[go: up one dir, main page]

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373

Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72


Juni 2014

ANALISIS PENYEBARAN POHON MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI


GEOGRAFIS DI KELOMPOK HUTAN PRODUKSI DUSUN V KEBUN KOPI DESA
NUPABOMBA KECAMATAN TANANTOVEA KABUPATEN DONGGALA

I Made Suke Aryawan1, Akhbar Zain2, Ida Arianingsih3


1
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
2
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118

Abstract

The aim of this research was to know distribution of the trees in production forest group,
Nupabomba village, Tanantovea district, Donggala regency. Using Geography Information System
(GIS), we determine tree distribution in three slope class (0-8%, 8-15% and 15-25%).The period of
study was from June to August 2013.Studywasdone bysome steps, i.e; mapping of research location,
plotting, tree distribution data collection and analysis, and tree distribution mapping.The result
showed that in the east part of the slope, the total number of plant species recorded in the slope class
0-8% was 39 individual trees comprising 10 species and 23 families, in the slope class 8-15% was 24
individual trees comprising 8 species and 7 families, and in the slope class 15-25% was 20 individual
trees comprising 8 species and 7 families. In the west part, the total number of plant species recorded
in the slope class 0-8% was 31individual trees comprising 9 species and 9 families, in the slope class
8-15% was 25 individual trees comprising 10 species and 9 families, and in the slope class 15-25%
was 19 individual trees comprising 8 species and 8 families. It was concluded that there were 78 and
75 individual trees in east and west part of slope, respectively. Hence, the total number of the tree in
the slope class 0-8% was higher than two other slope class.
Keywords: Tree distribution, Geography System Information, Production Forest.

sangat penting dalam ekosistem Dunia. Oleh


PENDAHULUAN karena itu, keberadaan hutan sangat
dibutuhkan.
Latar Belakang Menurut Sulistya (2010), hutan merupakan
Menurut Prajitno S. (2011), hutan adalah kekayaan sumber daya alam yang perlu
karunia Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber dilestarikan dengan pengelolaan sebaik-baiknya
kekayaan alam yang memberikan manfaat demi kepentingan generasi saat ini dan yang
serbaguna yang mutlak dibutuhkan oleh umat akan datang. Sedangkan menurut Arief (2001)
manusia sepanjang masa. Hutan di Indonesia dalam Stevenson (2013), mengatakan bahwa
sebagai sumber kekayaan alam dan salah satu hutan merupakan sumberdaya alam hayati yang
unsur basis pertahanan nasional harus terdiri dari sumberdaya alam nabati dan
dilindungi dan dimanfaatkan guna sumberdaya alam hewani yang bersama-sama
kesejahteraan rakyat secara lestari. Agus C. dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara
(2003) mengatakan bahwa hutan di daerah keseluruhan membentuk sumberdaya alam
tropis seperti di Indonesia mempunyai fungsi hutan yang mempunyai kedudukan serta peran
produksi (kayu dan nonkayu dsb), yang penting bagi kehidupan manusia.
proteksi/perlindungan (air, iklim, angin, erosi Hutan akan lestari apabila proses
tanah dan sebagainya), dan regulasi/pengaturan regenerasi tegakan berjalan sempurna, baik
(temperatur, tata air, peredaran O2, CO2) yang melalui pemudaan alam atau buatan. Pemudaan

