JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 7 (2), 2015, 13-28
Published every January - June and July - December
JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET)
ISSN : 2541-0342 (Online). ISSN : 2086-2563 (Print). http://ejournal.upi.edu/index.php/aset
Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepuasan
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Bojonagara
Welly Surjono
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sangga Buana YPKP, Bandung, Indonesia.
Abstract. The product of tax regulatory reform is the modernization of tax administration. Modernization of tax
administration, among others, includes changes in the original organizational structure based on the type of tax into a
function, applying integrated tax administration system that can monitor the process of service, so that services can be
done quickly, transparently, and accountability, so Taxpayers will be faster and create satisfaction to Taxpayer in order
to fulfill its obligations in this case reporting and payment of tax. Identification of problems discussed in this paper is
how the modernization of tax administration, how taxpayer satisfaction and how much influence the modernization of tax
administration on taxpayer satisfaction at the Tax Office Primary Bandung Bojonagara. The research method used is
descriptive and associative with data collection technique is done is questioner. While the analysis used is regression
analysis, correlation coefficient, coefficient of determination and t test hypothesis. The research results can be seen that
the implementation of tax administration modernization on taxpayer satisfaction yields r = 0.976, which indicates that
there is a very strong and positive influence. Determination analysis yields Kd = 95.3%. This means that the
modernization of tax administration gives an influence on taxpayer satisfaction of 95.3% while the rest of 4.7% taxpayer
satisfaction is influenced by other factors. Hypothesis test result t count = 44,530> t table = 1,980, hence Ho refused and
Ha accepted, meaning there is influence between tax administration modernization to Satisfaction of Taxpayer at KPP
Pratama Bandung Bojonagara.
Keywords. modernization; administration; taxation; taxpayer satisfaction
Abstrak. Produk dari pembaharuan peraturan perpajakan adalah adanya modernisasi administrasi perpajakan.
Modernisasi administrasi perpajakan antara lain meliputi perubahan struktur organisasi yang semula berdasarkan jenis
pajak menjadi fungsi, menerapkan sistem administrasi perpajakan terpadu yang dapat memonitor proses pelayanan,
sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan cepat, transparan, dan akuntabilitas, sehingga Wajib Pajak akan lebih cepat
dan menciptakan kepuasan kepada Wajib Pajak dalam rangka memenuhi kewajibannya dalam hal ini pelaporan dan
pembayaran pajak. Identifikasi masalah yang dibahas dalam penulisan ini adalah bagaimana modernisasi administrasi
perpajakan, bagaimana kepuasan Wajib Pajak dan seberapa besar pengaruh modernisasi administrasi perpajakan
terhadap kepuasan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif dan asosiatif dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah kuesioner. Sedangkan
analisis yang digunakan adalah analisis regresi, koefisien korelasi, koefisien determinasi dan hipotesis uji t. Hasil
penelitian dapat diketahui bahwa pelaksanaan modernisasi administrasi perpajakan terhadap kepuasan Wajib Pajak
menghasilkan nilai r= 0,976, yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang kuat sekali dan positif. Analisis
determinasi menghasilkan Kd=95,3%. Artinya modernisasi administrasi perpajakan memberikan pengaruh terhadap
kepuasan Wajib Pajak sebesar 95,3% sementara sisanya sebesar 4,7% kepuasan Wajib Pajak dipengaruhi oleh faktor
lain. Uji hipotesis menghasilkan t hitung = 44,530 > t tabel = 1,980, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat
pengaruh antara modernisasi administrasi perpajakan terhadap kepuasan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung
Bojonagara.
Kata Kunci. Modernisasi; administrasi; perpajakan; kepuasan wajib pajak
Corresponding author. Jl. PHH Mustofa (Suci) No 68. Kota Bandung. Provinsi Jawa Barat. Email:
hetti.herawati67@gmail.com. Email wellykoe_66@yahoo.com
How to cite this article. Surjono. (2015). Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepuasan
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara. Jurnal Aset (Akuntansi Riset). Program
Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia, 7 (2), 13–28. Retrieved from
http://ejournal.upi.edu/index.php/aset
History of article. Received: Juli 2015, Revision: September 2015, Published: Desember 2015
.
13 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
WELLY SURJONO/ Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara
PENDAHULUAN sendiri jumlah seluruh penghasilan yang telah
diperolehnya; (2) menghitung sendiri jumlah
Pembangunan nasional adalah ke giatan
pajak yang terhutang; (3) menghitung sendiri
yang berlangsung terus-menerus dan
jumlah pajak yang telah dibayar atau dapat
berkesinambungan yang bertujuan untuk
dikreditkan; (4) menghitung sendiri jumlah
meningkatkan kesejahteraan rakyat baik
pajak yang masih harus dibayar; (5) menyetor
materiil maupun spiritual. Untuk dapat
sendiri jumlah pajak yang masih harus disetor
merealisasikan tujuan tersebut, pemerintah
ke kas negara melalui bank persepsi; dan (6)
harus meningkat kan penerimaan negara.
mengisi serta melaporkan sendiri Surat
Sehingga ke mandirian suatu bangsa dapat
Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran Pajak
terwujud.
(SSP) ke Direktor Jenderal Pajak/Kantor
Salah satu usaha untuk mewujud kan
Pajak.
kemandirian suatu bangsa atau negara dalam
Reformasi perpajakan lebih banyak
pembiayaan pembangun an yaitu menggali
diartikan sebagai kebutuhan akan regulasi
sumber dana yang berasal dari dalam negeri
perpajakan yang dapat menjangkau seluruh
berupa pajak. Pajak digunakan untuk
lapisan masyara kat dengan tarif pajak
membiayai pem bangunan yang berguna bagi
progresif, tetapi tidak tampak adanya upaya
kepen tingan bersama.
perubahan jaminan manfaat bagi Wajib Pajak
Di Indonesia sektor pajak merupa kan
dari pembayaran pajaknya. Seharusnya
sumber pembiayaan negara yang utama sekitar
reformasi perpajakan dan birokrasi perpajakan
80% dari penerimaan negara dalam Anggaran
diletakkan dalam kerangka reformasi anggar
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saat
an (budgeting reform) secara menyeluruh
ini berasal dari penerimaan pajak. (www.
dengan orientasi pada kepentingan rakyat
hukumonline.com)
sebagai pem bayar pajak. Pemerintah perlu
Pemerintah membutuhkan dana dari
segera mengimplementasikan reformasi perpa
penerimaan pajak untuk mem biayai
jakan, baik reformasi kebijakan perpa jakan
pembangunan negara. Setiap tahun target
maupun reformasi administrasi perpajakan.
penerimaan pajak terus meningkat untuk
Reformasi perpajakan men jadi elemen
memenuhi kebutuhan APBN. Namun
terpenting untuk mengubah citra sistem
pertumbuhan penerima an pajak setiap tahun
perpajakan Indonesia di kalangan dunia usaha
ternyata tidak di imbangi dengan potensi pajak
di dalam negeri maupun di luar negeri.
yaitu jumlah penduduk di Indonesia kese
Tujuan pemerintah melaksanakan
luruhannya. Jika dibandingkan dengan potensi
reformasi perpajakan ini sebenarnya adalah
pajak, kinerja penerimaan pajak selama ini
untuk mening katkan Tax Ratio dari 11% ke
masih belum optimal. Penyebab perbedaan
16% (www.tempo interaktif.com). Namun
pajak (Tax Gap) tersebut mayoritas karena
tujuan itu tidak akan tercapai hanya dengan
lemahnya administrasi perpajakan. Oleh
perubahan Undang-undang saja, harus disertai
karena itu diperlukan Reformasi Administrasi
dengan pembenahan administrasi per pajakan
Perpajak an.
yang dapat mem berikan kepuasan bagi Wajib
Pemerintah telah empat kali melakukan
Pajak.
