BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan mayarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya di bidang kesehatan dan di bidang lain yang berkaitan, agar mampu tercapai kehidupan sehat sejahtera sesuai visi Indonesia sehat 2010. “Terwujudnya masyarakat, bangsa dan Negara yang individunya hidup dalam lingkungan sehat dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya”.
Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat desa menuntut adanya tenaga kesehatan yang trampil dan profesional, hal ini selaras dengan visi misi STIKes Bina Cipta Husada Purwokerto yaitu untuk menghasilkan tenaga ahli madya yang profesional.
Kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) merupakan pencapaian dari mata kuliah kebidanan komunitas dan ilmu kesehatan masyarakat. Di harapkan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa ini, mahasiswa mampu mengerahkan ilmu kesehatan masyarakat dan kebidanan komunitas di masyarakat.Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Bidan telah diakui sebagai sebuah profesi dan untuk dapat dikatakan sebagai seseorang yang bekerja profesional, maka bidan harus dapat memahami sejauh mana peran dan fungsinya sebagai seorang bidan. Bidan dalam menjalankan profesinya mempunyai peran dan fungsi yaitu pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti.
Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat adalah proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan prioritas dari kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber-sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong
Fokus pelayanan bidan adalah ibu dan bayi serta masyarakat di komunitas atau masyarakat. Bidan harus memberikan pelayanan kepada masyarakat seluruhnya baik lingkup personal atau keluarga. Dalam komunitas bidan berperan sebagai pendidik, pengelola, peneliti, pelaksana. Serangkaian tugas itu mutlak dilakukan oleh bidan dalam komunitas bidan adalah antara lain penyuluhan dan nasehat tentang kesehatan, pemeliharaan kesehatan ibu dan anak balita, pengobatan sederhana bagi ibu dan balita, perbaikan gizi keluarga imunisasi pada ibu dan anak, pertolongan persalinan dirumah dan pelayanan keluarga berencana. Pelayanan kebidanan komunitas dilaksanakan oleh bidan secara mandiri, kolaboratif (kerja sama) sop[dengan tenaga kesehatan lain yang terkait. Pelayanan kebidanan komunitas dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantus, polindes, praktek bidan dan dirumah pasien.
Masalah yang timbul di masyarakat sangatlah beragam, sedangkan tenaga kesehatan yang di masyarakat khususnya didaerah pedesaan sebagian besar sudah tersedia, tapi cenderung terbatas. Kemungkinan untuk ketidakrataan untuk pelayanan dan perhatian pada seluruh lapisan Masyarakat sebagian besar sudah tersedia sangat besar, sehingga memungkinkan masyarakat tidak membiasakan hidup sehat. Seperti yang telah di programkan oleh pemerintah tentang indonesia sehat 2010 masyarakat Indonesia harus dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani.
Dalam upaya pelaksanaan program PKMD ini kami akan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh waga desa Kramat kecamatan Kembaran kabupaten Banyumas yaitu Masih banyak warga yang menjadi perokok aktif
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kesehatan masyarakat di deasa Kramat kecamatan kembaran kabupaten Banyumas
Tujuan Khusus
Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan masyarakat di desa Kramat RT 04 RW 02
Merumuskan masalah-masalah kesehatan masyarakat di desa Kramat RT 04 RW 02
Merumuskan prioritas kesehatan masyarakat di desa Kramat RT 04 RW 02.
Melaksanakan intervensi untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang ada di desa Kramat RT 04 RW 02.
Melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan
Manfaat PKMD
Bagi Mahasiswa
Mendapatkan penglaman dan keterampilan di bidang manajemen pengelolaan masalah kesehatan
Terpapar dengan kondisi dan lingkungn yang ada di masyarakat
Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang tepat terhadap permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat
Mendapatkan bahan untuk penulisan laporan selama praktik PKMD
Bagi Tempat Pelaksana PKMD
Lahan dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu penyelesaian masalah di bidang kesehatan untuk kebutuhan di unit masing-masing
Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara akademi dan institusi tempat pelaksanaan PKMD
Bagi institusi Program Studi DIII Kebidanan STIKes Bina Cipta Husada Purwokerto
Laporan PKMD dapat menjadi salah satu audit internal kualitas pengajaran
Memperkenalkan Program Studi DIII Kebidanan STIKes Bina Cipta Husada Purwokerto kepada masyarakat
Mendapatkan masukan bagi pengembangan Program Studi DIII Kebidanan STIKes Bina Cipta Husada Purwokerto
Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi, Khususnya Tentang pengabdian Masyarakat
Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Desa Kramat
Bagi penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi tentang praktek kebidanan komunitas.
Dapat memberikan asuhan kebidanan komunitas pada masyarakat tentang kesehatan.
BAB II
TINJAUA N TEORI
Konsep Dasar Kebidanan Keluarga
Batasan Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Anonim, 2008).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling tergantung (Depkes RI, 1988).
Struktur Keluarga
Menurut Wahid (2006) struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam:
Patrilineal adalah: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudarah sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
Matrilineal adalah: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
Matrilokal adalah: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
Patrilokal adalah: sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga sedarah suami.
Keluarga kawinan adalah: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan warga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri
Manajemen Kebidanan Komunitas
Manajemen Kebidanan adalah metode yang digunakan oleh bidan dalam menentukan dan mencari langkah-langkah pemecahan masalah serta melakukan tindakan untuk menyelematkan pasiennya dari gangguan kesehatan.
Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu identifikasi masalah, analisis dan perumusan masalah, rencana dan tindakan pelaksanaan serta evaluasi hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan oleh bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti, penerapan manajemen kebidanan komuniti (J.H. Syahlan, 1996).
Penerapan kebidanan komunitas antara lain :
Identifikasi masalah
Bidan yang berada di desa memberikan pelayanan KIA dan KB di masyarakat melalui identifikasi, ini untuk mengatasi keadaan dan masalah kesehatan di desanya terutama yang ditujukan pada kesehatan ibu dan anak.
Analisa dan perumusan masalah
Setelah data dikumpulkan dan dicatat maka dilakukan analisis. Hasil analisis tersebut dirumuskan sebagai syarat dapat ditetapkan masalah kesehatan ibu dan anak di komunitas.
Dari data yang dikumpulkan, dilakukan analisis yang dapat ditemukan jawaban tentang :
Hubungan antara penyakit atau status kesehatan dengan lingkungan keadaan sosial budaya atau perilaku, pelayanan kesehatan yang ada serta faktor-faktor keturunan yang berpengaruh terhadap kesehatan. (H.L. Blum).
Masalah-masalah kesehatan, termasuk penyakit ibu, anak dan balita
Masalah-masalah utama ibu dan anak serta penyebabnya
Faktor-faktor pendukung dan penghambat
Rumusan masalah dapat ditentukan berdasarkan hasil analisa yang mencakup masalah utama dan penyebabnya serta masalah potensial.
Diagnosa potensial
Diagnosa potensial yaitu diagnose yang mungkin terjadi
Antisipasi penanganan segera
Penanganan segera masalah yang timbu
Rencana (intervensi)
Rencana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan dan evaluasi.
Tindakan (implementasi)
Kegiatan yang dilakukan bidan di komunitas mencakup rencana pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Evaluasi
Untuk mengetahui ketepatan atau kesempurnaan antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan
Teori Medis
1.1 Lansia
Pengetian tentang Lansia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis.
Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahandalam hidupnya.Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia55 tahun sampai meninggal.Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.
Ciri – ciri Lansia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,yaitu:
Usia lanjut merupakan periode kemunduran Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduranakanamat terjadi.
Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.
Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia , penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, teradapat berbagai perbedaan teori, namun para pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan oleh faktor gen. Penelitian telah menemukan bahwa tingkat sel, umur sel manusia ditentukan oleh DNA yang disebut telomere, yang beralokasi pada ujung kromosom. Ketentuan dan kematian sel terpicu ketika telomere berkurang ukuranya pada ujung kritis tertentu.
Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Pada lansia terjadi banyak perubahan dalam dirinya, hal ini bisa disebut perkembangan atau perubahan yang terjadi pada lansia, diantaranya yaitu :
Perkembangan jasmani
Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada proses penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan ataupun perilaku. Pada lansia juga mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut
Postur tubuh lansia mulai berubah bengkok (bungkuk),
Kondisi kulit mulai kering dan keriput,
Daya ingat mulai menurun,
Kondisi mata yang mulai rabun,
Pendengaran yang berkurang.
Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia.
Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri.
Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme.Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia.Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa :
Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang yang religius.
Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non religius.
Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah hidup lainnya.
Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.
Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.
Perubahan Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory.Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia.(J.W.Santrock, 2002, h.239).
Perubahan Kehidupan Keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Hubungan Sosio-Emosional Lansia
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam penyambutan.Ada individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan datang.
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia.
Masalah yang Dihadapi oleh Lansia
Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam kehidupannya. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :
Masalah fisik
Permasalahan yang hadapi oleh lansia dengan masalah pekembangan fisik yang mulai melemah, diantaranya seringnya terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang berfungsu dengan baik serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering mengalami sakit (masuk angin, flu)
Masalah kognitif ( Intelektual )
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan kognitif, ini dapat disimpulkan bahwa pada lansia mulai melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal(pikun) dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar
Masalah emosional
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan emosional, adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian beliau menjadi sangat besar.Apabila melihat rekan kerja kurang aktif dalam melakukan pekerjaanya, maka tingkat emosi meningkat, terbukti bahwa beliau segera menegur rekan kerjanya tersebut agar lebih cekatan. Sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stress akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi
Perkembangan Spiritual
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan yang cukup serius.
Solusi Permasalahan
Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia lanjut dapat di tempuh melalui hal-hal sebagai berikut :
Berhubungan dengan Kesahatan Lansia (fisik) :
Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita.
Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia,misalnya pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.
Minum air putih 1.5 – 2 liter, secara teratur
Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuanya
Istirahat, tidur yang cukup
Minum suplemen gizi yang diperlukan
Memeriksa kesehatan secara teratur
Berhubungan dengan masalah intelektual
Sulit untuk mengingat atau pikun dapat diatasi pada saat muda dengan hidup sehat, yaitu dengan cara :
Jadikan Olahraga sebagai kebutuhan dan rutinitas harian Anda.
Hendaknya Anda membiasakan diri dengan tidur yang cukup.
Berhati-hatilah dengan Suplemen penambah daya ingat.
Kendalikan rasa stress yang menyelimuti pikiran Anda.
Segera obati depresi Anda.
Hendaknya Anda selalu mengawasi obat-obatan yang dikonsumsi.
Cobalah dengan melakukan permainan yang berhubungan dengan daya ingat.
Jangan pernah berhenti untuk terus belajar dan mengasah kemampuan otak
Hendaknya Anda berusaha meningkatkan konsentrasi dan memfokuskan pikiran.
