[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (0 votes)
53 views35 pages

Bab Ii Tinjauan Pustaka: Diastole

The document provides an overview of hypertension including: 1. Definitions of hypertension and its classifications according to JNC 7 and JPC-V AS. 2. The types of hypertension are primary, secondary, and pregnancy-induced. 3. Risk factors and causes of hypertension include genetics, obesity, stress, smoking, alcohol, medications, age, sex, race, lifestyle and vasoconstriction from the sympathetic nervous system. 4. The pathophysiology involves stimulation of the sympathetic nervous system which causes vasoconstriction and increased cardiac output.

Uploaded by

Irwan Darmawan
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
53 views35 pages

Bab Ii Tinjauan Pustaka: Diastole

The document provides an overview of hypertension including: 1. Definitions of hypertension and its classifications according to JNC 7 and JPC-V AS. 2. The types of hypertension are primary, secondary, and pregnancy-induced. 3. Risk factors and causes of hypertension include genetics, obesity, stress, smoking, alcohol, medications, age, sex, race, lifestyle and vasoconstriction from the sympathetic nervous system. 4. The pathophysiology involves stimulation of the sympathetic nervous system which causes vasoconstriction and increased cardiac output.

Uploaded by

Irwan Darmawan
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan systole dan

diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal

(tekanansystole di atas 140 MmHg dan tekanan darah diastole di atas

90 MmHg). (Arita Murwani, 2011).

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan

peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian

(mortalitas). (Kushariyadi, 2008 dalam Aspiani, 2015)

Jadi, dapat disimpulkan hipertensi adalah suatu kondisi dimana

terdapat peningkatan tekanan darah yang melebihi batas normal (120

/80 MmHg) yang dapat mengakibatkan risiko morbiditas dan mortalitas.

2. Klasifikasi
Menurut (Asikin, dkk, 2016) berdasarkan The Joint National

Commitee On Detection Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure 7 ( JNC 7 ). Klasifikai hipertensi terdiri dari :


Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi

Sumber : Asikin. Dkk (2016)

Kategori Sistolik ( MmHg ) Diastolik ( MmHg )

Normal < 120 < 80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stadium 1 140-159 90-99

Hipertensi stadium 2 ≥ 160 ≥100

Klasifikasi hipertensi menurut JPC-V AS terdiri dari :

(Dalaimartha & wijaya, 2004 dalam Aspiani, 2015)

Tabel 2.2 klasifikasi hipertensi

Sumber : Dalaimartha & wijaya (2004) dalam Aspiani (2015)

No. Kriteria Sistolik Diastolik

1. Normal < 130 < 85

2. Perbatasan ( high normal ) 130-139 85-89

3. Hipertensi

Derajat 1 : ringan 140-159 90-99

Derajat 2 : sedang 160-179 100-109

Derajat 3 : berat 180-209 110-119

Derajat 4 : sangat berat ≥ 210 ≥ 120


3. Jenis Hipertensi

a. Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui

penyebabnya. Diderita oleh sekitar 95% orang. Oleh sebab itu,

penelitian dan pengobatan lebih ditujukan bagi penderita esensial.

Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh faktor berikut ini :

1) Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika

orang tuanya adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi

adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah

meningkat), jenis kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan),

dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya

hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 g),

kegemukan atau makan berlebihan, stres, merokok, minum

alkohol, minum obat-obatan (efedrin, prednison, epinefrin)


b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas.

Penyebab hipertensi sekunder antara lain :

1) Hipertensi vaskular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri

renalis.

Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis.

Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal

sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan

pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin

II secara langsung meningkatkan tekanan darah, dan secara

tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan

reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada

stenosis atau apabila ginjal yang terkena diangkat, tekanan

darah akan kembali ke normal.

2) Feokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar

adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut

jantung dan volume sekuncup.

3) Penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume

sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena

hipersensitivitas sistem saraf simpatis aldosteronisme primer

(peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebabnya) dan


hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga

dianggap sebagai kontrasepsi sekunder.

c. Hipertensi akibat kehamilan

Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional

adalah jenis hipertensi sekunder. Hipertensi gestasional adalah

peningkatan tekanan darah (≥ 140 MmHg pada sistolik dan ≥ 90

MmHg pada diastolik) terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu

pada wanita non-hipertensi dan membaik dalam 12 minggu

pascapartum. Hipertensi jenis ini tampaknya terjadi akibat

kombinasi (Aspiani, 2015)dan peningkatan curah jantung dan

peningkatan total peripheral komresistance (TPR). Jika hipertensi

terjadi setelah 12 minggu pascapartum, atau telah ada sebelum

kehamilan 20 minggu, masuk kedalam kategori hipertensi kronik.

Pada preeklampsia, tekanan darah tinggi disertai dengan

proteinuria (dari dalam urin setidaknya 0,3 protein dalm 24 jam).