62
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72
Juni 2014

merupakan proses regenerasi tegakan hutan, pemanfaatan lahan, rehabilitasi dan konservasi
baik mengandalkan proses alam maupun lahan dan lain-lain.
penanganan manusia. Setiap tahap proses SIG telah mengalami perkembangan yang
perkembangannya, mudah tidaknya pemudaan cukup pesat sehingga teknologi dan
di suatu kawasan hutan bergantung pada sifat- informasinya dapat diaplikasikan pada berbagai
sifat jenis tegakan, tempat tumbuh, proses- bidang kehidupan. Contoh aplikasi SIG pada
proses daur air dan unsur hara (Indriyanto, berbagai bidang diantaranya bidang
2010). sumberdaya alam, perencanaan, kependudukan,
Sejalan dengan waktu dan perkembangan lingkungan, pariwisata, ekonomi, bisnis dan
ilmu pengetahuan, penelitian mengenai marketing, biologi, telekomunikasi, kesehatan
penyebaran pohon dapat diperbaharui dengan dan militer Adolof A. D. (2013).
satu teknologi yaitu Sistem Informasi Geografis Rumusan Masalah
(SIG). Dengan teknologi tersebut dapat Desa Nupabomba adalah salah satu desa
menghemat waktu, biaya dan dapat yang saat ini belum diketahui secara pasti
memudahkan dalam pengambilan dan potensi pohon yang terkandung di dalam
pengolahan data penelitian. kawasan hutannya, khususnya di sekitar Dusun
Menurut Winarso S. dan Hartati S. (2011). V kebun kopi. Berdasarkan masalah di atas
SIG didefinisikan sebagai sebuah sistem penulis ingin mengetahui penyebaran pohon
informasi yang mampu mengolah, menyimpan, pada kondisi kelas lereng yang berbeda.
dan menampilkan kembali data‐data yang Salah satu upaya yang dapat dilakukan
memiliki informasi geografis/spasial. untuk memahami kondisi tersebut adalah
Sementara Menurut Budi G. (2011), SIG dengan melakukan analisis penyebaran pohon
merupakan suatu sistem komputer yang di kelompok hutan produksi Dusun V Kebun
terintegrasi di tingkat fungsional dan jaringan, Kopi Desa Nupabomba dalam pengelolaan
komponen SIG terdiri dari perangkat keras kawasan hutan dimasa yang akan datang
(hardware), perangkat lunak (software), data dengan menggunakan SIG.
dan Informasi Goegrafis serta Menajemen. Tujuan dan Kegunaan
Pada Ilmu Komputer, Sistem Informasi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
merupakan hal yang sangat mendasar mengetahui penyebaran pohon di wilayah
keterkaitannya dengan sistem secara global. kelompok hutan produksi terbatas Dusun V
SIG adalah salah satu sistem informasi yang Kebun Kopi Desa Nupabomba untuk
dibahas dalam ilmu komputer, yang dalam selanjutnya dapat memetakannyan dengan
pengintegrasiannya SIG merangkul dan menggunakan SIG.
merepresentasikan sistem informasi lainnya. Kegunaan yang diharapkan dari penelitian
(Sugiyono, Agani, N., 2012). ini adalah sebagai bahan pengenalan dalam
Menurut Akhbar dan B.E, Somba (2003), penyebaran pohon yang selanjutnya dapat
SIG adalah suatu sistem informasi yang dimanfaatkan.
dirancang untuk data yang mengacu pada
posisinya terhadap bumi (geo) yang dinyatakan
METODE PENELITIAN
dengan koordinat geografis. Seperti halnya
peta, dimana bisa dirancang sesuai dengan
keperluan spesifik atau kebutuhan pengguna. Waktu dan Tempat
Menurut Ahmad Y. (2010), aplikasi SIG Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni
dalam kehidupan sehari-hari telah sampai dengan bulan Agustus 2013 bertempat
dimanfaatkan untuk penentuan letak ibu kota di kelompok hutan produksi Dusun V Kebun
atau pusat pertumbuhan wilayah, perecanaan Kopi Desa Nupabomba, Kecamatan
tata ruang, evaluasi kemampuan dan Tanantovea, Kabupaten Donggala.
kesesuaian lahan, penentuan tingkat bahaya
erosi suatu kawasan, penentuan arahan

63
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72
Juni 2014

Alat dan Bahan Keterangan :


Bahan yang digunakan dalam penelitian D = Diameter (m)
ini yaitu peta penunjukan kawasn lokasi K = Keliling (m)
penelitian Skala 1:10.000 tahun 1999, tally 22
Π = Tetapan ( 7 atau 3,14 )
sheet, alkohol 75% untuk pengawetan
c. Pengukuran tinggi pohon.
spesimen, kantong plastik dan kertas koran
T = J Tgα
untuk pembuatan koleksi vegetasi bagi
Keterangan:
keperluan analisis laboratorium, dan label
T = Tinggi bagian pohon yang berada di
gantung untuk menandai bahan spesimen.
sebelah atas atau di sebelah dari
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
ketinggian mata pengukur (dalam
yaitu GPS (Global Positioning System), kompas
meter).
Geologi, hagameter, roll meter, pita ukur, tali
J = Jarak antara pohon dengan
raffia, alat tulis menulis, kamera digital,
pengukur (dalam meter).
komputer, printer, dan software ArcGis 9.3.
 = Sudut yang terbuat antara garis
horizontal (setinggi mata pengukur)
Metode Penelitian dengan arah bidikan ke puncak
Metode yang digunakan dalam penelitian pohon atau pangkal pohon (dalam
analisis penyebaran pohon di kelompok hutan derajat).
produksi Dusun V Kebun Kopi Desa d. Pengukuran Volume Pohon
Nupabomba yaitu: 1
V = 4 πD2 ( t x fk )
1. Pembuatan Peta Lokasi Penelitian.
Keterangan :
Memasukkan beberapa database yang
V = Volume Pohon
diperlukan dalam pembuatan peta lokasi
D = Diameter (m).
penelitian seperti peta kawasan hutan dan
t = Tinggi Total Pohon (m).
perairan Provinsi Sulawesi Tengah, Jalan,
fk = Faktor Koreksi (Untuk hutan
serta Pemukiman.
Alam 0,7 dan untuk hutan tanaman 0,8).
2. Pembuatan Plot di Lapangan.
e. Pengambilan titik koordinat pohon
Pembuatan Plot di lapangan menggunakan
menggunakan GPS (global Posisition
metode jalur transek, dengan luas plot 50 m
Sistem).
x 50 m. Plot dibuat sebanyak 6 plot, dengan
f. Pengambilan spesimen pohon untuk
masing-masing tipe daerah lokasi
mengetahui jenis pohon yang terdapat
pengambilan sampel distribusi pohon, yaitu
dalam plot.
daerah sekitar sungai (5 m dari tepi sungai)
4. Pembuatan Peta Penyebaran Pohon.
dengan kelas lereng 0-<8 % (datar) , daerah
Hasil pengamatan dan pengambilan titik
landai 8-15 %, dan daerah agak curam 15-
koordinat pohon kemudian dimasukkan dan
25 %, pengambilan plot dilakukan pada
diolah dengan menggunakan program
bagian timur gunung sebanyak 3 plot dan
ArcGis 9.3 sehingga dapat menghasilkan
bagian barat gunung 3 plot.
peta analisis penyebaran pohon di Kelompok
3. Pengambilan data analisis penyebaran
Hutan Produksi Dusun V Kebun Kopi Desa
pohon.
Nupabomba.
Pengambilan data dilakukan dengan
beberapa langkah yaitu:
a. Melihat dan mengamati pohon yang ada
dalam plot yang telah dibuat.
b. Mengukur diameter pohon yang
berdiameter ≥ 20 cm.
𝐾
Diameter (𝐷) = 𝜋