Tumbuhkan rasa optimis dalam diri Anda.
Berhubungan dengan Emosi :
Lebih mendekatkan diri kepada ALLAH dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.
Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan.
Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi serta kemampuan.
Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.
Berhubungan dengan Spiritual
Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.
Intropeksi terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, serta lebih banyak beribadah.
Belajar secara rutin dengan cara membaca kitab suci secara teratur.
1.2 Oteoporosis
A. Pengertian
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa masa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang akhirnya dapat menimbulkan kerapuhan tulang.
Macam-macam
Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer sering menyerang pada wanita pasca menopause dan juga pada pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.
Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :
Kelainan hepar
Kegagalan ginjal kronis
Kurang gerak
Kebiasaan minum alkohol
Pemakai obat-obatan atau corticosteroid
Kelebihan kafein
Merokok
Faktor Penyebab
Osteoporosis post menopausal
Terjadi karena kekurangan estrogen (hormone utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang pada wanita yang berusia antara 51-75 tahun,tetapi juga bisa muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis menopausal,wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
Osteoporosis senilis
Merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali kebih sering menyerang wanita. Wanita sering menderita osteoporosis semilis dan posmenopausal.
Osteoporosis sekunder
Kurang dari 5 % pendderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder. Disebabkan oleh kegiatan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini disebabakan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan horminal ( terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal ) dan obat-obatan ( misal kortiko steroid, barbiturate, anti kejang, dan teroid yang berlebihan ). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok juga bisa memperburuk keadaan ini.
Osteoporosis juvenile idiopatik
Merupakan jenis osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
Gejala
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan ( terutama pada penderita osteoporosis senilis ) sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulsng belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau cidera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba yang dirasakan didaerah tertentu dari punggung yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit teapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau bulan. Jika beberapa tulang punggung mucul maka akan membentuk kelengkungan yang abnormal yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit.
Tulangnya bisa patah yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul yang sering terjadi adalah patah lengan didaerah pergelangan tangan yang disebut fraktur coles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung sembuh secara perlahan.
Cara pencegahan dan pengobatan osteoporosis
Cara pencegahannya meliputi :
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup
Melakukan olah raga dengan teratur
Mengkonsumsi obat
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal ( sekitar umur 30 tahun )
Minum dua gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita usia setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan 1,5 g kalsium
Olah raga beban ( misalnya berjalan dan menaiki tangga )
Pengobatan
Tujuannya untuk meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita terutama yang menderita osteoporosis harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang cukup. Wanita paska menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya.
Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis brfungsi :
Mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pascamenopaus
Meningkatkan masa tulang ditulang belakang dan tulang panggul
Mengurangi angka kejadian patah tulang
Supaya diserap dengan baik alendronat harus diminum dengan segelas air pada pagi hari dan dalam waktu tiga puluh menit sesudahnya tidak boleh makan atau minum yang lain. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30 menit sesudahnya. Obat ini tidak diberikan kepada orang yang memiliki kesulitan menelan atau penyakit kerongkongan dan lambung.
Kalsitonin dianjurkan untuk orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung. Tambahan flourida bisa meningkatkan
kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan.
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukan bahwa tubahnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testoteron.
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Payah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya di gips atau diperbaiki dengan pembedahan.
1.3 Sampah Organok dan An Organik
A.Organik
Pengertian
Sampah Organik adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad raya? sekali lagi beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis yang cukup penting. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.
Jenis-Jenis Sampah Organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.
Sampah organik sendiri dibagi menjadi :
Sampah organik basah.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
Sampah organik kering.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.
Prinsip Pengolahan Sampah
Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah.[7] Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:[7]
Mengurangi (bahasa Inggris: reduce)
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
Menggunakan kembali (bahasa Inggris: reuse)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable).
Mendaur ulang (bahasa Inggris: recycle)
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi (bahasa Inggris: informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Mengganti (bahasa Inggris: replace)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.
Cara Mengolah Sampah Organik Menjadi Kompos
Pengomposan sampah kota umumnya sama saja seperti pengomposan bahan baku lainnya. Hanya yang patut dipikirkan adalah jumlah bahan organik kering yang digunakan dalam pencampuran bahan baku proses pengomposan. Pengomposan secara sederhana bisa dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
Pengomposan Menggunakan Drum Plastik
Pengomposan menggunakan drum plastik sangat cocok diterapkan untuk mengolah sampah rumah tangga.
Bahan Dan Peralatan Yang Digunakan
Ember atau drum plastik yang telah dimodifikasi (dibuat berlubang) dengan kapasitas minimum 100 kg.
Bioaktivator cair (metode aerob) atau bioaktivator padat (metode anaerob).
Bahan baku sampah organik (hindari daging, tulang, duri ikan, sisa makanan berlemak, susu, kotoran anjing, kucing, dan babi).
Cara Membuat
Cacah bahan baku hingga berukuran 2-5 cm.
Taburkan bioktivator Promi 0,5% ke atas bahan baku, aduk hingga tercampur rata.
Siram dengan air hingga diperoleh kelembapan yang diinginkan (50-60%), langsung masukkan ke dalam drum plastik.
Inkubasi selama 1-2 minggu, tergantung dari bahan bakunya.
Pada hari ketiga atau hari kedelapan perlu dilakukan pengadukan atau pembalikkan secara manual agar aerasi di dalam drum berlangsung baik.
Kelebihan Mengolah Sampah Organik
Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah rumah tangga.
Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.
mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat tinggal.
Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat.
Kekurangan Mengolah Sampah Organik
Setelah menjadi pupuk kompos, pupuk siap untuk digunakan sebagai penyubur tanah. Adapun kekurangan pupuk kompos adalah unsur hara relatif lama diserap tumbuhan, pembuatannya lama, dan sulit dibuat dalam skala besar. Oleh karena itu untuk mendukung peningkatan hasil-hasil pertanian diperlukan pupuk buatan.
B. An Organik
1. Pengertian
Sampah anorganik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai secara biologis sehingga penghancurannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Sampah anorganik berasal dari SDA tak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau proses industry. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastic dan alumunium. Sebagian zat organik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedangkan sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik dan kaleng.
2. Jenis-jenis Sampah Anorganik
Contoh sampah dari sampah anorganik adalah : potongan-potongan atau pelat-pelat dari logam, berbagai jenis batu-batuan, pecah-pecahan gelas, tulang-belulang, kaleng bekas, botol bekas, bahkan kertas, dan lain-lain.
3. Dampak Sampah Anorganik
Gangguan Kesehatan
Timbunlah sampah yang dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong penularan infeksi dan dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan tikus.
Menurunnya kualitas lingkungan
Menurunnya estetika lingkungan
Timbunlah sampah yang berserakan, agar lingkungan tampak indah
Terhambatnya pembangunan Negara
4. Cara Mengolah Sampah Anorganik
Sampah kertas
Sampah kertas bisa dikumpulkan menjadi satu bagian yang dipisahkan dari sampah lainnya. Entah selanjutnya dibuang ke tempat sampah atau dijual ketukang loak, minimal kita sudah memudahkan langkah para pengelola sampah untuk melakukan pengolahan tingkat lanjut. Kumpulan sampah kertas bisa dibuat berbagai macam jenis kerajinan tangan, seperti topeng, patung dan kertas daur ulang. Nilai jual sampah kertas daur ulang lebih tinggi dari sekedar sampah kertas biasa. Kertas daur ulang bisa dijual ke pengrajin sebagai bahan pembuat kerajinan tangan atau anda sendiri yang membuat karya seni yang menghasilkan.
Sampah botol
Botol beling memiliki nilai tinggi, apalagi masih utuh. Jika sudah tidak bisa utuh akan didaur ulang lagi bersama dengan berbagai jenis kaca lainnya untuk dicetak menjadi botol baru. Harga sampah botol bekas minuman lebih rendah karena bentuknya khusus sehingga pembelinya terbatas perusahaan minuman itu. Botol kecap lebih mahal karena banyak produk yang bis adikemas dengan botol itu. Usaha botol bekas juga member peluang kerja bagi ibu-ibu sebagai pencuci botol.
Sampah plastik
Sampah plastik dijadikan menjadi satu. Dipisahkan dari plastik basah dan plastik kering. Plastik yang kering bisa dibakar dan yang basah bisa dibakar pula.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Data Keluarga dan Analisa Data
Tanggal Pengkajian : 1 September 2014 Jam : 14.00 WIB
Nama KK : Ny. K
Nomor KK :-
Jenis Kasus : Osteoporosis
Biodata
Data KK
Nama : Ny. K
Umur : 80 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku bangsa : Jawa/indonesia
Alamat : Kramat RT 04 RW 02
Anggota Keluarga
3.1 daftar anggota keluarga
No.
Nama
Umur
L/P
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Ket.
1.
Ny. K
80 Th
P
Kawin
SD
IRT
Islam
Istri
Data Pasien
Pasien pengkajian adalah Ny K umur 60 tahun
Kegiatan Sehari-hari
Kebiasaan tidur
Ny.K susah tidur di siang hari dan tidur malamnya kurang nyenyak karena sering BAK.
Kebiasaan makan
Keluarga mengatakan makan 3xsehari porsi sedang dengan menu nasi, lauk, sayur sesuai kemampuan keluarga.
Pola eliminasi
Keluarga mengatakan BAB 1x sehari dan BAK ± 5-7 x sehari.
Kebersihan perorangan/personal hygiene
Keluarga mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 1x sehari dan ganti baju 2x sehari.
Penggunaan waktu senggang
Keluarga mengatakan ibunya sudah tidak bisa beraktivitas seperti biasanya karena mengeluh kakinya sakit dan tidak bisa berjalan jika tidak menggunakan tongkat.
Rekreasi keluarga
Keluarga mengatakan jarang berekreasi karena faktor ekonomi.
Keadaan sosial ekonomi
Keluarga mengatakan Ny.K tidak bisa bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Jadi, ekonomi keluarga hanya bergantung pada pekerjaan cucunya yaitu Ny.R yang mempunyai seorang suami dan memiliki Anak berumur 9 bulan.
Situasi Lingkungan
Rumah milik sendiri
Jenis rumah : tembok
Atap rumah : genting
Lantai rumah : Plester
Ventilasi : terdapat ventilasi dan jendela selalu dibuka.
Kebersihan dan kerapian : cukup bersih dan rapi
Pembuangan sampah : Terbuka di belakang rumah dibakar bila sudah penuh.
Sumber air :Sumber air yang digunakan sehari-hari adalah sumur gali.
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL): tidak ada
Jamban : keluarga mengatakan tidak mempunyai jamban dan BABnya ke sungai
Kandang ternak : Tidak ada
Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
Pemanfaatan fasilitas kesehatan : keluarga mengatakan selalu memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti PKD/Puskesmas.
