Bela Purnama Dewi, Nurjannah
1
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN ASI
EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA
Bela Purnama Dewi, Nurjanah
Program Studi s1 Keperawatan, STIKES Mitra Adiguna Palembang
Komplek Kenten Permai Blok J No 9-12 Bukit Sangkal Palembang 30114 (font 10)
Email :belapurnamadewi@gmail.com, nurjanah.karso@gmail.com
Abstrak
Semakin banyaknya ibu bekerja menjadi salah satu faktor tidak tercapainya
pemberian ASI esklusif. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI
eksklusif pada ibu yang bekerja dibagi menjadi 3 yaitu, faktor predisposisi, faktor pemungkin,
dan pendorong. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor – faktor yang
mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif pada ibu bekerja. Metode penelitian yang
digunakan adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel pada
penelitian ini ibu bekerja yang memiliki bayi usia 6 – 24 bulan sebanyak 40 orang yang
diambil menggunakan teknik total sampling. Hasil uji statistik Chi-Square diketahui
dukungan atasan kerja tidak ada hubungan terhadap keberhasilan ASI eksklusif (p=0,225),
ketersediaan fasilitas ada hubungan terhadap keberhasilan ASI eksklusif (p=0,033) dan
dukungan teman kerja tidak ada hubungan terhadap keberhasilan ASI eksklusif (p=0,726)
terhadap keberhasilan ASI esklusif. Saran bagi RS diharapkan adanya peningkatan dukungan
tenaga kesehatan serta atasan kerja terkait pelaksanaan pemberian ASI eksklusif sehingga
keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja semakin bertambah.
Kata Kunci
:Dukungan Tempat Kerja, Keberhasilan ASI Eksklusif
Abstract
The increasing number of working mothers is one of the factors not achieving
exclusive breastfeeding. The factors that influence the success of exclusive breastfeeding in
working mothers are divided into 3, namely, predisposing factors, enabling factors, and
driving factors. The purpose of the study was to determine the relationship of factors that
influence the success of exclusive breastfeeding in working mothers. The research method
used is observational analytic with cross sectional design. The sample in this study was
working mothers who had babies aged 6-24 months as many as 40 people who were taken
using a total sampling technique. The results of the Chi-Square statistical test showed that
the support of work superiors had no relationship to the success of exclusive breastfeeding (p
= 0.225), the availability of facilities had a relationship with the success of exclusive
breastfeeding (p = 0.033) and the support of colleagues had no relationship to the success of
exclusive breastfeeding (p = 0.726) on the success of exclusive breastfeeding. Suggestions for
hospitals are expected to increase the support of health workers and work superiors related
to the implementation of exclusive breastfeeding so that the success of exclusive
breastfeeding for working mothers will increase.
Keywords: Workplace Support, Success of Exclusive Breastfeeding
Jurnal kesehatan dan pembangunan, Vol. 12, No. 24, Juli 2022
Bela Purnama Dewi, Nurjannah
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi
esensial yang mengandung sel- sel darah
putih, imunoglobulin, enzim, hormon dan
protein spesifik serta zat gizi lainnya yang
diperlukan untuk kelangsungan tumbuh
kembang bayi (Ni’mah, 2017). Menurut
WHO (2020) ASI Eklusif membantu bayi
bertahan hidup dan membangun antibodi
yang mereka butuhkan agar terlindungi
dari berbagai penyakit, peningkatan angka
ibu menyusui secara global berpotensi
menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000
anak usia balita dan dapat mencegah
penambahan
20.000
kasus
kanker
payudara pada perempuan setiap tahunnya.
Pemberian ASI eksklusif dapat
bermanfaat untuk melindungi bayi dari
infeksi dan mencegah kekurangan kadar
gula darah pada bayi. Menyusui dapat
mempercepat proses pengecilan rahim
secara alami dan mengurangi bahaya
perdarahan sesudah melahirkan (Lailatul,
2017). WHO dan United Nations
Children’s
Fund
(UNICEF)
merekomendasikan
kebijakan
Infant
Young and Child Feeding atau disebut
dengan Standar Emas Pemberian Makan
pada Bayi dan Anak yang salah satunya
adalah memberikan ASI saja pada bayi
sejak lahir sampai usia 6 bulan (WHO,
2020).