Reformasi Administrasi Perpajakan, tahun
Reformasi administrasi perpaja kan
1983, 1994, 1997, dan 2000. Reformasi ini
dilakukan dengan tujuan mening katkan
dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkem
kepatuhan sukarela Wajib Pajak untuk
bangan dunia usaha dan kebijakan pemerintah,
memenuhi kewajiban perpajakan melalui
yang dapat dikategorikan sebagai reformasi
modernisasi administrasi perpa jakan.
perpajakan adalah reformasi tahun 1983, di
Modernisasi administrasi perpa jakan
mana terjadi perubahan sistem yang mendasar
antara lain meliputi perubahan struktur
dari “Official Assessment System“ ke “Self
organisasi yang semula berda sarkan jenis
Assessment System”.
pajak menjadi fungsi, me nerapkan sistem
Dalam sistem “Self Assessment System”,
administrasi perpa jakan terpadu yang dapat
Wajib Pajak berkewajiban: (1) menghitung
14 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 7 (2), 2015, 13-28
memonitor proses pelayanan, sehingga berdasarkan fungsi. Ini terkait dengan
pelayanan dapat dilakukan dengan cepat, “pelayanan” sebagai kata kunci dalam
transparan, dan akuntabilitas. pelaksanaan tugas yang dikerjakan.
Indonesia memang telah melaku kan Konsepnya, pertama, mengelola
penyempurnaan dalam tata cara (sistem) sejumlah Wajib Pajak tertentu. Kedua,
pemungutan pajak yang modern seiring penggunaan teknologi informasi terkini.
dengan pesatnya per kembangan teknologi Ketiga, dalam lingkungan yang terkendali
informasi. Antara lain dengan membentuk (controlled environment). Dan keempat,
Bank Data Pajak, Kantor Pelayanan Pajak pemberi pelayanan dan pengawasan yang lebih
Khusus Wajib Pajak Besar (Large Tax Office), baik.
dan yang akan dilakukan yaitu Penga daan Berbeda dengan model KPP paripurna,
Single Identity Number (SIN), akses langsung KPP modern memiliki beberapa karakteristik.
penerimaan pajak kepada Presiden, dan lain- Menerapkan kode etik pegawai, ada complaint
lain. center, help desk dengan teknologi knowladge
Tujuannya, untuk (1) modernisa si base di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).
administrasi perpajakan, (2) mening katkan Selain sumber daya manusianya berkualitas
pelayanan, (3) meningkatkan pengawasan tinggi, juga sarana dan prasarana serta sistem
secara individual, (4) me ningkatkan Citra pengajian yang lebih baik, serta adanya
Direktorat Jenderal Pajak, dan (5) mencegah taxpayer’s bill of rights.
penyalah gunaan wewenang. Dengan adanya modernisasi administrasi
Salah satu contoh reformasi ini adalah perpajakan ini juga di harapkan mampu
dengan membuka Kantor Wila yah Wajib meningkatkan tingkat kepuasan Wajib Pajak
Pajak Besar yang membawa hi dua Kantor terhadap Large Taxpayer Office (LTO).
Pelayanan Wajib Pajak Besar atau Large Tax Tingkat ke puasan pajak ini dapat tercermin
Office (LTO) pada tahun 2002. dalam ketepatan waktu dalam menyampaikan
Dengan reformasi perpajakan khususnya SPT karena kemudahan e-filling, ber
administrasi, sejak tahun 2002 dilakukan kurangnya denda atau penalti atas keter
modernisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). lambatan pembayaran angsuran pajak karena
Terjadi perubahan paradigma unit operasional kesulitan pengisian formulir, dan pada
Direktorat Jenderal Pajak. Saat itu, dibentuk akhirnya kepuasan Wajib Pajak akan
unit KPP Wajib Pajak Besar (Large Tax Office, berimplikasi pada mening katnya kepatuhan
LTO), sebagai cikal bakalnya. Kemudian hal membayar pajak.
yang sama dikembangkan lagi pada tahun 2003 Dari uraian diatas, maka per masalahan
dan 2004 dengan model KPP Madya (Medium yang dapat di identifikasi kan peneliti, yaitu
Taxpayer Office, MTO), yang diterapkan di 1. Bagaimana modernisassi administra si
KPP khusus (BUMN, PMA, Badan dan Orang perpajakan pada Kantor Pela yanan Pajak
Asing, dan Perusahaan Masuk Bursa). Pratama Bandung Bojo nagara.
Selanjutnya pada tahun 2005 dengan model 2. Bagaimana kepuasan Wajib Pajak pada
KPP Pratama (Small Taxpayer Office, STO). Kantor Pelayanan Pajak Prata ma Bandung
Dengan demikian, keberadaan Kantor Pajak Bojonagara.
Modern tersebut akan membawa perubahan 3. Seberapa besar pengaruh modernisa si
paradigma terhadap semua pihak yang administrasi perpajakan terhadap kepuasan
berkepentingan antara lain yaitu Wajib Pajak, Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
Fiskus, Konsultan Pajak, Akuntan Pajak, Dan Bandung Bojona gara
Penilai menuju ke kondisi yang lebih baik
(good governance maupun corporate good
governance). KAJIAN LITERATUR
Dengan perubahan paradigma,
Administrasi Pajak (Tax Administration)
organisasi KPP modern berubah dari
Administrasi Pajak dalam arti luas
sebelumnya berdasarkan jenis pajak menjadi
meliputi fungsi, sistem dan organisasi atau
15 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
WELLY SURJONO/ Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara
kelembagaan. sebagai suatu sistem kualitas memberikan kepastian (legal certainty).
dan kuantitas sumber daya manusia juga Undang-undang yang mulai berlaku efektif
merupakan salah satu tolok ukur kinerja awal tahun 1984 terse but menerapkan Sistem
administrasi pajak. Administrasi perpajakan Pemungutan Official assessment. Perubahan
memegang peranan penting karena seharusnya tersebut menimbulkan hak dan kewajiban baru
bukan saja sebagai perangkat laws bagi Wajib Pajak maupun fiskus.
enforcement, tetapi lebih daripada itu, sebagai Kebijakan perpajakan nasional telah
service point yang memberikan pelayanan mengalami beberapa tahap reformasi
prima kepada masyarakat sekaligus pusat perpajakan, yaitu:
informasi perpajakan. Pelayanan seharusnya 1. Reformasi Perpajakan Pertama, tahun 1983
tidak boleh dilakukan seadanya karena akan sampai tahun 1985, melahirkan 5 (lima)
membentuk citra yang kurang baik, yang pada buah Undang-undang pajak, yaitu:
akhirnya akan merugikan pemerintah jika a. Undang-undang Nomor.6 Tahun 1983
image tersebut ternyata membentuk sikap- tentang Tetentuan Umum dan Tata Cara
sikap ‘tax phobia’. Perpajakan.
Perberdayaan administrasi pajak b. Undang-undang Nomor.7 Tahun 1983
seharusnya juga dilakukan dengan terlebih tentang Pajak Penghasilan.
dahulu melakukan penelitian untuk c. Undang-undang Nomor.8 Tahun 1983
mengetahui apa-apa sajakah yang sebenarnya tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
menjadi leverage, yaitu tindakan dan dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
perubahan dalam struktur yang dapat Barang Mewah.
mengarah pada perbaikan atau peningkatan d. Undang-undang Nomor.12 Tahun 1985
(improve ment) yang signifikan dan tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
berlangsung selamanya.. e. Undang-undang Nomor.13 Tahun 1985
tentang Bea Materai.