64
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72
Juni 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Pterospermum celebicum Miq.


(Malvaceae) dengan nama lokal yaitu Bayur
Penyebaran Pohon Pada Kelas Lereng 0-< merupakan jenis pohon yang paling sedikit
8% (datar) dengan jumlah pohon sebanyak 1 jenis atau
Bagian Timur sekitar 2,94%. Indriyanto (2010), mengatakan
Hasil penelitian di lapangan ditemukan bahwa pohon yang tajuknya menempati posisi
jumlah pohon pada kelas lereng 0-<8% (datar) lebih rendah dibandingkan dengan pohon yang
pada bagian timur gunung adalah 34 pohon dominan masih mendapatkan cahaya matahari
yang terdiri dari 10 jenis dan 9 famili. Hal ini dari atas, akan tetapi tidak lagi mendapatkan
dapat dilihat pada tabel 1 berikut : cahaya matahari dari arah samping. Dengan
Tabel 1. Hasil Penelitian Penyebaran Pohon demikian, pohon tersebut mengalami
pada kelas lereng 0-<8% (datar) pada persaingan yang keras dengan pohon lainnya
bagian Timur gunung. sehingga menyebabkan pertumbuhan yang
lambat dan lemah.
No Nama Ilmiah Famili Jumlah
1 Phoebe sp. Lauraceae 8 Berdasarkan hasil pengukuran pada kelas
2 Palaquium obovatum (Griff.) Engl. Sapotaceae 5 lereng 0-<8% (datar) pada bagian Timur
3 Ficus sp. Moraceae 4
4 Dysoxylum sp. Meliaceae 3 gunung dan pengolahan data dengan bantuan
5 Goniothalamus sp. Annonaceae 3 program ArcGis 9.3, diperoleh hasil berupa peta
6 Pangium edule Reinw. Flacourtiaceae 3
7 Celtis phillippensis Blanco Cannabaceae 3 penyebaran pohon yang dapat dilihat pada
8 Syzygium sp. Myrtaceae 2 gambar 1 berikut :
9 Chisocheton sp. Meliaceae 2
10 Pterospermum celebicum Miq. Malvaceae 1
Jumlah 34

Pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa


total keseluruhan jumlah pohon pada kelas
lereng 0-<8% (datar) adalah sebanyak 34
pohon, dan jenis yang paling banyak yaitu jenis
Phoebe sp. (Lauraceae) sebanyak 8 pohon atau
sekitar 23,52% dengan nama lokal bagi
masyarakat Desa Nupabomba yaitu Mada.
Irwanto (2007), mengatakan bahwa tumbuhan
yang termasuk dalam famili Lauraceae,
umumnya tumbuh berkelompok dan tersebar
pada daerah dataran rendah hingga pegunungan
dengan ketinggian umumnya 10-2000 mdpl.
Tumbuh pada berbagai jenis tanah yang
berdrainase baik dan berbagai tipe iklim.
Menurut Soetrisno (1998) dalam Melcy, S
(2010), mengatakan bahwa pengaruh intensitas Gambar 1. Peta Penyebaran Pohon pada kelas
cahaya terhadap pembesaran sel dan lereng 0-<8% (datar) pada bagian
differensiasi sel berpengaruh terhadap Timur gunung.
pertumbuhan tinggi, ukuran daun dan struktur Pada gambar 1, terlihat bahwa penyebaran
dari daun serta batang. Sementara Soerianegara pohon pada kelas lereng 0-<8% (datar) pada
dan Indrawan (1978) dalam Nurhadi dan bagian Timur gunung tergolong penyebaran
Nursyahra (2010) menambahkan bahwa secara acak dan memiliki jarak antara pohon
persaingan akan menyebabkan terbentuknya yang bervariasi.
susunan tumbuhan yang khas dari segi bentuk,
Bagian Barat
jumlah spesies dan jumlah individu
Hasil penelitian di lapangan ditemukan
penyusunnya sesuai keadaan habitat.
jumlah pohon pada kelas lereng 0-<8% (datar)