Keluarga mempunyai Jamkesmas
Keadaan Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga : Keluarga mengatakan tidak sedang menderita penyakit menahun (Asma DM, Hipertensi), menular (TBC, Hepatitis). Dan dari keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit menurun (Hipertensi, DM), menular (TBC, Hepatitis) dan menahun(Asma).
Kesehatan sekarang : keluarga mengatakan Ny.K selalu mengeluh kakinya sakit di bagian lututnya.
Komunikasi
Bahasa yang digunakan keluarga sehari-hari adalah bahasa jawa.
Data Objektif
KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
BB : 40 kg
TTV :
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 37,5 oc
Respirasi : 35 x/menit
TD: 130/90 mmHg
Pemeriksaan Head to toe
Kepala : bentuk mesocephal
Muka : tidak ada oedem
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
Hidung : simetris, tidak ada polip ada secret
Telinga : simetris, tidak ada serumen
Mulut : bibir tidak pucat, gigi tidak caries, lidah bersih
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar getah bening maupun vena jugularis
Dada : tidak ada retraksi
Perut : tidak ada massa, tidak ada pembesaran hepar
Ekstermitas atas : tidak ada oedem
Ekstermitas bawah : tidak ada oedem maupun varises
Tabel 3.2. Rekapitulasi Data
TABEL TABULASI
TABEL 1 :
Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia
Crosstab : Jumlah Penduduk
NO
PENGGOLONGAN UMUR
JUMLAH
DALAM %
1.
0 – 1 BULAN
0
0
2.
> 1 – 12 BULAN ( BAYI )
0
0
3.
> 1 – 3 TAHUN ( BALITA )
0
0
4.
> 3 – 5 TAHUN TAHUN ( PRA SEKOLAH )
0
0
5.
> 5 – 12 TAHUN ( SEKOLAH )
0
0
6.
> 12 – 18 TAHUN ( REMAJA)
0
0
7.
> 18 – 45 TAHUN (REPRODUKSI SEHAT)
3
20
8.
> 45 – 55 TAHUN (SENIUM/KLIMAKTERIUM)
0
0
9.
> 18 – 55 TAHUN ( PRODUKTIF )
0
0
10.
> 55 TAHUN (LANSIA)
12
80
TOTAL
15
100
TABEL 2
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Crosstab : Tab 1
NO
JENIS KELAMIN
JUMLAH
DALAM
%
1.
LAKI-LAKI
5
33,3
2.
PEREMPUAN
10
66,6
TOTAL
15
99,9
TABEL 3
Distribusi Penduduk Usia Reproduktif Berdasarkan Status Bekerja
Crpsstab : TAB 1(7-8)
NO
STATUS BEKERJA
JUMLAH
DALAM
%
1.
BEKERJA
15
100
2.
TIDAK BEKERJA
0
0
TOTAL
15
100
TABEL 4
Distribusi Penduduk Usia Reproduktif Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Crosstab : TAB 3
NO
JENIS PEKERJAAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
PEGAWAI NEGERI
0
0
2.
SWASTA
0
0
3.
WIRASWASTA
0
0
4.
PETANI
15
100
5.
BURUH
0
0
6.
TNI/POLRI
0
0
TOTAL
15
100
TABEL 5
Distribusi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Crosstab : TAB 1
NO
TINGKAT PENDIDIKAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
BELUM SEKOLAH
0
0
2.
PRA SEKOLAH
0
0
3.
TAMAT TK
0
0
4.
TIDAK TAMAT SD
0
0
5.
SD
0
0
6.
TAMAT SD
12
80
7.
TAMAT SMP
0
0
8.
TAMAT SMA
3
20
9.
TAMAT PT
0
0
10.
TIDAK SEKOLAH
0
0
TOTAL
15
100
TABEL 6
Distribusi Keluarga Berdasarkan Penghasilan
Crosstab : Jumlah KK
NO
PENGHASILAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
< Rp.500.000,-
0
0
2.
Rp. 500.000,- S/D Rp.1.000.000,-
8
100
3.
> Rp.1000.000
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 7
Distribusi Perumahan Penduduk Berdasarkan Pada Status Kepemilikan
Crosstab : Jumlah KK
NO
STATUS KEPEMILIKAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
MILIK SENDIRI
8
100
2.
KONTRAK
0
0
3.
SEWA BULANAN
0
0
4.
NUMPANG
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 8
Distribusi Perumahan Berdasarkan Jenis Bangunan
Crosstab : Jumlah KK
NO
JENIS BANGUNAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
PERMANEN
8
100
2.
SEMI PERMANEN
0
0
3.
NON PERMANEN
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 9
Distribusi Berdasarkan Adanya Ventilasi
Crosstab : Jumlah KK
NO
VENTILASI
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
8
100
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 10
Distribusi Perumahan Penduduk Berdasarkan Keadaan Ventilasi
Crosstab : TAB 9(1)
NO
KEADAAN VENTILASI
JUMLAH
DALAM
%
1.
DIBUKA
8
100
2.
TIDAK DIBUKA
0
0
3.
KADANG-KADANG
0
10
TOTAL
8
100
TABEL 11
Distribusi perumahan berdasarkan pemanfaatan ventilasi
Crosstab : TAB 9(1)
NO
KEADAAN VENTILASI
JUMLAH
DALAM
%
1.
DIBUKA
8
100
2.
KADANG-KADANG
0
0
3.
TIDAK PERNAH
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 12
Distribusi Perumahan Berdasarkan Pencahayaan
Crosstab : Jumlah KK
NO
KEADAAN PENCAHAYAAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
BAIK>25cm DARI JARAK BACA
8
100
2.
KURANG <25cm DARI JARAK BACA
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 13
Distribusi Perumahan Penduduk Berdasarkan Vektor Penyakit
Tidak ada crosstab
NO
VEKTOR PENYAKIT
JUMLAH
DALAM
%
1.
LALAT
7
7
2.
NYAMUK
8
8
3.
KECOA
4
4
4.
ANJING
0
0
5.
UNGGAS
5
5
6.
KUCING
3
3
7.
TIKUS
8
8
TOTAL
35
35
TABEL 14
Distribusi Perumahan Berdasarkan Kebersihan Rumah
Crosstab : Jumlah KK
NO.
KEBERSIHAN RUMAH
JUMLAH
DALAM %
1.
BERSIH
8
100
2.
TIDAK BERSIH
0
TOTAL
8
100
TABEL 15
Distribusi Kebersihan Perumahan Penduduk Berdasarkan Penyebab Ketidakbersihan
Crosstab :TAB 14 (2)
NO
PENYEBAB
JUMLAH
DALAM
%
1.
BANYAK SISA MAKAN
0
0
2.
DEBU
0
0
3.
SAMPAH
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 16
Distribusi Perumahan Penduduk Berdasarkan Kebersihan Halaman
Crosstab : Jumlah KK
NO
KEBERSIHAN HALAMAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
BERSIH
8
100
2.
TIDAK BERSIH
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 17
Distribusi Keluarga Berdasarkan Sumber Air
Crosstab : Jumlah KK
NO
SUMBER AIR
JUMLAH
DALAM
%
1.
SUMUR GALI
8
100
2.
SUMUR BOR
0
0
3.
LEDENG
0
0
4.
SUNGAI
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 18
Distribusi Pengambilan Air Minum Berdasarkan Sumber Air
Crosstab : Jumlah KK
NO
PENGAMBILAN SUMBER AIR
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
8
100
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 19
Distribusi Keluarga Berdasarkan Cara Penyimpanan Air
Crosstab :Jumlah KK
NO
CARA PENYIMPANAN AIR
JUMLAH
DALAM
%
1.
TERTUTUP
6
75
2.
TERBUKA
2
25
TOTAL
8
100
TABEL 20
Distribusi Keluarga Berdasarkan Pengurusan Tempat Penampungan Air
Crosstab : Jumlah KK
NO
PENGURUSAN PENAMPUNGAN AIR
JUMLAH
DALAM
%
1.
SETIAP HARI
6
75
2.
<7 HARI
2
25
3.
>7 HARI
0
0
4.
TIDAK PERNAH
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 21
Distribusi Penampungan Air Berdasarkan Jentik Nyamuk
Crosstab : Jumlah KK
NO
JENTIK NYAMUK
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
2
25
2.
TIDAK ADA
6
75
TOTAL
8
100
TABEL 22
Distribusi Keluarga Berdasarkan Cara Penggunaan Air Minum
Crosstab : Jumlah KK
NO
PENGGUNAAN AIR MINUM
JUMLAH
DALAM
%
1.
DIMASAK
8
100
2.
TIDAK DIMASAK
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 23
Distribusi Keluarga Berdasarkan Kualitas Air Sumber Air
Crosstab : Jumlah KK
NO
KUALITAS AIR
JUMLAH
DALAM
%
1.
BERBAU
0
0
2.
BERASA
0
0
3.
BERWARNA
0
0
4.
SEHAT
8
100
TOTAL
8
100
TABEL 24
Distribusi Pembuangan Limbah Berdasarkan Jarak Dengan Sumber Air
Crosstab : Jumlah KK
NO
KUALITAS AIR
JUMLAH
DALAM
%
1.
KURANG 10 METER
0
0
2.
LEBIH 10 METER
8
100
TOTAL
8
100
TABEL 25
Distribusi Keluarga Berdasarkan Saluran Pembuangan Air Limbah
Crosstab : Jumlah KK
NO
SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
6
75
2.
TIDAK ADA
2
25
TOTAL
8
100
TABEL 26
Distribusi Pembuangan Limbah Keluarga Berdasarkan Jenis Pembuangan
Crosstab : Jumlah KK
NO
JENIS PEMBUANGAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
GOT
0
0
2.
SUNGAI
0
0
3.
SELOKAN
1
12,5
4.
BAK PENAMPUNGAN
7
87,5
5.
SEMBARANGAN TEMPAT
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 27
Distribusi Kondisi Saluran Pembuangan Limbah Keluarga
Crosstab : Jumlah KK
NO
KONDISI SALURAN LIMBAH
JUMLAH
DALAM
%
1.
SALURAN TERTUTUP LANCAR
8
100
2.
SALURAN TERTUTUP TERGENANG
0
0
3.
SALURAN TERBUKA LANCAR
0
0
4.
SALURAN TERBUKA TERGENANG
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 28
Distribusi Pembuangan Sampah Keluarga Berdasarkan Cara Pembuangan
Crosstab : jumlah KK
NO
CARA PEMBUANGAN SAMPAH
JUMLAH
DALAM
%
1.
DIBAKAR
8
100
2.
DITIMBUN
0
0
3.
DIBUANG SUNGAI/SELOKAN
0
0
4.
DI SEMBARANG TEMPAT
0
0
5.
DAN KETERANGAN LAIN
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 29
Distribusi Penampungan Sampah Keluarga Berdasarkan Kondisi Tempat Penampungan
Crosstab : Jumlah KK
NO
KONDISI TEMPAT PENAMPUNGAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TERPELIHARA
8
100
2.
