD Pasar Kota Manado dalam mewujudkan GCG telah sesuai dan dilaksanakan
berdasarkan Pedoman Umum GCG Indonesia yang dikeluarkan oleh Komisi Nasional Kebijakan
Governance (KNKG). Namun, dalam pengelolaan PD Pasar Kota Manado masih ditemukan beberapa
kendala dalam setiap asas GCG. Kendala-kendala tersebut yaitu kendala struktur birokrasi, sumber
daya, sikap pelaksana dan komunikasi serta kendala lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Pada
dasarnya, semua kendala dalam pengelolaan PD Pasar saling berhubungan. Dimana kendala yang
paling besar dihadapi untuk setiap asas GCG adalah kendala sumber daya dan lingkungan ekonomi,
sosial dan politik yang sangat mempengaruhi pengelolaan PD Pasar, yaitu kurangnya kontribusi
terhadap PAD Kota Manado.

Model Analisis
Aktivitas analisis data terdiri atas: data reduction, data display dan conclusion
drawing/verification yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya mencapai jenuh.

152
Gambar 1.1. Kerangka Penelitian

Peraturan Perundang-undang
UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri BUMN No. PER-01/MBU/2011 tentang
penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik

5 (lima) asas yaitu transparansi (transparency), akuntabilitas


(accountability), responsibilitas (responsibility), independensi
(indepedency), serta kewajaran dan kesetaraan (fainess) yang
dikeluarkan oleh KNKG

Kajian Literatur,
Studi Pustaka Analisis Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

Tim Pelaksana (Direkur, Manajer, Asisten Manajer, Supervisor, Staf


yang terkait tata kelola perusahaan) dan Pelanggan

Kumpulan Data:
Pemahaman lapangan, Alat Bantu (kamera, perekam suara/hp, laptop),
Informasi Informan, Catatan Data/Informasi terkait

Kembangkan Instrumen: Di
Teknik Wawancara, Dokumentasi, Observasi Lapangan

Pengolahan Data:
Reduksi
Display
Analisis Isi

Deskripsi, Pembahasan dan Kesimpulan

Keabsahan Data:
Credibility, Dependability

Laporan Penelitian

Sumber: Hasil Data Olahan, 2019.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kirk
dan Miller dalam Maleong (2010:4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai suatu tradisi dalam ilmu
pengetahuan yang bergantung pada pengamatan seseorang. Pengamatan tersebut berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Menurut Yin (2008), pendekatan studi
kasus digunakan sebagai suatu penjelasan komprehensif yang berkaitan dengan berbagai aspek
seseorang, suatu kelompok, suatu organisasi, suatu program, atau suatu situasi kemasyarakatan yang
diteliti, diupayakan dan ditelaah sedalam mungkin.
Sugiyono (2016:62) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara mendalam (in-depth interview), dokumentasi,
dan observasi. Uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji credibility dan uji
dependability.

153
Analisis dan Pembahasan
Untuk menjawab masalah pertama yaitu: “Apakah pelaksanaan GCG pada PDAM Duasudara
Kota Bitung sudah sesuai dengan asas-asas GCG” ditemukan 5 (lima) tema yaitu: Transparansi,
Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, serta Kewajaran dan Kesetaraan. Selanjutnya, masalah
kedua yaitu: “Apa hambatan yang dihadapi oleh PDAM Duasudara Kota Bitung dalam melaksanakan
tata kelola perusahaan yang baik (GCG)?” ditemukan 5 (lima) tema yaitu: Hambatan Sumber Daya
yang terdiri dari Sumber Daya Manusia dan Fasilitas, Hambatan Disposisi (Sikap Pelaksana),
Hambatan Struktur Birokrasi (Fragmentasi), dan Hambatan Lingkungan Politik. Selanjutnya, masalah
ketiga yaitu: “Apa upaya yang dapat dilakukan oleh para pemangku kepentingan (dewan direksi,
pimpinan maupun karyawan/staf) dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam
melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) pada PDAM Duasudara Kota Bitung”
ditemukan 5 (lima) tema yaitu: Upaya Sumber Daya yang terdiri dari Sumber Daya Manusia dan
Fasilitas, Upaya Disposisi (Sikap Pelaksana) dan Upaya Struktur Birokrasi (Fragmentasi).

