BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan systole dan
diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal
(tekanansystole di atas 140 MmHg dan tekanan darah diastole di atas
90 MmHg). (Arita Murwani, 2011).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas). (Kushariyadi, 2008 dalam Aspiani, 2015)
Jadi, dapat disimpulkan hipertensi adalah suatu kondisi dimana
terdapat peningkatan tekanan darah yang melebihi batas normal (120
/80 MmHg) yang dapat mengakibatkan risiko morbiditas dan mortalitas.
2. Klasifikasi
Menurut (Asikin, dkk, 2016) berdasarkan The Joint National
Commitee On Detection Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure 7 ( JNC 7 ). Klasifikai hipertensi terdiri dari :
Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi
Sumber : Asikin. Dkk (2016)
Kategori Sistolik ( MmHg ) Diastolik ( MmHg )
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 ≥ 160 ≥100
Klasifikasi hipertensi menurut JPC-V AS terdiri dari :
(Dalaimartha & wijaya, 2004 dalam Aspiani, 2015)
Tabel 2.2 klasifikasi hipertensi
Sumber : Dalaimartha & wijaya (2004) dalam Aspiani (2015)
No. Kriteria Sistolik Diastolik
1. Normal < 130 < 85
2. Perbatasan ( high normal ) 130-139 85-89
3. Hipertensi
Derajat 1 : ringan 140-159 90-99
Derajat 2 : sedang 160-179 100-109
Derajat 3 : berat 180-209 110-119
Derajat 4 : sangat berat ≥ 210 ≥ 120
3. Jenis Hipertensi
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Diderita oleh sekitar 95% orang. Oleh sebab itu,
penelitian dan pengobatan lebih ditujukan bagi penderita esensial.
Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh faktor berikut ini :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan),
dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 g),
kegemukan atau makan berlebihan, stres, merokok, minum
alkohol, minum obat-obatan (efedrin, prednison, epinefrin)
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas.
Penyebab hipertensi sekunder antara lain :
1) Hipertensi vaskular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri
renalis.
Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis.
Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin
II secara langsung meningkatkan tekanan darah, dan secara
tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan
reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada
stenosis atau apabila ginjal yang terkena diangkat, tekanan
darah akan kembali ke normal.
2) Feokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar
adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut
jantung dan volume sekuncup.
3) Penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume
sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
hipersensitivitas sistem saraf simpatis aldosteronisme primer
(peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebabnya) dan
hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga
dianggap sebagai kontrasepsi sekunder.
c. Hipertensi akibat kehamilan
Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional
adalah jenis hipertensi sekunder. Hipertensi gestasional adalah
peningkatan tekanan darah (≥ 140 MmHg pada sistolik dan ≥ 90
MmHg pada diastolik) terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu
pada wanita non-hipertensi dan membaik dalam 12 minggu
pascapartum. Hipertensi jenis ini tampaknya terjadi akibat
kombinasi (Aspiani, 2015)dan peningkatan curah jantung dan
peningkatan total peripheral komresistance (TPR). Jika hipertensi
terjadi setelah 12 minggu pascapartum, atau telah ada sebelum
kehamilan 20 minggu, masuk kedalam kategori hipertensi kronik.
Pada preeklampsia, tekanan darah tinggi disertai dengan
proteinuria (dari dalam urin setidaknya 0,3 protein dalm 24 jam).
Preeklampsia biasanya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu
dan dihubungkan dengan penurunan aliran darah plasenta dan
pelepasan mediator kimiawi yang dapat menyebabkan disfungsi sel
endotel vaskular di seluruh tubuh. Kondisi ini merupakan gangguan
yang sangat serius, seperti halnya preeclampsia superimposed
pada hipertensi kronis. (Aspiani, 2015)
4. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung
atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang
mempengaruh terjadinya hipertensi :
a. Genetik : respons neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi
atau transpor Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stres karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah.
Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan
terjadinya perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup
jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% tiap tahun sehingga
menyebabkan menurunya kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh
darah menghilang karena terjadi kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi. (Aspiani, 2015)
Menurut (Asikin,dkk, 2016) penyebab hipertensi yaitu :
a. Usia
Pengidap hipertensi yang berusia lebih dari 35 tahun meningkatkan
insidensi penyakit arteri dan kematian prematur.
b. Jenis kelamin
Insidensi terjadinya hipertensi pada pria umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita. Namun, kejadian hipertensi pada
wanita mulai meningkat pada usia paruh baya, sehingga pada usia
di atas 65 tahun insidensi pada wanita lebih tinggi.
c. Ras
Hipertensi pada orang yang berkulit hitam lebih sedikit dua kalinya
dibandingkan dengan orang yang berkulit putih.
d. Pola hidup
Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah, dan kehidupan atau
pekerjaan yang penuh stres berhubungan dengan kejadian
hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor
resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor risiko tinggi bagi
pengidap hipertensi dan penyakit arteri koroner.
Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia merupakan faktor utama
dalam perkembangan aterosklerosis yang berhubungan dengan
hipertensi.
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor pada medula ditolak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-
ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepasknnya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor,
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstiktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin.
Renis yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat,
yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskular. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan hipertensi. (Brunner & Suddarth, 2015
dalam Aspiani, 2015)
6. Manifestasi klinis
Pengidap hipertensi menunjukan adanya sejumlah tanda dan
gejala, namun ada juga yang tanpa gejala. Hal ini menyebabkan
hipertensi dapat terjadi secara berkelanjutan.
Menurut (Asikin, Nuralamsyah, & Sulsadi, 2016)
a. Tidak ada gejala
Hipertensi biasanya tidak akan menimbulkan gejala. Namun, akan
menimbulkan gejala setelah terjadi kerusakan organ, misalnya :
jantung, ginjal, otak, dan mata
b. Gejala yang sering kali terjadi
Nyeri kepala, pusing / migrain, rasa berat ditengkuk, sulit untuk
tidur, lemah dan lelah.
Menurut (Crowin,2000 dalam Aspiani, 2015) gejala hipertensi
terdiri dari :
Menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun – tahun berupa :
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual danmuntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranial
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf pusat
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Manurung, 2016) terdiri dari :
a. Pemeriksaan darah dan elektrolit
b. EKG
c. Foto dada
d. CT scan
e. Pemeriksaan urinn
Menurut (Aspiani, 2015) terdiri dari :
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkrim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkrim ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah ( kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa )
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miokard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi
aorta
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertrofi parenkrim ginjal
4) Hipertrofi vaskular ginjal
Menurut (Murwani, Perawatan Pasien Penyakit Dalam , 2011)
terdiri dari :
a. Mengukur tekanan darah, pada kedua tangan ketika pasien
terlentang dan tegak setiap satu sampai dua jam sekali
b. Mengukur berat badan, tinggi badan (BB ideal, gemuk, dan
obesitas)
c. Pemeriksaan khusus :
1) Jantung (pada gagal jantung kanan terjadi oedema perifer,
sesak nafas)
2) ECG
3) Foto Thorax
4) Echokardiogram
5) Pada mata fundur copy (pembuluh darah pada retina menjadi
tipis)
d. Pemeriksaan darah :
Kolesterol, Uric Acid, gula darah, creatinin, ureum, clerance,
triglistrida, elektrolit.
e. Pemeriksaan IVP
8. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta
morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan
mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 MmHg dan tekanan
darah diastolik di bawah 90 MmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini
dapat di capai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat
antihipertensi ( Mansjoer, 2002 dalam Aspiani, 2015)
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain :
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat dan /
atau dengan obat – obatan yang menurunkan gejala gagal jantung
dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan :
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi
garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin – angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah
asupan natrium yang dianjurkan 50 – 100 mmol atau setara
dengan 3 – 6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kslium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara
intravenadapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya
dimediasi oleh oksida nitrat pada dinding vaskular.
3) Diet kaya buah dan sayur
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan
dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup.
Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan
dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi,
penurunan berat badan adalahhal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg / minggu)
sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan mengggunakan
obat – obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya
obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya
eksaserbasi aritmia.
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
keadaan jantung. Olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi
endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma.
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3 – 4 kali dalam satu
minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi
terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi
adalah sebagai berikut.
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jantung
d. Obat – obatan
1) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromox, Lasix, Aldactone, Dyrenium
Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi
garam dan airnya. Sebagai diuretik ( tiazid) juga dapat
menurunkan TPR
2) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos
jantung atau arteri dengan mengintervensi influks kalsium yang
dibutuhkan untuk kontraksi. Sebagai penyekat saluran kalsium
bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium otot jantung;
sebagian yang lain lebih spesifik untuk saluran kalsium otot
polos vaskular. Dengan demikian, berbagai penyakit kalsium
memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam menurunkan
kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR
3) Penghambat enzim mengubah angoitensin II atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II. Kondisi ini menurunkan
darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara
tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosterone, yang
akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium pada urine
kemudian menurunkan volume plasma dan curah jantung.
Inhibitor ACE juha menurunkan tekanan darah dengan efek
bradikinin yang memanjang, yang normalnya memecah enzim.