Reformasi Perpajakan Indonesia 2. Reformasi Perpajakan Kedua, yang
Reformasi Perpajakan dilaksanakan pada tahun 1994 meliputi
Reformasi pajak pada dasarnya perubahan dan penyempurnaan 4 (empat)
bertujuan untuk memperbaiki dua landasan Undang-undang pajak, yaitu:
fundamental dari prinsip-prinsip sistem a. Undang-undang Nomor.9 Tahun 1994
perpajakan, yaitu: tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
1. Prinsip keadilan dan pemerataan (equity) Perpajakan.
2. Efisiensi ekonomi (economic efficiency). b. Undang-undang Nomor.10 Tahun 1994
Sedangkan prinsip lainnya yang tantang Pajak Penghasilan.
merupakan karakteristik yang essensial bagi c. Undang-undang Nomor.11 Tahun 1994
setiap jenis pajak yang sempurna terlepas dari tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
fungsi dan keperluannya adalah efisiensi fiskal dan Jasa dan Pajak atas Barang Mewah.
(fiscal efficien cy), kesederhanaan (simplicity), d. Undang-undang Nomor.12 Tahun 1994
dan ke pastian hukum (certainty). (Adam tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Smith, 1776 dalam Waluyo, 2007) 3. Reformasi perpajakan ketiga, yang
Reformasi pajak dilakukan mela lui dilaksanakan pada Tahun 1997 melahirkan
intrumen kebijakan perpajakan (tax policy) dan 5 (lima) Undang-undang pajak, yaitu:
administrasi perpajakan yang dimulai pada a. Undang-undang Nomor.17 Tahun 1997
tahun 1983 dengan diterbitkannya seperangkat tentang Badan Penyelesaian Sengketa
peraturan perundang-undangan dibidang Pajak.
perpajak an menggantikan perundang- b. Undang-undang Nomor.18 Tahun 1997
undangan peninggalan Pemerintah Kolonial tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Belanda. Undang-undang hasil reforma si Pajak.
tersebut jauh lebih sederhana (sim plicity),
netral (neutrality), adil (equa lity), dan
16 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 7 (2), 2015, 13-28
c. Undang-undang Nomor.19 Tahun 1997 Pemerintah secara terus menerus
tentang Pengihan Pajak dengan Surat berupaya menyempurnakan sistem perpajakan
Paksa. nasional. Menurut R. Mansury (1996;82)
d. Undang-undang Nomor.20 Tahun 1997 sistem perpajakan terdiri dari tiga unsur pokok,
tentang Penerimaan Negara Bukan yaitu sebagai berikut:
Pajak. a. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy).
e. Undang-undang Nomor.21 Tahun 1997 b. Undang-undang Perpajakan (Tax Laws).
tentang Bea Perolehan atas Tanah dan c. Administrasi Perpajakan (Tax
Bangunan. Administration).
4. Reformasi Perpajakan keempat, Selain dilakukan terhadap kebijak an
dilaksanakan pada Tahun 2000 melahirkan perpajakan dan Undang-undangnya, perbaikan
5 (lima) Undang-undang pajak, yaitu: juga mencakup administrasi perpajakan.
a. Undang-undang Nomor.16 Tahun 2000 Seperti diketahui, bahwa kebijakan perpajakan
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara dan Undang-undang perpajakan merencanakan
Perpajakan. dan menyediakan struktur yang legal yang
b. Undang-undang Nomor.17 Tahun 2000 akan terlihat efektivitasnya di lapangan hanya
tentang Pajak Penghasilan. bila didukung oleh administrasi perpajakan
c. Undang-undang Nomor.18 Tahun 2000 yang kuat, sederhana, dan efisisen.
tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Fisibilitas perpajakan menuntut agar
Pajak Penjualan atas Barang Mewah. sistem perpajakan yang baru mam pu
d. Undang-undang Nomor.19 Tahun 2000 meminimalkan biaya administrasi
tentang Penagihan Pajak dengan Surat (Administration Cost) dan biaya kepa tuhan
Paksa. (Compliance Cost).
e. Undang-undang Nomor.20 Tahun 2000 Menurut Carlos A. Silvian (1992)
tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah (Sumber:www.google.co.id),administrasi
dan Bangunan. perpajakan dikatakan efektif apabila mampu
5. Tahun 2002, dilakukan Amandemen atas mangatasi masalah-masalah berikut:
Undang-undang BPSP dengan Undang- a. Wajib Pajak yang tidak terdaftar
undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang (unregistered tax payers)
Pengadilan Pajak. Yaitu sejauh mana administrasi pajak
6. Tahun 2007, dilakukan lagi amandemen mampu mendeteksi dan meng ambil
atas 3 (tiga) Undang-undang perpajakan, tindakan terhadap masyarakat yang belum
yakni Undang-undang KUP dengan terdaftar sebagai Wajib Pajak walaupun
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007. seharusnya yang bersangkutan sudah
Sedangkan atas Undang-undang PPh serta memenuhi ketentuan untuk menjadi Wajib
Undang-undang PPN dan PPnBM, hingga Pajak.
Oktober 2007 masih dalam proses b. Wajib Pajak yang tidak menyam paikan
pembahasan di Dewan Perwakilan Rakyat. Surat Pemberitahuan (Stop Filling Tax
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 payers).
tentang KUP yang baru merupakan harapan Yaitu Wajib Pajak yang sudah ter daftar di
banyak pihak, terutama stakeholders Administrasi Kantor Pajak, tetapi tidak
perpajakan. Berbagai perusahaan telah menyampaikan Surat Pemberitahuan.
terjadi di dalamnya dibandingkan dengan Administrasi Pajak dituntut untuk dapat
Undang-undang KUP sebelumnya, sebagai mengumpulkan data sekaligus
hasil kesepakatan rakyat melalui wakilnya menindaklanjuti dengan meminimalkan
di DPR dengan pemerintah. kasus seperti ini.
c. Penyelundupan Pajak (Tax Evaders)
Perlunya Reformasi Sistem Administrsi Yaitu Wajib Pajak yang melaporkan pajak
Perpajakan lebih kecil dari yang seharus nya menurut
ketentuan perundang-undangan perpajakan.
17 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
WELLY SURJONO/ Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara
System Self Assessment yang sekarang Organisasi berubah dari berdasarkan jenis
berlaku memang rentan menyebabkan ter pajak menjadi berdasarkan fungsi (fungsi
jadinya modus kejahatan seperti ini, karena pelayanan, pengawas an, penagihan, dan
sangat tergantung dari ke jujuran Wajib pemeriksaan pajak). Sistem dan proses
Pajak. kerja, berubah dari manual menjadi ber
d. Penuggak Pajak (Delinquent Tax Payers) dasarkan sistem (Sistem Informasi
Dari tahun ke tahun selalu ada tung gakan Direktorat Jenderal Pajak, SIDJP) dengan
pajak yang terjadi, bahkan menunjukan case management. Hal ini terkait dengan
kecenderungan yang semakin meningkat. pemanfaatan tekno logi informatika terkini.
