BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebanyakan wanita, proses kehamilan dan persalinan adalah proses yang
dilalui dengan kegembiraan dan suka cita. Tetapi 5-10% dari kehamilan termasuk
kehamilan dengan resiko tinggi. Wanita dengan kehamilan resiko tinggi harus
mempersiapkan diri dengan lebih memperhatikan perawatan kesehatannya dalam
menghadapi kehamilan dengan resiko tinggi ini.
Kematian ibu adalah kematian yang berhubungan dengan kehamilan,
merupakan kejadian yang jarang bila dibandingkan dengan kematian bayi. Angka
yang rendah ini disebabkan oleh sifat kematian ibu yang tersembunyi. Sekitar
99% kematian ibu didunia berasal dari negara berkembang, sering terjadi dirumah
dan tidak pernah tercatat dalam sistem pelayanan kesehatan. WHO
memperkirakan setiap tahunnya 500.000 ibu meninggal sebagai akibat langsung
dari kehamilan. Sebagian kematian itu sebenarnya dapat dicegah. Lima penyebab
kematian ibu saat ini adalah perdarahan, sepsis, hipertensi dalam kehamilan,
partus lama, dan abortus terinfeksi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Kehamilan Resiko Tinggi
2. Jelaskan Faktor Resikonya dan bagaimana cara Menentukan Kehamilan
Risiko Tinggi ?
3. Apa saja Faktor Resiko Tinggi Yang Mempengaruhi Kehamilan ?
4. Bagaimana Penatalaksanaan Kehamilan Risiko Tinggi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Kehamilan Resiko Tinggi
2. Untuk mengetahui Faktor Resikonya dan bagaimana cara Menentukan
Kehamilan Risiko Tinggi
3. Untuk mengetahui Faktor Resiko Tinggi Yang Mempengaruhi Kehamilan
4. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Kehamilan Risiko Tinggi
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kehamilan
Menurut Sarwono (2009), Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan
yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi 3 bulan, triwulan kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.
Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan keturunan
yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh didalam rahim ibu.
Menurut Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG, untuk tiap kehamilan harus
ada spermatozoon, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi.
Umumnya nidasi terjadi di dinding depan dan belakang uterus, dekat fundus uteri.
Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut terjadi adanya kehamilan.Masa
kehamilan dimulai dan konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terahir (Sarwono Prawirohardjo, 2007).
B. Definisi Kehamilan Resiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah keadaan yang dapat
mempengaruhi keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang
dihadapi (Manuaba, 1998). Menurut Rustam (1998) kehamilan risiko tinggi
adalah beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang selama masa
kehamilan, persalinan, nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan jiwa ibu
maupun janin yang dikandungnya.
Sedangan menurut Depkes RI (1999) yang dimaksud faktor risiko tinggi
adalah keadaan pada ibu, baik berupa faktor biologis maupun non-biologis, yang
biasanya sudah dimiliki ibu sejak sebelum hamil dan dalam kehamilan mungkin
memudahkan timbulnya gangguan lain.
2
C. Faktor Resiko
Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada
keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin. Jika ibu sehat dan didalam
darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah yang
cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan akan
berjalan baik. Dalam kehamilan, plasenta akan befungsi sebagai alat respiratorik,
metabolik, nutrisi, endokrin, penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari
tubuh ibu ke tubuh janin atau sebaliknya. Jika salah satu atau beberapa fungsi di
atas terganggu, maka pertumbuhan janin akan terganggu. Demikian juga bila
ditemukan kelainan pertumbuhan janin baik berupa kelainan bawaan ataupun
kelainan karena pengaruh lingkungan, maka pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam kandungan dapat mengalami gangguan.