65
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72
Juni 2014

pada bagian barat gunung adalah 31 pohon dengan mana lokal Ganjeng-Ganjeng
yang terdiri dari 9 jenis dan 9 famili. Hal ini merupakan jenis pohon yang paling sedikit
dapat dilihat pada tabel 2 berikut : dengan jumlah masing-masing sebanyak 1 jenis
atau sekitar 3,22%. Indriyanto (2010),
Tabel 2. Hasil Penelitian Penyebaran Pohon
mengatakan bahwa pohon yang tajuknya
pada kelas lereng 0-<8% (datar) pada
menempati posisi lebih rendah di bandingkan
bagian Barat gunung.
dengan pohon yang dominan masih
No Nama Ilmiah Famili Jumlah mendapatkan cahaya matahari dari atas, akan
1 Phoebe sp. Lauraceae 7
tetapi tidak lagi mendapatkan cahaya matahari
Myristica fatua subsp. Affinis dari arah samping. Dengan demikian, pohon
2 Myristicaceae 6
(Warb) W.J. de Wilde.
Palaquium obovatum (Griff.)
tersebut mengalami persaingan yang keras
3 Sapotaceae 5
Engl. dengan pohon lainnya sehingga menyebabkan
4 Syzygium sp. Myrtaceae 3 pertumbuhan yang lambat dan lemah.
Flacourtiacea
5 Pangium edule Reinw.
e
3 Berdasarkan hasil pengukuran pada kelas
6 Dysoxylum sp. Meliaceae 3 lereng 0-<8% (datar) pada bagian barat gunung
7 Bischofia javanica Blume.
Phyllanthacea
2 dan pengolahan data dengan bantuan program
e
8 Pterospermum celebicum Miq. Malvaceae 1
ArcGis 9.3, diperoleh hasil berupa peta
9 Celtis phillippensis Blanco. Cannabaceae 1
penyebaran pohon yang dapat dilihat pada
Jumlah 31 Gambar 2 berikut:

Pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa


total keseluruhan jumlah pohon pada kelas
lereng 0-<8% (datar) adalah sebanyak 31
pohon, dan jenis yang paling banyak yaitu jenis
Phoebe sp. (Lauraceae) sebanyak 7 pohon atau
sekitar 22,58%, dengan nama lokal bagi
masyarakat Desa Nupabomba yaitu Mada.
Irwanto (2007), mengatakan bahwa tumbuhan
yang termasuk dalam famili Lauraceae,
umumnya tumbuh berkelompok dan tersebar
pada daerah dataran rendah hingga pegunungan
dengan ketinggian umumnya 10-2000 mdpl.
Tumbuh pada berbagai jenis tanah yang
berdrainase baik dan berbagai tipe iklim.
Menurut Soetrisno (1998) dalam Melcy, S
(2010), mengatakan bahwa pengaruh intensitas
cahaya terhadap pembesaran sel dan
differensiasi sel berpengaruh terhadap Gambar 2. Peta Penyebaran Pohon pada kelas
pertumbuhan tinggi, ukuran daun dan struktur lereng 0-<8% (datar) pada bagian
dari daun serta batang. Sementara Soerianegara Barat gunung.
dan Indrawan (1978) dalam Nurhadi dan Pada gambar 2, terlihat bahwa penyebaran
Nursyahra (2010) menambahkan bahwa pohon pada kelas lereng 0-<8% (datar) pada
persaingan akan menyebabkan terbentuknya bagian Barat gunung tergolong penyebaran
susunan tumbuhan yang khas dari segi bentuk, secara acak dengan dan memiliki jarak antara
jumlah spesies dan jumlah individu pohon yang bervariasi.
penyusunnya sesuai keadaan habitat.
Jenis Pterospermum celebicum Miq.
(Malvaceae) dengan nama lokal yaitu Bayur
dan Celtis phillippensis Blanco (Cannabaceae)