Preeklampsia biasanya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu

dan dihubungkan dengan penurunan aliran darah plasenta dan

pelepasan mediator kimiawi yang dapat menyebabkan disfungsi sel

endotel vaskular di seluruh tubuh. Kondisi ini merupakan gangguan

yang sangat serius, seperti halnya preeclampsia superimposed

pada hipertensi kronis. (Aspiani, 2015)


4. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang

spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung

atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang

mempengaruh terjadinya hipertensi :

a. Genetik : respons neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi

atau transpor Na.

b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

c. Stres karena lingkungan

d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua

serta pelebaran pembuluh darah.

Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan

terjadinya perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup

jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa

darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan meningkatkan

resistensi pembuluh darah perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan

jantung memompa darah menurun 1% tiap tahun sehingga

menyebabkan menurunya kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh

darah menghilang karena terjadi kurangnya efektifitas pembuluh darah

perifer untuk oksigenasi. (Aspiani, 2015)


Menurut (Asikin,dkk, 2016) penyebab hipertensi yaitu :

a. Usia

Pengidap hipertensi yang berusia lebih dari 35 tahun meningkatkan

insidensi penyakit arteri dan kematian prematur.

b. Jenis kelamin

Insidensi terjadinya hipertensi pada pria umumnya lebih tinggi

dibandingkan dengan wanita. Namun, kejadian hipertensi pada

wanita mulai meningkat pada usia paruh baya, sehingga pada usia

di atas 65 tahun insidensi pada wanita lebih tinggi.

c. Ras

Hipertensi pada orang yang berkulit hitam lebih sedikit dua kalinya

dibandingkan dengan orang yang berkulit putih.

d. Pola hidup

Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah, dan kehidupan atau

pekerjaan yang penuh stres berhubungan dengan kejadian

hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor

resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor risiko tinggi bagi

pengidap hipertensi dan penyakit arteri koroner.

Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia merupakan faktor utama

dalam perkembangan aterosklerosis yang berhubungan dengan

hipertensi.
5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor pada medula ditolak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-

ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf

pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepasknnya

norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor,

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan

hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula

adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks

adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstiktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan

pelepasan renin.
Renis yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat,

yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks

adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskular. Semua faktor

tersebut cenderung mencetuskan hipertensi. (Brunner & Suddarth, 2015

dalam Aspiani, 2015)

6. Manifestasi klinis

Pengidap hipertensi menunjukan adanya sejumlah tanda dan

gejala, namun ada juga yang tanpa gejala. Hal ini menyebabkan

hipertensi dapat terjadi secara berkelanjutan.

Menurut (Asikin, Nuralamsyah, & Sulsadi, 2016)

a. Tidak ada gejala

Hipertensi biasanya tidak akan menimbulkan gejala. Namun, akan

menimbulkan gejala setelah terjadi kerusakan organ, misalnya :

jantung, ginjal, otak, dan mata

b. Gejala yang sering kali terjadi

Nyeri kepala, pusing / migrain, rasa berat ditengkuk, sulit untuk

tidur, lemah dan lelah.


Menurut (Crowin,2000 dalam Aspiani, 2015) gejala hipertensi

terdiri dari :

Menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah

mengalami hipertensi bertahun – tahun berupa :

a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual danmuntah,

akibat peningkatan tekanan darah intrakranial

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan

saraf pusat

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerolus

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

7. Pemeriksaan penunjang

Menurut (Manurung, 2016) terdiri dari :

a. Pemeriksaan darah dan elektrolit

b. EKG

c. Foto dada

d. CT scan

e. Pemeriksaan urinn
Menurut (Aspiani, 2015) terdiri dari :

a. Laboratorium

1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkrim ginjal

2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena

parenkrim ginjal dengan gagal ginjal akut

3) Darah perifer lengkap

4) Kimia darah ( kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa )

b. EKG

1) Hipertrofi ventrikel kiri

2) Iskemia atau infark miokard

3) Peninggian gelombang P

4) Gangguan konduksi

c. Foto Rontgen

1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi

aorta

2) Pembendungan, lebarnya paru

3) Hipertrofi parenkrim ginjal

4) Hipertrofi vaskular ginjal

Menurut (Murwani, Perawatan Pasien Penyakit Dalam , 2011)

terdiri dari :

a. Mengukur tekanan darah, pada kedua tangan ketika pasien

terlentang dan tegak setiap satu sampai dua jam sekali


b. Mengukur berat badan, tinggi badan (BB ideal, gemuk, dan

obesitas)

c. Pemeriksaan khusus :

1) Jantung (pada gagal jantung kanan terjadi oedema perifer,

sesak nafas)

2) ECG

3) Foto Thorax

4) Echokardiogram

5) Pada mata fundur copy (pembuluh darah pada retina menjadi

tipis)

d. Pemeriksaan darah :

Kolesterol, Uric Acid, gula darah, creatinin, ureum, clerance,

triglistrida, elektrolit.

e. Pemeriksaan IVP

8. Penatalaksanaan

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah

menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta

morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan

mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 MmHg dan tekanan

darah diastolik di bawah 90 MmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini

dapat di capai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat

antihipertensi ( Mansjoer, 2002 dalam Aspiani, 2015)


Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara

non-farmakologis, antara lain :

a. Pengaturan diet

Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat dan /

atau dengan obat – obatan yang menurunkan gejala gagal jantung

dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.