Permasalahan ini seolah sudah menjadi 2. Perubahan implementasi pelayanan kepada
benang ku sut yang selalu dihadapi oleh Wajib Pajak
otori tas pajak setiap tahunnya. Lebih mengedapankan aspek pela yanan
Dukungan teknologi (dalam hal ini kepada Wajib Pajak (custo mer oriented)
teknologi informasi) juga menjadi kan dengan adanya help desk maupun Account
administrasi perpajakan dapat dikelola menjadi representative (AR). Serta adanya unit
lebih efektif dan efisisen. Aparat pajak, dalam khusus yang menangani keluhan (complaint
menjalan kan fungsi pemeriksaan akan sangat cen ter), yang sebelumnnya tidak ada.
membantu ketika membutuhkan sejum lah data Sehingga menjadi masukan berharga dalam
yang diperlukan. Demikian juga masyarakat, merawat dan memperbaiki pelayanan
dapat mempunyai akses yang luas karena secara berkelanjutan.
tersedianya suatu sistem informasi perpajakan 3. Fasilitas pelayanan yang meman faatkan
yang akurat. Selanjutnya akses yang luas teknologi informasi
tersebut dapat menjamin tercapainya Adapun fasilitas pelayanan perpa jakan
transparansi dan akuntabilitas publik yang yang tersedia di tiap KPP dan siap
pada gilirannya akan mampu meningkatkan dimanfaatkan oleh masyarakat atau Wajib
kepatuhan Wajib Pajak. Pajak seirama dengan modernisasi melalui
sistem on-line demi kemudahan Wajib
Modernisasi Sistem Admi nistrasi Pajak dalam memenuhi kewajiban
Perpajakan perpajakan nya.
Menurut Widjojo Nitisastro 4. Kode etik pegawai
(www.google.com) pengertian moderni sasi Salah satu bagian penting dari modernisasi
sebagai berikut: perpajakan adalah peru bahan sikap dan
“Modernisasi adalah suatu perilaku sumber daya manusianya. Hal ini
transformasi total dari kehidup an didukung dengan adanya Kode Etik
bersama yang tradisional atau Pengawai DJP. Yang dimaksud dengan
pramodern dalam arti tek nologi serta Kode Etik adalah pedoman sikap, tingkah
organisasi sosial, ke arah pola-pola laku, dan perbuatan yang mengikat pegawai
ekonomis dan politis”. dalam melaksanakan tugas pokok dan
Modernisasi di Direktorat Jende ral fungsinya serta dalam pergaulan hidup
Pajak bertujuan untuk menciptakan kinerja sehari-hari. Kode etik bertujuan untuk: 1)
yang lebih baik berdasarkan fungsi dan mening katkan disiplin pegawai, 2) menja
mengurangi interaksi petu gas pajak dengan min terpeliharanya tata terbit, 3) menjamin
wajib pajak, sehingga mencegah korupsi. kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim
Penerapan sistem administrasi perpajakan kerja yang kondusif, 4) menciptakan dan
modern dilaku kan untuk mengoptimalkan memelihara kon disi kerja serta perilaku
pelayanan kepada Wajib Pajak. Penerapan yang pro fesinal, serta 5) meningkatkan
sistem tersebut mencakup aspek-aspek: citra dan kinerja pegawai.
1. Perubahan struktur organisasi dan sistem Salah satu bentuk modernisasi
kerja KPP administrasi perpajakan adalah dengan
membentuk KPP modern. Jika dilihat secara
18 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 7 (2), 2015, 13-28
objektif, sistem administrasi perpajakan pada dipandang masih jauh dari yang diharapkan
KPP modern jelas lebih baik dari KPP masyarakat, terlebih lagi dengan kesan dan
konvensional. Untuk meningkatkan kualitas pola kerja modern dalam melayani masya
pelayan an perpajakan, menghubungkan antara rakat. Suatu hal penting lainnya lagi, bahwa
komunikasi, Wajib Pajak, dan KPP ser ta pengelolaan pajak memiliki ka rakteristik
mengoptimalkan fungsi bimbingan dan tersendiri yang sangat ber beda dengan
konsultasi kepada Wajib Pajak maka dalam pengelolaan layanan umum instansi
KPP modern ini telah me nunjuk Account pemerintah, serta pengelolaan kesehatan,
Representative (AR) untuk masing-masing pendidikan, tenaga kerja, pekerjaan umum, dan
wajib Pajak. lain nya. Perbedaan karakteristik ini ditun
Account Representative direkrut secara jukan dengan berbagai upaya yang di lakukan
khusus akan berfungsi sebagai liaision officer yang pada akhirnya, bagai mana masyarakat
antara KPP dan Wajib Pajak, yang agar mau membayar pajak, di tengah tidak
bertanggung jawab untuk memberikan adanya kontra prestasi secara langsung yang
pelayanan perpajakan seca ra langsung, diperoleh pembayar pajak sendiri.
edukasi dan esistansi serta memastikan dan Dengan perbandingan yang ada dalam
mengawasi pemenuh an hak dan kewajiban pengelolaan pajak diberbagai negara,
perpajakan Wajib Pajak. kebijakan penunjukan utamanya negara-negara yang lebih maju, agar
AR untuk setiap Wajib Pajak juga ber tujuan mudah diaplikasikan dan dilaksanakan maka
agar permasalahan perpajakan Wajib Pajak disusun konsep modernisasi perpajakan
dapat segara ditangani dengan efektif. Indonesia yang disesuaikan dengan iklim,
Selain itu, diterapkan juga tek nologi kondisi, dan sumber daya yang ada. Sebagai
tinggi yang merupakan salah satu bagian dari dasar dari konsep modernisasi administrasi
proses modernisasi administrasi perpajakan, perpajakan adalah “pelayanan prima” dan
yaitu di antara nya e-councelling, e-payment “pengawasan intensif” dengan pelaksanaan
(MP3), e-registration, e-SPT, dan yang terbaru “good governance”.
layanan e-filling. Dengan maksud agar Wajib 1. Konsep Umum
Pajak memperoleh kemudahan dalam Modernisasi administrsi perpajakan yang
memenuhi kewaibannya, sehing ga dilakukan pada dasarnya meli puti:
pemenuhan kewajiban perpajakan dapat lebih a. Restrukturisasi organisasi;
mudah dilaksanakan dan tujuan untuk b. Penyempurnaan proses bisnis melalui
menciptakan administrasi perpajakan yang pemanfaatan teknologi komunikasi dan
lebih tertib dan trans paran dapat dicapai. informasi; dan
Dengan kemuda han untuk memenuhi c. Penyempurnaan manajemen sumber
kewajiban diha rapkan dapat meningkatkan daya manusia.
kepatuhan Wajib Pajak. oleh karena itu perlu Dalam hal restrukturisasi organisasi,
dukungan semua pihak dan sosialisasi secara konsepnya adalah:
intens serta terus-menerus agar peningkatan a. Debirokratisasi,
pelayanan Wajib Pajak terus berjalan dan b. Struktur organisasi berbasis fungsi
sekaligus tercapainya administrasi perpajakan. terkait dengan perpajakan,
c. Dilakukan pemisahan antara fungsi
Konsep dan Tujuan Moderni sasi pemeriksaan dengan fungsi keberatan,
Modernisasi perpajakan sebagai bagian d. Adanya segmentasi Wajib Pajak (level
dari reformasi perpajakan menja di hal yang operasional) yang dikelola KPP,
menarik dan trend di lingkungan Direktoral e. Adanya “internal audit” dan “change
Jenderal Pajak. Ada nuansa tersendiri yang program” unit, dan
membuat nya lebih teknis, fokus, dan dinamis f. Lebih efisien dan “customer oriented”.