Namun
pada
kenyataannya
pemberian ASI eksklusif di Indonesia
masih belum mencapai angka yang
diharapkan yaitu 80%. Berdasarkan
cakupan ASI Eksklusif pada Profil
Kesehatan
Indonesia
tahun
2019
pencapaian ASI eksklusif sekitar 67,74%.
Sedangkan dari Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan, cakupan pemberian ASI
eksklusif 5 tahun terakhir mengalami
fluktuaktif dari 63,44% tahun 2014 turun
menjadi 61% tahun 2015, turun lagi
menjadi 59,38% pada tahun 2016 turun
menjadi 58,23% tahun 2017 kemudian
naik 60,7% pada tahun 2018 (Dinkes
Provinsi, 2018). Sedangkan untuk jumlah
kematian Balita di Sumatera Selatan tahun
2
2018 sebanyak 29 orang, jumlah ini
mengalami penurunan di banding tahun
2017 sebanyak 48 orang kematian Balita.
Saat ini banyak sekali Ibu akhirnya
berhenti menyusui atau mulai memberikan
makanan tambahan sebelum 6 bulan,
ketika mereka kembali bekerja setelah
1
melahirkan. Sehingga semakin banyak ibu
yang bekerja menjadi salah satu faktor
tidak tercapainya pemberian ASI esklsuif
dengan alasan sulit membagi waktu antara
memberikan ASI dengan bekerja (IDAI,
Terdapat
3
faktor
yang
2015).
mempengaruhi keberhasilan pemberian
ASI eksklusif terutama pada ibu yang
bekerja
yaitu,
faktor
predisposisi
(predisposising),
faktor
pemungkin
(enabling) dan pendorong (reinforcing).
Faktor-faktor predisposisi (predisposising
factors),
yaitu
faktor-faktor
yang
mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya
perilaku
Faktor-faktor
pemungkin (enabling factors) yaitu faktorfaktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan.
Faktor ini meliputi sarana dan prasarana
atau fasilitas untuk memerah dan
menyimpan ASI seperti ruang menyusui,
alat pompa, botol tempat menyimpan ASI
dan lemari pendingin. Sedangkan, faktor
pendorong atau (reinforcing factors)
adalah faktor penyerta yang dapat
memperkuat perilaku seseorang. Faktor
tersebut dapat berupa dukungan atau
dorongan dari orang lain seperti atasan dan
teman kerja (Yulian, 2021).
Sedangkan penelitian Ni’mah
(2017), menyatakan bahwa gangguan
proses pemberian ASI eksklusif terjadi
karena banyaknya ibu bekerja. Kendala
ibu bekerja dalam memberikan ASI
eksklusif dikarenakan jarak tempat kerja
yang cukup jauh dari rumah, kurangnya
ketersediaan fasilitas ruang memerah ASI
di tempat kerja, jenis pekerjaan dan
kondisi lingkungan kerja yang tidak
mendukung serta rendahnya implementasi
hak kesehatan reproduksi pada pekerja
perempuan. Padahal pemerintah melalui
Jurnal kesehatan dan pembangunan, Vol. 12, No. 24, Juli 2022
Bela Purnama Dewi, Nurjannah
Kementerian
Kesehatan
telah
mengeluarkan kebijakan terkait pemberian
ASI eksklusif di tempat kerja dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 tentang pemberian ASI eksklusif
yang mewajibkan untuk setiap perusahaan
atau tempat kerja memberikan ruang untuk
ibu menyusui yang bekerja agar tetap bisa
memberikan ASI eksklusif. Namun,
banyak yang belum menyediakannya
karena
berbagai
alasan,
misalnya
mengeluarkan biaya lebih banyak untuk
menyediakan sarana dan prasarana untuk
ibu menyusui atau berkurangnya waktu
untuk bekerja bagi karyawati yang
menyusui atau memerah ASI di kantor.