Beberapa diet yang dianjurkan :

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan

darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi

garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin – angiotensin

sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah

asupan natrium yang dianjurkan 50 – 100 mmol atau setara

dengan 3 – 6 gram garam per hari.

2) Diet tinggi kslium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi

mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara

intravenadapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya

dimediasi oleh oksida nitrat pada dinding vaskular.

3) Diet kaya buah dan sayur

4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung

koroner
b. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara

menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan

dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup.

Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan

dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi,

penurunan berat badan adalahhal yang sangat efektif untuk

menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg / minggu)

sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan mengggunakan

obat – obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya

obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung

simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah,

memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya

eksaserbasi aritmia.

c. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda

bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki

keadaan jantung. Olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi

endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma.

Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3 – 4 kali dalam satu

minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah.

Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi

terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.


d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk

mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok

diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat

meningkatkan kerja jantung.

Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi

adalah sebagai berikut.

a. Terapi oksigen

b. Pemantauan hemodinamik

c. Pemantauan jantung

d. Obat – obatan

1) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromox, Lasix, Aldactone, Dyrenium

Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi

curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi

garam dan airnya. Sebagai diuretik ( tiazid) juga dapat

menurunkan TPR

2) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos

jantung atau arteri dengan mengintervensi influks kalsium yang

dibutuhkan untuk kontraksi. Sebagai penyekat saluran kalsium

bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium otot jantung;

sebagian yang lain lebih spesifik untuk saluran kalsium otot

polos vaskular. Dengan demikian, berbagai penyakit kalsium

memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam menurunkan

kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR


3) Penghambat enzim mengubah angoitensin II atau inhibitor ACE

berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan

menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah

angiotensin I menjadi angiotensin II. Kondisi ini menurunkan

darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara

tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosterone, yang

akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium pada urine

kemudian menurunkan volume plasma dan curah jantung.

Inhibitor ACE juha menurunkan tekanan darah dengan efek

bradikinin yang memanjang, yang normalnya memecah enzim.

Inhibitor ACE dikontraindikasi untuk kehamilan.

4) Antagonis ( penyekat ) reseptor beta ( β-blocker ), terutama

penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta dijantung untuk

menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.

5) Antagonis reseptor alfa ( α-blocker ), menghambat reseptor alfa

di otot polos vaskular yang secara normal berespons terhadap

rangsangan saraf simpatis dengan vasokontriksi. Hal ini akan

menurunkan TPR

6) Vasodilator arteriol langsung dapat digunakan untuk

menurunkan TPR. Misalnya , natrium, nitroprusida, nikardipin,

hidralazin, nitrogliserin, dll

7) Simpatolitik

Penghambat ( adrenergik bekerja di sentral simpatolitik ),

penghambat adrenergik alfa, dan penghambat neuron

adrenergik diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik, atau


simpatolitik penghambat adrenergik beta, dibahas sebelumnya,

juga dianggap sebagai simpatolitik dan menghambat reseptor

beta. (Muttaqin, 2012)

8) Hipertensi gestasional dan preeklamsia-eklamsia membaik

setelah bayi lahir. (Brunner & Suddarth, 2002 dalam Ns. Reny

Yuli Aspiani, S.Kep 2014 )

Menurut (Brunner & Suddarth, 2015) penatalaksanaan medis

untuk hipertensi yaitu :

a. Tujuan setiap program terapi adalah untuk mencegah kematian da

komplikasi dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah

arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk

penderita diabetes militus atau penderita penyakit ginjal kronis)

kapanpun jika memungkinkan.

b. Pendekatan non farmakologi mencakup penurunan berat badan;

pembatasan alkohol dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi.

Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) tinggi buah,

sayuran, dan produk susu rendah lemak terlah terbukti menurunkan

tekanan darah.

c. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping

terkecil, dan peluang terbesar untuk diterima oleh pasien. Dua kelas

obat tersedia sebagai terapi lini pertama : diuretik dan penyekat

beta.

d. Tingkatkan pelatuhan dengan menghindari jadwal obat yang

komplek.
9. Kompikasi

Menurut (Aspiani, 2015) komplikasi hipertensi terdiri dari :

a. Stroke

Dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi diotak,

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang

terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis

apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan

penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi

berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat

melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya

aneurisma.

b. Infark miokard

Dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat

menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah.

Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen

miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia

jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi

ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan risiko pembentukan bekuan.

c. Gagal ginjal

Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada

kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah

ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan


kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan

keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma

berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada

hipertensi kronis.

d. Ensefalopati ( kerusakan otak )

Dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna ( hipertensi yang

meningkat cepat dan berbahaya ). Tekanan yang sangat tinggi pada

kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf

pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.

e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir

mungkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak

adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu

memgalami kejang selama atau sebelum proses persalinan.

