Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Sistolik Terisolasi Di Panti Sosial Budi Agung Kupang
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Sistolik Terisolasi Di Panti Sosial Budi Agung Kupang
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Sistolik Terisolasi Di Panti Sosial Budi Agung Kupang
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah tekanan darah atau
denyut jantung yang lebih tinggi dari
normal
yang
disebabkan
oleh
penyempitan pembuluh darah atau karena
gangguan
lain
(Dorland,
2005).
Hipertensi sistolik terisolasi adalah bila
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik <90 mm Hg (PERGEMI, 2004).
Hipertensi merupakan faktor penyebab
kematian dini terbesar ketiga di Indonesia.
Hipertensi juga mengakibatkan terjadinya
gagal jantung kongestif dan penyakit
cerebrovascular (Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular Departemen
Kesehatan RI, 2006). Laporan dari
N
1 N (d 2 )
Keterangan:
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan
(0,05)
20
1 20(0.052 )
20
n = 1 0,05
20
n = 1,05
n =19,04
Jadi sampel yang dibutuhkan sebanyak 19
responden.
Variabel independen dalam penelitian
ini adalah terapi tertawa sedangkan terapi
dependen adalah tekanan darah sistolik
dan diastolik. Alat ukur untuk terapi
tertawa berupa SOP terapi tertawa dan
tensimeter digital terapi tertawa diberikan
selam 3 minggu dengan jumlahnya 2 kali
seminggu yaitu di hari Selasa dan Jumat
Total waktu terapi tertawa adalah 3040menit. Pengukuran tekanan darah
diukur sebelum dan sesudah perlakuan
sampai hari keenam, tetapi yang dianalisa
menjadi data pre adalah pengukuran di
awal sebelum terapi hari pertama dan yang
menjadi data post adalah hasil pengukuran
terakhir di hari keenam paska pemberian
terapi tertawa. Data yang terkumpul
kemudian dianalisis menggunakan uji
statistik Paired t-test dengan tingkat
kemaknaan <0,05. Artinya, bila uji t
berpasangan menghasilakan P0,05,
maka Ho ditolak dan hipotesis diterima
hal ini berarti ada perubahan tekanan
darah sebelum dan sesudah intervensi
terapi tertawa selama 3 minggu.
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa tekanan darah sistolik
sebelum diberikan terapi tertawa dari 19
responden yang tertinggi adalah 192
mmHg dan tekanan darah sistolik
terendah adalah 163 mmHg. Sedangkan
tekanan darah sistolik sesudah diberikan
terapi tertawa dari 19 responden yang
tertinggi adalah 184 mmHg dan tekanan
darah sistolik terendah adalah 149 mmHg.
Berdasarkan tekanan darah diastolik
19 responden sebelum diberikan terapi
diketahui bahwa tekanan yang tertinggi
adalah 88 mmHg dan tekanan darah
terendah adalah 74 mmHg sedangkan
mengandung
lemak
jenuh
yang
merangsang peningkatan kolesterol dalam
pembuluh darah. Pada responden 11
memiliki masalah yang sama dimana
responden 11 tidak merokok, tidak
meminum minuman beralkohol, tidak
meminum
kopi
namun
masih
mengkonsumsi garam dan lemak hewani
serta
jarang
berolahraga
dimana
responden hanya berolahraga seminggu
sekali.
Setelah melihat perubahan tekanan
darah sistolik pada responden sekarang
masuk pada tekanan darah diastolik
dimana pada tekanan darah diastolik
terjadi penurunan dalam rentang 2 mmHg
(Responden 6 dan Responden 19) - 24
mmHg (Responden 14). Pada responden
dengan penurunan 2 mmHg tekanan darah
diastolik berdasarkan data demografi
responden 6 meski tidak merokok, dan
minum alkohol namun responden
mengkonsumsi kopi, garam, makanan
berlemak hewani, jarang berolahraga dan
usia responden adalah 55 sehingga
penurunan tekanan darah diastolik hanya
2 mmHg setelah diberi terapi 6 kali. Pada
responden 19 meski tidak merokok,
minum kopi, minum minuman beralkohol
serta cukup rajin berolahraga namun
responden mengkonsumsi lemak hewani,
mengkonsumsi garam dan usia responden
sudah mencapai 75 tahun. Berbanding
terbalik dengan responden 6 dan 19
responden 14 mengalami penurunan
tekanan darah yang signifikan setelah
diberikan terapi tertawa sebanyak 6 kali
yakni mencapai 24 mmHg jika merujuk
pada data responden terlihat bahwa
responden no 14 berusia 63 tahun lebih tua
dari responden 6 yang usianya 55 tahun
namun mempunya kebiasaan hidup yang
baik dengan tidak mengkonsumsi garam,
koko, kopi, alkohol, rajin berolahraga dan
responden hanya mengkonsumsi lemak
nabati.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa perubahan tekanan
darah responden bukan hanya dipengaruhi
oleh terapi tertawa yang diberikan oleh
KEPUSTAKAAN
Amaki et al. 2007. A case of Neurally
Mediated Syncope Induced by
Laughter Successfully Treated
With Combination of Propanolol
and Midodrine. (Int Heart J
2007; 48: 123-127). Jepang.