Faktor itu bisa digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor medis dan
faktor non medis. Faktor medis meliputi, usia, paritas, graviditas, jarak
kehamilan, riwayat kehamilan dan persalinan, dan faktor non medis adalah
pengawasan antenatal (Manuaba, 1998)
Menurut Rustam (1998) faktor non-medis dan faktor medis yang dapat
mempengaruhi kehamilan adalah :
1. Faktor non medis antara lain :
Status gizi buruk, sosial ekonomi yang rendah, kemiskinan, ketidaktahuan,
adat, tradisi, kepercayaan, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk
memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitator dan sarana kesehatan
yang serba kekurangan merupakan faktor non medis yang banyak terjadi
terutama dinegara-negara berkembang yang berdasarkan penelitian ternyata
sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.
2. Faktor medis antara lain :
Penyakit - penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta,
gangguan tali pusat, komplikasi persalinan.
3
D. Cara Menentukan Kehamilan Risiko Tinggi
Kriteria kehamilan beresiko yaitu primi muda, primi tua, primi tua
sekunder, tinggi badan kurang dari 145 cm, grandemulti, riwayat persalinan
buruk, bekas seksio sesarea, pre-eklampsi, hamil serotinus, perdarahan
antepartum, kelainan letak, kelainan medis. (Rochjati, 2005)
Puji Rochjati (2005) mengemukakan batasan faktor risiko pada ibu hamil
ada 3 kelompok yaitu :
a. Kelompok Faktor risiko I (ada potensi gawat obstetri), seperti primipara
muda terlalu muda umur kurang dari 20 tahun, primi tua, terlalu tua, hamil
pertama umur 35 tahun atau lebih, primi tua sekunder, terlalu lama punya
anak lagi, terkecil 10 tahun lebih, anak terkecil < 2 tahun, grande multi,
hamil umur 35 tahun atau lebih, tinggi badan kurang dari 145 cm, riwayat
persalinan yang buruk, pernah keguguran, pernah persalinaan premature,
riwayat persalinan dengan tindakan ( ekstraksi vakum, ekstraksi forcep,
operasi (seksio sesarea) ). Deteksi ibu hamil berisiko kelompok I ini dapat
ditemukan dengan mudah oleh petugas kesehatan melalui pemeriksaan
sederhana yaitu wawancara dan periksa pandang pada kehamilan muda atau
pada saat kontak.
b. Kelompok Faktor Risiko II ( ada gawat obstetri), ibu hamil dengan penyakit,
pre-eklamsia/eklamsia, hamil kembar atau gamelli, kembar air atau
hidramnion, bayi mati dalam kandungan, kehamilan dengan kelainan letak,
serta hamil lewat bulan. Pada kelompok faktor resiko II ada kemungkinan
masih membutuhkan pemeriksaan dengan alat yang lebih canggih (USG)
oleh dokter Spesialis di Rumah Sakit.
c. Kelompok Faktor Risiko III (ada gawat obstetri), perdarahan sebelum bayi
lahir, pre eklamsia berat atau eklampsia. Pada kelompok faktor risiko III, ini
harus segera di rujuk ke rumah sakit sebelum kondisi ibu dan janin
bertambah buruk/jelek yang membutuhkan penanganan dan tindakan pada
waktu itu juga dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya yang
terancam.
4
E. Faktor Resiko Tinggi Yang Mempengaruhi Kehamilan
1. Usia
Bahaya dan risiko dalam kehamilan serta persalinan akan lebih besar pada
wanita yang hamil usia terlalu muda atau terlalu tua. Seiring dengan semakin tua
usia seorang wanita untuk hamil maka semakin tinggi pula terjadinya hipertensi,
toksemia, dan hipertensi esensial. Sedangkan umur ibu yang kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun juga merupakan suatu faktor predisposisi terjadinya
kelahiran prematur. Walaupun wanita hamil dengan usia tua lebih matang dalam
berfikir, tetapi penurunan kesehatan dan stamina secara alami mempengaruhi baik
kehidupan janin maupun dalam proses persalinan (Rochjati, 2005).
a. Usia < 20 tahun (terlalu muda untuk hamil)
Dampak kehamilan resiko tinggi pada usia muda antara lain :
a. Keguguran
b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan
bawaan.
c. Mudah terjadi infeksi
d. Anemia kehamilan/kekurangan zat besi.