Hal ini berarti tidak semua perusahaan
menerapkan
kebijakan yang telah
ditetapkan pemerintah dalam peraturan
tersebut.
Dari survei awal yang dilakukan di RS
Khusus Mata Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan didapatkan
bahwa
masih banyak ibu yang memberikan ASI
kepada bayinya namun tidak secara
eksklusif. Hasil dari wawancara tersebut
diketahui bahwa sebanyak 13 dari 20 ibu
memilih menggunakan susu formula
dengan alasan lebih mudah diberikan,
tidak repot, dan padatnya kegiatan saat
bekerja karena sebagian besar pegawai
bekerja selama 7-9 jam dalam sehari,
sehingga mereka tidak bisa memberikan
ASI. Sedangkan sisanya tetap memberikan
ASI eksklusif dengan memerah. Dari hasil
peninjauan ditemukan adanya ruang laktasi
di RS Mata, hal ini dapat membantu
pegawai untuk tetap memberikan ASI
eksklusif dengan melakukan perah ASI
sehingga tetap bisa memberikan Nutrisi
yang baik kepada banyinya. Nutrisi
dikategorikan sebagai salah satu faktor
penentu pertumbuhan yang optimal. Jika
bayi mengalami kekurangan nutrisi atau
gizi buruk, pengurangan jumlah sel otak
akan terjadi sebanyak 15%-20% dan hal
ini dapat mempengaruhi potensi tumbuh
kembang anak dan kematian pada anak
(Sartika, 2018)
3
Berdasarkan hal tersebut, sehingga
peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang faktor- faktor yang
berhubungan terhadap keberhasilan ASI
eksklusif pada Ibu bekerja.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di RS
Mata. Metode penelitian yang digunakan
adalah analitik observasional dengan
rancangan
cross
sectional.
Untuk
mengetahui adanya hubungan dukungan
tempat kerja dengan keberhasilan ASI
Eksklusif.
Populasi pada penelitian ini
adalah semua ibu bekerja di RS Mata
yang memiliki bayi usia 6 – 24 bulan
sebanyak 40 orang.
Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik total
sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel dengan mengambil seluruh
anggota populasi sebagai responden atau
sampel (Sugiyono, 2007) yaitu sebanyak
40 orang.
Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
adalah analitik observasional dengan
rancangan cross sectional
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RS
Mata Palembang, dilaksanakan pada 21
Maret – 22 April 2022.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk
mengetahui distribusi frekuensi dan
persentase dari variabel dependen yaitu
umur, pendidikan, pekerjaan, durasi kerja,
jarak rumah ke tempat kerja dan
keberhasilan ASI eksklusif.
Jurnal kesehatan dan pembangunan, Vol. 12, No. 24, Juli 2022
Bela Purnama Dewi, Nurjannah
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi
Karakteristik Subjek Penelitian
Terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif
Karakteristik Subjek
Usia Ibu
20 – 35 tahun
< 20 tahun atau > 35
tahun
Pendidikan
Nakes
Non Nakes
Pekerjaan
PNS
Non PNS
Durasi Kerja
≤ 7 jam
> 7 jam
Jarak Rumah ke
TempatKerja
Dekat (≤ 2
km)
Jauh (> 2
km)
Keberhasilan ASI
Eksklusif
ASI Eksklusif
Tidak ASI Eksklusif
Frekuensi
Persentase
29
11
72.5
27.5
24
16
60
40
25
15
62.5
37.5
25
15
15
85
4
36
10
90
18
22
45
55
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa
usia responden padapenelitian ini memiliki
usia reproduksi sehat (20 – 35 tahun)
sebesar 72.5%. Sebagian besar tingkat
pendidikan ibu adalah tenaga Kesehatan
yaitu 60%. Sedangkan mayoritas jenis
pekerjaan ibu adalah PNS yaitu 62.5%.