Analisis Kesesuaian Pelaksanaan GCG pada PDAM Duasudara dengan Asas-Asas GCG yang
dikeluarkan oleh KNKG
Transparansi
Pada dasarnya PDAM Duasudara sudah sesuai dalam hal transparansi. Namun untuk hal
transparansi terhadap seluruh stakeholder belum secara merata. Dalam code of corporate governance
PDAM Duasudara Bitung telah mengatur hubungan PDAM dengan pegawai, hubungan dengan
pelanggan, hubungan dengan penyedia barang dan jasa, hubungan dengan masyarakat, hubungan
dengan pemerintah, BUMD lain, dengan kreditur serta hubungan PDAM dengan pemangku
kepentingan lainnya. Untuk itu, seharusnya PDAM tetap memperhatikan setiap asas GCG agar merata
kepada seluruh pemangku kepentingan.
Menurut Komite Nasional Kegijakan Governance (2006:1-2) Dalam hal transparansi,
perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat
diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

Akuntabilitas
Pelaksanaan GCG pada PDAM Duasudara terkait asas akuntabilitas masih belum sesuai.
Adanya Bagian SPI yang kurang berperan dan kurang efektif melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya dalam hal pengendalian internal.
Menurut pedoman GCG Indonesia oleh KNKG, dalam hal akuntabilitas: 1) perusahaan harus
menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan
secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi
perusahaan, 2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan
mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan
GCG, 3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam
pengelolaan perusahaan, dan 4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran
perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan
sanksi (reward and punishment system), 5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap
organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code
of conduct) yang telah disepakati.

Responsibilitas
Pelaksanaan GCG pada PDAM Duasudara terkait asas responsibilitas sudah sesuai. Dimana
PDAM Duasudara telah mematuhi aturan/regulasi terkait BUMD khususnya PDAM seperti
manajemen telah menyampaikan laporan keuangan dan kinerja secara berkala kepada Walikota selaku
pemilik modal dan dewan pengawa, serta adanya kegiatan tanggungjawab sosial yang dilakukan.
Pedoman pelaksanaan asas responsibilitas berdasarkan KNKG, yaitu organ perusahaan harus
berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws), serta perusahaan harus melaksanakan

154
tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan
terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

Independensi
Pelaksanaan GCG pada PDAM Duasudara terkait asas independensi sudah cukup sesuai.
Hubungan antara PDAM dengan para stakeholder telah diatur berdasarkan syarat dan ketentuan
dalam perda dan perdis yang telah ditetapkan dan disepakati serta dijalankan oleh PDAM Duasudara,
hubungan timbal balik yang terjadi seharusnya tidak saling mempengaruhi atau mengintervensi satu
dengan yang lainnya hanya sebatas pada koordinasi dan pelaporan, baik dari segi pengambilan
keputusan, pemilihan penyewa seharusnya sudah bisa lebih mandiri dan/atau independen karena hal-
hal tersebut sudah diatur dalam peraturan daerah. Namun kadang kegiatan yang sudah ada dan diatur
tersebut belum sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan, seperti ada dalam hal penerimaan THL
yang masih dipengaruhi oleh pihak pemerintah, hal-hal tersebut merupakan hambatan yang akan di
bahas pada bahasan selanjutnya.
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG terkait asas independensi, masing-masing organ
perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh
kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh
atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

Kewajaran dan Kesetaraan


Pelaksanaan GCG pada PDAM Duasudara terkait asas kewajaran dan kesetaraan sudah cukup
sesuai. Dimana kurangnya forum diskusi dengan stakeholder lain, seperti kalau dengan pemilik modal
itu terdapat diskusi rutin, sedangkan dengan pelanggan PDAM Duasudara lewat sosialisasi dari media
masa seperti radio dan koran atau media sosial Facebook, tidak ada pertemuan rutin dengan
pelanggan. Dalam hal penerimaan karyawan dan pelanggan, PDAM Duasudara sudah memenuhi asas
kewajaran dan kesetaraan dimana PDAM Duasudara memberikan kesempatan yang sama dalam
penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional serta penerimaan
semua pelanggan tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.
Menurut pedoman GCG Indoensia oleh KNKG, dalam hal akuntabilitas: 1) Perusahaan harus
memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan
menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi
sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing, 2) Perusahaan harus
memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat
dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan, dan 3) Perusahaan harus memberikan kesempatan
yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa
membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik (KNKG, 2006:5-7).