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).
f. Kematian ibu yang tinggi.
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
1. Resiko bagi ibunya :
a. Mengalami perdarahan
b. Kemungkinan keguguran/abortus
c. Persalinan yang lama dan sulit
d. Kematian ibu
2. Dari bayinya :
a. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan
b. Berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Cacat bawaan
d. Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama
hidupnya atau kematian perinatal.
5
b. Usia 20 – 35 tahun (usia reproduksi)
Usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam kurun
waktu reproduksi sehat diketahui bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah usia 20-35 tahun, dimana organ reproduksi sudah sempurna
dalam menjalani fungsinya (BKKBN, 1999).
c. Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil)
Yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil diatas usia 35 tahun
kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai organ dan sistem tubuh diantaranya
otot, syaraf, endokrin, dan reproduksi mulai menurun. Bila seorang wanita
hamil setelah berumur 35 tahun ke atas, kesehatan tubuh ibu sudah tidak
sebaik pada umur 20-35 tahun dan kemungkinan memperoleh anak cacat lebih
besar. Pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan curah jantung yang
disebabkan kontraksi miokardium. Ditambah lagi dengan tekanan darah dan
penyakit lain yang melemahkan kondisi ibu, sehingga dapat mengganggu
sirkulasi darah kejanin yang berisiko meningkatkan komplikasi medis pada
kehamilan, antara lain : keguguran, eklamsia, dan perdarahan.
Menurut Kloosterman (1973) dalam Wiknjosastro, et al (2007),
frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun
10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang
dari 25 tahun. Ibu hamil yang dicurigai mengalami perdarahan antenatal harus
memeriksakan kehamilannya di Rumah Sakit (RS) yang memiliki fasilitas
operatif dan transfusi darah dan bersalin di RS tersebut.
2. Paritas
Paritas merupakan faktor penting selama kehamilan. Angka kematian
bayi dari ibu hamil ketiga meningkat bila dibandingkan dengan kehamilan
kedua dan kemungkinan terjadi akan semakin meningkat pada kehamilan
kelima. Paritas tinggi juga berhubungan dengan makin sering timbulnya
kelainan-kelainan ginekologis seperti prolapsus uteri, cervicitis, erosi cervix,
dan carcinoma cervix. Demikian juga masalah kesehatan yang sifatnya non-
obstetrik (Rochjati, 2005).
6
Klasifikasikan paritas adalah sebagai berikut :
A. Primipara
Adalah seorang yang telah melahirkan seorang anak matur atau prematur
B. Multipara
Adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu anak
C. Grandemulti
Adalah seorang wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih.Pada
keadaan ini sering kali ditemukan perdarahan sesudah persalinan akibat
dari kemunduran kemampuan kontraksi uterus..
Paritas merupakan salah satu faktor resiko tinggi pada kehamilan,
kehamilan resiko tinggi lebih banyak terjadi pada multipara dan
grandemultipara, keadaan endometrium pada daerah korpus uteri sudah
mengalami kemunduran dan berkurangnya vaskularisasi, hal ini terjadi
karena degenerasi dan nekrosis pada bekas luka implantasi plasenta pada
kehamilan sebelumnya di dinding endometrium. Adanya kemunduran
fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah endometrium
menyebabkan daerah tersebut menjadi tidak subur dan tidak siap menerima
hasil konsepsi, sehingga pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil
konsepsi kurang maksimal dan mengganggu sirkulasi darah ke janin. Hal ini
akan beresiko pada kehamilan dan persalinan.
3. Jarak Kehamilan
Dalam pemanfaatan layanan antenatal, jumlah anak hidup
berhubungan dengan beban pengasuhan anak, diasumsikan bahwa semakin
banyak anak maka akan semakin sedikit kesempatan ibu untuk meningggalkan
rumah dan memeriksakan kehamilannya (Rochjati, 2005).
Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat juga menjadi faktor
predisposisi terjadinya kelahiran prematur, perdarahan antepartum, dan
hipertensi (Wiknjosastro, 2007).
