[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (0 votes)
57 views10 pages

Jurnak Akuntansi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 10

ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENERAPKAN STANDAR

AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL BERDASARKAN


PERMENDAGRI NOMOR 64 TAHUN 2013 PADA BADAN PENGELOLA
KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA KENDARI

Oleh
Dian Rezki Erdiansyah
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara

ABSTRACT
This study aimed to analyze the readiness of Financial Management Board and
the Regional Asset (BPKAD) of Kendari in implementing the Government Accounting
Standards (SAP) Accrual Based by Permendagri No.64/2013 seen from several
indicators such Readiness Human Resources and Information Systems. Type of
research is descriptive qualitative research. The research was conducted by taking
object on the Financial Management Board and Asset of Kendari. The type of data
used in this study is primary data. Methods of data analysis using qualitative
descriptive analysis. Data collection techniques in this study were interviews and
observation.
The results showed that the Financial Management Board and the Regional
Asset (BPKAD) of Kendari in implementing the Accrual Based Government Accounting
Standards were quite prepared seen from the indicators Readiness Human Resources
and Information Systems. This is supported by many employees who have educational
background of accountancy and the technical assistance that has been carried out to
the employee BPKAD of Kendari in operating SIMDA applications that are now accrual-
based.

Keywords: Readiness, Government Accounting Standards, Accrual Basis,


Human Resources, and Information Systems

I. PENDAHULUAN
Reformasi pengelolaan keuangan negara masih terus dilakukan secara
berkelanjutan. Salah satu bentuk usaha berkelanjutan tersebut adalah dengan
menetapkan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis akrual yang ditetapkan dalam
bentuk Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Sebagai pengganti dari Peraturan
Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Adanya penetapan PP No. 71 Tahun 2010 mempunyai landasan hukum.
Artinya, bahwa pemerintah mempunyai kewajiban untuk dapat segera menerapkan
SAP yang baru yaitu SAP berbasis akrual harus dilaksanakan selambat-lambatnya
tahun 2015.
Hal tersebut kemudian dituangkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual Pada Pemerintah Daerah.
Beberapa negara yang terlebih dahulu telah menerapkan sistem akuntansi
berbasis akrual memiliki kendala-kendala atau hambatan pada awal penerapan
standar akuntansi berbasis akrual. Di Negara Malaysia misalnya, seperti di banyak
Negara berkembang, terdapat kendala berupa kurangnya tenaga akuntan yang
profesional dan berkualitas. Pemerintah Malaysia belum memberikan insentif bagi staf

Jurnal Akuntansi (JAk) 30


akuntansinya. Insentif ini meliputi biaya tahunan dan beasiswa bagi akuntan
pemerintah untuk mengikuti kursus yang mengarah pada kualifikasi akuntansi
profesional (Saleh and Pendlebury, 2006). Berbeda dengan Negara Malaysia, di
Negara Estonia telah ada kualifikasi pelatihan untuk para akuntan. Pada pulau Fiji ada
terlalu banyak ketergantungan pada konsultan internasional sehingga menyebabkan
membengkaknya biaya. Rendahnya keterampilan dasar akuntan publik juga menjadi
salah satu hambatan dalam penerapan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual
di Fiji (Geoffrey Tickell, 2010).
Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual di pemerintahan memang
menyajikan tantangan baru, untuk itu agar proses penerapannya dapat berjalan
dengan baik perlu dukungan dari sumber daya manusia yang meliputi pembuat dan
pengguna informasi keuangan,sarana dan prasarana serta sistem informasi yang ada
di pemerintahan. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota
Kendari yang berkewajiban untuk menyusun laporan keuangan diharapkan agar siap
dan dapat mengatasi berbagai kendala dalam penerapan basis akrual.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut: “Bagaimana kesiapan Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (BPKAD) Kota Kendari dalam menerapkan Basis Akrual berdasarkan
Permendagri No. 64 Tahun 2013?”. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui
dan menganalisis Kesiapan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
Kota Kendari dalam menerapkan akrual basis berdasarkan Permendagri No. 64
Tahun 2013.