Karakteristik
responden
berdasarkan durasi kerja, 85% ibu bekerja
selama > 7 jam. Sedangkan mayoritas
jarak rumah ibu ke tempat kerja adalah
jauh
(>
2km)
sebesar
90%,
ketidakberhasilan ASI eksklusif pada ibu
bekerja adalah sebesar 55%.
Analisa bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel
independen
dan
dependen
dalam
penelitian. Analisa dilakukan dengan
cara memasukkan hasil kategori-kategori
responden ke dalam table contigency 2x2
melalui komputerisasi serta menggunakan
derajat kemaknaan 95% atau nilai α =
4
0.05. Keputusan
statistik diambil
berdasarkan p-value. Jika p-value < 0.05
maka ada hubungan sedangkan jika pvalue ≥ 0.05 maka tidak ada hubungan.
Hasil analisis statistik dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.3. Analisis bivariat dukungan
atasan kerja terhadap keberhasilan
ASI eksklusif
Variabel
Dukungan
Atasan Kerja
Mendukung
Tidak
Mendukung
OR
95% CI
2.188
(0.613 –
7.808)
P
Pearson ChiSquare
0.225
Hasil dari penelitian didapatkan
bahwa tidak ada hubungan yangbermakna
antara dukungan atasan kerja terhadap
keberhasilan ASI eksklusif pada ibu
bekerja dengan nilai p-value = 0.225 (<
0.05), dan diperoleh pula nilai OR = 2.188
(0.613 – 7.808), artinya
peluang
terjadinya
dukungan
atasan
kerja
berpotensi 2.188 kali lipat tidak
mendukung ASI eksklusif.
Hal ini didukung pula dengan teori
bentuk dukungan atasan kerja terhadap
keberhasilan ASI eksklusif yang dimaksud
adalah berupa kebijakan tertulis tentang
dukungan terhadap pelaksanaan pemberian
ASI di tempat kerja, memberikan
kesempatan bagi pekerja perempuan untuk
menyusui jika memungkinkan ibu pulang
untuk menyusui atau disediakan tempat
penitipan bayi di tempat kerja. Bila tidak
memungkinkan maka pengelola tempat
kerja wajib memberi kesempatan memerah
ASI selama waktu kerja dan menyediakan
ruangan dan fasilitas untuk memerah ASI.
Waktu memerah minimal 20-30 menit
sekali memerah dan frekuensi memerah 34 kali per 8 jam kerja serta menyediakan
ruangan dan fasilitas untuk memerah ASI.
serupa dengan penelitian Nurul Syifa
(2021) yang juga mengemukakan bahwa
hubungan antara dukungan atasan kerja
Jurnal kesehatan dan pembangunan, Vol. 12, No. 24, Juli 2022
Bela Purnama Dewi, Nurjannah
terhadap keberhasilan ASI eksklusif
termasuk lemah dengan koefisien korelasi
(r) sebesar 0,312 dan berpola linier positif
yaitu semakin tinggi dukungan atasan
kerja maka semakin tinggi keberhasilan
ASI eksklusif.
Saat ini banyak ibu yang bekerja
untuk membantu perekonomian keluarga.
Ketatnya aturan jam kerja, lokasi tempat
tinggal yang jauh dari tempat kerja, atau
ketiadaan fasilitas kendaraan pribadi kerap
menjadi faktor yang menghambat ibu
untuk memberikan ASI. Tidak hanya itu,
ibu yang bekerja pasti akan lebih cepat
merasa kelelahan, sehingga merasa tidak
punya tenaga lagi untuk menyusui
(Damayanti, 2013). Bagi ibu yang bekerja,
urusan dan tanggungjawab pekerjaan tentu
akan diutamakan. Sehingga banyak ibu
yang melupakan tanggungjawab untuk
memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya. Padahal sudah ada cara yang
dapat dilakukan ibu bekerja yaitu dengan
melakukan manajemen laktasi dan
memberikan ASI perah.
