[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (0 votes)
215 views5 pages

Jurnal Kehamilan Ektopik

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 5

Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 2, Nomor 3, November 2014

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN KEJADIAN


KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI BLU RSUP PROF. DR. R. D.
KANDOU MANADO PERIODE 2009 2013

Deanette M. R. Aling
2
Juneke J. Kaeng
2
John Wantania

Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado


Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: aling.michelle@gmail.com

Abstract: Ectopic pregnancy accounts for 1 in 200 (5-6%) maternal mortality in developed countries.2
According to the WHO, with over 60 000 annual cases in Indonesia that is 3% of its population, the
number of ectopic pregnancies in Indonesia is estimated to be on the brink to cases in developed
countries.6 A risk factor for ectopic pregnancy that has surged over the years is the use of
contraceptive methods. According to the research at the Department of Epidemiology and Social
Medicine University of Brussels in the 90s and two consecutive research the at the Department of
Obstetrics and Gynecology BLU RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado in 2001 and 2011, the use of
contraceptive methods have proven to have significant correlation with the incidence of ectopic
pregnancy (p>0.05).5,10The issues above are what underlie the aim of this research that is to
investigate the possibility for ectopic pregnancies to occur in patients diagnosed with ectopic
pregnancy with prior use of contraceptive methods at the Department of Obstetrics and Gynecology
BLU RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado from October 2009 October 2013. The method applied
for this research is by performing a 5 year retrospective study - analyzing the number of patients with
ectopic pregnancy as well as those with prior use of contraceptive methods. The result from a ChiSquare analysis is p = 0.457, where if p < 0.05, means there is a significant correlation. Thus with such
result, it is proven that there is no significant correlation between the use of contraceptive methods
with the incidence of ectopic pregnancy.
Keywords: ectopic pregnancy, contraceptive methods.
Abstrak: Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan penyebab 1 dari 200 (5-6%) mortalitas
maternal di negara maju.2 Dengan 60.000 kasus setiap tahun atau 3% dari populasi masyarakat, angka
kejadian KET di Indonesia diperkirakan tidak jauh berbeda dengan negara maju, menurut WHO.6
Adapun salah satu faktor risiko KET yang dinilai semakin meningkat dewasa ini adalah pemakaian
alat-alat/ metode kontrasepsi. Ditinjau dari penelitian di Department of Epidemiology and Social
Medicine University of Brussels pada tahun 90an dan penelitian di BLU RSUP Prof. dr. R. D. Kandou
Manado pada tahun 2001 dan 2011, pemakaian alat kontrasepsi dengan kejadian KET memiliki
hubungan yang signifikan, dengan p > 0.05. Masalah tersebut yang menjadi dasar tujuan penelitian ini,
yaitu untuk menindaklanjuti kemungkinan terjadinya KET pada pasien-pasien KET dengan riwayat
pemakaian kontrasepsi, dengan memberikan gambaran mengenai data-data kasus KET dengan riwayat
penggunaan kontrasepsi yang diperiksa di bagian Obstetri dan Ginekologi BLU RSUP Prof. dr. R. D.
Kandou Manado periode Oktober 2009 Oktober 2013.Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah dengan melakukan studi retrospektif, yaitu dengan melakukan pendataan jumlah pasien KET,
serta riwayat penggunaan kontrasepsi oleh pasien-pasien KET tersebut dalam kurun waktu 5 tahun.
Hasil yang ditemukan memperlihatkan hasil uji Chi-Square adalah p = 0.457, dimana jika nilai p <
0.05, maka dikatakan terdapat hubungan yang signifikan. Oleh karena nilai p pada uji Chi-Square di
tabel 4.4.A >0.05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
riwayat penggunaan kontrasepsi dengan kejadian KET.
Kata kunci: KET (Kehamilan Ektopik Terganggu), kontrasepsi.

Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 2, Nomor 3, November 2014

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)