II. KAJIAN TEORI


1. Standar Akuntansi Pemerintahan
Standar Akuntansi Pemeritahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan
demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam
upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Dengan
ditetapkannya PP SAP, maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah memiliki
suatu pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. Hal ini menandai dimulainya suatu
era baru dalam pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD dalam rangka
memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas.
SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik di pemerintah pusat dan
kementerian-kementeriannya maupun di pemerintah daerah (pemda) dan dinas-
dinasnya. Penerapan SAP diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas
pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan daerah. Ini berarti informasi keuangan
pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintahan dan
juga terwujudnya transparansi, serta akuntabilitas.

2. Akuntansi Berbasis Akrual


Menurut Bastian (2009:123) Akuntansi akrual mengakui dan mencatat transaksi
dan kejadian keuangan pada saat terjadi atau pada saat perolehan. Sedangkan Khan
dan Mayes (2009:3) mengartikan akuntansi akrual sebagai metodologi dalam
akuntansi dimana transaksi diakui berdasarkan aktivitas ekonomi bukan pada saat kas
diterima atau dikeluarkan. Mengikuti metode ini, maka pendapatan akan diterima ketika
pekerjaan telah diselesaikan dan beban akan diakui sebagai utang ketika sumber daya
telah digunakan.
Basis akrual menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh
arus sumber daya dicatat,termasuk transaksi internal dan arus ekonomi lainnya.

Jurnal Akuntansi (JAk) 31


Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan
untuk mengatasi ketidak cukupan basis kas untuk memberikan data yang lebih akurat.

3. Perkembangan Akuntansi Pada Pemerintahan Daerah


Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan reformasi
pengelolaan keuangan Negara, telah menerapkan sistem pencatatan single entry.
Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan Negara baik pada pemerintah
pusat maupun pada pemerintah daerah, terutama dengan ditetapkannya Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 khususnya pada pasal 30,31 dan 32. Laporan
keuangan yang dimaksud setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi APBN dan APBD,
neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan
tersebut disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Penetapan Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara. Pada Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa akuntansi keuangan
diselenggarkan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Sedangkan untuk
pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara juga telah
ditetapkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Guna membentuk KSAP telah dikeluarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan dan telah diubah dengan keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2005. Pemerintah melalui KSAP pada tangga 22
oktober 2010 mengeluarkan peraturan pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang
standar akuntansi pemerintahan Berbasis Akrual.

4. Pengertian Kesiapan
Wiyono dalam Azwan (2015:18) mendefinisikan kesiapan (readiness) sebagai
penanda kognitif terhadap perilaku dari penolakan atau dukungan terhadap upaya
perubahan. Sedangkan definisi kesiapan untuk berubah adalah sikap komprehensif
yang memengaruhi secara berkelanjutan oleh isi (contoh: apa yang sedang berubah),
proses (contoh: bagaimana perubahan diimplementasikan), konteks (contoh: keadaan
yang berada pada saat perubahan terjadi), dan individu (contoh: karakteristik dari
mereka yang diminta untuk berubah) melibatkan dan secara kolektif merefleksikan
keluasan terhadap individu atau sekumpulan individu sebagai kenaikan secara kognitif
dan secara emosional untuk menerima, menyetujui, dan mengadopsi sebuah rencana
khusus yang bermaksud untuk mengubah status quo.

5. Kesiapan Sumber Daya Manusia


Menurut Hasibuan (2003:3), sumber daya manusia adalah semua manusia
yang terlibat di dalam suatu organisasi dalam mengupayakan terwujudnya tujuan
organisasi tersebut.
Sumber Daya Manusia adalah semua manusia yang terlibat dalam pembuatan
laporan keuangan daerah. SDM yang berkualitas harus mampu menghasilkan laporan
keuangan sesuai dengan aturan yang berlaku. Azwan (2015:19), dari segi kesiapan
SDM terdapat beberapa indikator yang harus dipertimbangkan baik dari segi internal
maupun eksternal. Dari segi internal adalah sebagai berikut:
a. Integritas adalah suatu konsep yang menunjukkan konsistensi antara tindakan
dengan nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan
kebenaran dari tindakan seseorang.