TIDAK TERPELIHARA
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 30
Distribusi Keluarga Berdasarkan Kepemilikan Kandang
Crosstab : Jumlah KK
NO
KEPEMILIKAN KANDANG
JUMLAH
DALAM
%
1.
MEMILIKI
6
75
2
TIDAK MEMILIKI
2
25
TOTAL
8
100
TABEL 31
Distribusi Kepemilikan Kandang Berdasarkan Lokasi Kandang
Crosstab : TAB 30 (1)
NO
KEPEMILIKAN KANDANG
JUMLAH
DALAM
%
1.
DILUAR RUMAH
6
100
2
MENEMPEL
0
0
3
DI DALAM RUMAH
0
0
TOTAL
6
100
TABEL 32
Distribusi Kondisi berdasarkan kepemilikan kandang
Crosstab : TAB 30(1)
NO
KONDISI KANDANG
JUMLAH
DALAM
%
1.
TERPELIHARA
6
100
2
TIDAK TERPELIHARA
0
0
TOTAL
6
100
TABEL 33
Distribusi Keluarga berdasarkan Pengelolaan Kotoran Ternak
Crosstab : Tab 30 (1)
NO
PENGELOLAAN KOTORAN TERNAK
JUMLAH
DALAM
%
1.
DITAMPUNG
6
100
2.
DITIMBUN
0
0
3.
DIBUANG DI SEMBARANG TEMPAT
0
0
TOTAL
6
100
TABEL 34
Distribusi Keluarga Berdasarkan Tempat Pembuangan Tinja
Crosstab: Jumlah KK
NO
TEMPAT PEMBUANGAN TINJA
JUMLAH
DALAM
%
1.
WC
6
75
2.
SUNGAI
2
25
3.
SEMBARANG TEMPAT
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 35
Distribusi Keluarga Berdasarkan Kondisi Tempat Pembuangan Tinja
Crosstab : Jumlah KK
NO
TEMPAT PEMBUANGAN TINJA
JUMLAH
DALAM
%
1.
TERPELIHARA
6
75
2.
TIDAK TERPELIHARA
2
25
TOTAL
8
100
TABEL 36
Distribusi Tempat Pembuangan Tinja Berdasarkan Jarak Dengan sumber Air
Crosstab : Jumlah KK
NO
JARAK
JUMLAH
DALAM
%
1.
> 10 METER
8
100
2.
< 10 METER
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 37
Distribusi Keluarga Berdasarkan Sumber Informasi
Crosstab :Jumlah KK
NO
SUMBER INFORMASI
JUMLAH
DALAM
%
1.
TV
8
100
2.
KORAN/MAJALAH
0
0
3.
EDARAN DARI DESA
0
0
4.
RADIO
0
0
5.
PENYULUHAN DI PUSKESMAS/POSYANDU
0
0
6.
PAPAN PENGUMUMAN DI RW/DESA
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 38
Distribusi Keluarga Berdasarkan Cara Pergi Ke Sarana Kesehatan
Crosstab : Jumlah KK
NO
JENIS TRANSPORTASI
JUMLAH
DALAM
%
1.
JALAN KAKI
8
100
2.
ANGKUTAN UMUM
0
0
3.
KENDARAAN PRIBADI
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 39
Distribusi Keluarga Berdasarkan Perolehan Informasi Kesehatan
Crosstab : Jumlah KK
NO
INFORMASI KESEHATAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
8
100
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 40
Distribusi Informasi Kesehatan Berdasarkan Sumber Informasi
Crosstab : TAB 39(1)
NO
SUMBER INFORMASI
JUMLAH
DALAM
%
1.
RADIO/TV/INTERNET
0
0
2.
BUKU/MAJALAH/KORAN
0
0
3.
TENAGA KESEHATAN
8
100
TOTAL
8
100
TABEL 41
Distribusi Penanganan Penyakit Berdasarkan Keluarga Sakit
Crosstab : Jumlah KK
NO
PENANGANAN PENYAKIT
JUMLAH
DALAM
%
1.
BEROBAT KE YANKES
8
100
2.
BEROBAT KE DUKUN
0
0
3.
DIOBATI SENDIRI
0
0
4.
DIBIARKAN SAJA
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 42
Distribusi Penanganan Penyakit Berdasarkan Alasan Dibiarkan Saja
Crosstab : TAB 41(4)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
JAUH DARI YANKES
0
0
2.
TIDAK TAHU MANFAAT
0
0
3.
MERASA TIDAK PERLU
0
0
4.
TIDAK MAMPU BIAYA
0
0
5.
TAKUT
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 43
Distribusi Keadaan Posyandu
Tidak Ada Crosstab
NO
POSYANDU
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
4
50
2.
TIDAK
4
50
TOTAL
8
100
TABEL 44
Distribusi Jenis Posyandu Berdasarkan Keberadaan Posyandu
Crosstab : TAB 43 (1)
NO
JENIS POSYANDU
JUMLAH
DALAM
%
1.
IBU HAMIL,BAYI& BALITA
0
0
2.
LANSIA
8
100
TOTAL
8
100
TABEL 45
Distribusi Adanya Kader Kesehatan Dalam Keluarga
Cosstab : Jumlah KK
NO
POSYANDU
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
8
100
TOTAL
8
100
TABEL 46
Kegiatan Kader Berdasarkan Keberadaan Kader
Cosstab : TAB 45 (1)
NO
KEGIATAN KADER
JUMLAH
DALAM
%
1.
KADER POSYANDU BAYI BALITA
0
0
2.
KADER POSYANDU LANSIA
0
0
3.
KADER KB
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 47
Distribusi Keaktifan Kader Berdasarkan Keberadaan Kader
Cossstab : TAB 45 (1)
NO
KEAKTIFAN KADER
JUMLAH
DALAM
%
1.
AKTIF
0
0
2.
TIDAK AKTIF
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 48
Distribusi Ketidakaktifan Kader
Cosstab : TAB 47 (2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TIDAK ADA WAKTU
0
0
2.
POSYANDU TIDAK AKTIF
0
0
3.
MALAS
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 49
Distribusi Kader Yang Mendapatkan Pelatihan
Cosstab : TAB 49 (1)
NO
PELATIHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
SUDAH
0
0
2.
BELUM
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 50
Distribusi jenis pelatihan kader
Crosstab: TAB 49 (1)
NO
JENIS
JUMLAH
DALAM
%
1.
DETEKSI DINI IBU HAMIL BERESIKO
0
0
2.
SISTEM 5 MEJA DALAM POSYANDU
0
0
3.
IMUNISASI
0
0
4.
DETEKSI DINI TUMBANG BAYI DAN BALITA
0
0
5.
SENAM HAMIL
0
0
6.
SENAM LANSIA
0
0
7.
PENGISIAN KMS
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 51
Distribusi keluarga yang menjadi dukun beranak
Crosstab: Jumlah KK
NO
DUKUN BERANAK
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
8
100
TOTAL
8
100
TABEL 52
Distribusi dukun yang sudah mendapat pelatihan
Crosstab: TAB 51 (1)
NO
PELATIHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
SUDAH
0
0
2.
BELUM
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 53
Distribusi jenis pelatihan dukun
Crosstab:TAB 52 (1)
NO
JENIS PELATIHAN
JUMLAH
DALAM
%
PERTOLONGAN PERSALINAN 3 BERSIH
0
0
DETEKSI DINI IBU HAMIL BERISIKO
0
0
PERAWATAN BAYI
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 54
Distribusi kepemilikan bidan kit
Crosstab:TAB 51 (1)
NO
DUKUN KIT
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 55
Distribusi kelengkapan dukun kit
Crosstab:TAB 54 (1)
NO
KELENGKAPAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
LENGKAP
0
0
2.
TIDAK LENGKAP
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 56
Distribusi pendampigan pertolongan persalinan dukun oleh bidan
Crosstab: TAB 51(1)
NO
DUKUN KIT
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 57
Distribusi Alasan Tidak didampingi bidan
Crosstab: TAB 56(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
BIDAN TIDAK MENGETAHUI
0
0
2.
BIDAN TIDAK ADA
0
0
3.
BIDAN TIDAK MAU
0
0
4.
BIDAN SIBUK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 58
Distribusi kesulitan pertolongan persalinan oleh dukun
Crosstab: TAB 56 (2)
NO
PENANGANAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
DITANGANI SENDIRI
0
0
2.
MINTA BANTUAN DUKUN LAIN
0
0
3.
MINTA BANTUAN BIDAN
0
0
4.
MERUJUK KERUMAH SAKIT
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 59
Distribusi ibu hamil dalam keluarga
Crosstab: Jumlah KK
NO
IBU HAMIL
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
8
100
TOTAL
8
100
TABEL 60
Distribusi iibu hamil berdasarkan umur kehamilan
Crostab: TAB 59 (1)
NO
UMUR KEHAMILAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
0-12 MINGGU
0
0
2.
>12-28 MINGGU
0
0
3.
>28-40 MINGGU
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 61
Distribusi ibu hamil berdasarkan kehamilan meilikan KMS
Crostab: TAB 59 (1)
NO
KEPEMILIKAN KMS
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 62
Distribussi alasan tidak memiliki KMS
Crosstab: TAB 61(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TIDAK PERNAH PERIKSA
0
0
2.
MERASA TIDAK PERLU
0
0
3.
TIDAK DIBERI
0
0
4.
HILANG
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 63
Distribusi ibu hamil berdasarkan pemeriksaan ANC
Crostab: TAB 59 (1)
NO
PEMERIKSAAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 64
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Tempat Pemeriksaan
Cosstab : TAB 63 (1)
NO
TEMPAT PEMERIKSAAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TENAGA KESEHATAN
0
0
2.
DUKUN / NON NAKES
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 65
Distribusi Frekuensi Kunjungan ANC
Cosstab : TAB 63 (1)
NO
FREKUENSI
JUMLAH
DALAM
%
1.
TM I
0
0
2.
TM II
0
0
3.
TM III
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 66
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Alasan Tidak Periksa
Cosstab : TAB 63 (2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TIDAK TAHU MANFAAT
0
0
2.
MENGANGGAP TIDAK PENTING
0
0
3.
TIDAK PUNYA WAKTU
0
0
4.
TIDAK MAMPU BIAYA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 67
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Status Imunisasi TT
Cosstab : TAB 59 (1)
NO
STATUS IMUNISASI
JUMLAH
DALAM
%
1.
LENGKAP
0
0
2.
BELUM LENGKAP
0
0
3.
TIDAK MENDAPAT IMUNISASI TT
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 68
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Alasan Tidak/Belum Lengkap Imuniasi
Cosstab : Jumlah TAB 67 (2 & 3)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
BELUM CUKUP JARAK DENGAN TT SEBELUMNYA
0
0
2.