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang sebaiknya
diatas 2 tahun karena bila kurang dari 2 tahun akan bepengaruh pada
kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2001:28).
7
a. Kehamilan dengan jarak < 3 tahun
Pada kehamilan dengan jarak< 3 tahun keadaan endometrium mengalami
perubahan, perubahan ini berkaitan dengan persalinan sebelumnya yaitu
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta.
b. Kehamilan dengan jarak > 3 tahun
Pada kehamilan dengan jarak> 3 tahun keadaan endometrium yang
semula mengalami trombosis dan nekrosis karena pelepasan plasenta dari
dinding endometrium (Korpus uteri) telah mengalami pertumbuhan dan
kemajuan endometrium.
c. Kehamilan dengan jarak > 4 tahun
Pada kehamilan dengan jarak> 4 tahun sel telur yang dihasilkan sudah
tidak baik, sehingga bisa menimbulkan kelainan-kelainan bawaan seperti
sindrom down, saat persalinan pun beresiko terjadi perdarahan post
partum. Hal ini disebabkan otot-otot rahim tidak selentur dulu, hingga saat
harus mengkerut kembali bisa terjadi gangguan yang beresiko terjadi
hemoragic post partum (HPP), resiko terjadi pre-eklampsia dan eklampsi
juga sangat besar karena terjadi kerusakan sel-sel endotel. (Rochjati, 2005)
4. KEK ( Kekurangan Energi Kronik)
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari
Kurang Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus
dan lemah akibat kurang energi yang kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh
World Health Organization (WHO).Seseorang dikatakan menderita risiko
KEK bilamana LILA (Lingkar Lengan Atas) <23,5 cm.
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara
normal, dan terkena penyakit infeksi. Pengaruh KEK terhadap proses persalinan
dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya
(premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi
cenderung meningkat.( Lubis, 2003)
8
5. Riwayat obstetri
a) Jejas atau bekas luka dalam pada alat-alat kandungan, ataupun jalan lahir yang
ditimbulkan oleh persalinan terdahulu akan memberikan akibat buruk pada
pada kehamilan sekarang.
b) Pernah mengalami abortus (sengaja atau tidak, dengan atau tanpa tindakan
kerokan/kuretase), terlebih lagi bila mengalami abortus ulangan, makin besar
kemungkinan terjadi pada kehamilan berikut dan kemungkinan perdarahan.
c) Pernah mengalami gangguan organik daerah panggul seperti adanya
peradangan, tumor ataupun kista.
d) Pernah mengalami penyulit kehamilan seperti hiperemesis gravidarum,
kematian janin, preeklampsia-eklampsia, hidramnion, kelainan letak janin,
kelainan janin bawaan, janin kembar (gemelli).
e) Pernah mengalami penyakit seperti gangguan endokrin (diabetes melitus,
hyperthyroid), penyakit jantung, penyakit paru (asthma, TBC), penyakit
ginjal, penyakit hati, sendi dan penyakit kelamin seperti siphilis serta infeksi
lainnya baik oleh virus, bakteri maupun parasit.
f) Pernah mengalami persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forcep
ataupun vakum, seksio sesar, pengeluaran plasenta dengan tangan (manual
plasenta).
F. Penatalaksanaan Kehamilan Risiko Tinggi
Semakin dini masalah dideteksi, semakin baik penanganan yang dapat
diberikan bagi kesehatan ibu hamil maupun bayi.Juga harus diperhatikan
bahwa pada beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi
mendapatkan masalah kemudian.Oleh karenanya sangat penting bagi setiap
ibu hamil untuk melakukan ANC atau pemeriksaan kehamilan secara teratur,
yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga
bila terdapat permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini
mungkin. Juga hiduplah dengan cara yang sehat (hindari rokok, alcohol,
9
dll),serta makan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan anda selama
kehamilan.
Oleh WHO dianjurkan pemeriksaan antenatal minimal 4 kali
dengan 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada
trimester III (Rumus l-l, 2-l, 3-2).