66
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72
Juni 2014

Penyebaran Pohon Pada Kelas Lereng 8- Jenis Chisocheton sp. (Meliaceae) dengan
15% (landai) nama lokal yaitu Kayu Kapur dan Celtis
Bagian Timur phillippensis Blanco (Cannabaceae) dengan
Hasil penelitian di lapangan ditemukan nama lokal yaitu Ganjeng-Ganjeng dengan
jumlah pohon pada kelas lereng 8-15% (landai) jumlah pohon masing-masing sebanyak 1 jenis
pada bagian timur gunung adalah 24 pohon atau sekitar 4,16%. Indriyanto (2010),
yang terdiri dari 8 jenis dan 7 famili. Hal ini mengatakan bahwa pohon yang tajuknya
dapat dilihat pada tabel 3 berikut : menempati posisi lebih rendah di bandingkan
dengan pohon yang dominan masih
Tabel 3. Hasil Penelitian Penyebaran Pohon
mendapatkan cahaya matahari dari atas, akan
pada kelas lereng 8-15% (landai)
tetapi tidak lagi mendapatkan cahaya matahari
pada bagian Timur gunung.
dari arah samping. Dengan demikian, pohon
No Nama Ilmiah Famili Jumlah tersebut mengalami persaingan yang keras
1 Phoebe sp. Lauraceae 8 dengan pohon lainnya sehingga menyebabkan
2 Goniothalamus sp. Annonaceae 4 pertumbuhan yang lambat dan lemah.
3 Pangium edule Reinw. Flacourtiaceae 3 Berdasarkan hasil pengukuran pada kelas
4 Palaquium obovatum (Griff.) lereng 8-15% (landai) pada bagian Timur
Sapotaceae 3
Engl.
5 Ficus sp. Moraceae 2 gunung dan pengolahan data dengan bantuan
6 Dysoxylum sp. Meliaceae 2
program ArcGis 9.3, diperoleh hasil berupa peta
7 Chisocheton sp. Meliaceae 1
penyebaran pohon yang dapat dilihat pada
8 Celtis phillippensis Blanco Cannabaceae 1
Gambar 3 berikut :
Jumlah 24

Pada tabel 3 di atas menunjukkan bahwa


total keseluruhan jumlah pohon pada kelas
lereng 8–15% (landai) adalah sebanyak 24
pohon, dan jenis yang paling banyak yaitu jenis
Phoebe sp. (Lauraceae) sebanyak 8 pohon atau
sekitar 38,09%, dengan nama lokal bagi
masyarakat Desa Nupabomba yaitu Mada.
Irwanto (2007), mengatakan bahwa tumbuhan
yang termasuk dalam famili Lauraceae,
umumnya tumbuh berkelompok dan tersebar
pada daerah dataran rendah hingga pegunungan
dengan ketinggian umumnya 10-2000 mdpl.
Tumbuh pada berbagai jenis tanah yang
berdrainase baik dan berbagai tipe iklim.
Menurut Soetrisno (1998) dalam Melcy, S
(2010), mengatakan bahwa pengaruh intensitas Gambar 3. Peta Penyebaran Pohon pada kelas
cahaya terhadap pembesaran sel dan lereng 8-15% (landai) pada bagian
differensiasi sel berpengaruh terhadap Timur gunung.
pertumbuhan tinggi, ukuran daun dan struktur Pada gambar 3, terlihat bahwa penyebaran
dari daun serta batang. Sementara Soerianegara pohon pada kelas lereng 8-15% (landai) pada
dan Indrawan (1978) dalam Nurhadi dan bagian Timur gunung tergolong penyebaran
Nursyahra (2010) menambahkan bahwa secara acak dan memiliki jarak antara pohon
persaingan akan menyebabkan terbentuknya yang bervariasi.
susunan tumbuhan yang khas dari segi bentuk,
jumlah spesies dan jumlah individu
penyusunnya sesuai keadaan habitat.

67
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72
Juni 2014

Bagian Barat Jenis Pterospermum celebicum Miq.


Hasil penelitian di lapangan ditemukan (Malvaceae) dengan nama lokal yaitu Bayur,
jumlah pohon pada lereng 8-15% (landai) pada Bischofia javanica Blume. (Phyllanthaceae)
bagian barat gunung adalah 25 pohon yang dengan nama lokal yaitu Balintuma,
terdiri dari 10 jenis dan 9 famili. Hal ini dapat Chisocheton sp. (Meliaceae) dengan nama lokal
dilihat pada tabel 4 berikut : yaitu Kayu Kapur, Syzygium sp. (Myrtaceae)
dengan nama lokal yaitu Copeng, dan
Tabel 4. Hasil Penelitian Penyebaran Pohon
Dysoxylum sp. (Meliaceae) dengan nama lokal
pada kelas lereng 8-15% (landai)
yaitu Alupang dengan jumlah pohon masing-
pada bagian Barat gunung.
masing sebanyak 1 jenis atau sekitar 4%.
No Nama Ilmiah Famili Jumlah
1 Palaquium obovatum (Griff.) Engl. Sapotaceae 5
Indriyanto (2010), mengatakan bahwa pohon
2 Goniothalamus sp. Annonaceae 5 yang tajuknya menempati posisi lebih rendah
3 Phoebe sp. Lauraceae 4
4 Pangium edule Reinw. Flacourtiaceae 4
di bandingkan dengan pohon yang dominan
5 Ficus sp. Moraceae 2 masih mendapatkan cahaya matahari dari atas,
6 Pterospermum celebicum Miq. Malvaceae 1 akan tetapi tidak lagi mendapatkan cahaya
7 Bischofia javanica Blume. Phyllanthaceae 1
8 Chisocheton sp. Meliaceae 1 matahari dari arah samping. Dengan demikian,
9 Syzygium sp. Myrtaceae 1 pohon tersebut mengalami persaingan yang
10 Dysoxylum sp. Meliaceae 1
Jumlah 25 keras dengan pohon lainnya sehingga
menyebabkan pertumbuhan yang lambat dan
Pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa lemah.
total keseluruhan jumlah pohon pada kelas Berdasarkan hasil pengukuran pada kelas
lereng 8–15% (landai) adalah sebanyak 25 lereng 8-15% (landai) pada bagian barat gunung
pohon, dan jenis yang paling banyak yaitu jenis dan pengolahan data dengan bantuan program
Palaquimu obovatum (Griff.) Engl. ArcGis 9.3, diperoleh hasil berupa peta
(Sapotaceae) dengan nama lokal bagi penyebaran pohon yang dapat dilihat pada
masyarakat Desa Nupabomba yaitu Kume dan Gambar 4 berikut:
Goniothalamus sp. (Annonaceae) dengan mana
lokal bagi masyarakat Desa Nupabomba yaitu
Kenanga dengan jumlah pohon masing-masing
sebanyak 5 pohon atau sekitar 20%. Pitopang
R. dkk (2008), mengatakan bahwa tumbuhan
yang termasuk dalam famili Sapotaceae
umumnya tumbuh pada hutan primer dan hutan
dataran rendah tepi sungai atau danau dan
tumbuhan yang termasuk dalam famili
Annonaceae, umumnya tumbuh pada hutan
dataran rendah. Menurut Soetrisno (1998)
dalam Melcy, S. (2010), mengatakan bahwa
pengaruh intensitas cahaya terhadap
pembesaran sel dan differensiasi sel
berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi,
ukuran daun dan struktur dari daun serta batang.
Sementara Soerianegara dan Indrawan (1978)
dalam Nurhadi dan Nursyahra (2010) Gambar 4. Peta Penyebaran Pohon pada kelas
menambahkan bahwa persaingan akan lereng 8-15% (landai) pada bagian
menyebabkan terbentuknya susunan tumbuhan Barat gunung.
yang khas dari segi bentuk, jumlah spesies dan Pada gambar 4, terlihat bahwa penyebaran
jumlah individu penyusunnya sesuai keadaan pohon pada kelas lereng 8–15% (landai) pada
habitat. bagian Barat gunung tergolong penyebaran