Menurut (Murwani, 2011) komplikasi hipertensi terdiri dari :

a. Pada ginjal : hematuria, kecing sedikit

b. Pada otak : stroke, euchephalitis

c. Pada mata : retnapat hipertensi

d. Pada jantung : terjadi pembesaran ventrikel kiri dengan/tanpa payah

jantung, infrak jantung


B. Karakteristik usia

Menurut World Health Organization ( WHO ) yaitu : sumber (Efendi &

Makhfudli, 2009)

1. Usia pertengahan ( middle age ) : 45-59 tahun

2. Lanjut usia ( elderly ) : 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua ( old ) : 75-90 tahun

4. Usia sangat tua ( very old ) : di atas 90 tahun

C. Seledri ( Apium Graviolens )

1. Definisi seledri

Seledri ( Apium Graveolens ) merupakan tanaman tegak

dengan ketinggian lebih kurang 50 cm. Semua bagian tanaman seledri

memiliki bau yang khas, identik dengan sayur sup. Bentuk batangnya

bersegi, bercabang, memiliki ruas dan tidak berambut. Bunganya

berwarna putih, kecil, menyerupai payung, dan majemuk. Buahnya

berwarna hijau kekuningan berbentuk kerucut. Daunya memiliki

pertulangan yang menyerupai sirip ikan, berwarna hijau, dan bertangkai.

Tangkai daunya yang berair dapat dimakan mentah sebagai lalapan dan

daunya digunakan sebagai penyedap makanan, seperti sayur sop.

(Junaedi, Yulianti, & Rinata, Hipertensi kandas berkat herbal, 2013)

Seledri merupakan tanaman yang masa hidupnya singkat

antara 1 tahun sampai 2 tahun. Daun seledri bersifat majemuk dengan

anak daun 3 sampai 7 helai. Tepi daun umumnya runcing, ranting daun

panjangnya sekitar 2-7,5 cm dan lebar 2-5 cm. Tangkai daun tumbuh
tegak ke atas atau ke pinggir batang dengan panjang sekitar 5 cm,

berwarna hijau atau hijau keputih-putihan. Batang seledri sedikit pendek

sehingga tidak kelihatan. Sistem perakaran menyebar ke semua arah

pada kedalaman 30-40 cm. (Rahayu, 2017)

Tanaman seledri dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah

maupun tinggi. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia, Afrika

bagian utara, Rusia bagian selatan, Eropa, dan Amerika. Di Indonesia,

perkebunan seledri di antaranya berada di Sumatera Utara ( Brastagi )

dan Jawa Barat ( Pacet, Pangalengan, dan Cipanas ). Tanaman seledri

dapat dipanen setelah berumur enam minggu sejak penanamannya.

(Junaedi, Yulianti, & Rinata, Hipertensi kandas berkat herbal, 2013)

2. Jenis seledri

Menurut (Rahayu, 2017) seledri dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

a. Seledri daun ( Apium Graveolens L.Var. Secalinum Alef )

Ciri khas seledri ini terletak pada tata cara panennya, yaitu di cabut

batangnya atau di petik tangkai daunnya. Daun seledri mengandung

zat glucocida, apiin, apiol dan flavonoid, zat-zat tersebut dapat

berfungsi sebagai obat peluruh keringat ( diuretik ), penyembuh

demam, rematik, darah tinggi, sukar tidur, menghentikan

perdarahan, dan melancarkan datangnya menstruasi serta

meredakan nyeri haid. (Junaedi, Yulianti, & Rinata, 2013)

b. Seledri potong ( A. Graveolens L. Var. Sylvestre Alef )

Jenis seledri ini biasa di panen dengan cara dipoting pada pangkal

batangnya. Batang seledri mengandung apiin dan apigenin. Satu


batang seledri mengandung 11 mg fosfor, 0,1 mg zat besi, 16 mg

kalsium, 4 mg vitamin C, 110 I.U vitamin A, dan sedikit vitamin B

komplek.

c. Seledri umbi ( A. Graveolens L. Var. Rapaceum Alef )

Seledri ini biasa di panen daunnya saja. Ciri khas seledri berumbi

terletak pada bagian pangkal batangnya yang membengkak, yang

merupakan umbi. Umbi seledri bermanfaat sebagai bahan

afrodisiak atau pembangkt gairah seksual. (Subakti & Anggarani,

2012)

3. Kandungan yang dimiliki seledri

a. Kandungan zat aktif dalam seledri

Seledri, memiliki cita rasa yang segar dan renyah dan mengandung

gizi cukup tinggi dan berkhasiat sebagai obat penyembuh berbagai

jenis penyakit. Kandungan gizi seledri terdapat pada tabel berikut :

(Rahayu, 2017)

Tabel 2.3 kandungan gizi seledri tiap 100 g

Sumber : Rahayu (2017)