Jurnal Akuntansi (JAk) 32


b. Kompetensi berarti pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
dituntut oleh jabatan tertentu. Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak.
c. Loyalitas berarti mengikuti dengan patuh dan setia terhadap seseorang atau
sistem/peraturan. Istilah loyalitas ini sering didefinisikan bahwa seseorang akan
disebut loyal atau memiliki loyalitas yang tinggi jika mau mengikuti apa yang
diperintahkan atau yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Adapun faktor-faktor yang dipengaruhi dari segi eksternal adalah sebagai berikut:
1. Reward adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu yang
diberikan, baik oleh dan dari perorangan ataupun suatu lembaga yang biasanya
diberikan dalam bentuk material atau ucapan. Dalam organisasi ada istilah insentif,
yang merupakan suatu penghargaan dalam bentuk materil atau non material yang
diberikan oleh pihak pimpinan organisasi perusahaan kepada karyawan agar
mereka bekerja dengan menjadikan modal motivasi dan berprestasi dalam
mencapai tujuan-tujuan perusahaan atau organisasi.
2. Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Budaya Organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya.
Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung
tinggi oleh organisasi.

6. Kesiapan Sistem Informasi


Menurut Mukhtar (2002:2), sistem adalah suatu entitas yang terdiri dari dua
atau lebih komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sistem yang
relevan dengan tugas akuntansi adalah computer based system, yang dapat diartikan
integrasinya peralatan, program, data, dan prosedur untuk menjalankan satu tugas
pada suatu komputer. Kesuksesan suatu sistem membutuhkan tujuan-tujuan yang
terdefinisikan. Suatu sistem dengan tujuan tertentu akan menyelesaikan lebih banyak
untuk suatu organisasi, daripada sistem tanpa tujuan, sedikit tujuan, atau tujuan yang
ambisius.
Azwan (2015:21), dari sisi kesiapan sistem informasi terdapat beberapa faktor
yang menjadi indikator yaitu sebagai berikut:
1. Sistem Informasi Manajemen adalah sistem informasi yang merupakan bagian dari
pengendalian internal suatu instansi pemerintahan maupun swasta meliputi
pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi dan prosedur yang biasa digunakan
untuk pemecahan masalah suatu instansi.
2. Perangkat Lunak SAP adalah sistem yang bisa digunakan di dalam meningkatkan
kinerja agar lebih efektif dan efisien. Perangkat lunak SAP yang tersedia hendaklah
implementasi khususnya tanpa adanya frekuensi perubahan yang berulang kali.
3. Pelatihan dan pendampingan Sistem yang dimaksud adalah sebuah proses, cara
melatih seseorang didalam melaksanakan sesuatu. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah pelatihan dan pendampingan Instansi pemerintah didalam operasionalisasi
sistem sehingga bisa diberlakukan dengan sebaiknya.

7. Peneliti Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai perbandingan dalam penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Azwan (2015) dengan judul: Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual : Sebuah Analisis Deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Kesiapan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang

Jurnal Akuntansi (JAk) 33


yang diindikasikan dengan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Ketersediaan
Teknologi Informasi dikategorikan siap. Dari 6 indikator yang digunakan untuk menilai
kualitas sumber daya manusia di dalam menerapkan Full akrual, indikator loyalitas
memperoleh hasil yang terendah sedangkan dari segi ketersediaan sistem informasi
memiliki 3 indikator sistem informasi manajemen memperoleh hasil terendah.
Diana Tien Irafahmi pada tahun 2005, dengan judul penelitian menuju
penerapan sistem akuntansi keuangan daerah yang baru, juga bisa dijadikan
perbandingan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui penerapan sistem akuntansi
keuangan daerah pada Bagian Keuangan Pemerintah Kabupaten Pacitan dan
kendala-kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan menuju
penerapan sistem akuntansi keuangan daerah yang baru.
Penelitian lainnya juga yang dijadikan bahan perbandingan dalam penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2013), dengan judul analisis kesiapan
pemerintah dalam menerapkan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual
Pemerintahan Kabupaten jember. Hasil penelitian menunjukkan Kesiapan Pemda
Kabupaten Jember dilihat dari parameter integritas adalah kategori siap dan untuk
kesiapan SDM, kesiapan sistem informasi dan sarana prasarana adalah kategori
cukup siap.