TIDAK TAHU MANFAAT
0
0
3.
TAKUT EFEK SAMPING
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 69
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Tablet Fe
Cosstab : TAB 59 (1)
NO
KONSUMSI FE
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 70
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Keteraturan Konsumsi Tablet Fe
Cosstab : TAB 69 (1)
NO
KONSUMSI FE
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 71
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Keteraturan Konsumsi Tablet Fe
Cosstab : TAB 69 (1)
NO
KONSUMSI FE
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 72
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Alasan Tidak/Belum Lengkap Imuniasi
Cosstab : Jumlah TAB 69 (2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
BELUM CUKUP JARAK DENGAN TT SEBELUMNYA
0
0
2.
TIDAK TAHU MANFAAT
0
0
3.
TAKUT EFEK SAMPING
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 73
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Keteraturan Konsumsi Gizi Seimbang Pada Ibu Hamil
Cosstab : TAB 59 (1)
NO
KONSUMSI FE
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 74
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Keteraturan Konsumsi Gizi Seimbang Pada Ibu Hamil
Cosstab : TAB 73 (1)
NO
KONSUMSI FE
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 75
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Alasan Tidak Melakukan Perawatan Payudara
Cosstab : TAB 59 (1)
NO
KONSUMSI FE
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 76
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pelaksanaan Senam Hamil
Cosstab : TAB 59 ()
NO
KONSUMSI FE
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 77
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Alasan Tidak Senam Hamil
Cosstab : TAB 76 (2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TIDAK TAHU MANFAAT
0
0
2.
MENGANGGAP TIDAK PENTING
0
0
3.
TIDAK PUNYA WAKTU
0
0
4.
TIDAK MAMPU BIAYA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 78
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Perawatan Payudara
Cosstab : TAB 59 (1)
NO
KONSUMSI FE
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK MELAKUKAN
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 79
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Alasan Tidak Melakukan Perawatan Payudara
Cosstab : Jumlah TAB 72 (2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TIDAK TAHU MANFAATNA
0
0
2.
TIDAK TAHU CARANYA
0
0
3.
TIDAK SEMPAT
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 80
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan
Cosstab : TAB 59 (1)
NO
PENGETAHUAN TANDA BAHAYA
JUMLAH
DALAM
%
1.
TAHU
0
0
2.
TIDAK TAHU
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 81
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Resiko Tinggi
Cosstab : TAB 59 (1)
NO
RESIKO TINGGI
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 82
Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Jenis Resiko Tinggi Kehamilan
Cosstab : TAB 81 (1)
NO
JENIS RESIKO TINGGI
JUMLAH
DALAM
%
1.
ANEMIA
0
0
2.
PENYAKIT KRONIS
0
0
3.
JARAK KEHAMILAN < 3 TH
0
0
4.
USIA < 20 TH ATAU > 35 TH
0
0
5.
RIWAYAT OBSTETRIK BURUK
0
0
6.
TB <150 CM
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 83
Distribi Ibu Nifas Dalam Keluarga
Cosstab : jumlah KK
NO
IBU NIFAS
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK
8
100
TOTAL
8
100
TABEL 84
Distribusi ibu nifas berdasarkan penolong persalinan
Crosstab: TAB 83(1)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
DUKUN
0
0
2.
BIDAN
0
0
3.
TENAGA KESEHATAN LAINNYA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 85
Distribusi ibu nifas berdasarkan warna lokhea
Crosstab: TAB 83(1)
NO
WARNA LOKHEA
JUMLAH
DALAM
%
1.
MERAH/RUBRA
0
0
2.
COKLAT/SANGUINOLENTA(3-7 HR)
0
0
3.
KEKUNINGAN/SEROSA (>7-14 HR)
0
0
4.
PUTIH/ALBA (>14 HR)
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 86
Distribusi ibu nifas berdasarkan bau lokhea
Crosstab: TAB 83(1)
NO
KONTRAKSI UTERUS
JUMLAH
DALAM
%
1.
AMIS
0
0
2.
BUSUK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 87
Distribusi ibu nifas berdasarkan kontraksi uterus
Crosstab: TAB 83(1)
NO
KONTRAKSI UTERUS
JUMLAH
DALAM
%
1.
KERAS
0
0
2.
LEMBEK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 88
Distribusi ibu nifas berdasarkan TFU
Crosstab: TAB 83(1)
NO
TFU
JUMLAH
DALAM
%
1.
SESUAI MASA NIFAS
0
0
2.
TIDAK SESUAI MASA NIFAS
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 89
Distribusi ibu nifas berdasarkan pengeluaran asi
Crosstab: TAB 83(1)
NO
TFU
JUMLAH
DALAM
%
1.
SUDAH KELUAR
0
0
2.
BELUM KELUAR
0
0
TOTAL
0
0
TAABEL 90
Distribusi ibu nifas berdasarkan penanganan asi yang belum keluar
Crosstab: TAB 83(1)
NO
PENANGANAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
DIBIARKAN
0
0
2.
DIPOMPA
0
0
3.
DIURUT
0
0
4.
KETENAGA KESEHATAN
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 91
Distribusi ibu nifas berdasarkna pelaksanaan menyusui
Crosstab: TAB 83(1)
NO
MENYUSUI
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 92
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Teknik Menyusui Yang Benar
Crosstab: 91(1)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 93
Distribusi ibu nifas berdasarkan keluhaan saat menyusui
Crosstab: 91(1)
NO
KELUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 94
Distribusi ibu nifas berdasarkan jenis keluhan saat menusui
Crosstab: TAB 93(1)
NO
JENIS KELUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
ASI TIDAK KELUAR
0
0
2.
PAYUDARA BENGKAK
0
0
3.
PAYUDARA NYERI
0
0
4.
PUTING LECET
0
0
5.
PUTTING TIDAK MENINJOL
0
0
6.
BAYI BINGUNG PUTTING
0
0
7.
BAYI TIDAK MAU MENETEK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 95
Distribusi ibu nifas berdasarkan pelaksanaan perawatan payudara
Crosstab: TAB 83(1)
NO
PERAWATAN PAYUDARA
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 96
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Alasan Tidak Melaksanakan Perawatan Payudara
Crosstab: TAB 95(1)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TIDAK TAHU MANFAT
0
0
2.
MERASA TIIDAK PERLU
0
0
3.
TIDAK SEMPAT
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 97
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Pengetahuan ASI Ekslusif
Crosstab: TAB 83(1)
NO
PENGETAHUAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK TAHU
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 98
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Pemberian ASI Ekslusif
Crosstab: TAB 97(1)
NO
PEMBERIAN ASI
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 99
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Alasan Tidak Memberikan ASI Eklusif
Crosstab: TAB 98(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
DILARANG SUAMI
0
0
2.
BUDAYA
0
0
3.
ASI TIDAK LANCAR
0
0
4.
KELAINAN PAPILA MAMAE
0
0
5.
SIBUK KERJA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 100
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Konsumsi Gizi Seimbang Bufas
Crosstab: TAB 83(1)
NO
KONSUMSI GIZI SEIMBANG
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 101
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Alasan Tidak Mengkonsumsi Gizi Seimbang
Crosstab: TAB 100(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TIDAK TAHU
0
0
2.
TIDAK ADA BIAYA
0
0
3.
BUDAYA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 102
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Konsumsi Vitamin A
Crosstab: TAB 83(1)
NO
KONSUMSI VITAMIN A
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 103
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Alasan Tidak Mengkonsumsi Vitamin A
Crosstab: TAB 102(2)
NO
KONSUMSI VITAMIN A
JUMLAH
DALAM
%
1.
TIDAK TAHU MANFAATNYA
0
0
2.
MERASA TIDAK PERLU
0
0
3.
TIDAK DIBERI PETUGAS KESEHATAN
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 104
Distribusi Ibu Nifs Berdasarkan Konsumsi Tablet Fe
Crosstab: TAB 83(1)
NO
KONSUMSI TABLET FE
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 105
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Alasan Tidak Mengkonsumsi Tablet Fe
Crosstab: TAB 104(2)
NO
KONSUMSI TABLET FE
JUMLAH
DALAM
%
1.
TIDAK TAHU MANFAATNYA
0
0
2.
MERASA TIDAK PERLU
0
0
3.
TIDAK DIBERI PETUGAS KESEHATAN
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 106
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Status Resiko Tinggi
Crosstab: TAB 83(1)
NO
STATUS RESIKO TINGGI
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 107
Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Jenis Resiko Tinggi
Crosstab: TAB 106(1)
NO
JENIS RESIKO TINGGI
JUMLAH
DALAM
%
1.
FEBRIS PUERPURALIS
0
0
2.
MASTITIS
0
0
3.
ENGORGEMENT
0
0
4.
TROMBOFLEBITIS
0
0
5.
PRE EKLAMPSI
0
0
6.
EKLAMPSI
0
0
7.
PERDARAHAN
0
0
8.
INFEKSI
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 108
Distribusi Ibu Buteki Dalam Keluarga
Crosstab: Jumlah KK
NO
BUTEKI DALAM KELUARGA
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
8
100
TOTAL
8
100
TABEL 109
Distribusi Ibu Buteki Berdasarkan Pelaksanaan Meneteki
Crosstab: TAB 108(1)
NO
PELAKSANAAN MENETEKI
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 110
Distribusi Ibu Menyusui Berdasarkan Usia Anak
Crosstab: TAB 109(1)
NO
USIA ANAK
JUMLAH
DALAM
%
1.
> 6 MINGGU – 6 BULAN
0
0
2.
> 6 BULAN – 2 TAHUN
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 111
Distribusi Ibu Menyusui Berdasarkan Frekuensi Menyusui
Crosstab: TAB 109(1)/TAB 110
NO
STATUS RESIKO TINGGI
JUMLAH
DALAM
%
1.
TERJADWAL
0
0
2.
TIDAK TERJADWAL / SEWAKTU WAKTU
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 112
Distribusi Ibu Menyusui Berdasarkan Pengetahuan Cara Menyusui Yang Benar
Crosstab: TAB 108(1)
NO
PENGETAHUAN CARA MENYUSUI
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 113
Distribusi Ibu Menyusui Berdasarkan Alasan Tidak Menyusui
Crosstab: TAB 109(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
DILARANG SUAMI
0
0
2.
BUDAYA
0
0
3.
SIBUK KERJA
0
0
4.
ASI TIDAK LANCAR
0
0
5.
KELAINAN PUTTING SUSU
0
0
6.
MENDERITA SAKIT
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 114
Distribusi Ibu Menyusui Berdasarkan Konsumsi Gizi Seimbang
Crosstab: TAB 108(1)
NO
KONSUMSI GIZI SEIMBANG
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 115
Distribusi Ibu Menyusui Berdasarkan Alasan Tidak Mengkonsumsi Gizi Seimbang
Crosstab: TAB 114(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TIDAK TAHU
0
0
2.