Adapun tujuan pengawasan antenatal adalah diketahuinya secara
dini, keadaan risiko tinggi ibu dan janin, sehingga dapat :
1. Melakukan pengawasan yang lebih intesif
2. Memberikan pengobatan sehingga risikonya dapat dikendalikan
3. Melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang adekuat
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu. (Manuaba, 1998)
Tujuan Kunjungan Ulang :
a. Kunjungan 1, hingga usia kehamilan 16 minggu dilakukan untuk :
1. Penapisan dan pengobatan anemia
2. Perencanaan persalinan
3. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b. Kunjungan II (24-28 minggu ) dan kunjungan III (32 minggu)
dilakukan untuk :
1. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
2. Penapisan pre-eklampsi; gemelli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan
3. Mengulang perencanaan persalinan
c. Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir)
1. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
2. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
3. Memantapkan rencana persalinan
4. Mengenali tanda-tanda persalinan
10
BAB III
METODE
A. Penetapan Topik Masalah
Sesuai pernyataan masalah yang dikemukakan pada Bab Pendahuluan,
maka topik masalah dalam mini-project ini adalah “Profil Ibu Hamil Resiko
Tinggi Berdasarkan Umur dan Paritas di Puskesmas Lampa tahun 2018”.
B. Pengumpulan Data
a. Tempat dan Waktu Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Lampa periode Januari – April
tahun 2018.
b. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data secara
sekunder dari poli klinik KIA (Kesehatan Ibu dan Anak ) Puskesmas
Lampa.
c. Populasi dan Sampel Data
Populasi yang digunakan adalah Ibu hamil yang datang di poli KIA
Puskesmas Lampa. Sedangkan teknik pengambilan sampling adalah
accidental sampling.
C. Analisis Data
Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dari hasil pelayanan
primer di Poli Klinik KIA, dianalisa berdasarkan tinjauan pustaka dan
dideskripsikan secara naratif.
D. Diagnosis Komunitas dan Faktor Terkait
Ibu hamil yang melakukan kunjungan di Poli KIA akan dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisis secara sistematis. Diagnosis ibu hamil resiko
tinggi dalam kehamilan ditegakkan dari beberapa faktor, dan faktor yang akan
dideskripsikan pada mini project ini adalah faktor usia dan paritas. Ada pun
11
ibu hamil dengan usia < 20 tahun sebanyak 10,02%, usia > 35 tahun sebanyak
5,97%, dan berdasarkan paritas terdapat 11,93% ibu hamil yang sudah
termasuk dalam grandemultipara, serta terdapat 9,31% ibu hamil yang
termasuk dalam faktor usia dan paritas resiko tinggi, sedangkan untuk ibu
hamil yang menurut usia dan jumlah paritas dalam batas normal terdapat
sebanyak 62,77%.
Saat diketahui pasien termasuk dalam resiko tinggi maka perlu
diberikan edukasi agar memperhatikan kehamilannya, rutin melakukan
pemeriksaan antenatal care, segera memeriksakan diri jika terdapat keluhan,
dan memberikan pengetahuan tentang manfaat kontrasepsi untuk mengatur
jarak kehamilan.
E. Pelaksanaan Solusi
Bentuk intervensi yang dilakukan dalam mini-project ini berupa
melakukan penyuluhan/edukasi langsung kepada ibu hamil resiko tinggi yang
datang memeriksakan diri di Poli KIA. Isi penyuluhan mencakup berbagai
faktor yang dipandang penting sesuai dengan pernyataan masalah dan tujuan
dari mini-project ini.
12
BAB IV
PROFIL IBU HAMIL RESIKO TINGGI BERDASARKAN UMUR DAN
PARITAS DI PUSKESMA LAMPA
Tabel 1 : Kunjungan Ibu Hamil Resiko Tinggi Berdasarkan Usia Pada Bulan
Januari – April 2018 di Puskesmas Lampa.