Berdasarkan
teori
dan
hasil
penelitian yang ada, peneliti menganalisa
bahwa kegagalan pemberian ASI eksklusif
bagi ibu bekerja ini dapat dikarenakan
beberapa faktor. Salah satu faktor yaitu
tidak adanya kebijakan khusus tentang
Standar Operasional Prosedur dari tempat
kerja terhadap ibu menyusui, jam kerja
yang tidak sesuai dengan peraturan jam
kerja yang telah ditetapkan, Selain itu,
pandangan atasan kerja yang menganggap
produktivitas pekerja wanita akan menurun
serta banyak waktu yang terbuang karena
menyusui sehingga membuat atasan kerja
cenderung mengabaikan hak menyusui,
padahal semakin tinggi dukungan atasan
kerja maka semakin tinggi keberhasilan
ASI eksklusif. Untuk para pemangku
kebijakan di tempat kerja diharapakan
menerapkan kebijakan guna mendukung
pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja
sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan Nomor 15 tahun 2013.
5
Tabel 4.3. Analisis bivariat ketersediaan
fasilitas terhadap keberhasilan ASI
eksklusif
Variabel
Dukungan
Atasan Kerja
OR
95% CI
Mendukung
Tidak
Mendukung
0.222
(0.054 –
0.923)
P
Pearson ChiSquare
0.033
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR
= 0.222, artinya peluang terjadinya
dukungan ketersediaan fasilitas berpotensi
0.222 kali lipat mendukung ASI
eksklusif. Berdasarkan hasil uji statistic
dengan Pearson Chi-square didapatkan
nilai p-value sebesar 0.033 (< 0.05) yang
berarti menunjukkan ada hubungan yang
bermakna antara dukungan ketersediaan
fasilitas terhadap keberhasilan ASI
eksklusif pada ibu bekerja
Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Arum (2017) yang
dilakukan di Sleman Yogyakarta pada
karyawati yang sedang menyusui bayi
usia > 6 bulan sampai 12 bulan
menunjukkan
adanya
pengaruh
ketersediaan ruang
menyusui
terhadap keberhasilan ASI eksklusif
(p=0,000; RR=4.138), faktor lingkungan
berpengaruh positif terhadap pemberian
ASI eksklusif yaitu faktor lingkungan
yang mendukung pemberian ASI eksklusif
memperoleh hasil 64% (32 responden)
sedangkan
lingkungan
yang
tidak
mendukung memperoleh hasil sebesar
36%
(18
responden).
Lingkungan
mendukung disini mencakup adanya
fasilitas laktasi sesuai yang dibutuhkan ibu
bekerja.
Susanti (2012) pun menjelaskan
bahwa meskipun tidak ada kontak secara
langsung dengan bayi, ibu bisa
memberikan ASI dengan melakukan
kontak secara psikis melalui ASI perah di
ruang pojok laktasi tempat kerja. ASI hasil
perah dapat disimpan dalam lemari es
Jurnal kesehatan dan pembangunan, Vol. 12, No. 24, Juli 2022
Bela Purnama Dewi, Nurjannah
selama tiga hari sedangkan dalam freezer,
ASI beku dapat bertahan sampai 3-4 bulan,
sehingga dengan hal ini ibu akan terbantu
dalam pemberian ASI eksklusif pada
bayinya
Dalam
mencapai
keberhasilan
memberikan ASI eksklusif khususnya bagi
ibu yang bekerja, dukungan atasan tentu
sangat
dibutuhkan.
Toleransi
dan
kebijakan khusus yang diberikan bagi ibu
menyusui untuk memerah ASI pada jam
kerja tentu akan berdampak positif pada
pemberian ASI eksklusif oleh ibu bekerja.
Selain itu apabila dilengkapi dengan
fasilitas memadai di tempat kerja tentu
akan lebih memudahkan ibu bekerja untuk
memberikan ASI eksklusif (Damayanti,
2013).