TIDAK MAMPU BIAYA
0
0
3.
BUDAYA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 116
Distribusi Pus Dalam Keluarga
Crosstab: Jumlah KK
NO
PUS DALAM KELUARGA
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 117
Distribusi Pus Berdasarkan Akseptor KB
Crosstab: TAB 116(1)
NO
AKSEPTOR KB
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
8
100
TOTAL
8
100
TABEL 118
Jenis Akseptor KB Berdasarkan Tempat Pelayanan KB
Crosstab: TAB 117(1)
NO
PUS DALAM KELUARGA
JUMLAH
DALAM
%
1.
KONDOM
0
0
2.
SUNTIK
0
0
3.
NORPLANT
0
0
4.
PIL
0
0
5.
IUD
0
0
6.
KONTAP
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 119
Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Tempat Pelayanan KB
Crosstab: TAB 117(1)
NO
PUS DALAM KELUARGA
JUMLAH
DALAM
%
1.
POSYANDU
0
0
2.
PUSKESMAS
0
0
3.
BIDAN
0
0
4.
RS
0
0
5.
DOKTER KANDUNGAN
0
0
6.
APOTIK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 120
Distribusi Pus Berdasarkan Alasan Tidak Menjadi Akseptor KB
Crosstab: TAB 117(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
HAMIL
0
0
2.
DILARANG SUAMI
0
0
3.
INGIN PUNYA ANAK
0
0
4.
TAKUT EFEK SAMPING
0
0
5.
ALASAN PENYAKIT
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 121
Distribusi Pus Berdasarkan Drop Out KB
Crosstab: TAB 117(1)
NO
DROUP OUT
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 122
Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Alasan Droup Out KB
Crosstab: TAB 121(1)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TIDAK COCOK
0
0
2.
DILARANG AGAMA
0
0
3.
DILARANG SUAMI
0
0
4.
INGIN PUNYA ANAK
0
0
5.
TAKUT AKIBAT
0
0
6.
ADANYA PENYAKIT
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 123
Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Keluhan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Crosstab: TAB 117(1)
NO
JENIS KELUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 124
Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Jenis Keluhan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Crosstab: TAB 123(1)
NO
JENIS KELUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
PUSING
0
0
2.
HAID TERGANGGU
0
0
3.
MUAL
0
0
4.
OBESITAS
0
0
5.
KEPUTIHAN
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 125
Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Penanganan Keluhan
Crosstab: TAB 123(1)
NO
PENANGANAN KELUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
BERHENTI
0
0
2.
GANTI ALAT KONTRASEPSI
0
0
3.
TEMPAT MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI YANG SAMA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 126
Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi
Crosstab: TAB 117(1)
NO
DUKUNGAN SUAMI
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 127
Distribusi Neonatus Dalam Keluarga
Crosstab: TAB 1 (1)
NO
NEONATUS
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
8
100
TOTAL
8
100
TABEL 128
Distribusi Neonatus Berdasarkan Perolehan Vit K
Crosstab: TAB 127(1)
NO
PEROLEHAN VIT K
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 129
Distribusi Neonatus Berdasarkan Perolehan Imunisasi
Crosstab: TAB 127(1)
NO
PEROLEHAN IMUNISASI
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 130
Distribusi Neonatus Berdasarkan Jenis Imunisasi
Crosstab: TAB 129(1)
NO
JENIS IMUNISASI
JUMLAH
DALAM
%
1.
HB 1
0
0
2.
BCG
0
0
3.
POLIO 1
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 131
Distribusi Neonatus Berdasarkan Pelaksanaan Perawatan Tali Pusat
Crosstab: TAB 127(1)
NO
PELAKSANAAN PERAWATAN TALI PUSAT
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 132
Distribusi Berdasarkan Cara Perawatan Tali Pusat Pada Neonatus
Crosstab: TAB 131(1)
NO
CARAPERAWATAN TALI PUSAT
JUMLAH
DALAM
%
1.
SESUAI DENGAN ANJURAN NAKES
0
0
2.
TIDAK SESUAI DENGAN ANJURAN NAKES
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 133
Distribusi Neonatus Berdasarkan Alasan Tidak Merawat Tali Pusat
Crosstab: TAB 131(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TAKUT
0
0
2.
TIDAK TAHU CARANYA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 134
Distribusi Neonatus Berdasarkan Status Resiko
Crosstab: TAB 127(1)
NO
STATUS RESIKO
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 135
Distribusi Neonatus Berdasarkan Jenis Resiko Tinggi
Crosstab: TAB 134(1)
NO
JENIS RESTI
JUMLAH
DALAM %
1.
BGM
0
0
2.
NEONATUS DENGAN PENYAKIT
0
0
3.
TETANUS NEONATORUM
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 136
Distribusi Bayi Dalam Keluarga
Crosstab: TAB 1(2)
NO
BAYI
JUMLAH
DALAM %
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 137
Distribusi Bayi Berdasarkan Pemeriksaan Posyandu
Crosstab: TAB 136(1)
NO
KUNJUNGAN KE POSYANDU
JUMLAH
DALAM%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 138
Distribusi Bayi Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Posyandu
Crosstab: TAB 137(1)
NO
KUNJUNGAN KE POSYANDU
JUMLAH
DALAM %
1.
TIAP BULAN
0
0
2.
KADANG-KADANG
0
0
3.
TIDAK PERNAH
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 139
Distribusi Bayi Berdasarkan Alasan Tidak Melakukan Kunjungan Ke Posyandu
Crosstab: TAB 138(3)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM %
1.
BERKUNJUNG KE YANKES LAIN
0
0
2.
BERKUNJUNG KE DUKUN
0
0
3.
TIDAK SEMPAT
0
0
4.
TIDAK TAHU MANFAATNYA
0
0
5.
MERASA TIDAK PERLU
0
0
6.
TIDAK MAMPU BIAYA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 140
Distribusi Bayi Berdasarkan Kepemilikan KMS
Crosstab: TAB 136(1)
NO
MEMILIKI KMS
JUMLAH
DALAM %
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 141
Distribusi Bayi Berdasarkan Kemampuan Ibu Membaca KMS
Crosstab: TAB 140(1)
NO
MEMILIKI KMS
JUMLAH
DALAM %
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 142
Distribusi Bayi Berdasarkan Alasan Tidak Memiliki KMS
Crosstab: TAB 140(2)
NO
MEMILIKI KMS
JUMLAH
DALAM %
1.
HILANG
0
0
2.
TIDAK DIBERI PETUGAS
0
0
3.
MERASA TIDAK PERLU
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 143
Distribusi Bayi Berdasarkan Status Gizi Menurut KMS
Crosstab: TAB 136(1)
NO
STATUS GIZI
JUMLAH
DALAM%
1.
BAIK
0
0
2.
CUKUP
0
0
3.
KURANG
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 144
Distribusi Bayi Berdasarkan Pemberian Vitamin A
Crosstab: TAB 136(1)
NO
PEMBERIAN VIT A
JUMLAH
DALAM %
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 145
Distribusi Bayi Berdasarkan Usia Pemberian Vitamin A
Crosstab: TAB 144(1)
NO
PEMBERIAN VIT A
JUMLAH
DALAM %
1.
< 6 BULAN
0
0
2.
> 6 BULAN
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 146
Distribusi Bayi Berdasarkan Alasan Tidak Mendapatkan Vitamin A
Crosstab: TAB 144(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM %
1.
TIDAK DIBERI
0
0
2.
TTIDAK TAHU MANFAAT
0
0
3.
BELUM CUKUP UMUR
0
0
4.
TAKUT EFEK SAMPNG
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 147
Distribusi Status Imunisasi Bayi Dengan Usianya
Crosstab: TAB 136(1)
NO
STATUS IMUNISASI
JUMLAH
DALAM %
1.
BELUM/TIDAK LENGKAP
0
0
2.
LENGKAP
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 148
Distribusi Bayi Berdasarkan Jenis Imunisasi Yang Belum Diberikan/Tidak Lengkap
Tidak Ada Crosstab
NO
JENIS IMUNISASI
JUMLAH
DALAM %
1.
BCG
0
0
2.
POLIO 1
0
0
3.
DPT 1
0
0
4.
HB 1
0
0
5.
POLIO II
0
0
6.
HB II
0
0
7.
DPT II
0
0
8.
POLIO III
0
0
9.
DPT III
0
0
10.
POLIO IV
0
0
11.
HB III
0
0
12.
CAMPAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 149
Distribusi Bayi Berdasarkan Yang Sedang Menderita Penyakit
Crosstab: TAB 136(1)
NO
STATUS IMUNISASI
JUMLAH
DALAM %
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 150
Distribusi Bayi Berdasarkan Jenis Keluhan
Crosstab: TAB 149(1)
NO
JENIS KELUHAN
JUMLAH
DALAM %
1.
PANAS
0
0
2.
DIARE
0
0
3.
SESAK NAFAS
0
0
4.
GATAL-GATAL
0
0
5.
BATUK PILEK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 151
Distribusi Bayi Berdasarkan Status Resiko Tinggi
Crosstab: TAB 136(1)
NO
STATUS RESTI
JUMLAH
DALAM %
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 152
Distribusi Bayi Berdasarkan Jenis Resiko Tinggi
Crosstab: TAB 151(1)
NO
STATUS RESTI
JUMLAH
DALAM %
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 153
Distribusi Balita Dalam Keluarga
Crosstab: TAB 1(3)
NO
BALITA
JUMLAH
DALAM %
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 154
Distribusi Balita Berdasarkan Kunjungan Ke Posyandu
Crosstab: TAB 153(1)
NO
KUNJUNGAN POSYANDU
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 155
Distribusi Balita Berdasarkan Frekuensi Melakukan Kunjungan Ke Posyandu
Crosstab: TAB 154(1)
NO
FREKUENSI KUNJUNGAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
SETIAP BULAN
0
0
2.
KADANG-KADANG
0
0
3.
TIDAK PERNAH
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 156
Distribusi Balita Berdasarkan Alasan Tidak Kunjungan
Crosstab: TAB 154(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM %
1.
KE NAKES LAIN
0
0
2.
BERKUNJUNG KE DUKUN
0
0
3.
TIDAK SEMPAT
0
0
4.
MERASA TIDAK PERLU
0
0
5
TIDAK MAMPU BIAYA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 157
Distribusi Balita Berdasarkan Kepemilikan KMS
Crosstab: TAB 153(1)
NO
KEPEMILIKAN KMS
JUMLAH
DALAM %
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 158
Distribusi Balita Berdasarkan Kemampuan Ibu Membacca KMS
Crosstab: TAB 157(1)
NO
KEMAMPUAN MEMBACA KMS
JUMLAH
DALAM %
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 159
Distribusi Alasan Tidak Memiliki KMS
Crosstab: TAB 157(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM %
1.
HILANG
0
0
2.
TIDAK DI BERI PETUGAS
0
0
3.