Inhibitor ACE dikontraindikasi untuk kehamilan.
4) Antagonis ( penyekat ) reseptor beta ( β-blocker ), terutama
penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta dijantung untuk
menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
5) Antagonis reseptor alfa ( α-blocker ), menghambat reseptor alfa
di otot polos vaskular yang secara normal berespons terhadap
rangsangan saraf simpatis dengan vasokontriksi. Hal ini akan
menurunkan TPR
6) Vasodilator arteriol langsung dapat digunakan untuk
menurunkan TPR. Misalnya , natrium, nitroprusida, nikardipin,
hidralazin, nitrogliserin, dll
7) Simpatolitik
Penghambat ( adrenergik bekerja di sentral simpatolitik ),
penghambat adrenergik alfa, dan penghambat neuron
adrenergik diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik, atau
simpatolitik penghambat adrenergik beta, dibahas sebelumnya,
juga dianggap sebagai simpatolitik dan menghambat reseptor
beta. (Muttaqin, 2012)
8) Hipertensi gestasional dan preeklamsia-eklamsia membaik
setelah bayi lahir. (Brunner & Suddarth, 2002 dalam Ns. Reny
Yuli Aspiani, S.Kep 2014 )
Menurut (Brunner & Suddarth, 2015) penatalaksanaan medis
untuk hipertensi yaitu :
a. Tujuan setiap program terapi adalah untuk mencegah kematian da
komplikasi dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk
penderita diabetes militus atau penderita penyakit ginjal kronis)
kapanpun jika memungkinkan.
b. Pendekatan non farmakologi mencakup penurunan berat badan;
pembatasan alkohol dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi.
Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) tinggi buah,
sayuran, dan produk susu rendah lemak terlah terbukti menurunkan
tekanan darah.
c. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping
terkecil, dan peluang terbesar untuk diterima oleh pasien. Dua kelas
obat tersedia sebagai terapi lini pertama : diuretik dan penyekat
beta.
d. Tingkatkan pelatuhan dengan menghindari jadwal obat yang
komplek.
9. Kompikasi
Menurut (Aspiani, 2015) komplikasi hipertensi terdiri dari :
a. Stroke
Dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi diotak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis
apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi
berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma.
b. Infark miokard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah.
Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan risiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah
ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan
keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada
hipertensi kronis.
d. Ensefalopati ( kerusakan otak )
Dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna ( hipertensi yang
meningkat cepat dan berbahaya ). Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf
pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir
mungkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak
adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu
memgalami kejang selama atau sebelum proses persalinan.
Menurut (Murwani, 2011) komplikasi hipertensi terdiri dari :
a. Pada ginjal : hematuria, kecing sedikit
b. Pada otak : stroke, euchephalitis
c. Pada mata : retnapat hipertensi
d. Pada jantung : terjadi pembesaran ventrikel kiri dengan/tanpa payah
jantung, infrak jantung
B. Karakteristik usia
Menurut World Health Organization ( WHO ) yaitu : sumber (Efendi &
Makhfudli, 2009)
1. Usia pertengahan ( middle age ) : 45-59 tahun
2. Lanjut usia ( elderly ) : 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua ( old ) : 75-90 tahun
4. Usia sangat tua ( very old ) : di atas 90 tahun
C. Seledri ( Apium Graviolens )
1. Definisi seledri
Seledri ( Apium Graveolens ) merupakan tanaman tegak
dengan ketinggian lebih kurang 50 cm. Semua bagian tanaman seledri
memiliki bau yang khas, identik dengan sayur sup. Bentuk batangnya
bersegi, bercabang, memiliki ruas dan tidak berambut. Bunganya
berwarna putih, kecil, menyerupai payung, dan majemuk. Buahnya
berwarna hijau kekuningan berbentuk kerucut. Daunya memiliki
pertulangan yang menyerupai sirip ikan, berwarna hijau, dan bertangkai.
Tangkai daunya yang berair dapat dimakan mentah sebagai lalapan dan
daunya digunakan sebagai penyedap makanan, seperti sayur sop.