Kandungan gizi Jenis seledri

Amerika China Umum

Kalori ( kal ) 18.00 27.00 20.00

Protein ( g ) 1.20 2.20 1.00

Lemak ( g ) - 0.60 0.10

Karbohidrat ( g ) 4.20 4.60 4.60

Kalsium ( mg ) 57.00 326.00 50.00


Fosfor ( mg ) 26.00 51.00 40.00

Zat besi ( mg ) 2.80 15.30 1.00

Serat ( g ) 0.70 1.40 -

Abu ( g ) 1.00 1.70 -

Natrium ( mg ) 14.00 151.00 -

Kalium ( mg ) 448.00 318.00 -

Niasin ( mg ) 0.40 0.60 -

Vitamin A ( S.I ) 80.00 2685.00 130.00

Vitamin B1 ( mg ) 0.03 0.08 0.03

Vitamin B2 ( mg ) 0.05 0.12 -

Vitamin C ( mg ) 22.00 49.00 11.00

Air ( g ) - - 93.00

b. Kandungan kimia dalam seledri

1) Senyawa flavonoid : apigenin, apiin, isokuersitrin, dan lainnya.

2) Senyawa kumarin : apigrafin, apiumetin, apiumosida,

bergapten, selerin, selereosida, isoimperatorin, isopimpinelin,

ostenol, rutaretin, seselin, dan lainnya.

3) Minyak atsiri sekitar 2-3 % : limonen ( 60 % ); selenin ( 10-15 %

); beberapa senyawa seskuiterpen alkohol ( 1-3 % ), seperti α-

eudesmol, β-eudesmol, santalol; dan senyawa ftalida, seperti 3-

n-butil ftalida, sedanenolida ( berkontribusi memberikan aroma

khas pada seledri )

4) Kandungan lainnya : kolin askorbat, beberapa asam lemak (

linoleat, miristat, miristisat, miristoleat, oleat, palmitat,


palmitoleat, petroselinat, dan stearat ), serta beberapa vitamin (

A, B, dan C ). (Junaedi, Yulianti, & Rinata, 2013)

4. Manfaat seledri

Menurut (Savitri, 2016) manfaat seledri terdiri dari :

a. Menurunkan tekanan darah

Seledri mengandung pthalides, yaitu senyawa kimia organik yang

dapat menurunkan tingkat hormon stres dalam darah. oleh karena

itu, dapat mengurangi tekanan dalam pembuluh darah sehingga

oksigen dapat mengalir dengan baik. Konsumsi seledri dapat

mengurangi kemungkinan serangan jantung, stroke, atau

aterosklerosis.

b. Mengurangi kolesterol

Konsumsi seledri setiap hari dapat mengurangi penyumbatan arteri

kolesterol ( LDL / kolesterol jahat ). Pthalides dalam seledri juga

merangsang sekresi cairan empedu, yang bekerja untuk

mengurangi kadar kolesterol. Serat yang terdapat dalam seledri

juga bekerja untuk mengikis kolesterol dari aliran darah dan

membuangnya ke luar dari tubuh.

c. Antiseptik

Biji tanaman seledri bekerja sebagai antisepetik alami dengan sifat

diuretiknya. Artinya biji seledri merangsang buang air kecil. Oleh

sebab itu, seledri baik untuk penderita gangguan kandung kemih,

masalah ginjal, dan kondisi serupa lainnya. Biji seledri juga

membantu mencegah infeksi saluran kemih pada wanita.


d. Meringankan Arthritis

Seledri bagus dikonsumsi oleh penderita arthritis, rematik dan asam

urat. Sifat antiinflamasi yang dimiliki seledri membantu mengurangi

pembengkakan dan nyeri disekitar sendi. Batang seledri juga

bertindak sebagai zat diuretik sehingga dapat membantu

menghilangkan kristal asam urat yang menumpuk di sekitar sendi.

Seledri juga dapat meningkatkan pertumbuhan kembali jaringan

pada sendi yang meradang.

e. Mencegah kanker

Seledri mengandung phthalides, flavonoid, dan polyacetylenes.

Ketiganya merupakan komponen detoksifikasi karsinogen yang

mampu melawan kanker. Seledri juga mengandung coumarin yang

meningkatkan aktivitas sel-sel darah putih tertentu, yang secara

efektif dapat mencegah kanker.

f. Peningkatan sistem kekebalan tubuh

Seledri mengandung vitamin C, yang sangat berguna dalam

meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Tingginya kandungan

vitamin C dalam seledri dapat menghindari dari flu, pilek dan

penyakit lainnya.

g. Mengurangi gejala asma

Vitamin C mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal

bebas. Seledri juga memiliki sifat antiinflamasi yang mengurangi

keparahan kondisi peradangan seperti asma.


h. Menjaga kesehatan jantung

Keberadaan penting dari vitamin C, serat, dan bahan kimia organik

lainnya dalam akar seledri dapat menigkatkan kesehatan jantung.

i. Diuretik

Seledri kaya akan natrium dan kalium, dari kedua mineral tersebut

dapat membantu untuk mengatur keseimbangan cairan dalam

tubuh. Kalium juga bertindak sebagai vasodilator, yang digunakan

untuk mengurangi tekanan darah.