8. Kerangka Pikir
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Kendari merupakan salah
satu badan yang ada di Kota Kendari yang pada akhirnya akan menerapkan standar
akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual
di pemerintahan menyajikan tantangan baru, untuk itu agar proses penerapannya
dapat berjalan dengan baik perlu dukungan dari sumber daya manusia yang meliputi
pembuat dan pengguna informasi keuangan, sarana dan prasarana sistem informasi
yang ada di pemerintahan.
Skema 1. Paradigma Penelitian

Kesiapan Pemerintah Daerah


Penerapan SAP Berbasis Akrual
1. Kesiapan Sumber Daya
Manusia Permendagri Nomor 64 Tahun 2013
2. Kesiapan Sistem Informasi

III. METODE PENELITIAN


Objek dari penelitian ini adalah Kesiapan Pemerintah Daerah dalam menerapkan
Standar Akuntansi Berbasis Akrual pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kota Kendari. Jenis data dalam penelitian ini adalah Data Kualitatif yang berupa uraian
penjelasan dari wawancara yang akan di lakukan kepada pihak yang terkait dengan
penelitian ini, atau observasi langsung di tempat pengamatan. Metode pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah : (1) Metode wawancara, yaitu percakapan dengan
maksud tertentu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan yang terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2012:186). (2) Metode observasi yang digunakan dengan maksud untuk
mengamati dan mencatat gejala yang tampak pada obyek penelitian pada saat
keadaan atau situasi yang alami atau sebenarnya sedang berlangsung. Hal ini
dimaksudkan agar diperoleh data yang lebih mendekati kebenaran yaitu dengan
membandingkan hasil wawancara dengan keadaan yang sebenarnya. Metode analisis
data yang digunakan adalah metode Analisis Deskriptif, yaitu metode yang melihat dan
menggambarkan keadaan secara sistematis, aktual, dan akurat dengan cara

Jurnal Akuntansi (JAk) 34


mengumpulkan data berdasarkan fakta-fakta yang nampak, sehingga di peroleh
gambaran yang jelas atas objek yang diteliti agar dapat diambil suatu kesimpulan.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Penelitian
Berdasarkan latar belakang, maka akan di sajikan hasil penelitian melalui
wawancara langsung dengan informan kunci yang telah dipilih, informan tersebut
adalah pegawai/staf yang ada pada Bidang Akuntansi Badan Pengelola Keuangan dan
Aset Daerah (BPKAD) Kota Kendari. Hal ini untuk menjamin validitas informasi yang
disampaikan.
Berdasarkan data wawancara, dan observasi langsung yang diperoleh, maka
dilakukan organisasi data yaitu kategorisasi dan koding berdasarkan pertanyaan
penelitian. Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama yaitu “Kesiapan Sumber
Daya Manusia dalam menerapkan SAP Berbasis Akrual berdasarkan Permendagri
Nomor 64 Tahun 2013”, ditemukan 6 (enam) tema yaitu dilihat dari segi Internal
diantaranya Integritas, Kompetensi, Loyalitas dan dari segi Eksternal diantaranya
Reward, Motivasi, dan Budaya Organisasi. Hasil analisis data ditunjukkan dalam tabel
1 berikut ini.
Tabel 1 Analisis Data untuk Pertanyaan Penelitian Pertama
Triangulasi
Kode Tema yang
Informasi yang disampaikan Data-data
wawanca ditemukan
(dari hasil wawancara) lain
ra
Diperlukannya kejujuran dalam
KAA
pelaporan laporan keuangan daerah
Tingkat kejujuran pegawai/staf BPKAD
KAA
Kota Kendari yang sudah baik
Pentingnya kejujuran dalam mencapai
KAB Observasi Integritas
tujuan kerja
Tingkat ketegasan dan kebijaksanaan
pimpinan dalam menjalankan tugas dan KAD
tanggungjawabnya
Pegawai yang berlatar belakang
pendidikan akuntansi sudah memadai KAA
dan cukup berkompetensi
Masih membutuhkan training tentang Observasi Kompetensi
KAB
akuntansi berbasis akrual
Masih kurang memahami akuntansi
KAC
berbasis akrual
Pegawai yang loyal dalam mengikuti
KAB Observasi Loyalitas
komitmen dan arahan pimpinan
Apresiasi yang selalu diberikan kepada
pegawai yang tepat waktu KAC
menyelesaikan laporan Observasi Reward
Belum maksimalnya penerapan Reward KAD
dalam hal lain
Memiliki dorongan untuk
mengoptimalkan hasil kinerja dengan KAA Observasi Motivasi
mencari informasi terbaru