(Junaedi, Yulianti, & Rinata, Hipertensi kandas berkat herbal, 2013)
Seledri merupakan tanaman yang masa hidupnya singkat
antara 1 tahun sampai 2 tahun. Daun seledri bersifat majemuk dengan
anak daun 3 sampai 7 helai. Tepi daun umumnya runcing, ranting daun
panjangnya sekitar 2-7,5 cm dan lebar 2-5 cm. Tangkai daun tumbuh
tegak ke atas atau ke pinggir batang dengan panjang sekitar 5 cm,
berwarna hijau atau hijau keputih-putihan. Batang seledri sedikit pendek
sehingga tidak kelihatan. Sistem perakaran menyebar ke semua arah
pada kedalaman 30-40 cm. (Rahayu, 2017)
Tanaman seledri dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah
maupun tinggi. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia, Afrika
bagian utara, Rusia bagian selatan, Eropa, dan Amerika. Di Indonesia,
perkebunan seledri di antaranya berada di Sumatera Utara ( Brastagi )
dan Jawa Barat ( Pacet, Pangalengan, dan Cipanas ). Tanaman seledri
dapat dipanen setelah berumur enam minggu sejak penanamannya.
(Junaedi, Yulianti, & Rinata, Hipertensi kandas berkat herbal, 2013)
2. Jenis seledri
Menurut (Rahayu, 2017) seledri dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
a. Seledri daun ( Apium Graveolens L.Var. Secalinum Alef )
Ciri khas seledri ini terletak pada tata cara panennya, yaitu di cabut
batangnya atau di petik tangkai daunnya. Daun seledri mengandung
zat glucocida, apiin, apiol dan flavonoid, zat-zat tersebut dapat
berfungsi sebagai obat peluruh keringat ( diuretik ), penyembuh
demam, rematik, darah tinggi, sukar tidur, menghentikan
perdarahan, dan melancarkan datangnya menstruasi serta
meredakan nyeri haid. (Junaedi, Yulianti, & Rinata, 2013)
b. Seledri potong ( A. Graveolens L. Var. Sylvestre Alef )
Jenis seledri ini biasa di panen dengan cara dipoting pada pangkal
batangnya. Batang seledri mengandung apiin dan apigenin. Satu
batang seledri mengandung 11 mg fosfor, 0,1 mg zat besi, 16 mg
kalsium, 4 mg vitamin C, 110 I.U vitamin A, dan sedikit vitamin B
komplek.
c. Seledri umbi ( A. Graveolens L. Var. Rapaceum Alef )
Seledri ini biasa di panen daunnya saja. Ciri khas seledri berumbi
terletak pada bagian pangkal batangnya yang membengkak, yang
merupakan umbi. Umbi seledri bermanfaat sebagai bahan
afrodisiak atau pembangkt gairah seksual. (Subakti & Anggarani,
2012)
3. Kandungan yang dimiliki seledri
a. Kandungan zat aktif dalam seledri
Seledri, memiliki cita rasa yang segar dan renyah dan mengandung
gizi cukup tinggi dan berkhasiat sebagai obat penyembuh berbagai
jenis penyakit. Kandungan gizi seledri terdapat pada tabel berikut :
(Rahayu, 2017)
Tabel 2.3 kandungan gizi seledri tiap 100 g
Sumber : Rahayu (2017)
Kandungan gizi Jenis seledri
Amerika China Umum
Kalori ( kal ) 18.00 27.00 20.00
Protein ( g ) 1.20 2.20 1.00
Lemak ( g ) - 0.60 0.10
Karbohidrat ( g ) 4.20 4.60 4.60
Kalsium ( mg ) 57.00 326.00 50.00
Fosfor ( mg ) 26.00 51.00 40.00
Zat besi ( mg ) 2.80 15.30 1.00
Serat ( g ) 0.70 1.40 -
Abu ( g ) 1.00 1.70 -
Natrium ( mg ) 14.00 151.00 -
Kalium ( mg ) 448.00 318.00 -
Niasin ( mg ) 0.40 0.60 -
Vitamin A ( S.I ) 80.00 2685.00 130.00
Vitamin B1 ( mg ) 0.03 0.08 0.03
Vitamin B2 ( mg ) 0.05 0.12 -
Vitamin C ( mg ) 22.00 49.00 11.00
Air ( g ) - - 93.00
b. Kandungan kimia dalam seledri
1) Senyawa flavonoid : apigenin, apiin, isokuersitrin, dan lainnya.
2) Senyawa kumarin : apigrafin, apiumetin, apiumosida,
bergapten, selerin, selereosida, isoimperatorin, isopimpinelin,
ostenol, rutaretin, seselin, dan lainnya.