Analisis Hambatan yang Dihadapi oleh PDAM Duasudara Kota Bitung Dalam Melaksanakan
Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GCG)
Hambatan Sumber Daya
Terdapat 2 (dua) penghambat dalam pelaksanaan GCG di PDAM Duasudara, terkait sumber
daya yaitu sumber daya manusia, dan fasilitas (sarana prasarana). Sumber daya manusia berkenaan
dengan kualitas, kuantitas baik dari sisi tingkat pendidikan karyawan, kemampuan dalam berinovasi
sehingga dalam pelaksanaan GCG perlu diadakannya pelatihan, bimtek bahkan studi lanjut untuk
meningkatkan kapasitas dan kualias SDM yang bersangkutan. Adanya fasilitas (sarana prasarana)
penunjang yang kurang memadai. Fasilitas berkaitan dengan pelayanan dan data untuk menyusun
dokumen, sistem, jaringan internet yang menyebabkan tidak terlaksananya GCG secara optimal jika
tidak diatur secara baik.
Pertama terkait sumber daya manusia, Yusuf (2015) mendefinisikan Sumber Daya Manusia
sebagai individu yang merancang dan memproduksi keluaran dalam rangka pencapaian strategi dan
tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kedua, kendala sumber daya fasilitas. Menurut Edward
III dalam Agustino (2016:139) fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam implementasi
kebijakan.

155
Hambatan Disposisi (Sikap Pelaksana)
Terdapat hambatan disposisi (sikap pelaksana), yakni kurangnya pemahaman akan GCG oleh
karyawan karena belum adanya tindak lanjut lebih dalam yang dilakukan oleh pimpinan dalam
melalukan pemahaman kepada seluruh karyawan terkait pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik
(GCG) pada PDAM.
Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi, menurut Edward III dalam
Agustino (2016:139-140) adalah pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap pelaksana akan
menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan apabila personil yang
ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi.

Hambatan Struktur Birokrasi


Hambatan struktur birokrasi pada PDAM Duasudara guna pelaksanaan GCG yaitu belum
adanya penyebaran tanggungjawab kegiatan-kegiatan karyawan diantara beberapa unit kerja, seperti
bagian SPI yang masih tidak optimal atau “tidak berperan” sebagaimana mestinya.
Menurut Edward III dalam Agustino (2016:140-141), struktur birokrasi adalah factor
mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan publik. Walaupun sumber daya untuk
melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau para pelaksana kebijakan mengetahui apa yang
seharusnya dilakukan, dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan
kebijakan tersebut tidak dapat dilaksanakan atau direalisasikan karena terdapatnya kelemahan dalam
struktur birokrasi.

Hambatan Lingkungan Politik


Hambatan Lingkungan Politik, yakni adanya beberapa keputusan yang diambil masih
dipengaruhi oleh kebijakan politik, seperti penerimaan dan penempatan karyawan yang belum
maksimal dikarenakan tidak dilakukannya sesuai standar rekrutmen yang jelas, masih sangat
dipengaruhi oleh intervensi politik, penerimaan karyawan THL masih bersifat “titipan” dari
pemerintah kota. SPI yang masih tidak optimal atau “tidak berperan” sebagaimana mestinya.
Menurut Van Metter dan Van Horn dalam Agustino (2016:135-136) adalah sejauh mana
lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan.
Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi penyebab dari kegagalan
kinerja implementasi kebijakan.

Analisis Upaya Yang Dilakukan Direksi Guna Memperbaiki Pelaksanaan GCG pada PDAM
Duasudara Kota Bitung
Upaya Mengatasi Hambatan Sumber Daya
Upaya mengatasi hambatan sumber daya dalam pelaksanaan GCG pada PDAM Duasudara,
terbagi atas 2 (dua), upaya mengatasi hambatan sumber daya manusia dan sumber daya fasilitas.
Dalam upaya mengatasi hambatan sumber daya manusia, PDAM Duasudara Bitung berupaya
melakukan dan/atau membuat sosisalisai yang lebih intens ke semua tingkat karyawan PDAM
Duasudara guna perbaikan mentalitas, attitude, cara kerja khususnya pemahaman tentang tata kelola
perusahaan yang baik (GCG).

Upaya Mengatasi Hambatan Disposisi (Sikap Pelaksana)


Upaya mengatasi hambatan Disposisi, yaitu Direksi berkomitmen dalam pelaksanaannya
dengan melakukan beberapa reviu dan evaluasi kembali terkait SOP dan struktur organisasi.

Upaya Mengatasi Hambatan Struktur Birokrasi


Upaya mengatasi hambatan struktur birokrasi dalam pelaksanaan GCG pada PDAM
Duasudara Bitung, yaitu adanya reviu dan evaluasi kembali terhadap tugas dan wewenang termasuk
SOP bagian SPI PDAM Duasudara.

156
Upaya Mengatasi Hambatan Lingkungan Politik
Upaya mengatasi hambatan lingkungan politik dalam pelaksanaan GCG pada PDAM
Duasudara Bitung, yaitu penerimaan dan penempatan karyawan dilakukan sesuai standar rekrutmen
yang jelas.