Jurnal Akuntansi (JAk) 35


Tatanan ruangan yang belum
memberikan kenyamanan penuh bagi Budaya
pegawai dalam bekerja KAB Observasi
Organisasi
Adanya Komunikasi yang baik antara
pimpinan dan bawahan
Pimpinan yang tegas, jujur, dan Budaya
KAD Observasi
berwibawa sehingga menjadi panutan Organisasi
bagi bawahannya
Sumber: data primer diolah tahun 2015

Keterangan : Kode wawancara (Inisial responden)


KAA (Kepala Bidang Akuntansi dan Pelaporan )
KAB (Kepala Sub Bidang Akuntansi)
KAC (Kepala Sub Bidang Kas Daerah)
KAD (Salah satu staf di BPKAD Kota Kendari)
Berdasarkan data wawancara, dan observasi langsung yang diperoleh, maka
dilakukan organisasi data yaitu kategorisasi dan koding berdasarkan pertanyaan
penelitian. Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kedua “Indikator Kesiapan
Sistem Informasi dalam Menerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
berdasarkan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 pada BPKAD Kota Kendari, maka
ditemukan 3 (tiga) tema yaitu Sistem Informasi Manajemen, Perangkat Lunak, serta
Pelatihan dan Pendampingan. Hasil analisis data ditunjukkan dalam tabel 2 sebagai
berikut.
Tabel 2 Analisis Data untuk Pertanyaan Penelitian Kedua
Triangulasi
Tema yang
Informasi yang disampaikan Kode Data-data
ditemukan
(dari hasil wawancara) wawancara lain
Mempunyai program pelaksanaan
Observas Sistem Informasi
kegiatan yang di tuangkan dalam KAA
i Manajemen
Rencana Kegiatan
Adanya dukungan dari aplikasi
SIMDA yang memudahkan dalam Observas
KAB Perangkat Lunak
pengaplikasian akuntansi berbasis i
akrual
Sudah di adakannya bimbingan
Observas
teknologi untuk pengoperasian KAB Perangkat Lunak
i
SIMDA
Adanya pendampingan dari BPKP Observas Pelatihan dan
dalam pengoperasian SIMDA KAB
i Pendampingan
Sumber : Data primer diolah Tahun 2015

2. Pembahasan
Kesiapan pemerintah daerah dalam menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual Berdasarkan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 pada Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Kendari.
a. Kesiapan SDM dilihat dari segi Internal
1. Integritas
Hasil wawancara, dapat dilihat bahwa dari segi integritas penilaian kesiapan
BPKAD dalam pelaksanaan SAP berbasis akrual sudah cukup baik. Hal ini dapat
dilihat dari ungkapan pegawai BPKAD yang menyatakan bahwa kejujuran sangat

Jurnal Akuntansi (JAk) 36


diperlukan dalam pelaporan keuangan dan kami juga memiliki pemimpin yang tegas
dan bijaksana dalam hal pengambilan kebijakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil LKPD
pemerintah Kota Kendari tahun anggaran 2014 yang mendapat opini WTP, bahkan
mendapatkan penilaian tertinggi dan terbaik.
2. Kompetensi
Hasil wawancara, pegawai BPKAD belum sepenuhnya berlatar belakang
akuntansi, sehingga menyebabkan pemahaman akan akuntansi akrual masih perlu
untuk mendapat bimtek dan pendampingan. Meskipun demikian dalam
menghadapi kendala tersebut, BPKAD di bantu oleh aplikasi SIMDA yang
memudahkan mereka dalam menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual dimana
setiap tahunnya selalu dilakukan bimtek dalam pengoperasian aplikasi tersebut oleh
BPKP. Dalam hal ini, meskipun memiliki kendala dalam menerapkan SAP berbasis
akrual, dengan dibantu aplikasi SIMDA yang dapat memudahkan mereka dalam
melakukan pelaporan keuangan berbasis akrual, bisa dikatakan bahwa BPKAD cukup
siap.
3. Loyalitas
Hasil wawancara dapat dilihat bahwa tingkat loyalitas pegawai BPKAD sudah sangat
baik, dimana para pegawai selalu mendukung komitmen dari pimpinan terlebih lagi
dalam sistem pelaporan keuangan. Para pegawai juga selalu mengikuti arahan dari
pimpinan dalam sistem pencatatannya.