j. Meringankan migrain

Kandungan coumarin dapat meringankan migrain atau sakit kepala

sebelah.

k. Mengatasi diabetes

Mengkonsumsi daun seledri secara rutin dapat mengatasi diabetes,

terutama karena seledri tinggi serat. Makanan kaya serat telah

terbukti dapat membantu mengendalikan gejala diabetes.

l. Mencegah penyakit mata

Meneteskan sari seledri pada kelopak mata dapat memperbaiki

kondisi oftalmologi tertentu. Dengan demikian kesehatan mata

dapat ditingkatkan, mencegah katarak dan melindungi mata dari

penurunan kemampuan visual.

m. Menurunkan berat badan

Manfaat kesehatan dari seledri termasuk menjaga berat badan

ideal. Minum jus seledri secara teratur sebelum makan dapat

membantu mengurangi berat badan. Sebab seledri rendah kalori,

tetapi mengenyangkan karena kandungan seratnya tinggi. Oleh


sebab itu, seledri dapat membantu mengurangi kecenderungan

untuk makan berlebihan serta membantu menurunkan berat badan.

5. Hubungannya seledri dengan penurunan tekanan darah

Seledri memiliki unsur-unsur yang dapat menurunkan tekanan

darah seperti flavonoid ( apigenin ) dan vitamin C yang dapat

melenturkan arteri menjadi lebih rileks sehingga membuat tekanan

darah menurun. Seledri sangat baik untuk hipertensi karena

mengandung pthalides dan magnesium yang baik untuk membantu

melemaskan otot-otot sekitar pembuluh darah arteri dan membantu

menormalkan penyempitan pembuluh darah arteri. Pthalides dapat

mereduksi hormon stres yang dapat meningkatkan tekanan darah.

Seledri memiliki rasio kalium dan natrium yang tinggi dan termasuk

unggul, sehingga dapat diandalkan untuk menjaga kesehatan pembuluh

darah. kalium bertugas untuk membersihkan darah. Dengan darah yang

bersih, distribusi oksigen akan lancar sehingga tekanan darah kembali

normal. Kadar kalium yang tinggi pada sayur dan buah, jika rutin

dikonsumsi terbukti mampu menurunkan tekanan darah. (Rahayu, 2017)

Berdasarkan penelitian (Bangun & Hakim, 2015) mengatakan

bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan selama 5 hari terhadap 33

responden yang menderita hipertensi derajat 1 di Posbindu RW 09 dan

RW 21 di Wilayah Kerja Puskesmas Padasuka Kota Cimahi, didapatkan

bahwa adanya pengaruh konsumsi kombinasi perasan seledri dan

wortel terhadap tekanan darah lansia. Hasil rata-rata tekanan darah

sistole sebelum intervensi adalah 149,42 MmHg dan rata-rata tekanan


sistole sesudah intervensi adalah 132,18 MmHg. Sedangkan rata-rata

tekanan darah diastole sebelum intervensi adalah 94,76 MmHg dan

rata-rata tekanan diastole sesudah intervensi adalah 82,97 MmHg.

Setelah dilakukan uji statistik rata-rata tekanan sistole sebelum dan

sesudah intervensi diperoleh p-value = 0,0001 < α = 0,005. Dan setelah

dilakukan uji statistik rata-rata tekanan diastole sebelum dan sesudah

intervensi diperoleh p-value = 0,0001 < α = 0,005.

Berdasarkan penelitian (Jainah, Sari, & Mustaqimah, 2016)

mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan selama 10 hari

terhadap 15 responden yang menderita hipertensi primer di Wilayah

Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin, di dapatkan hasil penelitian

menunjukan tekanan darah sebelum konsumsi Mix jus seledri dan jus

nanas dengan rata-rata tekanan darah sistolik adalah 140 MmHg

sedangkan tekanan darah diastolik adalah 96 MmHg. Hasil penelitian

didapatkan sesudah konsumsi Mix jus seledri dan jus nanas dengan

rata-rata tekanan darah sistolik adalah 119 MmHg dan tekanan darah

distolik adalah 68 MmHg. Maka dapat disimpulkan terdapat penurunan

tekanan darah selama di berikan Mix jus seledri dan jus nanas di

Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin.

Berdasarkan penelitian (Handayani, 2013) mengatakan

bahwa hasil penelitian yang dilakukan selama 2 minggu pada 45

responden yang menderita hipertensi di RW 04 dan RW 05 Tonggalan

Klaten Tengah, di dapatkan pada kelompok jus mentimun dan rebusan

seledri diminum satu kali dalam sehari. Didapatkan data menunjukan

bahwa hasil responden pada kelompok yang di berikan rebusan seledri


dengan rata-rata tekanan darah sistoliknya yaitu 118,6 MmHg dan

tekanan darah diastoliknya yaitu 74,3 MmHg, sedangkan kelompok jus

mentimun rata-rata tekanan darah sistoliknya yaitu 127,0 MmHg dan

tekanan darah diastoliknya yaitu 78,0 MmHg. Dan pada kelompok

kontrol memiliki tekanan darah sistolik dengan rata-rata 134,3 MmHg

dan tekanan darah diastoliknya dengan rata-rata 84,6 MmHg. Hasil uji

post hoc LSD dengan p < 0,05 maka dapat disimpulkan kelompok

rebusan seledri lebih efektif dibandingkan dengan kelompok jus

mentimun.