Diakses: (13 Maret 2012)
Andol. 2009. Terapi Tertawa. Diakses
pada tanggal 13 Maret 2012 dari
http://m.epochtimes.co.id.
Anggun, R. P. dan Nurtjahjanti. H.
2001. Pengaruh Penerapan
Terapi
Tawa
Terhadap
Penurunan Tingkat Stres
Kerja Pada Pegawai Kereta
Api, Jurnal Psikologi Undip
Vol. 10, No.2, Oktober 2011.
Fakultas Psikologi UNDIP.
Semarang
Arif, M. 2001, Kapita Selekta
Kedokteran. EGC. Jakarta
Arifin et al. 2012. Jurnal Fakultas
Keperawatan
Universitas
Airlangga:
Perbedaan
Communication Back Massage
dan Back Massage dalam
Menurunkan Tekanan Darah
Pada Klien dengan Lansia
dengan Hipertensi. Fakultas
Keperawatan
Universitas
Airlangga Surabaya. Surabaya
Ariana, D. 2006. Terapi Humor untuk
Menurunkan Tingkat Stres pada
Mahasiswa
Baru.
Skripsi.
Fakultas Psikologi UNAIR.
Surabaya. Tidak dipublikasikan.
Aronow, W.S. 2011. A report of the
American
college
of
cardiology foundation task
force on clinical expert on
consensus
documents,
ACCF/AHA
2011
Expert
Consensus
Document
on
Hypertension in the Elderly
April 2011. Elsevier. USA
Astawan,
B.
2002.
Hubungan
pengetahuan
dan
sikap
keluarga terhadap praktek
perawatan
penderita
hipertensi di RS Wira Bakti
Tamtama. Skripsi. Stikes
Karya Husada. Semarang
Ayu, A . 2005. Terapi Tertawa Untuk
Hidup lebih Sehat, Bahagia dan
Ceria.
Pustaka
Larasati.
Yogyakarta
Chobanian. A. V et al. 2003. The Seventh
Report of the Joint National
Committee
on
Prevention,
Detection,
Evaluation:
an
Treatment of
High Blood
Pressure. The JNC 7 Report
Corwin, E. J. 2000. Buku
Patofisiologi. EGC. Jakarta
Saku
Naskah
Lengkap
Konggres
Nasional III Dan Temu Ilmiah
Nasional II.Yogyakarta: Medika
FK UGM
Pusat Bahasa, 1991. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
Pusat Data Dan Informasi Kementrian
Kesehatan
RI.
2010.
Data/informasi
Kesehatan
provinsi Nusa Tenggara Timur.
Jakarta
Sheps. 2005. Mayo Clinic Hipertensi,
Mengatasi Tekanan Darah
Tinggi. PT Intisari Mediatama .
Jakarta
Sidabutar & Prodjosujadi. 1990 Ilmu
Penyakit Dalam II. Balai
penerbitFKUI. Jakarta
Simanungkalit dan Pasaribu, 2007. Terapi
Tawa Efektif Menagkal Stres dan
Membantu Mengobati Kanker,
Darah Tinggi, Sakit Kepala,
Gangguan Syaraf, Maag dan
lain-lain. Papas Sinar Sinanti.
Jakarta:
Soleh. M (2006). Terapi Sholat Tahajud
Menyembukan
Berbagai
Penyakit.
Penerbi
Hikmah.
Jakarta
Suprayogi A. (2004). Sistem Sirkulasi
(Kardiovaskuler). Buku Panduan
Dan
Kumpulan
Modul
:
Pelatihan
Singkat
Teknik
Laboratorium Hewan Percobaan
Bidang Biologi Dasar, Bogor
PSIH IPB dan Depdiknas 18-24
Agustus 2004. Bogor
Susalit, E. 2001. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi
Ketiga. Balai Penerbit FK-UI.
Jakarta:
2006.
Faktor
Risiko
Hipertensi,
Warta
Pengendalian Penyakit Tidak
Menular: Jakarta