68
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72
Juni 2014

secara acak dan memiliki jarak antara pohon Jenis Chisocheton sp. (Meliaceae) dengan
yang bervariasi. nama lokal yaitu Kayu Kapur dan Celtis
Penyebaran Pohon Pada Kelas Lereng 15- phillippensis Blanco (Cannabaceae) dengan
25% (agak curam) nama lokal yaitu Ganjeng-Ganjeng dengan
Bagian Timur jumlah pohon masing-masing sebanyak 1 jenis
Hasil penelitian di lapangan ditemukan jumlah atau sekitar 5%. Indriyanto (2010), mengatakan
pohon pada kelas lereng 15-25% (agak curam) bahwa pohon yang tajuknya menempati posisi
pada bagian timur gunung adalah 20 pohon lebih rendah di bandingkan dengan pohon yang
yang terdiri dari 8 jenis dan 7 famili. Hal ini dominan masih mendapatkan cahaya matahari
dapat dilihat pada tabel 5 berikut : dari atas, akan tetapi tidak lagi mendapatkan
Tabel 5. Hasil Penelitian Penyebaran Pohon cahaya matahari dari arah samping. Dengan
pada kelas lereng 15-25% (agak demikian, pohon tersebut mengalami
curam) pada bagian Timur gunung. persaingan yang keras dengan pohon lainnya
No Nama Ilmiah Famili Jumlah sehingga menyebabkan pertumbuhan yang
1 Phoebe sp. Lauraceae 5 lambat dan lemah.
2 Palaquium obovatum (Griff.)
Engl.
Sapotaceae 3 Berdasarkan hasil pengukuran pada kelas
3 Pangium edule Reinw. Flacourtiaceae 3 lereng 15-25% (agak curam) pada bagian Timur
4 Goniothalamus sp. Annonaceae 3
5 Ficus sp. Moraceae 2 gunung dan pengolahan data dengan bantuan
6 Dysoxylum sp. Meliaceae 2 program ArcGis 9.3, diperoleh hasil berupa peta
7 Chisocheton sp. Meliaceae 1
8 Celtis phillippensis Blanco Cannabaceae 1
penyebaran pohon yang dapat dilihat pada
Jumlah 20 Gambar 5 berikut:
Pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa
total keseluruhan jumlah pohon pada kelas
lereng 15-25% (agak curam) adalah sebanyak
20 pohon, dan jenis yang paling banyak yaitu
jenis Phoebe sp. (Lauraceae) sebanyak 5 pohon
atau sekitar 25%, dengan nama lokal bagi
masyarakat Desa Nupabomba yaitu Mada.
Irwanto (2007), mengatakan bahwa tumbuhan
yang termasuk dalam famili Lauraceae,
umumnya tumbuh berkelompok dan tersebar
pada daerah dataran rendah hingga pegunungan
dengan ketinggian umumnya 10-2000 mdpl.
Tumbuh pada berbagai jenis tanah yang
berdrainase baik dan berbagai tipe iklim.
Menurut Soetrisno (1998) dalam Melcy, S.
(2010), mengatakan bahwa pengaruh intensitas
cahaya terhadap pembesaran sel dan
differensiasi sel berpengaruh terhadap Gambar 5. Peta Penyebaran Pohon pada kelas
pertumbuhan tinggi, ukuran daun dan struktur lereng 15–25% (agak curam) pada
dari daun serta batang. Sementara Soerianegara bagian Timur gunung.
dan Indrawan (1978) dalam Nurhadi dan Pada gambar 5, terlihat bahwa penyebaran
Nursyahra (2010) menambahkan bahwa pohon pada kelas lereng 15-25% (agak curam)
persaingan akan menyebabkan terbentuknya pada bagian Timur gunung tergolong
susunan tumbuhan yang khas dari segi bentuk, penyebaran secara acak dan memiliki jarak
jumlah spesies dan jumlah individu antara pohon yang bervariasi.
penyusunnya sesuai keadaan habitat.