sejalan reformasi perpajakan itu sendi ri. Dalam penyempurnaan bisnis, hal ini
Apalagi gambaran umum dari instansi dilakukan dengan konsep:
pemerintah di tanah air yang hingga saat ini
19 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
WELLY SURJONO/ Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara
a. Berbasis teknologi komunikasi dan untuk mempermudah Wajib Pajak dan
informasi, administrasi perpajakan.
b. Efisien dan “customer oriented”,
c. Sederhana dan mudah dimenger ti, dan Fasilitas Pelayanan
d. Adanya built-in control. Adapun fasilitas pelayanan perpajakan
Sedangkan untuk penyempurnaan atas yang tersedia di tiap KPP dan siap
sistem manajemen sumber daya dimanfaatkan oleh masyarakat atau Wajib
manusia, konsepnya adalah: Pajak seirama dengan modernisasi adalah
a. Berbasis kompetensi, sebagai berikut:
b. Optimalisasi teknologi komunikasi 1. Tempat Pelayanan Terpadu
dan teknologi, 2. Account Representative
c. Customer driven, dan 3. Help Desk
d. Continous improvement. 4. Complaint Center
Berdasarkan konsep umum modernisasi 5. Call Center
perpajakan tersebut di atas, sebagai outcome 6. Media Informasi Pajak
yang diharapkan adalah: 7. Website
1. Terjadinya perubahan paradigma, pola pikir 8. Pojok Pajak
dan nilai organisasi yang tercermin pada 9. e-System Perpajakan
perilaku setiap pegawai, 10. e-SPTPPh
2. Terciptanya proses bisnis dari setiap jenis 11. e-SPTPPN
pekerjaan yang lebih efisien, dan
3. Mampu menjalankan tata kelola Kepuasan Wajib Pajak
pemerintahan yang baik dan benar (good Menurut Philip Kotler (2005;70)
governance). kepuasan adalah sebagai berikut:
Adapun tujuan modernisasi perpajakan “Kepuasan adalah perasaan senang
adalah untuk menjawab latar belakang atau kecewa seseorang yang muncul
dilakukannya moderni sasi perpajakan, yaitu: setelah memban dingkan antara
1. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax kinerja (hasil) produk atau jasa yang
compliance) yang tinggi, dipikir kan terhadap kinerja (hasil)
2. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) yang diharapkan”.
terhadap administrasi perpajakan yang Definisi Wajib Pajak Menurut
tinggi, dan Mardiasmo (2009;12) sebagai berikut:
3. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai “Wajib Pajak (WP) adalah orang
pajak yang tinggi. pribadi atau badan yang menurut
Guna melaksanakan dan mewujudkan ketentuan peraturan perundang-
tujuan modernisasi perpajakan tersebut, undangan perpajak an ditentukan
dengan Kputusan Menteri Keuangan Nomor untuk melaku kan kewajiban
85/KMK.03/2003 dibentuk “Tim Modernisasi perpajakan, ter masuk pemungut
Jangka menengah”. Tugas atau kegiatan pokok pajak atau pemotong pajak tertentu”.
Tim adalah: Primandita Fitriandi, Tejo Birowo, dan
a. Memodernisasi kelembagaan termasuk Yuda Aryanto (2007;3) sebagai berikut:
struktur organisasi, sistem dan prosedur, “Wajib Pajak adalah orang pribadi
dan kebijakan di bidang sumber daya atau badan yang menu rut ketentuan
manusia; peraturan per undang-undangan
b. Memodernisasi peraturan yang terdiri dari perpajakan ditentukan untuk
penyederhanaan prosedur adminisatrsi dan melakukan kewajiban perpajakan,
ketentuan perpajakan lainnya; dan terma suk pemungutan pajak atau
c. Memodernisasi teknologi informasi pemotong pajak tertentu”.
termasuk pemanfaatan teknologi informasi Mengacu pada pasal 1 UU No.9 tahun
1994, pengertian Wajib Pajak adalah orang
20 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 7 (2), 2015, 13-28
pribadi atau badan yang menurut ketentuan Bandung Bojonagara dengan jumlah 6622
peraturan per undang-undangan perpajakan orang.
ditentu kan untuk melakukan kewajiban pe
rpajakan, termasuk pemungut pajak atau Sampel
pemotong pajak tertentu. Dengan tingkat kesalahan sebesar 5%
Wajib Pajak adalah mitra Direk torat dari jumlah populasi Wajib Pajak Badan pada
Jenderal Pajak dalam pengelolaan pajak Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonagara.
(ibaratnya pelanggan/nasabah) gu na Perhitungan besaran sampel menggunakan
mengamankan penerimaan Negara. Sejauh rumus Slovin dengan hasil sebanyak 100
mana kepuasan Wajib Pajak atas pelayanan responden
yang diberikan KPP, survey yang akan
membuktikan. Kepuasan masyarakat Teknik Pengumpulan Data
(customer satisfaction) merupakan kata kunci Teknik pengumpulan data yang
setiap kegiatan. digunakan dalam penelitian ini adalah:
Lembaga riset internasional AC Nielsen 1. Penelitian Lapangan (Field Research)
telah melakukan riset dengan metode survey Data primer ini didapatkan melalui teknik-
mengenai Wajib Pajak terhadap pelayanan teknik sebagai berikut:
yang ada di Kantor Pajak Besar atau Large Tax a. Metode pengamatan atau Observasi
Office (LTO). Tingkat Kepuasan Wajib Pajak b. Metode wawancara atau Interview
ditentukan oleh beberapa faktorbrikut ini, Kuesioner
yakni: (1) integritas professional, (2) tingkat 2. Studi Kepustakaan (Library Research)
kemudahan dan efisiensi pelayanan, dan (3)
ketersediaan sumber informasi. Teknis Analisis Data
Tingkat kepuasan yang tinggi terjadi di Analisis data adalah proses
seluruh faktor yang menurut Wajib Pajak penyederhanaan data kedalam bentuk yang
menentukan tingkat kepuasan mereka. Hal ini lebih mudah diinterpretasikan. Langkah-
dapat dihubungkan dengan persepsi bahwa langkah yang dilakukan adalah :
telah terjadi pembaharuan terhadap praktik 1. Penulis melakukan pengumpulan data
masa lalu. Jadi, jika kinerja pelayanan dengan cara sampling
(pelayanan perpajakan) berada dibawah 2. Setelah metode pengumpulan data
harapan pelanggan (Wajib Pajak), maka Wajib ditentukan kemudian ditentukan alat untuk
Pajak akan tidak puas. Jika kinerja memenuhi memperoleh data dari elemen-elemen yang
harapan, maka pelanggan (Wajib Pajak) akan akan diteliti yaitu daftar pernyataan atau
puas. kuesioner.
3. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan
pengelolaan data, disaji kan dan dianalisis
dengan menggu nakan uji statistik.
METODOLOGI PENELITIAN 4. Dalam melakukan analisis terhadap data
yang berhasil dikumpulkan untuk mencapai
Penulis menggunakan metode penelitian suatu kesimpulan penelitian yang peneliti
deskriptif dan metode penelitian assosiatif. lakukan menggunakan proses analisis uji
serta penulis memperoleh data dengan validitas dan uji reliabilitas
menggunakan kuesioner tertutup yang telah
diberi skor, dimana data tersebut nantinya akan Rancangan Pengujian Hipotesis
dihitung secara statistik. Pengujian hipotesis ini dimulai dengan
menetapkan hipotesis nol dan hipotesis
Populasi dan Sampel alternatif, pemilihan tes statistik dan
a. Populasi perhitungan nilai statistik, penetapan tingkat
Populasi yang diambil adalah Wajib signifikansi dan penetapan kriteria pengujian.
Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak
21 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
WELLY SURJONO/ Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara
Penetapan Hipotesis klasifikasi antara 4760–5880 atau dengan
Penetapan hipotesis yang akan diuji dalam tingkat persentase sebesar 97,35%.
kaitan dengan ada atau tidaknya hubungan
antara variabel X dan variabel Y, yaitu Kepuasan Wajib Pajak Pada KPP
Hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis alternatif Bandung Bojonagara
(Ha). Hasil scoring menunjukkan bah wa
secara total kepuasan Wajib Pajak pada KPP
Hipotesis Penelitian Bandung Bojonagara berada dalam skor 4484
H0 Artinya modernisasi administrasi termasuk kategori baik, ini berada pada
perpajakan tidak berpengaruh terhadap rentang kriteria klasifikasi antara 4420–5460
kepuasan Wajib Pajak atau dengan tingkat persentase sebesar
Ha Artinya modernisasi administrasi 82,12%,
perpajakan berpengaruh terhadap
kepuasan Wajib Pajak Pengaruh Modernisasi Adminis trasi
Hipotesis Statistik
Perpajakan Terhadap Ke puasan Wajib
Ho : ρ = 0, artinya tidak terdapat pengaruh Pajak Pada KPP Bandung Bojonagara
modernisasi administrasi perpajakan Pengujian hipotesis ini adalah sebagai
(variabel X) terhadap kepuasan Wajib berikut:
Pajak (variabel Y).
Ha : ρ ≠ 0, artinya terdapat pengaruh Korelasi Korelasi
modernisasi administrasi perpajakan Koefisien korelasi diperoleh hasil
(variabel X) terhadap kepuasan Wajib sebesar 0,976 yang berarti terdapat arah positif
Pajak (variabel Y). dan tingkat hubungan yang kuat sekali antara
Pengujian Hipotesis modernisasi administrasi perpajakan terhadap
a. Analisis Koefisien Korelasi kepuasan Wajib Pajak.
b. Analisis Koefisien Determinasi
c. Uji statistik
Koefisien Determinan ( k d )
Tingkat signifikan (level of significance)
yang digunakan adalah 0,05 (5%) dengan Dari hasil koefisien determinasi
derajat kebebasan dk = n-2. Tingkat ini dipilih menunjukkan bahwa modernisasi admi nistrasi
karena dinilai cukup ketat untuk mewakili perpajakan mempunyai peng aruh terhadap
dalam pengujian kedua variabel tersebut dan kepuasan Wajib Pajak sebesar 95,3% dan
merupakan tingkat signifikan yang sering sisanya sebesar 4,7% dipengaruhi faktor lain.
digunakan terutama dalam ilmu-ilmu sosial.
Kriteria-kriteria yang digunakan untuk Uji Hipotesis
menentukan apakah H0 ditolak atau diterima Berdasarkan perhitungan di peroleh hasil
adalah : t hitung = 44 ,530 > t tabel = 1,980 , maka Ho
Jika thitung < ttabel, berarti Ha ditolak, H0 diterima ditolak atau Ha diterima., artinya bahwa
Jika thitung > ttabel, berarti Ha diterima, H0 ditolak modernisasi adminsitrasi perpajakan
berpengaruh terhadap kepuasan Wajib Pajak
dengan demikian bahwa hipotesis yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dikemukakan yaitu penerapan e-faktur
Pelaksanaan Modernisasi Administrasi berpengaruh terhadap kepatuhan pelaporan
Perpajakan Pada KPP Bandung SPT Masa PPN adalah terbukti.
Bojonagara
Hasil scoring menunjukkan bahwa Modernisasi Administrasi Per pajakan
secara total modernisasi adminis trasi Perubahan Struktur Organi sasi dan Sistem
perpajakan pada KPP Bandung Bojonagara Kerja KPP
berada dalam skor 5724 termasuk kategori Responden yang menyatakan bahwa
baik, ini berada pada rentang kriteria struktur organisasi pada KPP modern telah
22 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 7 (2), 2015, 13-28
berubah berdasarkan fung si (fungsi pelayanan, responden (56%), dan yang menyatakan sangat
pemeriksa, pena gihan, pengawasan, dan lain- se tuju sebanyak 23 responden (23%). Res
lain ter nyata yang menyatakan setuju se ponden yang menyatakan cukup setuju
banyak 67 responden (67%) dan yang sebanyak 13 responden (13%), kurang setuju
menyatakan sangat setuju sebanyak 24 sebanyak 6 responden (6%) dan tidak setuju
responden (24%). Responden yang me sebanyak 2 responden (2%).
nyatakan cukup setuju sebanyak 7 res ponden Responden yang menyatakan bah wa
(7%) dan kurang setuju se banyak 2 responden dalam rangka memenuhi kewajiban
(2%). perpajakannya, Wajib Pajak cukup me lalui
Responden yang menyatakan bah wa sistem on-line ternyata yang me nyatakan
adanya account representatives per masalahan setuju sebanyak 46 responden (46%), dan yang
perpajakan wajib pajak da pat segera ditangani menyatakan sangat se tuju sebanyak 38
dengan efektif ter nyata yang menyatakan responden (38%). Res ponden yang
setuju se banyak 65 responden (65%), dan menyatakan cukup setuju sebanyak 5
yang menyatakan sangat setuju sebanyak 25 responden (5%), kurang se tuju sebanyak 6
responden (25%). Responden yang me responden (6%) dan ti dak setuju sebanyak 5
nyatakan cukup setuju sebanyak 6 res ponden responden (5%).
(6%) , kurang setuju sebanyak 3 responden Responden yang menyatakan bah wa
(3%) dan 1 responden (1%) menyatakan tidak waktu dalam menyelesaikan admi nistratif
setuju. (pembayaran dan pelaporan) ce pat (tidak
Responden yang menyatakan bah wa berbelit-belit/ lancar ternyata yang menyatakan
adanya account representatives be nar-benar sangat setuju se banyak 40 responden (40%),
melakukan fungsinya yaitu membimbing wajib dan yang menyatakan setuju sebanyak 35
pajak dalam melak sanakan kewajiban respon den (35%). Responden yang menyata
perpajakannya ter nyata yang menyatakan kan cukup setuju sebanyak 13 respon den
setuju seba nyak 57 responden (57%) dan yang (13%), kurang setuju sebanyak 4 responden
me nyatakan sangat setuju sebanyak 32 res (4%) dan tidak setuju se banyak 8 responden
ponden (32%). Responden yang menya takan (8%).
cukup setuju sebanyak 10 res ponden (10%)
dan tidak setuju seba nyak 1 responden (2%). Fasilitas Pelayanan yang Memanfaatkan
Responden yang menyatakan bah wa Teknologi Informasi
adanya contact center (complain center, call Responden yang menyatakan bahwa
center, nonfilers activation center) sebagai pembayaran pajak secara on-line (teller bank,
media pe nyampaian pengaduan ternyata yang internet banking, ATM) memudahkan Wajib
menyatakan sangat setuju sebanyak 50 Pajak kare na prosesnya cepat ternyata yang
responden (50%), dan yang menyata kan setuju me nyatakan sangat setuju sebanyak 50 res
sebanyak 41 responden (41%). Respon den ponden (50%) dan yang menyatakan setuju
yang menyatakan cukup setuju se banyak 4 sebanyak 41 responden (41%). Responden
responden (4%), kurang setu ju sebanyak 3 yang menyatakan cukup se tuju sebanyak 4
responden (3%) dan 2 responden (2%) responden (4%) , ku rang setuju sebanyak 4
menyatakan tidak setuju responden (4%) dan tidak setuju setuju
sebanyak 1 res ponden (1%).