b. Kesiapan SDM dilihat dari segi eksternal


1. Reward
Pemberian reward, di BPKAD Kota Kendari belum maksimal melaksanakannya,
bahkan bisa dibilang tidak ada reward. Padahal hal ini bisa memberikan dorongan
yang lebih untuk memotivasi para pegawai, agar bisa mendapatkan hasil kerja
pegawai yang maksimal. Hal ini akan mempengaruhi kinerja pegawai terlebih lagi
dalam sistem pelaporan keuangan yang membutuhkan dorongan dan semangat dalam
penyelesaiannya.
2. Motivasi
Hasil wawancara, menunjukkan bahwa para pegawai memiliki dorongan untuk selalu
mengikuti pelatihan dalam penyusunan laporan keuangan berbasis akrual yang
dibantu dengan aplikasi SIMDA dan juga setiap ada informasi terbaru tentang
akuntansi berbasis akrual, mereka selalu mengupdate informasi tersebut. Dengan
dibantu aplikasi SIMDA pula, tujuan Transparansi, Akuntabel, dan Sistematis dapat
dicapai dengan baik.
3. Budaya Organisasi
Hasil wawancara, pada bagian akuntansi di BPKAD dalam mendukung hasil kerja yang
optimal di bidang keuangan dengan menggunakan SAP sudah di dukung dengan
lingkungan kerja yang baik. Hal ini dapat terlihat dari penataan ruangan yang tertata
rapi sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pegawai dalam bekerja, selalu ada
komunikasi saling berbagi kendala yang di hadapi dan mencari solusi bersama. Selain
itu juga BPKAD di dukung oleh figur pimpinan yang menjadi panutan bagi mereka.

b. Kesiapan Sistem Informasi Manajemen


Hasil wawancara, sistem manajemen informasi yang ada di BPKAD sudah sangat
baik, karena BPKAD mempunyai program pelaksanaan kegiatan yang dituangkan
dalam rencana jangka panjang, rencana jangka menengah, dan rencana jangka
pendek dengan transparansi, akuntabilitas dalam bidang keuangan. Dari visi misi yang
telah ada, sudah dituangkan dalam program-program dan kegiatan-kegiatan yang
sudah dituangkan pada Rencana Kinerja. Sistem informasi di BPKAD sendiri sudah

Jurnal Akuntansi (JAk) 37


dilaksanakan secara cermat, tepat dan akurat sehingga dapat mencapai tujuan
organisasinya dengan baik yang itu transparansi, akuntabel, dan sistematis.
1. Sistem Informasi Manajemen
Hasil wawancara, dapat dilihat bahwa untuk menilai kesiapan BPKAD, sudah didukung
dengan aplikasi SIMDA yang saat ini sudah akrual dan otomatis sehingga memberikan
kontribusi positif terhadap kinerjanya, selain itu juga dengan adanya aplikasi ini,
kendala yang dihadapi dari segi kompetensi SDM dalam penerapan SAP berbasis
akrual dapat diatasi.
2. Perangkat Lunak
Perangkat Lunak didefenisikan sebagai sistem yang bisa digunakan dalam
meningkatkan kinerja agar lebih efektif dan efisien. Perangkat lunak SAP yang tersedia
hendaknya bersifat implementatif tanpa ada frekuensi perubahan yang berulang kali.
Hasil wawancara, dapat dilihat bahwa untuk menilai kesiapan BPKAD, sudah didukung
dengan aplikasi SIMDA yang saat ini sudah akrual dan otomatis sehingga memberikan
kontribusi positif terhadap kinerjanya, selain itu juga dengan adanya aplikasi ini,
kendala yang dihadapi dari segi kompetensi SDM dalam penerapan SAP berbasis
akrual dapat diatasi.
3. Pelatihan dan Pendampingan
Hasil wawancara dapat diketahui bahwa BPKAD telah didukung oleh pelatihan dan
pendampingan dalam peningkatan kualitas pemangku pelaksana sistem perangkat
lunak SAP. Dimana BPKAD setiap tahun telah mengadakan bimtek untuk operator
SIMDA dari pengembang langsung yaitu BPKP.
BPKAD Kota Kendari setidaknya melakukan minimal dua kali bimbingan teknologi
dalam setahun, yang tentu saja di damping oleh BPKP. Apalagi jika ada update terbaru
mengenai SIMDA, maka pasti akan segera di lakukan bimtek untuk
mensosialisasikannya kepada seluruh pegawai.