MERASA TIDAK PERLU
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 160
Distribusi Balita Usia <2 tahun Berdasarkan Pemberian Makanan Pendamping ASI
Crosstab: jumlah balita <2 tahun
NO
PEMBERIAN M-P ASI
JUMLAH
DALAM %
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 161
Distribusi Balita Berdasarkan Pengadaan PMT
Crosstab: TAB 160(1)
NO
PENGADAAN PMT
JUMLAH
DALAM %
1.
MEMBERI
0
0
2.
MEMBUAT SENDIRI
0
0
3.
DI BERI SAAT POSYANDU
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 162
Distribusi Balita Berdasarkan Alasan Balita Umur <2 tahun Tidak Diberi Makanan Pendamping ASI
Crosstab: TAB 160(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
BALITA TIDAK MAU
0
0
2.
TIDAK MAMPU
0
0
3.
IBU TIDAK TAHU
0
0
4.
BUDAYA KEBIASAAN
0
0
5.
MALAS MEMBERIKAN
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 163
Distribusi Balita Berdasarkan Pemberian Vitamin A
Crosstab: TAB 153(1)
NO
PEMBERIAN VIT A
JUMLAH
DALAM %
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 164
Distribusi Balita Berdasarkan Alasan Tidak Memberikan Vitamin A
Crosstab: TAB 163(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM %
1.
TIDAK TAHU MANFAAT
0
0
2.
TIDAK SEMPAT
0
0
3.
TIDAK MAMPU
0
0
4.
MERASA TIDAK PERLU
0
0
5.
TIDAK ADA PELAYANAN DARI NAKES0
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 165
Distribusi Balita Berdasarkan Yang Sedang Menderita Penyakit
Crosstab: TAB 153(1)
NO
MENDERITA PENYAKIT
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 166
Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Keluhan
Crosstab: TAB 165(1)
NO
JENIS KELUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
PANAS
0
0
2.
SESAK NAFAS
0
0
3.
BATUK PILEK
0
0
5.
DIARE
0
0
6.
GATAL-GATAL
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 167
Distribusi Balita Berdasarkan Status Resiko Tinggi
Crosstab: TAB 153(1)
NO
STATUS RESTI
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 168
Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Resiko Tinggi
Crosstab: TAB 167(1)
NO
JENIS RESIKO TINGGI
JUMLAH
DALAM
%
1.
BGM
0
0
2.
BALITA DENGAN PENYAKIT
0
0
3.
CACAT BAWAAN
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 169
Distribusi Anak Sekolah Dalam Keluarga
Crosstab: TAB 1(5)
NO
ANAK USIA SEKOLAH
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
8
100
TOTAL
8
100
TABEL 170
Distribusi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Status Gizi
Crosstab: TAB 169(1)
NO
STATUS GIZI
JUMLAH
DALAM
%
1.
BAIK
0
0
2.
CUKUP
0
0
3.
KURANG
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 171
Distribusi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Pola Makan
Crosstab: TAB 170
NO
POLA MAKAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TERATUR
0
0
2.
TIDAK TERATUR
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 172
Distribusi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Imunisasi Boster
Crosstab: TAB 169(1)
NO
IMUNISASI BOSTER
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 173
Distribusi Anak Usia Sekolah Berdasaarkan Frekuensi Pemberian Imunisasi Boster
Crosstab: TAB 172(1)
NO
FREKUENSI IMUNISASI BOSTER
JUMLAH
DALAM
%
1.
1X
0
0
2.
2X
0
0
TOTAL
0
0
TOTAL 174
Distribusi Anak Usia Sekolah Yang Sedang Menderita Penyakit
Crosstab: TAB 169(1)
NO
SEDANG SAKIT
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TOTAL 175
Distribusi Anak Usia Sekolah Berdasarkan jenis Keluhan
Crosstab: TAB 174(1)
NO
JENIS KELUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
PANAS
0
0
2.
DIARE
0
0
3.
BATUK PILEK
0
0
4.
SESAK NAFAS
0
0
5.
GATAL-GATAL
0
0
TOTAL
0
0
TOTAL 176
Distribusi Remaja Dalam Keluarga
Crosstab: TAB 1(6)
NO
REMAJA
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 177
Distribusi Remaja Wanita Berdasaarkan Menarche
Crosstab: jumlah remaja wanita
NO
MENARCHE
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 178
Distribusi Remaja Wanita Yang Sudah Menstruasi Berdasarkan Keluhan Saat Menstruasi
Crosstab: TAB 177(1)
NO
KELUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 179
Distribusi Remaja Berdasarkan Keaktifan Dalam Organisasi
Crosstab: TAB 176(1)
NO
KEAKTIFAN REMAJA
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 180
Distribusi Remaja Berdasarkan Alasan Tidak Aktif Dalam Organisasi
Crosstab: TAB 179(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
MALU
0
0
2.
TIDAK ADA WAKTU
0
0
3.
MERASA TIDAK PERLU
0
0
4.
TIDAK AD WADAH
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 181
Distribusi Remaja Berdasarkan Pengetahuan Tentang Usia Reproduksi
Crosstab: TAB 176(1)
NO
PENGETAHUAN USIA REPRODUKSI
JUMLAH
DALAM
%
1.
TAHU
0
0
2.
TIDAK TAHU
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 182
Distribusi Remaja Berdasrkan Pengetahuan Tentang Fungsi Reproduksi
Crosstab: TAB 176(1)
NO
PENGETAHUAN FUNGSI REPRODUKSI
JUMLAH
DALAM
%
1.
TAHU
0
0
2.
TIDAK TAHU
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 183
Distribusi Remaja Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual
Crosstab: TAB 176(1)
NO
PENGETAHUAN PMS
JUMLAH
DALAM
%
1.
TAHU
0
0
2.
TIDAK TAHU
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 184
Distribusi Remaja Berdasarkan Pengetahuan Tentang Akibat Napza
Crosstab: TAB 176(1)
NO
PENGETAHUAN AKIBAT NAPZA
JUMLAH
DALAM
%
1.
TAHU
0
0
2.
TIDAK TAHU
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 185
Distribusi Berdasarkan stribusi Berdasarkan Yang Sedang Menderita Penyakit
Crosstab: TAB 176(1)
NO
REMAJA SAKIT
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 186
Distribusi Remaja Berdasaarkan Jenis Keluhan
Crosstab: TAB 185(1)
NO
KELUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
PANAS
0
0
2.
DIARE
0
0
3.
BATUK PILEG
0
0
4.
SESAK NAFAS
0
0
5.
GATAL-GATAL
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 187
Distribusi Ibu Senium/Klimakterium Dalam Keluarga
Crosstab: TAB 1(8)
NO
IBU SENIUM/KLIMAKTERIUM
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
3
100
2.
TIDAK ADA
TOTAL
3
100
TABEL 188
Distribusi Ibu Senium/Klimakterium Berdasarkan Awal Terjadinya Senium/Klimakterium
Crosstab: TAB 187(1)
NO
USIA WANITA
JUMLAH
DALAM
%
1.
< 45 TAHUN
3
100
2.
> 45 TAHUN
0
0
TOTAL
3
100
TABEL 189
Distribusi Usia Ibu Senium/Klimakterium Berdasarkan Keluhan Yang Dirasakan
Crosstab: TAB 187(1)
NO
KELUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
3
100
TOTAL
3
100
TABEL 190
Distribusi Usia Senium/Klimakterium Berdasarkan Jenis Keluhan Yaang Dirasakan
Crosstab: TAB 189(1)
NO
JENIS KELUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
NYERI SENDI
0
0
2.
HOT FLUSHES
0
0
3.
EMOSI LABIL (IRRITABLE)
0
0
4.
KEKUATAN OTOT
0
0
5.
KERING PADA DAERAH VAGINA
0
0
6.
PANDANGAN KABUR
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 191
Distribusi Usia Senium/Klimakterium Berdasarkan Pemenuhan Seksual
Crosstab: TAB 187(1)
NO
PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL
JUMLAH
DALAM
%
1.
MASIH MELAKUKAN HUB SEKSUAL
3
100
2.
TIDAK SAMA SEKALI
0
0
TOTAL
3
100
TABEL 192
Distribusi Usia Ibu Senium/Klimakterium Berdasarkan Keluhan Nyeri Saat Senggama
Crosstab: TAB 191(1)
C
KELUHAN NYERI
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
0
0
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 193
Distribusi Lansia Dalam Keluarga
Crosstab: TAB 1(10)
NO
LANSIA
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
12
80
2.
TIDAK ADA
3
20
TOTAL
15
100
TABEL 194
Distribusi Lansia Berdasaarkan Usia
Crosstab: TAB 193(1)
NO
USIA LANSIA
JUMLAH
DALAM
%
1.
> 55 TAHUN
10
83,3
2.
> 70 TAHUN
2
16,3
TOTAL
12
99,6
TABEL 195
Distribusi Lansia Berdasarkan Kondisi Kesehatan
Crosstab: TAB 193(1)
NO
KONDISI KESEHATAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
SAKIT
0
0
2.
TIDAK SAKIT
12
100
TOTAL
12
100
TABEL 196
Distribusi Lansia Berdasarkan Keluhan Penyakit
Crosstab: TAB 195(1)
NO
JENIS PENYAKIT
JUMLAH
DALAM
%
1.
SESAK NAFAS
0
0
2.
PANAS
0
0
3.
NYERI TULANG/SENDI
10
83,3
4.
PUSING
2
16,3
5.
BATUK PILEG
0
0
6.
GATAL-GATAL
0
0
7.
DIARE
0
0
8.
KONSTIPASI
0
0
9.
DAN LAIN-LAIN
0
0
TOTAL
12
99,6
TABEL 197
Distribusi Lansia Berdasarkan Kunjungan Ke Posyandu
Crosstab: TAB 193(1)
NO
KUNJUNGAN KE POSYANDU
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
8
66,6
2.
TIDAK
4
33,3
TOTAL
12
99,9
TABEL 198
Distribusi Lansia Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Ke Posyandu
Crosstab: TAB 197(1)
NO
FREKUENSI KUNJUNGAN KE POSYANDU
JUMLAH
DALAM
%
1.
RUTIN
8
100
2.
TIDAK RUTIN
0
0
TOTAL
8
100
TABEL 199
Distribusi Lansia Berdasarkan Alasan Tidak Kunjungan Ke Posyandu
Crosstab: TAB 197(2)
NO
KELUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TIDAK TAHU MANFAAT
0
0
2.
MERASA TIDAK PERLU
2
100
3.
TIDAK ADA SARAN
0
0
TOTAL
2
100
TABEL 200
Distribusi Lansia Berdasarkan Kepemilikan KMS
Crosstab: TAB 193(1)
NO
KEPEMILIKAN KMS
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
12
100
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
12
100
TABEL 201
Distribusi Lansia Berdasarkan Alasan Tidak Memiliki KMS
Crosstab: TAB 200(2)
NO
ALASAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
TIDAK TAHU MANFAAT
0
0
2.