Berdasarkan penelitian (Asmawati, Purwati, & Handayani,

2015) mengatakam bahwa hasil penelitian yang dilakukan selama 1

minggu terhadap 18 responden pada lansia penderita hipertensi di

Posyandu Lansia Kelurahan Pajar Bulan Kecamatan Way Tenong

Lampung Barat, didapatkan rata-rata tekanan darah sistole dan diastole

responden berangsur-angsur dapat berkurang selama 1 minggu dengan

meminum rebusan seledri. Di mana rata-rata tekanan darah sistole

sebelum perlakuan yaitu 166,33 MmHg, sedangkan rata-rata tekanan

sistole setelah diberikan perlakuan yaitu 146, 28 MmHg. Rata-rata

tekanan diastole sebelum perlakuan yaitu 98,17 MmHg, sedangkan rata-

rata tekanan diastole setelah diberikan perlakuan yaitu 84,50 MmHg.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,000 dan α adalah 0,05. Maka

dapat disimpulakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara

sebelum dan sesudah minum rebusan seledri terhadap penurunan

tekanan darah.
Berdasarkan penelitian (Muzakar & Nuryanto, 2012)

mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan selama 3 hari

terhadap penderita hipertensi berusia > 20 tahun, didapatkan besarnya

perbedaan penurunan tekanan darah sistole pada kelompok perlakuan

dengan kelompok kontrol adalah 14,19 MmHg dan tekanan diastole

adalah 4,19 MmHg. Artinya penurunan tekanan sistole dan diastole

kelompok perlakuan terhadap kelompok kontrol dua kali lebih besar. Di

mana rata-rata penurunan tekanan sistole pada kelompok perlakuan

adalah 20,32 MmHg dan diastole adalah 7,09 MmHg. Sedangkan pada

kelompok kontrol rata-rata penurunan tekanan sistole adalah 6,13

MmHg dan diastole adalah 2,90 MmHg. Hasil uji statistik (uji t-

dependent) didapatkan baik tekanan sistole maupun diastole p-value < α

( 0,05 ). Sehingga disimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna

pemberian air rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah.

6. Kandungan seledri yang dapat menurunkan tekanan darah antara


lain
a. Flavonoid ( Apigenin )

Flavonoid dapat menghalau penyakit degeneratif. Flavanoid dapat

bertindak sebagai quencer atau untuk mengstabil oksigen singlet.

Salah satu flavonoid yang berkhasiat seperti itu adalah quercetin.

Senyawa ini beraktivitas sebagai antioksidan dengan melepaskan

atau menyumbangkan ion hidrogen kepada radikal bebas peroksi

agar menjadi lebih stabil. Aktivitas tersebut menghalangi reaksi

oksidasi kolesterol jahat ( LDL ) yang menyebabkan darah


mengental, sehingga mencegah pengendapan lemak pada dinding

pembuluh darah ( jupiter 2008 )

b. Vitamin C

Vitamin C dapat memperkuat otot janting, vitamin C berperan

penting melalui proses metabolisme kolesterol, karena dalam

proses metabolisme kolesterol vitamin C dapat meningkat laju

kolesterol yang dibunag dalam bentuk asam empedu dan mengatur

metabolisme kolesterol. Vitamin C juga dapat meningkatkan kadar

HDL dan berfungsi sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan

pembuangan kotoran ( kusuma 2010 )

c. Vitamin K

Vitamin K berfungsi membantu proses pembekuan darah. Vitamin K

berpotensi mencegah penyakit serius seperti penyakit jantung dan

stroke karena efeknya mengurangi pengerasan pembuluh darah

oleh faktor – faktor seperti timbunan plak kalsium ( Astawan, 2010 )

d. Apiin

Apiin bersifat diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan

kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga

berkurangnya cairan dalam darah akan menurunkan tekanan darah

( Masteryen, 2009 )

e. 3-n-butil-phtalide

Senyawa 3-n-butil-phtalide yang berguna untuk meregangkan atau

melebarkan otot – otot dinding arteri sehingga memungkinkan darah

mengalir lebih lancar dan berguna mengurangi hormon yang


menimbulkan sters karena pembuluh darah yang semakin lama

semakin mengerut. (Rahayu, 2017)

f. Potasium

Potasium merupakan zat yang berlawanan dengan peran natrium.