Kesimpulan
Kesesuaian pelaksanaan GCG pada PDAM Duasudara berdasarkan Pedoman Umum GCG
oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) Indonesia, yang terdiri atas transparansi,
responsibilitas, independensi, kewajaran dan kesetaraan sudah cukup sesuai. Namun, terkait asas
akuntabilitas belum sesuai dengan pelaksnaan pada PDAM Duasudara.
Hambatan dalam pelaksanaan GCG pada PDAM Duasudara, terdiri dari hambatan sumber
daya, hambatan disposisi (sikap pelaksana), hambatan struktur birokrasi, hambatan lingkungan
politik. Upaya yang dapat dilakukan guna mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam
pelaksanaan GCG, antara lain upaya mengatasi hambatan sumber daya manusia, PDAM Duasudara
Bitung berupaya melakukan dan/atau membuat sosisalisai yang lebih intens ke semua tingkat
karyawan serta mereviu dan mengevaluasi sistem. Upaya mengatasi hambatan disposisi, yaitu direksi
berkomitmen dalam pelaksanaannya dengan melakukan beberapa reviu dan evaluasi kembali terkait
SOP dan struktur organisasi. Mengatasi hambatan struktur birokrasi dalam pelaksanaan GCG pada
PDAM Duasudara Bitung, yaitu adanya reviu dan evaluasi kembali terhadap tugas dan wewenang
termasuk SOP bagian SPI PDAM Duasudara. Upaya mengatasi hambatan lingkungan politik, yaitu
penerimaan dan penempatan karyawan dilakukan sesuai standar rekrutmen yang jelas.

Saran
Bagi PDAM Duasudara Kota Bitung, Adanya kesadaran terkait penerapan tata kelola
perusahaan yang baik (GCG) di PDAM Duasudara Kota Bitung, seperti adanya pedoman tata kelola
perusahaan (Code of Corporate Governance) PDAM Duasudara Bitung yang telah disusun
diharapkan dapat diterapkan secara sistematis, berkesinambungan dan maksimal ke semua jajaran
direksi sampai karyawan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Bagi dunia akademis, penelitian
ini diharapkan dapat memberikan hasil dan pembahasan yang lebih akurat dari penelitian sebelumnya.
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah key informant, seperti dewan pengawas,
seluruh jajaran direksi, kemudian menambah beberapa key informant pembanding, seperti pemerhati
PDAM Duasudara Kota Bitung.

Daftar Pustaka
Abidin, Yusuf Zainal. (2015). Manajemen Komunikasi Filosofi, Konsep, dan Aplikasi.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Adebayo, M., Ibrahim, A. O. B., Yusuf, B., & Omah, I. (2014). Good Corporate Governance and
Organisational Performance: An Empirical Analysis. International Journal of Humanities
and Social Science, 4(7), 1.
Agustino, Leo. (2016). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Fitrriyani Dewi, Tiswiyanti Wiwik, & Prasetyo Eko. (2015). Praktik Good Corporate Governance dan
Dampaknya Terhadap Kinerja Berdasarkan Balace Scorecard Pada Perusahaan Daerah Air
Minum. Journal of World Class Islamic University.Universitas Jambi. Vol.2, No.1, Mei 2015:
91-103.
Halimatusadiah, E., Sofianty, D., & Ermaya, H. N. (2015). Effects of The Implementation of Good
Corporate Governance on Profitability. European Journal of Business and Innovation
Research, 3(4), 19-35.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). (2006). Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia. Jakarta.

157
Langelo, Friska. (2017). Analisis Pengelolaan Perusahaan Daerah Pasar Kota Manado Dalam
Mewujudkan Good Corporate Governance. Tesis. Manado, Universitas Sam Ratulangi.
Manossoh, Hendrik. (2016). Good Corporate Governance: Untuk Meningkatkan Kualitas Laporan
Keuangan.Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Norlive Kharisma Indonesia.
Maskur, A. (2012). Analisis Pelaksanaan Good Corporate Governance di Usaha Mikro Kecil dan
Menengah Studi Kasus Pada Mitra Binaan Unit PKBL PT Taspen (Persero). Universitas
Indonesia, Jakarta.
Maleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nur'ainy, R., Nurcahyo, B., Sri Kurniasih, A., & Sugiharti, B. (2013). Implementation of Good
Corporate Governance and Its Impact on Corporate Performance: The Mediation Role of
Firm Size (Empirical Study from Indonesia). Global Business & Management Research, 5.
Santo, M. F. O. (2016). Urgensi Diterapkannya Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada
Pengelolaan Perusahaan Daerah. Masalah-Masalah Hukum, 45(3), 181-190.
Sugiyono, H. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (mixed methods).
Bandung: Alfabeta.
Yin, Robert K, (2008). Case Study Research: Desain and Methods (Applied Social Research
Methods). Illionois: Sage Publications, Inc.

158

You might also like