merupakan salah satu masalah di bidang
ginekologi yang berkontribusi pada mortalitas maternal.3,4Menurut American College
of Obstericians and Gynecologists (2008),
2% dari seluruh kehamilan di trimester
pertama di Amerika Serikat adalah kehamilan
ektopik. Jumlah ini berkontribusi sekitar 6%
pada semua kematian terkait kehamilan.3
Riset World Health Organization
(WHO) 2007 menunjukkan bahwa, KET
merupakan penyebab satu dari 200 (5-6%)
mortalitas maternal di negara maju.2Dengan
60.000 kasus setiap tahun atau 3% dari
populasi masyarakat, angka kejadian KET di
Indonesia diperkirakan tidak jauh berbeda
dengan negara maju, menurut WHO.6
Salah satu dari beberapa faktor risiko
KET yang prominen adalah kegagalan
penggunaan kontrasepsi.2 Kontrasepsi merupakan metode handal dalam mencegah
kehamilan, namun masih terdapat celah
untuk terjadinya kegagalan dalam pengunaannya. Pada sebagian kegagalan kontrasepsi,
jumlah relatif kehamilan ektopik meningkat.
Contohnya antara lain, beberapa bentuk
sterilisasi tuba, Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR), kontrasepsi darurat (EC)
estrogen dosis tinggi dan mini pills yang
hanya mengandung progestin.2
Studi meta analisis literatur mengenai
hubungan penggunaan dan risiko kehamilan
ektopik dari tahun 1977 sampai 1994 oleh
Department of Epidemiology and Social
Medicine University of Brussels, Belgium
menemukan Odds Ratio (OR) gabungan
10,63 pada wanita pengguna AKDR
dibandingkan dengan dengan wanita hamil
sebagai variable kontrol. Hal ini menunjukkan signifikansi hubungan antara penggunaan
AKDR dengan KET, dengan hasil OR lebih
besar dari nilai p = 0,05.7
Adapun hasil penelitian dari beberapa
rumah sakit di Indonesia yang menunjukkan
hubungan penggunaan kontrasepsi dengan
KET. Hasil penelitian Suparman di BLU
RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado tahun
2001, menunjukkan bahwa angka kejadian
KET meningkat pada penggunaan alat
kontrasepsi yaitu berjumlah 48 jiwa
(71,63%) dibandingkan dengan yang tidak

menggunakan alat kontrasepsi, yaitu


berjumlah 19 jiwa (28,36%). Hasil ini
menjadi salah satu acuan dari penelitian
deskriptif selanjutnya tentang distribusi
penderita KET yang disebabkan oleh
pemakaian kontrasepsi di rumah sakit yang
sama pada periode 1 Januari 2010- 31
Desember 2011, dimana ditemukan total
sebanyak 15 kasus KET yang disebabkan
oleh pemakaian kontrasepsi dari 41 kasus
yang terdiagnosis KET.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
analitik
dengan
pendekatan
studi
retrospektif, yaitu dengan melakukan
pendataan jumlah pasien KET, serta riwayat
penggunaan kontrasepsi oleh pasien-pasien
KET tersebut.Penelitian dilakukan pada
bulan Oktober-November 2014. Sedangkan
lokasi penelian, bertempat di Bagian
Obstetri dan Ginekologi BLU RSUP Prof.
dr. R. D. Kandou Manado. Populasi adalah
semua pasien KET di bagian Obstetri dan
Ginekologi BLU RSUP Prof. dr. R. D.
Kandou Manado dalam 5 tahun terakhir,
yaitu periode 2009 - 2013. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah penggunaan alat
kontrasepsi, sedangkan variabel terikat
adalah kejadian Kehamilan Ektopik
Terganggu (KET).
Data yang digunakan dalam penelitian
bersifat sekunder, yang diperoleh dari rekam
medis wanita dengan KET. Selanjutnya,
data dianalisa dengan sistim tabulasi bentuk
distribusi frekuensi dan diuji dalam bentuk
analisis univariat untuk mendeskripsikan
data yang didapat, menggunakan SPSS versi
16.0.
HASIL & PEMBAHASAN
Setelah melalui tahap pendataan,
jumlah pasien KET periode 2009 2013 di
Bagian Obstetri BLU RSUP Prof. dr. R. D.
Kandou Manado berjumlah 271 orang.
Adapun karakteristik sampel penelitian
hanya ditinjau berdasarkan umur pasien,
karena merupakan hal yang relevan dalam
penelitian ini. Oleh karena itu, kategori
umur pasien dibagi menjadi <20 tahun, 20-

Aling, Kaeng, Wantania; Hubungan Penggunaan Kontrasepsi...

24 tahun, 25-29 tahun, 30-34 tahun, 35-39


tahun dan 40 tahun. Gambaran distribusi
pasien KET sesuai umur dapat dilihat pada
Tabel berikut:

Tabel 1.Karakteristik berdasarkan umur


Umur

Persentase (%)