Tabel 4.5. Analisis bivariat dukungan
teman kerja terhadap keberhasilan ASI
eksklusif
Variabel
Dukungan
Teman Kerja
Mendukung
Tidak
Mendukung
OR
95% CI
0.800
( 0.229 –
2.793 )
P
Pearson ChiSquare
0.726
Pada penelitian ini, didapatkan
bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara dukungan teman kerja
terhadap keberhasilan ASI eksklusif
pada ibu bekerja dengan nilai p-value
sebesar 0.726 (≥ 0.05) Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 0.800, artinya
peluang terjadinya dukungan teman kerja
0.800 kali lipat mendukung ASI
eksklusif.
Hal
ini
sependapat
dengan
penelitian Ida (2012) yang menemukan
bahwa tidak ada hubungan perilaku teman
kerja terhadap pemberian ASI eksklusif
dilihat dari hasil statistik yaitu P = 0,539.
Salah satu kendala dalam meningkatkan
pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya
dukungan teman kerja tentang menyusui
dalam bekerja, dimana teman merupakan
sumber pemberi dukungan terbaik bagi
ibu yang sedang menyusui. Hal yang
membedakan penelitian ini dengan
6
penelitian Ida ialah pada penelitian Ida,
responden yang diteliti dan karakteristik
teman yang diteliti yaitu ibu yang
menyusui di wilayah kerja puskesmas
kemiri baik yang bekerja maupun yang
tidak. Sedangkan pada penelitian ini
responden yang diteliti adalah ibu bekerja
dan karakteristik teman yang diteliti adalah
teman kerja.
Ibu yang bekerja mempunyai beban
ganda yaitu beban pekerjaan dan beban
sebagai ibu rumah tangga. Keputusan
memberikan
ASI
eksklusif
sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor, bagi ibu
yang bekerja diluar rumah, intensitas
pertemuan antara ibu dan bayi lebih sedikit
apabila dibandingkan dengan ibu yang
tidak bekerja atau bekerja dirumah. Ibu
yang bekerja di luar rumah akan lebih
banyak berinteraksi dengan orang – orang
yang berada di lingkungan kerjanya.
Sehingga dukungan dari teman kerja akan
mempengaruhi keputusan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif (Damayanti,
2013).
Dalam Ave (2016), teori Health
Belief Model dukungan teman kerja
merupakan isyarat untuk melakukan
tindakan memberikan ASI eksklusif bagi
ibu bekerja. Dukungan yang diberikan
dapat menjadi dorongan bagi ibu untuk
mempraktikkan pemberian ASI eksklusif
meskipun ibu sedang bekerja. Namun pada
penelitian
ini
hasil
uji
statistik
menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara dukungan teman kerja
dengan keberhasilan pemberian ASI
eksklusif. Hal ini disebabkan karena
meskipun mendapat dukungan dari teman
kerja, namun responden maupun teman
kerjanya juga mengalami kegagalan dalam
praktik
pemberian
ASI
eksklusif.