3) Minyak atsiri sekitar 2-3 % : limonen ( 60 % ); selenin ( 10-15 %
); beberapa senyawa seskuiterpen alkohol ( 1-3 % ), seperti α-
eudesmol, β-eudesmol, santalol; dan senyawa ftalida, seperti 3-
n-butil ftalida, sedanenolida ( berkontribusi memberikan aroma
khas pada seledri )
4) Kandungan lainnya : kolin askorbat, beberapa asam lemak (
linoleat, miristat, miristisat, miristoleat, oleat, palmitat,
palmitoleat, petroselinat, dan stearat ), serta beberapa vitamin (
A, B, dan C ). (Junaedi, Yulianti, & Rinata, 2013)
4. Manfaat seledri
Menurut (Savitri, 2016) manfaat seledri terdiri dari :
a. Menurunkan tekanan darah
Seledri mengandung pthalides, yaitu senyawa kimia organik yang
dapat menurunkan tingkat hormon stres dalam darah. oleh karena
itu, dapat mengurangi tekanan dalam pembuluh darah sehingga
oksigen dapat mengalir dengan baik. Konsumsi seledri dapat
mengurangi kemungkinan serangan jantung, stroke, atau
aterosklerosis.
b. Mengurangi kolesterol
Konsumsi seledri setiap hari dapat mengurangi penyumbatan arteri
kolesterol ( LDL / kolesterol jahat ). Pthalides dalam seledri juga
merangsang sekresi cairan empedu, yang bekerja untuk
mengurangi kadar kolesterol. Serat yang terdapat dalam seledri
juga bekerja untuk mengikis kolesterol dari aliran darah dan
membuangnya ke luar dari tubuh.
c. Antiseptik
Biji tanaman seledri bekerja sebagai antisepetik alami dengan sifat
diuretiknya. Artinya biji seledri merangsang buang air kecil. Oleh
sebab itu, seledri baik untuk penderita gangguan kandung kemih,
masalah ginjal, dan kondisi serupa lainnya. Biji seledri juga
membantu mencegah infeksi saluran kemih pada wanita.
d. Meringankan Arthritis
Seledri bagus dikonsumsi oleh penderita arthritis, rematik dan asam
urat. Sifat antiinflamasi yang dimiliki seledri membantu mengurangi
pembengkakan dan nyeri disekitar sendi. Batang seledri juga
bertindak sebagai zat diuretik sehingga dapat membantu
menghilangkan kristal asam urat yang menumpuk di sekitar sendi.
Seledri juga dapat meningkatkan pertumbuhan kembali jaringan
pada sendi yang meradang.
e. Mencegah kanker
Seledri mengandung phthalides, flavonoid, dan polyacetylenes.
Ketiganya merupakan komponen detoksifikasi karsinogen yang
mampu melawan kanker. Seledri juga mengandung coumarin yang
meningkatkan aktivitas sel-sel darah putih tertentu, yang secara
efektif dapat mencegah kanker.
f. Peningkatan sistem kekebalan tubuh
Seledri mengandung vitamin C, yang sangat berguna dalam
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Tingginya kandungan
vitamin C dalam seledri dapat menghindari dari flu, pilek dan
penyakit lainnya.
g. Mengurangi gejala asma
Vitamin C mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal
bebas. Seledri juga memiliki sifat antiinflamasi yang mengurangi
keparahan kondisi peradangan seperti asma.
h. Menjaga kesehatan jantung
Keberadaan penting dari vitamin C, serat, dan bahan kimia organik
lainnya dalam akar seledri dapat menigkatkan kesehatan jantung.
i. Diuretik
Seledri kaya akan natrium dan kalium, dari kedua mineral tersebut
dapat membantu untuk mengatur keseimbangan cairan dalam
tubuh. Kalium juga bertindak sebagai vasodilator, yang digunakan
untuk mengurangi tekanan darah.
j. Meringankan migrain
Kandungan coumarin dapat meringankan migrain atau sakit kepala
sebelah.
k. Mengatasi diabetes
Mengkonsumsi daun seledri secara rutin dapat mengatasi diabetes,
terutama karena seledri tinggi serat. Makanan kaya serat telah
terbukti dapat membantu mengendalikan gejala diabetes.
l. Mencegah penyakit mata
Meneteskan sari seledri pada kelopak mata dapat memperbaiki
kondisi oftalmologi tertentu. Dengan demikian kesehatan mata
dapat ditingkatkan, mencegah katarak dan melindungi mata dari
penurunan kemampuan visual.
m. Menurunkan berat badan
Manfaat kesehatan dari seledri termasuk menjaga berat badan
ideal. Minum jus seledri secara teratur sebelum makan dapat
membantu mengurangi berat badan. Sebab seledri rendah kalori,
tetapi mengenyangkan karena kandungan seratnya tinggi. Oleh
sebab itu, seledri dapat membantu mengurangi kecenderungan
untuk makan berlebihan serta membantu menurunkan berat badan.