V. Kesimpulan dan Saran


Hasil analisis terhadap kondisi yang dijumpai dalam penelitian seperti yang dibahas
dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan Bahwa Badan Pengelola Keuangan
dan Aset Daerah Kota Kendari cukup siap dalam menerapkan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual Berdasarkan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013. Ini
bisa di lihat dari kesiapan SDM dan Sistem Informasinya.
Saran: (1) Bagi peneliti lain. Peneliti lain juga dapat melanjutkan penelitian ini
dengan menambahkan faktor lain dalam menilai kesiapan pemerintah dalam
menerapkian SAP berbasis Akrual seperti Kesiapan Sarana dan Prasarana yang ada.
(2) Bagi BPKAD, pelaksanaan SAP berbasis akrual pada BPKAD Kota Kendari sudah
berjalan cukup baik, namun untuk hasil yang lebih baik, perlu kiranya BPKAD Kota
Kendari memberikan pelatihan yang lebih lagi terkait dengan kompetensi mengenai
SAP berbasis akrual tersebut agar bisa menambah pengetahuan dan pemahaman
kepada pegawai dalam melakukan penyusunan laporan keuangan berbasis akrual dan
sehingga bisa meminimalisir segala kesalahan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Azwan, Mohammad Man. 2015. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual: Sebuah Analisis Deskriptif. Skripsi diterbitkan. Makassar: Program Strata 1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

Jurnal Akuntansi (JAk) 38


Baldric, Siregar dan Bonni Siregar. 2001. Akuntansi Pemerintahan Dengan Sistem
Dana. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi.
Bastian, I. 2009. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Bodnar, George H, dan William S. Hopwood. 2002. Sistem Informasi. Akuntansi, Buku
1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Halim, A. dan Syam, M. 2011. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Indriantoro, Nur. dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Indeks.
Jogiyanto, HM. 2005. Analisis dan Desain Informasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Khan, A. dan Mayes, S. 2009. Transition to Accrual Accounting,
(https://www.imf.org/external/pubs/ft/tnm/2009/tnm0902.pdf) diakses tanggal 02
Maret 2015
Kieso, Donald E. Dkk. 2002. Akuntansi Intermediate, Edisi Kesepuluh, Jilid 1.
Terjemahan oleh Emil Salim. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. 2010. Implementasi Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah. Makalah disajikan dalam
Seminar Pentahapan Implementasi SAP Akrual Pemda. Jakarta, 25 Maret.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI.
Mukhtar, A.M. 2002. Audit Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek
Aplikasi Bisnis. Edisi ke-1. Yogyakarta: Andi Offset.
Mulyana, Budi. 2009. Penggunaan Akuntansi Akrual di Negara-negara Lain: Tren di
Negara-negara Anggota OECD.
(http://sutaryofe.staff.uns.ac.id/files/2011/10/Akuntansi-berbasis-akrual.pdf). Diakses
tanggal 8 April 2015
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. 2005. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. 2010. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah.
Kusuma, Ririz Setiawati. 2013. Analisis Kesiapan Pemerintah Daerah Dalam
Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual. Skripsi diterbitkan.
Jember: Program Strata 1 Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Saleh, Z. dan Pendlebury M.W. 2002. Accruals Accounting in Government-
Developments in Malaysia. Asia Pacific Business Review, 12 (4): 421-435.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Tickell, Geoffrey. 2010. Cash to Accrual Accounting: One Nations Delemma.
International Business & Economics Research Journal, 9 (11): 71-77.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Jurnal Akuntansi (JAk) 39

You might also like