69
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72
Juni 2014

Bagian Barat Jenis Bischofia javanica Blume.


Hasil penelitian di lapangan ditemukan (Phyllanthaceae) dengan nama lokal yaitu
jumlah pohon pada kelas lereng 15-25% (agak Balintuma dan Ficus sp. (Moraceae) dengan
curam) pada bagian barat gunung adalah 19 nama lokal yaitu Gambir dengan jumlah pohon
pohon yang terdiri dari 8 jenis dan 8 famili. Hal masing-masing sebanyak 1 jenis atau sekitar
ini dapat dilihat pada tabel 6 berikut : 5,26%. Indriyanto (2010), mengatakan bahwa
pohon yang tajuknya menempati posisi lebih
Tabel 6. Hasil Penelitian Penyebaran Pohon
rendah di bandingkan dengan pohon yang
pada kelas lereng 15-25% (agak
dominan masih mendapatkan cahaya matahari
curam) pada bagian Barat gunung.
dari atas, akan tetapi tidak lagi mendapatkan
No Nama Ilmiah Famili Jumlah cahaya matahari dari arah samping. Dengan
1 Goniothalamus sp. Annonaceae 4 demikian, pohon tersebut mengalami
2 Palaquium obovatum (Griff.)
Engl.
Sapotaceae 4 persaingan yang keras dengan pohon lainnya
3 Phoebe sp. Lauraceae 3 sehingga menyebabkan pertumbuhan yang
4 Pterospermum celebicum Miq. Malvaceae 2 lambat dan lemah.
5 Dysoxylum sp. Meliaceae 2 Berdasarkan hasil pengukuran pada kelas
6 Syzygium sp. Myrtaceae 2 lereng 15-25% (agak curam) pada bagian Barat
7
Bischofia javanica Blume.
Phyllanthacea
1
gunung dan pengolahan data dengan bantuan
e
8
program ArcGis 9.3, diperoleh hasil berupa peta
Ficus sp. Moraceae 1
penyebaran pohon yang dapat dilihat pada
Jumlah 19
Gambar 6 berikut:
Pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa
total keseluruhan jumlah pohon pada kelas
lereng 15–25% (agak curam) adalah
sebanyak 19 pohon, dan jenis yang paling
banyak yaitu jenis Goniothalamus sp.
(Annonaceae) dengan nama lokal yaitu
Kenanga dan Palaquimu obovatum (Griff.)
Engl. (Sapotaceae) dengan nama lokal yaitu
Kume masing-masing sebanyak 4 pohon atau
sekitar 21,05%. Pitopang R. dkk (2011),
mengatakan bahwa tumbuhan yang termasuk
dalam family Annonaceae, umumnya tumbuh
pada hutan dataran rendah dan tumbuhan yang
termasuk dalam family Sapotaceae umumnya
tumbuh pada hutan primer dan hutan dataran
rendah tepi sungai atau danau. Menurut
Soetrisno (1998) dalam Melcy, S (2010),
mengatakan bahwa pengaruh intensitas cahaya Gambar 6. Peta Penyebaran Pohon pada kelas
terhadap pembesaran sel dan differensiasi sel lereng 15-25% (agak curam) pada
berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, bagian Barat gunung.
ukuran daun dan struktur dari daun serta batang.
Pada gambar 6, terlihat bahwa penyebaran
Sementara Soerianegara dan Indrawan (1978)
pohon pada kelas lereng 15–25% (agak curam)
dalam Nurhadi dan Nursyahra (2010)
pada bagian Barat gunung tergolong
menambahkan bahwa persaingan akan
penyebaran secara acak dan memiliki jarak
menyebabkan terbentuknya susunan tumbuhan
antara pohon yang bervariasi.
yang khas dari segi bentuk, jumlah spesies dan
jumlah individu penyusunnya sesuai keadaan
habitat.