<20
20-24
25-29
30-34
35-39
40 >
Total

8
44
56
84
57
22
271

3
16.2
20.7
31
21
8.1
100

Berdasarkan Tabel 1, pasien KET


distribusi umur pasien KET terbanyak
adalah pada kelompok usia 30-34 tahun,
yaitu berjumlah 86 (32%) dari 271 pasien.
Penelitian tentang insiden kehamilan
ektopik di Ebony State University Teaching
Hospital, Abakaliki, Nigeria periode Juni
2002 sampai Mei 2012 menunjukkan
bahwa, jumlah pasien KET terbanyak
terdapat pada kelompok usia 25-29 tahun,
yaitu 88% dari 205 pasien.9Oleh karena itu,
berdasarkan perbandingan dari penelitian
diatas, dapat disimpulkan bahwa usia rentan
terjadinya KET pada wanita adalah pada
usia 25-35 tahun.6Hal ini tidak mengejutkan
dikarenakan selain usia 20-30 tahun
merupakan usia reproduksi, wanita dalam
kelompok usia ini memiliki risiko aktifitas
secara seksual yang tinggi.9
Selanjutnya, dilakukan analisis univariat pada riwayat penggunaan kontrasepsi
untuk
mengetahui
jika
penggunaan
kontrasepsi terbukti memiliki hubungan
yang signifikan dengan kejadian KET, jenis
kontrasepsi mana yang cenderung memiliki
risiko terbesar menyebabkan KET. Selain
itu, distribusi lokasi KET pada pasien juga
dianalisa pada penelitian ini. Hasil analisis
univariat kedua kategori ini, dapat dilihat
pada kedua tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi frekuensi riwayat


penggunaan kontrasepsi pada pasien KET
Riwayat
Penggunaan
Kontrasepsi
Tidak menggunakan
Kontrasepsi
Menggunakan
Kontrasepsi
KB Suntik
Pil KB
AKDR
Susuk
Kondom
Total

Persentase
(%)
51.7
48.3
31.4
11.4
3.7
1.5
0.4
100

Tabel 2 menunjukkan bahwa, jumlah


pasien KET yang memiliki riwayat
kontrasepsi dengan yang tidak memiliki
riwayat kontrasepsi, hampir terbagi rata,
dengan 140 pasien (52%) yang memiliki
riwayat kontrasepsi dan 131 pasien (48%)
yang tidak. Penemuan ini membuktikan
bahwa baik yang menggunakan kontrasepsi
atau tidak, memiliki peluang yang hampir
sama untuk terkena KET. Adapun hal ini,
kontra dengan penelitian Suparman di BLU
RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado tahun
2001, dimana angka kejadian KET meningkat pada penggunaan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan
alat kontrasepsi, dengan perbandingan 2:1.6
Adapun pasien yang memiliki riwayat
kontrasepsi, dibagi berdasarkan jenis
kontrasepsi yang dipilih yaitu, KB Suntik
berjumlah 85 pasien (31%), Pil KB
sebanyak 31 pasien (11%), AKDR sebanyak
10 orang (4%), Susuk sebanyak 4 orang
(1%).Terlihat jelas bahwa, jenis kontrasepsi
yang paling banyak diminati adalah KB
Suntik Depo Progestin. Hasil ini sesuai
dengan data BKKBN Nasional tentang hasil
pelayanan peserta KB baru tahun 2012,
dimana KB suntik merupakan metode yang
paling banyak dipilih.10Banyak pula wanita
memilih KB Suntik dikarenakan metode ini
lebih praktis, dan dapat mengembalikan
kesuburan dalam jangka waktu yang cukup
singkat, yaitu 6-10 bulan.8

Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 2, Nomor 3, November 2014


Tabel 3. Distribusi frekuensi lokasi KET pada
pasien KET
Lokasi KET
Tuba Sinistra
Tuba Dextra
Ovarium Sinistra
Ovarium Dextra
Serviks
Abdomen
Jaringan Parut
Caesar
Total

121
148
1
1
0
0

Persentase
(%)
44.6
54.6
0.4
0.4
0
0

0
271

0
100

Tabel 3 menunjukkan bahwa, lokasi


KET paling sering adalah pada tuba,
khususnya di tuba dextra, yaitu sebanyak
148 pasien (55%), diikuti dengan tuba
sinistra dengan 121 pasien (45%). Jumlah
pasien dengan KET pada ovarium sinistra
dan dextra terbagi rata, yaitu 1 pasien
(0.4%) pada tiap lokasi, sedangkan pada
lokasi KET yang lain, tidak ditemukan
pasien KET pada penelitian ini. Temuan ini
sesuai dengan hasil dari beberapa studi
sebelumya, dimana lokasi paling sering
terjadinya kehamilan ektopik adalah pada
tuba.9,5,6 Adapun hasil dari penelitian ini
turut mendukung beberapa studi tersebut
dikarenakan oleh angka kejadian yang
mencakup hampir seluruh sampel penelitian
(99.2%), tuba falopiterbukti adalah lokasi
paling sering terjadinya KET, dengan 55%
KET terjadi pada tuba dextra dan 45% pada
tuba sinistra. Hal ini disebabkan karena tuba
falopi sangat banyak mengandung serat
elastik, pembuluh darah dan limfatik.Selain
itu, tuba falopi juga tidak memiliki lapisan
sub mukosa. Pada akhirnya, ovum yang
telah dibuahi, segera menembus epitel, dan
zigot akhirnya terimplantasi di dekat atau di
dalam otot tuba, dan bertahan karena suplai
nutrisi yang adekuat dari pembuluh darah
sekitar.3
Tabel 4 memperlihatkan hasil uji ChiSquare adalah p = 0.457, dimana jika nilai p
<0.05, maka dikatakan terdapat hubungan
yang signifikan. Oleh karena nilai p pada uji
Chi-Square di tabel 4.4.A>0.05, maka dapat