Perubahan Implementasi Pelayanan Responden yang menyatakan bahwa
Kepada Wajib Pajak pendaftaran Wajib Pajak secara on-line (e-
Responden yang menyatakan bah wa registrasion melalui internet) memudahkan
Wajib Pajak diperhatikan secara mendalam Wajib Pajak karena pro sesnya cepat ternyata
karena setiap Wajib Pajak mempunyai aparat yang menyatakan setuju sebanyak 45
pajak (Account Re presentatives) untuk responden (45%), dan yang menyatakan sangat
menangani bebe rapa Wajib Pajak ternyata setuju se banyak 36 responden (36%). Respon
yang menya takan setuju sebanyak 56 den yang menyatakan cukup setuju se banyak
23 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
WELLY SURJONO/ Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara
12 responden (12% dan kurang setuju Responden yang menyatakan bah wa
sebanyak 7 responden (7%). aparat pajak memberikan pelayan an yang
Responden yang menyatakan bah wa sama terhadap semua Wajib Pajak (tanpa
sistem administrasi (e-filling, e-SPT, e- memandang besar kecil nya jumlah hutang
counseling) sudah benar-benar dimanfaatkan pajak) ternyata yang menyatakan sangat setuju
demi kemudahan peme nuhan kewajiban sebanyak 52 responden (52%) dan yang
perpajakan (sesuai kebutuhan) ternyata yang menyatakan setuju sebanyak 31 responden
menyatakan setuju sebanyak 54 responden (31%). Responden yang menyatakan cukup
(54%) dan yang menyatakan sangat setuju se setuju sebanyak 11 responden (11%), kurang
banyak 13 responden (13%). Respon den yang setuju sebanyak 5 responden (5%) dan tidak
menyatakan cukup setuju se banyak 18 setuju sebanyak 1 responden (1%).
responden (18%), kurang setuju sebanyak 11
responden (11%) dan tidak setuju sebanyak 4 Kepuasan Wajib Pajak
responden (4%). Integritas Profesionalisme
Responden yang menyatakan bah wa Responden yang menyatakan bah wa
infrastruktur (sistem, metode, prose dur, aparat pajak (account representa tives) benar-
perolehan) yang ada dalam ling kungan sekitar benar membantu Wajib Pa jak dalam
sangat mendukung dalam melaksanakan menyelesaikan masalah ke wajiban
kewajiban perpa jakan modern ternyata yang perpajakannya ternyata yang menyatakan puas
menya takan setuju sebanyak 57 responden sebanyak 41 respon den (41%), dan yang
(57%), dan yang menyatakan sangat se tuju menyatakan sangat puas sebanyak 15
sebanyak 17 responden (17%). Res ponden responden (15%). Responden yang
yang menyatakan cukup setuju sebanyak 18 menyatakan cu kup puas sebanyak 30
responden (18%), kurang setuju sebanyak 6 responden (30%), kurang puas sebanyak 12 res
responden (6%) dan tidak setuju sebanyak 2 ponden (12%) dan tidak puas sebanyak 2
responden (2%). responden (2%).
Responden yang menyatakan bah wa
Kode Etik Pegawai aparat pajak (account representa tive)
Responden yang menyatakan bah wa mempunyai kemampuan untuk mengolah
aparat pajak (account representa tive) menjaga kewajiban perpajakan ternya ta yang
kerahasiaan informasi dan data mengenai menyatakan puas sebanyak 47 responden
wajib pajak ternyata yang menyatakan setuju (47%), dan yang menyata kan sangat puas
sebanyak 45 responden (45%) dan yang sebanyak 11 responden (11%). Responden
menyatakan sangat setuju sebanyak 43 yang menyatakan cu kup puas sebanyak 31
responden (43%). Responden yang responden (31%), kurang puas sebanyak 9
menyatakan cukup setuju sebanyak 7 respon den (9%) dan tidak puas sebanyak 2
responden (17%), kurang setuju sebanyak 4 res responden (2%).
ponden (4%) dan tidak setuju sebanyak 1 Responden yang menyatakan bah wa
responden (1%). aparat pajak (account representa tive)
Responden yang menyatakan bah wa mengerti benar tentang peraturan perpajakan
kejujuran aparat pajak (ketepatan dan yang berlaku ternyata yang menyatakan puas
ketegasan dalam penerapan un dang-undang sebanyak 49 respon den (49%), dan yang
atau peraturan) ternyata yang menyatakan menyatakan sangat puas sebanyak 11
sangat setuju se banyak 41 responden (41%) responden (11%). Responden yang
dan yang menyatakan setuju sebanyak 40 menyatakan cu kup puas sebanyak 33
respon den (40%). Responden yang menyata responden (33%), kurang puas sebanyak 5
kan cukup setuju sebanyak 13 respon den respon den (5%) dan tidak puas sebanyak 2
(13%), kurang setuju sebanyak 5 responden responden (2%).
(5%) dan tidak setuju se banyak 1 responden Responden yang menyatakan bah wa
(1%). aparat pajak (account representa tive) tegas
24 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 7 (2), 2015, 13-28
dalam penerapan peraturan perundang- secara manual) ternyata yang menyatakan puas
undangan pajak ternyata yang menyatakan seba nyak 42 responden (42%), dan yang
puas sebanyak 40 res ponden (40%), dan yang menyatakan sangat puas sebanyak 18
menyatakan sangat puas sebanyak 13 responden (18%). Responden yang me
responden (13%). Responden yang nyatakan cukup puas sebanyak 26 res ponden
menyatakan cu kup puas sebanyak 31 (26%), kurang puas sebanyak 13 responden
responden (31%), kurang puas sebanyak 12 res (13%) dan tidak puas sebanyak 1 responden
ponden (12%) dan tidak puas sebanyak 4 (1%).
responden (4%).
Tingkat Kemudahan dan Efisiensi Ketersediaan Sumber Infor masi
Pelayanan Responden yang menyatakan bah wa
Responden yang menyatakan bah wa Wajib Pajak umumnya memahami manfaat
kewajiban perpajakan melalui sis tem on-line dan tujuan modernisasi admi nistrasi
(misalnya: e-SPT, e-filling, e-payment, e- perpajakan ini digunakan ter nyata yang
registration,dan lain-lain) mudah digunakan menyatakan puas sebanyak 45 responden
ternyata yang me nyatakan puas sebanyak 43 (45%), dan yang menya takan sangat puas
responden (43%), dan yang menyatakan sangat sebanyak 11 respon den (11%). Responden
pu as sebanyak 18 responden (18%). Res yang menyata kan cukup puas sebanyak 28
ponden yang menyatakan cukup puas responden (28%), kurang puas sebanyak 10 res
sebanyak 27 responden (27%), kurang puas ponden (10%) dan tidak puas sebanyak 6
sebanyak 12 responden (12%). responden (6%)
Responden yang menyatakan bah wa Responden yang menyatakan bah wa
kewajiban perpajakan melalui sis tem on-line sosialisasi mengenai kewajiban per pajakan
(misalnya: e-SPT, e-filling, e-payment, e- melalui sistem on-line (misal nya: e-SPT, e-
registration,dan lain-lain) cepat filling, e-registration, e-payment,dan lain-lain)
pemrosesannya ternyata yang me nyatakan ternyata yang menyatakan puas sebanyak 39
puas sebanyak 49 responden (49%), dan yang respon den (39%), dan yang menyatakan
menyatakan sangat puas sebanyak 16 sangat puas sebanyak 10 responden (10%).