BULAN < 20 Tahun > 35 Tahun 20 – 35 Tahun
Januari 8 3 69
Februari 3 8 62
Maret 15 9 65
April 16 5 67
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan :
1.1 Jumlah Ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Lampa bulan Januari – April
2018 yang berusia < 20 tahun sebanyak 42 orang.
1.2 Jumlah Ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Lampa bulan Januari – April
2018 yang berusia > 35 tahun sebanyak 25 orang
1.3 Jumlah Ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Lampa bulan Januari – April
2018 yang berusia 20 – 35 tahun sebanyak 263 orang
1.4 Jumlah total ibu hamil resiko tinggi yang berkunjung di Puskesmas Lampa pada
bulan Januari – April 2018 sebanyak 67 orang
Tabel 2 : Kunjungan Ibu Hamil Resiko Tinggi Berdasarkan Paritas Pada Bulan
Januari – April 2018 di Puskesmas Lampa.
BULAN Primipara Multipara ( > 1 kali ) Grandemultipara ( ≥ 4 kali )
Januari 30 39 13
Februari 24 38 16
Maret 27 38 10
April 31 36 11
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan :
2.1 Jumlah Ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Lampa bulan Januari – April
2018 dengan paritas primipara sebanyak 112 orang
13
2.2 Jumlah Ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Lampa bulan Januari – April
2018 dengan paritas multipara sebanyak 151 orang
2.3 Jumlah Ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Lampa bulan Januari – April
2018 dengan paritas grandemultipara sebanyak 50 orang
Tabel 3 : Kunjungan Ibu Hamil Resiko Tinggi Berdasarkan Usia dan Paritas Pada
Bulan Januari – April 2018 di Puskesmas Lampa.
BULAN < 20 Tahun atau > 35 Tahun &
Grandemultipara ( ≥ 4 kali )
Januari 9
Februari 11
Maret 11
April 8
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan :
3.1 Jumlah Ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Lampa bulan Januari –
April 2018 dengan usia < 20 tahun atau > 35 tahun dan dengan paritas
grandemultipara sebanyak 39 orang
14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah keadaan yang dapat
mempengaruhi keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang
dihadapi (Manuaba, 1998). Menurut Rustam (1998) faktor non-medis dan faktor
medis yang dapat mempengaruhi kehamilan adalah :
1. Faktor non medis, dan
2. Faktor medis.
Kriteria kehamilan beresiko yaitu primi muda, primi tua, primi tua
sekunder, tinggi badan kurang dari 145 cm, grandemulti, riwayat persalinan
buruk, bekas seksio sesarea, pre-eklampsi, hamil serotinus, perdarahan
antepartum, kelainan letak, kelainan medis. (Rochjati, 2005)
Faktor Resiko Tinggi Yang Mempengaruhi Kehamilan adalah : Usia,
Paritas, Jarak Kehamilan, KEK ( Kekurangan Energi Kronik) dan Riwayat
obstetric.
Adapun tujuan pengawasan antenatal adalah diketahuinya secara dini,
keadaan risiko tinggi ibu dan janin, sehingga dapat :
1. Melakukan pengawasan yang lebih intesif
2. Memberikan pengobatan sehingga risikonya dapat dikendalikan
3. Melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang adekuat
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu. (Manuaba, 1998)
B. Saran
Untuk ibu hamil disarankan untuk meningkatkan pengetahuannya tentang
kehamilan resiko tinggi. Dengan deteksi dini diharapkan untuk selanjutnya dapat
dilakukan pencegahan maupun penanggulangan yang sesuai. Dan untuk ibu-ibu
yang memiliki resiko kehamilan agar memeriksakan kehamilannya secara teratur
agar jika terjadi masalah dengan kehamilannya dapat ditangani dengan cepat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat.
2010. Jakarta.
Manuaba, I.B.G, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC.
Jakarta. Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.
Rochjati, P., 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Pusat Safe Mother Hood-
Lab/SMF Obgyn RSU Dr. Sutomo/Fakultas Kedokteran UNAIR
Surabaya.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina. Pustaka
16