Tabel 4. Hasil uji Chi-Square hubungan riwayat


penggunaan kontrasepsi dengan kejadian KET
Penggunaan
Kontrasepsi

Kejadian KET
2009 - 2013
Persentase
n
(%)

Tidak menggunakan
Kontrasepsi

140

52

Menggunakan
Kontrasepsi

131

48

Total

271

100

Nilai p
<0,05

0,457

dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan


yang signifikan antara riwayat penggunaan
kontrasepsi dengan kejadian KET.
Hasil ini sama halnya dengan penelitian
yang dilakukan oleh K.T. Barnhart, dimana
dijelaskan bahwa tidak ada hubungan yang
jelas antara penggunaan kontrasepsi dengan
terjadinya kehamilan ektopik, namun
diperkirakan senggama selagi menggunakan
AKDR, dapat meningkatkan faktor risiko
sebesar 25-50%.1Meski tidak terdapat
hubungan yang signifikan secara statistik
antara riwayat penggunaan kontrasepsi dan
kejadian KET pada penelitian ini, namun
terbukti bahwa hampir 50% pasien KET
memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa,
penggunaan kontrasepsi dapat menjadi
faktor risiko terjadinya KET.3
SIMPULAN & SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Bagian Obstetri dan
Ginekologi BLU RSUP Prof. dr. R. D.
Kandou Manado, dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara riwayat
penggunaan kontrasepsi dengan kejadian
KET dilihat dari nilai p = 0.457 (p > 0.05).
Namun, perluada penelitian-penelitian baru
untuk menindak lanjuti kasus kehamilan
ektopik di sejumlah rumah sakit di kota
Manado, bahkan dalam skala nasional, agar
faktor-faktor KET lainnya dapat teridentifikasi, sehingga pencegahan dan
penanggulangan dini KET dapat terlaksana
secara cepat dan seksama.

Aling, Kaeng, Wantania; Hubungan Penggunaan Kontrasepsi...

DAFTAR PUSTAKA
1. Barnhart KT. Ectopic Pregnancy. N ENGL J
MED. 2009;361:379-87.
2. Berek J. Berek & Novaks Gynecology. 15th
Ed. Philadelphia: Lippincot Williams &
Wilkins; 2012.h.214.
3. Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth,
Rouse, Spong. Williams Obstetrics. 23rd Ed.
Dallas: McGraw-Hill Companies, Inc;
2010.h. 251-67.
4. J.L.V. Shaw, S.K. Dey, H.O.D. Critchley,
A.W. Horne. Current knowledge of the
aetiology of human tubal ectopic pregnancy.
Human Reproduction Update. 2010;16:432
444
5. Logor S, Wagey F, Loho M. Tinjauan Kasus
Kehamilan Ektopik di BLU RSUP Prof. dr.
R. D. Kandou Manado periode Januari 2010
31 Desember. Jurnal eBM. 2013;1(1):4044.

6. Suryawan A. Gunanegara H, Sastrawinata


U. Profil Penderita Kehamilan Ektopik
Terganggu periode 1 Januari 2003 31
Desember 2004 di RS Immanuel Bandung.
JKM. 2007;6(2):1-3.
7. Woolrych H, Wooley. Progestogen-only
emergency contraception and ectopic
pregnancy. BMJ. Journal of Family
Planning and Reproductive Health Care.
2003;29(1):5-6.
8. Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Purtaka Sarwono Prawirohardjo; 2003.
9. Lawani O, Okechukwu A, Ezeonu P.
Ectopic pregnancy: a life-threatening
gynecological emergency. International
Journal of Womens Health 2013;5:515521.
10. Badan Pusat Statistik (BPS). Laporan
Pendahuluan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2012. Jakarta:
Badan Pusat Statistik; 2012. h.9.

You might also like