70
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72
Juni 2014

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat


disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Adolof A. D. 2013, Rektifikasi Peta
1. Berdasarkan hasil pengukuran pada tiap- Penunjukan Kawasan Hutan Taman
tiap kelas lereng bagian timur diperoleh Wisata Alam Wera. Skripsi Jurusan
hasil yaitu kelas lereng 0-<8% (datar) kehutanan Program Studi Kehutanan
adalah 34 pohon yang terdiri dari 10 jenis Fakultas Kehutanan Universitas
dan 9 famili, kemudian kelas lereng 8-15% Tadulako. Palu.
(landai) adalah 24 pohon yang terdiri dari 8 Agus C. 2003, Peran Hutan Tropika Pada
jenis dan 7 famili, kemudian kelas lereng Kompetisi Fungsi Tanah dan Adsorbsi
15-25% (agak curam) adalah 20 pohon Karbon Dalam Pembangunan Bersih
yang terdiri dari 8 jenis dan 7 famili. Berkelanjutan. Prosiding Lokakarya,
2. Berdasarkan hasil pengukuran pada tiap- Nasional Fakultas Geografi UGM. P :
tiap kelas lereng bagian barat diperoleh 136 – 140.
hasil yaitu kelas lereng 0-<8% (datar) Akhbar dan B.E. Somba., 2003. Sistem
adalah 31 pohon yang terdiri dari 9 jenis Informasi Geografi. Hand Out.
dan 9 famili, kemudian kelas lereng 8-15% Program Studi Manajemen Hutan
(landai) adalah 25 pohon yang terdiri dari Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
10 jenis dan 9 famili, kemudian kelas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
lereng 15-25% (agak curam) adalah 19 (tidak dipublikasikan).
pohon yang terdiri dari 8 jenis dan 8 famili. Ahmad Y, 2010. Pengembangan Model Sistem
3. Hasil pengukuran penyebaran pohon di Informasi Geografis (SIG) Untuk
kelompok hutan produksi Desa Pengelolaan Pendidikan dalam Era
Nupabomba, Kecamatan Tanantovea, Otonomi Daerah (Studi Pengembangan
Kabupaten Donggala dapat disimpulkan di Kabupaten Sukabumi). Jurnal
bahwa jumlah pohon pada kelas lereng Penelitian Pendidikan Vol.11, No.1,
timur lebih banyak dibandingkan jumlah April 2010.
pohon pada kelas lereng barat, dengan Budi G, 2011. Pemanfaatan Sistem Informasi
jumlah pohon kelas lereng timur sebanyak Geografis untuk Analisa Potensi
78 pohon sedangkan kelas lereng barat Sumber Daya Lahan Pertanian di
sebanyak 75 pohon. Kabupaten Kudus. Jurnal Sains dan
4. Berdasarkan pengukuran penyebaran pohon Teknologi Vol.4, No, Desember 2011.
pada 3 kelas lereng yang berbeda dapat Indriyanto, 2010. Pengantar Budidaya Hutan.
ditarik kesimpulan bahwa kelas lereng 0- Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
<8% (datar) jumlah pohon lebih banyak Irwanto, 2007. Budidaya Tanaman Kehutanan.
dibandingkan pada 2 kelas lereng lainnya Yogyakarta.
dan penyebaran pohon pada semua kelas Melcy S,. 2010. Keanekarangaman Jenis
lereng tergolong penyebaran secara acak. Pohon di Hutan Alam Desa Oo Parese
Kecamatan Kulawi Selatan Kabupaten
Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Skripsi
Jurusan kehutanan Program Studi
Kehutanan Fakultas Kehutanan
Universitas Tadulako. Palu.
Nurhadi, Nursyahra, 2010. Komposisi Vegetasi
Dasar di Kawasan Penebangan
Batubara di Kecamatan Tawali
Sawahlunto. Jurnal Ilmiah Ekotrans

71
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72
Juni 2014

Universitas Ekasakti Padang, Vol.10 additive weighting) : studi kasus


No.1 Januari 2010 ISSN 1411-4615. propinsi lampung. Jurnal
Pitopang R, dkk, 2011. Profil Herbarium TELEMATIKA MKOM Vol.4 No.1,
Celebense Universitas Tadulako dan Maret 2012.
Deskripsi 100 Jenis Pohon Khas Sulistya, D 2011,’ Pentingnya Memaksimalkan
Sulawesi. UNTAD PERSS. Peranan SIG Dalam Pembangunan
Prajitno,S 2011, ‘Fasilitas Penggunaan Kehutanan’.
Kawasan Hutan’. Winarso S. dan Hartati S. (2011), Penggunaan
Stevenson, 2013. Analisis Tingkat Ketelitian Sistem Informasi Geografis dan
pengukuran Batas Fungsi Kawasan Pemodelan 3 Dimensi Untuk Cakupan
Hutan menggunakan metode Bowditch Area Frekuensi Radio FM di Wilayah
dan Metode Transit di Desa Lombok Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi IPTEK – KOM. P:1-24.
Moutong. Skripsi Jurusan kehutanan
Program Studi Kehutanan Fakultas
Kehutanan Universitas Tadulako. Palu.
Sugiyono, Agani, N 2012. Model Peta Digital
Rawan Sambaran Petir dengan
menggunakan Metode SAW (simple
.

72

You might also like