MERASA TIDAK PERLU
0
0
3.
TIDAK ADA SARANA/TIDAK DIBERI NAKES
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 202
Distribusi Lansia Berdasarkan Rutinitas Periksa Kesehatan
Crosstab: TAB 193(1)
NO
RUTINITAS PERIKSA KESEHATAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
10
83,3
2.
TIDAK
2
16,6
TOTAL
12
99,9
TABEL 203
Distribusi Lansia Berdasarkan Tempat Periksa Kesehatan
Crosstab: TAB 202(1)
NO
KELUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
YA
12
100
2.
TIDAK
0
0
TOTAL
12
100
TABEL 204
Distribusi Lansia Berdasaarkan Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
Crosstab: TAB 193(1)
NO
PEMENUHAN KEBUTUHAN
JUMLAH
DALAM
%
1.
MANDIRI
4
33,3
2.
DENGAN BANTUAN MINIMAL
8
66,6
3.
DENGAN BANTUAN PENUH
0
0
TOTAL
12
99,9
TABEL 205
Distribusi Lansia Berdasarkan Perilaku Hidup Tidak Sehat
Crosstab: TAB 193(1)
NO
PERILAKU HIDUP TIDAK SEHAT
JUMLAH
DALAM
%
1.
MEROKOK
0
0
2.
MIRAS
0
0
3.
KONSUMSI MAKANAN TERTENTU
0
0
4.
TIDAK MENJAGA PRSONAL HYGIENE
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 206
Distribusi Lansia Berdasarkan Status Resiko Tinggi
Crosstab: TAB 193(1)
NO
STATUS RESTI
JUMLAH
DALAM
%
1.
ADA
0
0
2.
TIDAK ADA
0
0
TOTAL
0
0
TABEL 207
Distribusi Lansia Berdasaarkan Jenis Resiko Tinggi
Crosstab: TAB 206(1)
NO
STATUS RESTI
JUMLAH
DALAM
%
1.
PENYAKIT
0
0
2.
UMUR > 70 TAHUN DAN HIDUP SENDIRI
0
0
TOTAL
0
0
C. DATA SOSIAL BUDAYA
Status Peribadaatan
1. Jumlah Masjid :0
2. Jumlah Mushola :1
3. Jumlah Gereja :0
Pemeluk Agama/Kepercayaan
NO
AGAMA/KEPERCAYAAN
JUMLAH
PROSENTASE
1.
Islam
8
100
2.
Kristen
0
0
3.
Katolik
0
0
4.
Hindu
0
0
5.
Budha
0
0
6.
Kong Hu Chu
0
0
7.
Aliran Kepercayaan
0
0
JUMLAH
8
10
Analisa Data
Dari data yang di dapat dari hasil pengkajian anamnesa dan hasil observasi, masalah kesehatan yang ada di Desa Kramat adalah :
Kurangnya kesadaran mengenai pembuangan sampah pada tempatnya
Dasar :Dari pengkajian yang dilakukan diperoleh bahwa sebagian besar warga belum memiliki kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dengan membuang sampah sembarangan.
Harapan :yang ingin dicapai adalah masyarakat memiliki kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dengan tidak membuang sampah pada tempatnya.
Ada yang terkena Osteoporosis
Dasar : Ada lansia yang terkena osteoporosis
Harapan : Mendapatkan penanganan lebih lanjut
Perumusan Masalah
Dari hasil analis data, di peroleh beberapa permasyalahan yaitu :
Kurangnya kesadaran mengenai pembuangan sampah pada tempatnya
Ada lansia yang terkena osteoporosis
Prioritas Masalah
3.3. Prioritas Masalah
No
Masalah
Besarnya
Efek yang ditimbulkan
Seringnya masalah
Bisa dipecahkan
Jumlah
1
Pembuangann sampah sembarangan
2
1
1
2
6
2
Ada Ibu yang terkena Osteoporosis
2
2
2
2
8
Kondisi Skoring prioritas masalah di atas adalah sebagai berikut :
Ringan : skor 1
Sedang :skor 2
Berat :skor 3
Dari hasil scoring di atas dapat disimpulkan bahwa prioritas masalahnya adalah ada lansia yang terkena Osteoporosis
Asuhan Sesuai dengan SOAP
S : -ibu mengatakan bernama Ny.K
-ibu mengatakan berumur 80 Tahun
-ibu mengatakan nyeri sendi di bagian lutut dan kakinya.
O : - KU : Baik
Kesadaran :Composmentis
BB : 40 kg
TTV : Nadi :86 x/ menit
Suhu : 37,5 °C
Respirasi : 35 x/ menit
TD : 130/90 mmHg
Pemeriksaan Head to toe
Kepala : bentuk mesocephal
Muka : tidak ada odema
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
Hidung :simetris, tidak ada pembesaran polip dan secret
Telinga : tidak ada serumen
Mulut : bibirtidak pucat, gigi tidak caries, lidah bersih
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
Dada : tidak ada retraksi
Perut : tidak ada pembesaran
Ekstremitas atas : tidak odema
Ekstremitas bawah: tidak odema maupun varices.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak Dilakukan
A : Ny. K umur 80 tahun jenis kelamin perempuan dengan Osteoporosis
P :
Memberitahu ibu tenteng kondisi yang klien alami saat ini.
Hasil : ibu sudah mengetahui kondisinya
Memberitahu pada ibu tentang Osteoporosis. Osteoporosis adalah pengeroposan tulang yang disebabkan karena factor umur, pola makan yang tidak teratur dan kekurangan kalsium.
Hasil : ibu sudah mengetahui tentang Osteoporosis.
Memberitahu ibu tentang pencegahan Osteoporosis yaitu :
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup
Melakukan olah raga dengan teratur
Mengkonsumsi obat
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal ( sekitar umur 30 tahun )
Minum dua gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita usia setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan 1,5 g kalsium
Olah raga beban ( misalnya berjalan dan menaiki tangga )
Hasil : ibu sudah mengerti tentang pencegahan Osteoporosis
Menjelaskan pada ibu tentang komplikasi yang mungkin timbul pada penderita Osteoporosis yaitu Kepadatan tulang berkurang secara perlahan ( terutama pada penderita osteoporosis senilis ) sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulsng belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau cidera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba yang dirasakan didaerah tertentu dari punggung yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit teapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau bulan. Jika beberapa tulang punggung mucul maka akan membentuk kelengkungan yang abnormal yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit.
Tulangnya bisa patah yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul yang sering terjadi adalah patah lengan didaerah pergelangan tangan yang disebut fraktur coles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung sembuh secara perlahan.
Hasil : Ibu sudah mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi.
Diagram FishBone penyelesaiaan masalah
Meningkatkan kesehatan masyarakat
Pemeriksaan rutin (Posyandu Lansia)
Mengurangi penderita Osteoporosis pada lansia
Ada Ibu yang terkena Osteoporosis
Di harapkan peran serta aktif puskesmas dalam penyuluhan keksehatan
Berkolaborasi dengan bidan desa, kader posyandu untuk menyelesaikan masalah osteoporosis
BAN IV
PEMBAHASAN
Pengkajian data di Desa Kramat RT 04/RW02 didapatkan 44 jiwa, 8 kepala keluarga dengan jumlah penduduk laki-laki 5 jiwa sedangkan perempuan 10 jiwa. Mayoritas mata pencaharian kepala keluarga adalah sebagai Tani dengan prosentase 100 %. Tingkat pendidikan penduduk Desa Kramat sebagian besar adalah tamat SD dengan prosentase 80 % dan 100% beragama Islam.
Masalah yang didapatkan dari hasil pengkajian adalah Kurangnya kesadaran mengenai pembuangan samapah pada tempatnya , Ada lansia yang terkena Osteoporosis.
Dari dua masalah yang menjadi prioritas masalah adalah lansia yang terkena Osteoporosis. Setelah diketahui prioritas masalahnya maka dapat disusun perencanaanya :
Memberikan penyuluhan tentang Osteoporosis.
Kolaborasi dengan Bidan Desa, Kader Posyandu, dan Masyarakat
Melakukan evaluasi
Pelaksanaannya :
Mendatangi rumah Lansia untuk memberikan penyuluhan tentang Osteoporosis.
Berkolaborasi dengan dengan Bidan Desa, Kader Posyandu, dan Masyarakat
Melakukan evaluasi
Evaluasi :
Dari intervensi yang telah dilakukan dapat diketahui beberapa hal sebagai bahan evaluasi:
Telah dilakukan kunjungan rumah, diberikan penyuluhan tentang Osteoporosis
Teah berkolaborasi dengan dengan Bidan Desa, Kader Posyandu, dan Masyarakat
Telah dilakukan evaluasi dengan hasil : Ibu telah mengerti tentang Osteoporosis
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka yang telah penyusun temukan mengenai perkembangan yang terjadi pada lansia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pada Usia 65 tahun seseorang dianggap telah memasuki masa lansia atau lanjut usia. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini.
Orang yang memasuki usia lanjut (lansia) memiliki ciri – ciri khas, diantaranya usia lanjut merupakan periode kemunduran, orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas, menua membutuhkan perubahan peran, dan penyesuaian yang buruk pada lansia
Pada lansia biasanya mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya.
Pada lansia terjadi banyak perubahan, diantaranya perkembangan jasmani/fisik, perkembangan intelektual, perkembangan emosi, perkembangan spiritual, perubahan sosial, perubahan kehidupan keluarga, dan hubungan sosio-emosional lansia.
Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam kehidupannya, diantaranya pada masalah fisik, intelektual, emosi, dan spiritual. Misalnya saja dalam hal intelektual, lansia lebih sering mengalami pikun atau sulit untuk mengingat.
Masalah – masalah pada lansia yang timbul karena perubahan yang terjadi pada lansia dapat diatasi sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apalagi kita semua juga akan mengalami masa – masa ini.
Saran
Setelah penyusun membuat makalah ini, penyusun menjadi tahu tentang perkembangan yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.
DAFTAR PUSTAKA
Yuilifah Rita, Yuswanto Tri Johan. 2012. Asuhan Kebidanan Komunitas, Jakarta: Salemba Medika
Meilani Niken, Setiyawati Nanik dkk. 2009. Kebidnan Komunitas, Yoygakarta: Fitramaya
http://www.informasimedika.com/jenis-penyakit/THT/ispa. Di Akses tanggal 25 Agustus 2014 jam 20.10 WIB.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-nurhadig2a-6164-2-babii.pdf. di akses tanggal 21 Agustus 2014 jam 09.30 WIB
http://epidemiologiunsri.blogspot.com/2011/11/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.html. di akses tanggal 7 September 2014 jam 14.30 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi_saluran_napas_atas. di akses tanggal 9 September 2014 jam 11.00 WIB
123