responden (16%). Responden yang Responden yang menyatakan cu kup puas
menyatakan cukup puas sebanyak 20 sebanyak 26 responden (26%), kurang puas
responden (20%), ku rang puas sebanyak 14 sebanyak 20 res ponden (20%) dan tidak puas
responden (14%) dan tidak puas sebanyak 1 res sebanyak 5 responden (5%).
ponden (1%). Responden yang menyatakan bah wa
Responden yang menyatakan bah wa adanya penyuluhan dari aparat pa jak (Account
efisiensi waktu dalam memenuhi ke wajiban Representative) secara ter atur tentang
perpajakan merupakan tuntut an yang cukup kebijakan perpajakan yang berlaku terbaru
krusial dan dapat di penuhi dengan sistem ternyata yang menyata kan puas sebanyak 35
administrasi yang modern ini ternyata yang me responden (35%), dan yang menyatakan sangat
nyatakan puas sebanyak 48 responden (48%), pu as sebanyak 9 responden (9%). Respon den
dan yang menyatakan sangat puas sebanyak 13 yang menyatakan cukup puas se banyak 25
responden (13%). Responden yang responden (25%), kurang puas sebanyak 21
menyatakan cukup puas sebanyak 26 responden (21%) dan tidak puas sebanyak 10
responden (26%), kurang puas sebanyak 9 responden (10%).
responden (9%) dan tidak puas sebanyak 4 Responden yang menyatakan bah wa
respon den (4%). adanya penyuluhan dari aparat pa jak (account
Responden yang menyatakan bah wa representative) secara ter atur tentang
Wajib Pajak lebih menyelesaikan masalah kebijakan perpajakan yang berlaku terbaru
kewajiban perpajakannya deng an sistem yang ternyata yang menya takan puas sebanyak 32
modern (tidak harus mengisi atau membayar responden (32%), dan yang menyatakan sangat
25 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
WELLY SURJONO/ Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara
puas sebanyak 3 responden (3%). Res ponden nistrasi perpajakan memberikan pengaruh
yang menyatakan cukup puas sebanyak 34 res terhadap kepuasan Wajib Pajak sebesar
ponden (34%), kurang puas sebanyak 23 95,3% sementara sisanya sebesar 4,7%
responden (23%) dan tidak puas sebanyak 8 kepuasan Wajib Pajak dipengaruhi oleh
responden (8%). faktor lain. Uji hipotesis menghasilkan t
Responden yang menyatakan bah wa hitung 44,530 > t tabel 1,980, maka Ho
aparat pajak (account representa tive) mampu ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat
memberikan informasi yang jelas atau mudah pengaruh antara moderni sasi administrasi
dimengerti ter nyata yang menyatakan puas perpajakan terha dap kepuasan Wajib Pajak.
seba nyak 34 responden (34%), dan yang me Berdasarkan uraian kesimpulan di atas,
nyatakan sangat puas sebanyak 11 res ponden maka penulis memberikan saran agar
(11%). Responden yang menya takan cukup modernisasi administrasi perpajakan dapat
puas sebanyak 33 respon den (33%), kurang lebih disosialisasikan ke masyarakat luas dan
puas sebanyak 16 responden (16%) dan tidak pelayanannya lebih ditingkatkan
puas sebanyak 6 responden (6%).
SIMPULAN
Berdasarkan data dan informasi yang DAFTAR PUSTAKA
diperoleh dari hasil penelitian dapat Delli Maria, Jurnal Bisnis Darmajaya Vol. 01
disimpulkan bahwa : No. 01, Maret 2013
1. Pelaksanaan modernisasi administra si Djafar Saidi, Muhammad, 2007, ”Pembaruan
perpajakan di KPP Pratama Bojo nagara Hukum Pajak”, Jakarta,Rajawali Press
Bandung secara umum bera da pada Fitriandi, Primandita, Tejo Birowo dan Yuda
kategori baik dengan skor 5.724, artinya Aryanto,2007,”Kompilasi Undang -
modernisasi admi nistrasi perpajakan yang Undang Perpajakan
dilakukan oleh KPP Pratama Bojonagara Terlengkap”,Jakarata, Salemba Empat
Ban dung sudah dilaksanakan dengan baik, Kurnia Rahayu, Siti2010,”Perpajakan
yang meliputi perubahan struktur organisasi Indonesia : Konsep dan Aspek
dan sistem kerja KPP, perubahan Formal”,Yogyakarta,Graha Ilmu
implementasi pela yanan kepada Wajib Mansury R,1996,”Panduan Konsep Utama
Pajak, fasilitas pelayanan yang Pajak Penghasilan Indo nesia: Perubahan
memanfaatkan tek nologi informasi, dan Undang-Un dang Dalam Tahun 1994”
kode etik. ,.Jakarta,Bina Rena Pariwara.
2. Kepuasan Wajib Pajak di KPP Pratama Mansyuri,R,2003,”Kebijakan Perpa jakan”,
Bojonagara Bandung secara umum berada Jakarta, Yayasan Pendi dikan dan
pada kategori baik dengan skor 4.484 yang Pengkajian Perpajakan.
artinya Wajib Pajak puas dengan semua Mardiasmo,2009,”Perpajakan”,Yogyakarta,A
fasilitas dan pelayanan yang modern ini, ndi.
yang meliputi integritas profesionalisme, Nazir,Moh,2001,”Metode Penelitian”, Jakarta,
tingkat kemudahan dan efisiensi pelayanan, Ghalia Indonesia.
dan ketersediaan pelayanan. Pandiangan,Liberty,2008,”Perpajakan”,
3. Berdasarkan hasil penelitian dapat Jakarta,Erlangga.
diketahui bahawa pelaksanaan modernisasi Purnowo, Herry, 2010,”Dasar-Dasar
administrasi perpajakan terhadap kepuasan Perpajakan dan Akuntansi Pajak”,
Wajib Pajak menghasilkan nilai r= 0,976, Jakarta, Erlangga
yang menunjukkan bahwa terdapat hu Suandy,Erly,2005,” Hukum Pajak “ , Jakarta,
bungan yang kuat sekali dan positif. Salemba Empat.
Analisis determinasi menghasilkan Sugiyono, 2005,”Metode Penelitian
Kd=95,3% artinya modernisasi admi Administrasi”,Bandung,CV.Alfabeta.
26 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015
JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 7 (2), 2015, 13-28
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE - 19/PJ/2007 tentang
“Persiapan Penerapan Sistem
Administrasi Perpajakan Modern Pada
Kantor Wilayah DJP Dan Pembentukan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di
Seluruh Indonesia Tahun 2007-2008”.
Umar,Husein,2001,” Metode Riset Bisnis”,
Jakarta, PT.Gramedia.
Undang-Undang Pajak No.16 Tahun 2009,
”Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan”
Undang-Undang Pajak No.36 Tahun 2008,
”Pajak Penghasilan”
Utomo, Dwiarso, 2011,”Perpajakan Aplikasi
dan terapannya” Yogyakarta,Andi
Waluyo,2007,” Perpajakan Indone sia”,
Jakarta,Salemba.
Widodo,Widi, 2010,” Moralitas, Budaya dan
Kepatuhan Wajib Pajak”, Bandung,
Alfabeta
27 | Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol.7 | No.2 | 2015