Didukung pula dengan teori perilaku yang
dikemukakan oleh Bandura yaitu Social
Learning Theory yang menjelaskan bahwa
tingkah laku manusia interaksi timbal balik
yang berkesinambungan antara faktor
kognitif, lingkungan, dan perilaku. Jadi
perilaku ibu bekerja dalam memberikan
Jurnal kesehatan dan pembangunan, Vol. 12, No. 24, Juli 2022
Bela Purnama Dewi, Nurjannah
ASI eksklusif tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor kognitif, tetapi juga faktor
lingkungan. Faktor lingkungan disini
bukan hanya sekedar dukungan yang
diberikan oleh teman kerja tetapi juga
contoh yang diberikan oleh teman kerjanya
(modeling). Teori ini mengemukakan
bahwa seseorang mengadopsi perilaku
dengan
mengamati,
kemudian
mempertimbangkan dan memutuskan
untuk
meniru
sehingga
menjadi
perilakunya sendiri.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dan pembahasan yang
dikemukakan,
maka
dapat
ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak ada hubungan antara dukungan
atasan kerja terhadap keberhasilan ASI
eksklusif pada ibu bekerja ( p-value =
0.225 dan nilai OR = 2.188)
2. Ada hubungan antara dukungan
ketersediaan
fasilitas
terhadap
keberhasil ASI eksklusif pada ibu
bekerja.( p-value = 0.033 dan nilai OR
= 0.222)
3. Tidak ada hubungan antara dukungan
teman kerja terhadap keberhasilan ASI
eksklusif pada ibu bekerja. (p-value =
0.726 dan nilai OR = 0.800 )
SARAN
1. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini di harapkan dapat
memberi pengetahuan bagi para Ibu
bekerja tentang pentingnya memberikan
ASI Eksklusif dan manfaatnya bagi
bayi di masa pertumbuhan serta dapat
memberikan informasi bagi para
pemangku kebijakan di tempat kerja
untuk mendukung program pemberian
ASI Eksklusif pada Ibu yang bekerja
dengan menyediakan ruang laktasi dan
sarana prasarana lainnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini
diharapkan dapat
7
menambah referensi pengetahuan serta
wawasan mengenai keberhasilan ASI
eksklusif yang dikaitkan dengan
dukungan tempat kerja.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan agar dapat meneliti variabel
lain yang lebih bervariasi mencakup
lebih banyak variabel yang diteliti
(variabel luar) agar dapat mengetahui
faktor
yang
berperan
dalam
keberhasilan ASI eksklusif pada ibu
bekerja
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Provinsi, S. S. (2018). Rencana
Kinerja Tahunan Deskonsentralisasi
Dinas Kesehatan (Issue 62).
https://erenggar.kemkes.go.id/file2018/eperformance/2-110009-2tahunan847.pdf
Dong, A. S. I. E., & Lim, R. (n.d.). “ASI
Ekslusif Dong!”
IDAI. (2015). Masalah Ibu Bekerja ASI
Atau Susu Formula.
Harahap IF, Siagian A, Tampubolon E.
Pengaruh
Faktor
Predisposisi
Pendukung dan Pendorong Ibu
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas
Pangirkiran Kecamatan Halongonan
Kabupaten Padang Lawas Utara.
Jurnal
Ilmiah
PANNMED.
2015;10(1):155–6. Tersedia dari:
http://ojs.poltekkesmedan.ac.id/pannmed/article/view/2
56
Ni’mah, N. L. (2017). Faktor-faktor yang
mempengaruhi
keberhasilan
pemberian Asi Eksklusif pada ibu
bekerja. Jurnal Kedokteran Umum,
6(2), 12–16.
(Nursalam,2008).Faktor-faktor
yang
berhubungan dengan pemberian ASI
Ekskusif pada bayi.Edisi 1. Jakarta
Jurnal kesehatan dan pembangunan, Vol. 12, No. 24, Juli 2022
Bela Purnama Dewi, Nurjannah
Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta
Putri, L. K., Karimi, J., & Nugraha, D. P.
(2013).
Fakultas
kedokteran
universitas
riau.
Pedoman
Penyelenggaran
Pendidikan
Fakultas
Kedokteran
Tahun
Akademik 2014/2015, 1–9.
Rosyadi, D. W. (2016). Hubungan Antara
Pengetahuan Ibu Bekerja, Jam Kerja
Ibu dan Dukungan Tempat Bekerja
dengan Keberhasilan Pemberian ASI
Eksklusif
di
Wilayah
Kerja
Puskesmas Banyudono I. Jurnal
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/47204/28/1.
NASKAH PUBLIKASI.pdf
Sartika,
S.
(2018).
HUBUNGAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DENGAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN PADA BAYI
USIA 7-12 BULAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS POASIA
TAHUN 2018 Diajukan. Politeknik
Kesehatan Kendari, 20.