5. Hubungannya seledri dengan penurunan tekanan darah
Seledri memiliki unsur-unsur yang dapat menurunkan tekanan
darah seperti flavonoid ( apigenin ) dan vitamin C yang dapat
melenturkan arteri menjadi lebih rileks sehingga membuat tekanan
darah menurun. Seledri sangat baik untuk hipertensi karena
mengandung pthalides dan magnesium yang baik untuk membantu
melemaskan otot-otot sekitar pembuluh darah arteri dan membantu
menormalkan penyempitan pembuluh darah arteri. Pthalides dapat
mereduksi hormon stres yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Seledri memiliki rasio kalium dan natrium yang tinggi dan termasuk
unggul, sehingga dapat diandalkan untuk menjaga kesehatan pembuluh
darah. kalium bertugas untuk membersihkan darah. Dengan darah yang
bersih, distribusi oksigen akan lancar sehingga tekanan darah kembali
normal. Kadar kalium yang tinggi pada sayur dan buah, jika rutin
dikonsumsi terbukti mampu menurunkan tekanan darah. (Rahayu, 2017)
Berdasarkan penelitian (Bangun & Hakim, 2015) mengatakan
bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan selama 5 hari terhadap 33
responden yang menderita hipertensi derajat 1 di Posbindu RW 09 dan
RW 21 di Wilayah Kerja Puskesmas Padasuka Kota Cimahi, didapatkan
bahwa adanya pengaruh konsumsi kombinasi perasan seledri dan
wortel terhadap tekanan darah lansia. Hasil rata-rata tekanan darah
sistole sebelum intervensi adalah 149,42 MmHg dan rata-rata tekanan
sistole sesudah intervensi adalah 132,18 MmHg. Sedangkan rata-rata
tekanan darah diastole sebelum intervensi adalah 94,76 MmHg dan
rata-rata tekanan diastole sesudah intervensi adalah 82,97 MmHg.
Setelah dilakukan uji statistik rata-rata tekanan sistole sebelum dan
sesudah intervensi diperoleh p-value = 0,0001 < α = 0,005. Dan setelah
dilakukan uji statistik rata-rata tekanan diastole sebelum dan sesudah
intervensi diperoleh p-value = 0,0001 < α = 0,005.
Berdasarkan penelitian (Jainah, Sari, & Mustaqimah, 2016)
mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan selama 10 hari
terhadap 15 responden yang menderita hipertensi primer di Wilayah
Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin, di dapatkan hasil penelitian
menunjukan tekanan darah sebelum konsumsi Mix jus seledri dan jus
nanas dengan rata-rata tekanan darah sistolik adalah 140 MmHg
sedangkan tekanan darah diastolik adalah 96 MmHg. Hasil penelitian
didapatkan sesudah konsumsi Mix jus seledri dan jus nanas dengan
rata-rata tekanan darah sistolik adalah 119 MmHg dan tekanan darah
distolik adalah 68 MmHg. Maka dapat disimpulkan terdapat penurunan
tekanan darah selama di berikan Mix jus seledri dan jus nanas di
Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin.
Berdasarkan penelitian (Handayani, 2013) mengatakan
bahwa hasil penelitian yang dilakukan selama 2 minggu pada 45
responden yang menderita hipertensi di RW 04 dan RW 05 Tonggalan
Klaten Tengah, di dapatkan pada kelompok jus mentimun dan rebusan
seledri diminum satu kali dalam sehari. Didapatkan data menunjukan
bahwa hasil responden pada kelompok yang di berikan rebusan seledri
dengan rata-rata tekanan darah sistoliknya yaitu 118,6 MmHg dan
tekanan darah diastoliknya yaitu 74,3 MmHg, sedangkan kelompok jus
mentimun rata-rata tekanan darah sistoliknya yaitu 127,0 MmHg dan
tekanan darah diastoliknya yaitu 78,0 MmHg. Dan pada kelompok
kontrol memiliki tekanan darah sistolik dengan rata-rata 134,3 MmHg
dan tekanan darah diastoliknya dengan rata-rata 84,6 MmHg. Hasil uji
post hoc LSD dengan p < 0,05 maka dapat disimpulkan kelompok
rebusan seledri lebih efektif dibandingkan dengan kelompok jus
mentimun.