Apabila natrium cenderung bisa meningkatkan tekanan darah, maka

potasium yang bisa mengendalikan tekanan darah. (Ramayulis,

2010)

D. Alat ukur

1. Sphygnomanometer digital

Hasil penelitian di Yunani menyatakan bahwa hasil pengukuran tekanan

darah dengan alat ukur digital dinilai lebih akurat. Secara sistematis

mereka mengukur dan membandingkan tiga metode itu selama tiga

bulan pada 135 pasien. Cara ini mampu meningkatkan keberhasilan

penggunaan obat resep dalam menurunkan tekanan darah serta

penerapan teknik non-obat secara alami dalam mempertahankan

tekanan darah normal dan menurunkan tekanan darah yang semula

tinggi. Alat ukur tekanan darah digital dapat digunakan sendiri oleh

pasien tanpa bantuan dokter. Sphygnomanometer yang digunakan

bermerek Omron, karena distribusi Omron sudah meluas dan merek ini

sangat dipercaya, dan bisa membeli Omron di apotek, toko alat

kesehatan dan secara online. (Kowalski, 2010)

2. Gelas ukur

Gelas ukur digunakan untuk mengukur bahan-bahan cair, dan berfungsi

untuk menentukan takaran yang tepat untuk air rebusan seledri. Bentuk
dan bahan gelas ukur bermacam-macam, tetapi umumnya terbuat dari

kaca atau plastik dengan satuan ml dan cc. Kapasitas setiap jenis gelas

ukur bermacam-macam, mulai dari 100 ml sampai 1.000 ml. (Husen,

2013)

3. Timbangan makanan

Fungsi timbangan sangat penting dalam pembuatan air rebusan seledri.

Keakuratan setiap bahan yang akan dibuat harus sesuai dengan ukuran

yang ada di prosedur. Timbangan makanan yang paling akurat dan teliti

adalah timbangan digital karena dapat mengukur hingga ukuran 1 gram.

(Husen, 2013)

4. Alat tumbuk

Alat tumbuk untuk membuat minuman herbal yaitu dengan mengunakan

bahan dari kayu atau batu. Alat sebaiknya di sikat dan dicuci bersih dan

dicoba untuk menumbuk bahan beras agar debu dari pori-pori kayu bisa

terbuang. Setelah dicoba menumbuk beras lalu dicuci ulang

menggunakan air panas. (Hermanto, 2008)

5. Alat untuk merebus

Alat perebusan sebaiknya terbuat dari bahan tanah, keramik, atau gelas

tahan panas. Pot atau wadah yang digunakan untuk merebus sebaiknya

tidak terbuat dari besi atau perunggu. Tujuannya untuk menghindar

timbulnya endapan pembentukan zat racun, konsentrasi larutan obat

menurun, atau efek samping karena reaksi bahan kimia alat rebusan

dengan zat yang dikeluarkan tanaman. (Dalimartha & Adrian, 2013)


E. Prosedur air rebusan seledri

1. Alat dan Bahan

a. Seledri 100 g

b. 2 gelas air bersih ( 400 cc )

c. Alat tumbuk

d. Alat untuk merebus

e. Timbangan makanan

f. Gelas ukur

g. Saringan

2. Prosedur

a. Siapkan 100 g daun seledri yang masih segar, lengkap dengan

batang dan akarnya.

b. Cuci bersih daun seledri, batang dan akarnya di air mengalir

kemudian tiriskan.

c. Tumbuk daun seledri, batang dan akarnya sampai halus.

d. Tambahkan 2 gelas air bersih ( 400 cc ) dan rebus sampai

mendidih.

e. Rebus hasil seledri yang sudah ditumbuk selama ± 15 menit hingga

didapatkan segela air ( 200 cc ) .

f. Setelah ± 15 menit, turunkan dari kompor dan biarkan menjadi

dingin.

g. Setelah dingin kemudian disaring.

h. Hasil saringan diminum 2 kali sehari sebanyak 100 cc pagi hari dan

100 cc sore hari. (Rahayu, 2017 ; Muzakar & Nuryanto, 2012


F. Kerangka teori

Bagan 2.1 kerangka teori

Air rebusan Hipertensi Faktor yang


seledri mempengaruhi hipertensi :

1. Genetik
2. Obesitas
3. Usia
4. Jenis kelamin
5. Pola hidup
6. Ras
Intervensi
untuk Non farmakologi :
Farmakologi
menurunan
tekanan 1. Mengkudu
Tanaman seledri darah tinggi 2. Rosela
mengandung 3. Bawang putih
flavonoid, apigenin, 4. Seledri
vitamin C, pthalides, 5. Salam
Seledri
magnesium, dll 6. Pegaan
7. avokad

Di mana dapat
membantu melemaskan
otot-otot sekitar
Dengan darah
pembuluh darah arteri.
yang bersih,
Seledri memiliki rasio distribusi oksigen
kalium dan natrium akan lancar
Sehingga arteri yang tinggi yang sehingga tekanan
menjadi lebih rileks. bertugas untuk darah kembali
membersihkan darah. normal.

(Asikin, Nuralamsyah, & Sulsadi, 2016 ; Aspiani, 2015 ; Junaedi, Yulianti, &

Rinata, Hipertensi kandas berkat herbal, 2013; Rahayu, 2017)

You might also like