Septiani, Hanulan , Budi, Artha K. Faktorfaktor yang Berhubungan dengan
Pemberian ASI eksklusif oleh Ibu
Menyusui yang Bekerja sebagai
Tenaga Kesehatan. Jurnal Ilmu
Kesehatan. 2017;2(2):11–3. Tersedia
dari:
www.
journal.lppmstikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
Dinkes Provinsi, S. S. (2018). Rencana
Kinerja Tahunan Deskonsentralisasi
Dinas Kesehatan (Issue 62).
https://erenggar.kemkes.go.id/file2018/eperformance/2-110009-2tahunan847.pdf
Dong, A. S. I. E., & Lim, R. (n.d.). “ASI
Ekslusif Dong!”
IDAI. (2015). Masalah Ibu Bekerja ASI
Atau Susu Formula.
8
Harahap IF, Siagian A, Tampubolon E.
Pengaruh
Faktor
Predisposisi
Pendukung dan Pendorong Ibu
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas
Pangirkiran Kecamatan Halongonan
Kabupaten Padang Lawas Utara.
Jurnal
Ilmiah
PANNMED.
2015;10(1):155–6. Tersedia dari:
http://ojs.poltekkesmedan.ac.id/pannmed/article/view/2
56
Ni’mah, N. L. (2017). Faktor-faktor yang
mempengaruhi
keberhasilan
pemberian Asi Eksklusif pada ibu
bekerja. Jurnal Kedokteran Umum,
6(2), 12–16.
(Nursalam,2008).Faktor-faktor
yang
berhubungan dengan pemberian ASI
Ekskusif pada bayi.Edisi 1. Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta
Putri, L. K., Karimi, J., & Nugraha, D. P.
(2013).
Fakultas
kedokteran
universitas
riau.
Pedoman
Penyelenggaran
Pendidikan
Fakultas
Kedokteran
Tahun
Akademik 2014/2015, 1–9.
Rosyadi, D. W. (2016). Hubungan Antara
Pengetahuan Ibu Bekerja, Jam Kerja
Ibu dan Dukungan Tempat Bekerja
dengan Keberhasilan Pemberian ASI
Eksklusif
di
Wilayah
Kerja
Puskesmas Banyudono I. Jurnal
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/47204/28/1.
NASKAH PUBLIKASI.pdf
Sartika,
S.
(2018).
HUBUNGAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DENGAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN PADA BAYI
USIA 7-12 BULAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS POASIA
TAHUN 2018 Diajukan. Politeknik
Kesehatan Kendari, 20.
Jurnal kesehatan dan pembangunan, Vol. 12, No. 24, Juli 2022
Bela Purnama Dewi, Nurjannah
Septiani, Hanulan , Budi, Artha K. Faktorfaktor yang Berhubungan dengan
Pemberian ASI eksklusif oleh Ibu
Menyusui yang Bekerja sebagai
Tenaga Kesehatan. Jurnal Ilmu
Kesehatan. 2017;2(2):11–3. Tersedia
dari:
www.
journal.lppmstikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
Wirasatari, B. (IDAI). (2013). Pemberian
Susu Formula pada Bayi Baru Lahir.
Indonesian Pediatric Society (IDAI),
1.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/as
i/pemberian-susu-formula-padabayi-baru-lahir
Islamilenia, Nurul Syifa (2021). Hubungan
Dukungan
Keluarga
terhadap
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Kedungmundu. In
hubungan
dukungan
keluarga
terhadap asi eksklusif.
Yusrina A, Devy SR. Faktor yang
Mempengaruhi
Niat
Ibu
Memberikan ASI Eksklusif di
Kelurahan Magersari, Sidoarjo.
Jurnal
Promkes.
2016;4(1):12.
Tersedia dari: https://ejournal.unair.ac.id/PROMKES/articl
e/view/5802/3711
Yunita,Sri. 2017. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan Pemberian ASI
Eksklusif pada Ibu Pekerja di
Kecamatan Umbulharjo [SKRIPSI].
Yogyakarta: Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Jurnal kesehatan dan pembangunan, Vol. 12, No. 24, Juli 2022
9