Berdasarkan penelitian (Asmawati, Purwati, & Handayani,
2015) mengatakam bahwa hasil penelitian yang dilakukan selama 1
minggu terhadap 18 responden pada lansia penderita hipertensi di
Posyandu Lansia Kelurahan Pajar Bulan Kecamatan Way Tenong
Lampung Barat, didapatkan rata-rata tekanan darah sistole dan diastole
responden berangsur-angsur dapat berkurang selama 1 minggu dengan
meminum rebusan seledri. Di mana rata-rata tekanan darah sistole
sebelum perlakuan yaitu 166,33 MmHg, sedangkan rata-rata tekanan
sistole setelah diberikan perlakuan yaitu 146, 28 MmHg. Rata-rata
tekanan diastole sebelum perlakuan yaitu 98,17 MmHg, sedangkan rata-
rata tekanan diastole setelah diberikan perlakuan yaitu 84,50 MmHg.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,000 dan α adalah 0,05. Maka
dapat disimpulakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara
sebelum dan sesudah minum rebusan seledri terhadap penurunan
tekanan darah.
Berdasarkan penelitian (Muzakar & Nuryanto, 2012)
mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan selama 3 hari
terhadap penderita hipertensi berusia > 20 tahun, didapatkan besarnya
perbedaan penurunan tekanan darah sistole pada kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol adalah 14,19 MmHg dan tekanan diastole
adalah 4,19 MmHg. Artinya penurunan tekanan sistole dan diastole
kelompok perlakuan terhadap kelompok kontrol dua kali lebih besar. Di
mana rata-rata penurunan tekanan sistole pada kelompok perlakuan
adalah 20,32 MmHg dan diastole adalah 7,09 MmHg. Sedangkan pada
kelompok kontrol rata-rata penurunan tekanan sistole adalah 6,13
MmHg dan diastole adalah 2,90 MmHg. Hasil uji statistik (uji t-
dependent) didapatkan baik tekanan sistole maupun diastole p-value < α
( 0,05 ). Sehingga disimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna
pemberian air rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah.
6. Kandungan seledri yang dapat menurunkan tekanan darah antara
lain
a. Flavonoid ( Apigenin )
Flavonoid dapat menghalau penyakit degeneratif. Flavanoid dapat
bertindak sebagai quencer atau untuk mengstabil oksigen singlet.
Salah satu flavonoid yang berkhasiat seperti itu adalah quercetin.
Senyawa ini beraktivitas sebagai antioksidan dengan melepaskan
atau menyumbangkan ion hidrogen kepada radikal bebas peroksi
agar menjadi lebih stabil. Aktivitas tersebut menghalangi reaksi
oksidasi kolesterol jahat ( LDL ) yang menyebabkan darah
mengental, sehingga mencegah pengendapan lemak pada dinding
pembuluh darah ( jupiter 2008 )
b. Vitamin C
Vitamin C dapat memperkuat otot janting, vitamin C berperan
penting melalui proses metabolisme kolesterol, karena dalam
proses metabolisme kolesterol vitamin C dapat meningkat laju
kolesterol yang dibunag dalam bentuk asam empedu dan mengatur
metabolisme kolesterol. Vitamin C juga dapat meningkatkan kadar
HDL dan berfungsi sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan
pembuangan kotoran ( kusuma 2010 )
c. Vitamin K
Vitamin K berfungsi membantu proses pembekuan darah. Vitamin K
berpotensi mencegah penyakit serius seperti penyakit jantung dan
stroke karena efeknya mengurangi pengerasan pembuluh darah
oleh faktor – faktor seperti timbunan plak kalsium ( Astawan, 2010 )
d. Apiin
Apiin bersifat diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan
kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga
berkurangnya cairan dalam darah akan menurunkan tekanan darah
( Masteryen, 2009 )
e. 3-n-butil-phtalide
Senyawa 3-n-butil-phtalide yang berguna untuk meregangkan atau
melebarkan otot – otot dinding arteri sehingga memungkinkan darah
mengalir lebih lancar dan berguna mengurangi hormon yang
menimbulkan sters karena pembuluh darah yang semakin lama
semakin mengerut. (Rahayu, 2017)
f. Potasium
Potasium merupakan zat yang berlawanan dengan peran natrium.
Apabila natrium cenderung bisa meningkatkan tekanan darah, maka
potasium yang bisa mengendalikan tekanan darah. (Ramayulis,
2010)
D. Alat ukur
1. Sphygnomanometer digital
Hasil penelitian di Yunani menyatakan bahwa hasil pengukuran tekanan
darah dengan alat ukur digital dinilai lebih akurat. Secara sistematis
mereka mengukur dan membandingkan tiga metode itu selama tiga
bulan pada 135 pasien. Cara ini mampu meningkatkan keberhasilan
penggunaan obat resep dalam menurunkan tekanan darah serta
penerapan teknik non-obat secara alami dalam mempertahankan
tekanan darah normal dan menurunkan tekanan darah yang semula
tinggi. Alat ukur tekanan darah digital dapat digunakan sendiri oleh
pasien tanpa bantuan dokter. Sphygnomanometer yang digunakan
bermerek Omron, karena distribusi Omron sudah meluas dan merek ini
sangat dipercaya, dan bisa membeli Omron di apotek, toko alat
kesehatan dan secara online. (Kowalski, 2010)
2. Gelas ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur bahan-bahan cair, dan berfungsi
untuk menentukan takaran yang tepat untuk air rebusan seledri. Bentuk
dan bahan gelas ukur bermacam-macam, tetapi umumnya terbuat dari
kaca atau plastik dengan satuan ml dan cc. Kapasitas setiap jenis gelas
ukur bermacam-macam, mulai dari 100 ml sampai 1.000 ml. (Husen,
2013)
3. Timbangan makanan
Fungsi timbangan sangat penting dalam pembuatan air rebusan seledri.
Keakuratan setiap bahan yang akan dibuat harus sesuai dengan ukuran
yang ada di prosedur. Timbangan makanan yang paling akurat dan teliti
adalah timbangan digital karena dapat mengukur hingga ukuran 1 gram.
(Husen, 2013)
4. Alat tumbuk
Alat tumbuk untuk membuat minuman herbal yaitu dengan mengunakan
bahan dari kayu atau batu. Alat sebaiknya di sikat dan dicuci bersih dan
dicoba untuk menumbuk bahan beras agar debu dari pori-pori kayu bisa
terbuang. Setelah dicoba menumbuk beras lalu dicuci ulang
menggunakan air panas. (Hermanto, 2008)
5. Alat untuk merebus
Alat perebusan sebaiknya terbuat dari bahan tanah, keramik, atau gelas
tahan panas. Pot atau wadah yang digunakan untuk merebus sebaiknya
tidak terbuat dari besi atau perunggu. Tujuannya untuk menghindar
timbulnya endapan pembentukan zat racun, konsentrasi larutan obat
menurun, atau efek samping karena reaksi bahan kimia alat rebusan
dengan zat yang dikeluarkan tanaman. (Dalimartha & Adrian, 2013)
E. Prosedur air rebusan seledri
1. Alat dan Bahan
a. Seledri 100 g
b. 2 gelas air bersih ( 400 cc )
c. Alat tumbuk
d. Alat untuk merebus
e. Timbangan makanan
f. Gelas ukur
g. Saringan
2. Prosedur
a. Siapkan 100 g daun seledri yang masih segar, lengkap dengan
batang dan akarnya.
b. Cuci bersih daun seledri, batang dan akarnya di air mengalir
kemudian tiriskan.
c. Tumbuk daun seledri, batang dan akarnya sampai halus.
d. Tambahkan 2 gelas air bersih ( 400 cc ) dan rebus sampai
mendidih.
e. Rebus hasil seledri yang sudah ditumbuk selama ± 15 menit hingga
didapatkan segela air ( 200 cc ) .
f. Setelah ± 15 menit, turunkan dari kompor dan biarkan menjadi
dingin.
g. Setelah dingin kemudian disaring.
h. Hasil saringan diminum 2 kali sehari sebanyak 100 cc pagi hari dan
100 cc sore hari. (Rahayu, 2017 ; Muzakar & Nuryanto, 2012
F. Kerangka teori
Bagan 2.1 kerangka teori
Air rebusan Hipertensi Faktor yang
seledri mempengaruhi hipertensi :
1. Genetik
2. Obesitas
3. Usia
4. Jenis kelamin
5. Pola hidup
6. Ras
Intervensi
untuk Non farmakologi :
Farmakologi
menurunan
tekanan 1. Mengkudu
Tanaman seledri darah tinggi 2. Rosela
mengandung 3. Bawang putih
flavonoid, apigenin, 4. Seledri
vitamin C, pthalides, 5. Salam
Seledri
magnesium, dll 6. Pegaan
7. avokad
Di mana dapat
membantu melemaskan
otot-otot sekitar
Dengan darah
pembuluh darah arteri.
yang bersih,
Seledri memiliki rasio distribusi oksigen
kalium dan natrium akan lancar
Sehingga arteri yang tinggi yang sehingga tekanan
menjadi lebih rileks. bertugas untuk darah kembali
membersihkan darah. normal.
(Asikin, Nuralamsyah, & Sulsadi, 2016 ; Aspiani, 2015 ; Junaedi, Yulianti, &
Rinata, Hipertensi kandas berkat herbal, 2013; Rahayu, 2017)