[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

LEMBAR PERSETUJUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan mayarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya di bidang kesehatan dan di bidang lain yang berkaitan, agar mampu tercapai kehidupan sehat sejahtera sesuai visi Indonesia sehat 2010. “Terwujudnya masyarakat, bangsa dan Negara yang individunya hidup dalam lingkungan sehat dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya”. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat desa menuntut adanya tenaga kesehatan yang trampil dan profesional, hal ini selaras dengan visi misi STIKes Bina Cipta Husada Purwokerto yaitu untuk menghasilkan tenaga ahli madya yang profesional. Kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) merupakan pencapaian dari mata kuliah kebidanan komunitas dan ilmu kesehatan masyarakat. Di harapkan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa ini, mahasiswa mampu mengerahkan ilmu kesehatan masyarakat dan kebidanan komunitas di masyarakat.Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Bidan telah diakui sebagai sebuah profesi dan untuk dapat dikatakan sebagai seseorang yang bekerja profesional, maka bidan harus dapat memahami sejauh mana peran  dan fungsinya sebagai seorang bidan. Bidan dalam menjalankan profesinya mempunyai peran dan fungsi yaitu pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti. Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat adalah proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan prioritas dari kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber-sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong Fokus pelayanan bidan adalah ibu dan bayi serta masyarakat di komunitas atau masyarakat. Bidan harus memberikan pelayanan kepada masyarakat seluruhnya baik lingkup personal atau keluarga. Dalam komunitas bidan berperan sebagai pendidik, pengelola, peneliti, pelaksana. Serangkaian tugas itu mutlak dilakukan oleh bidan dalam komunitas bidan adalah antara lain penyuluhan dan nasehat tentang kesehatan, pemeliharaan kesehatan ibu dan anak balita, pengobatan sederhana bagi ibu dan balita, perbaikan gizi keluarga imunisasi pada ibu dan anak, pertolongan persalinan dirumah dan pelayanan keluarga berencana. Pelayanan kebidanan komunitas dilaksanakan oleh bidan secara mandiri, kolaboratif (kerja sama) sop[dengan tenaga kesehatan lain yang terkait. Pelayanan kebidanan komunitas dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantus, polindes, praktek bidan dan dirumah pasien. Masalah yang timbul di masyarakat sangatlah beragam, sedangkan tenaga kesehatan yang di masyarakat khususnya didaerah pedesaan sebagian besar sudah tersedia, tapi cenderung terbatas. Kemungkinan untuk ketidakrataan untuk pelayanan dan perhatian pada seluruh lapisan Masyarakat sebagian besar sudah tersedia sangat besar, sehingga memungkinkan masyarakat tidak membiasakan hidup sehat. Seperti yang telah di programkan oleh pemerintah tentang indonesia sehat 2010 masyarakat Indonesia harus dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani. Dalam upaya pelaksanaan program PKMD ini kami akan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh waga desa Kramat kecamatan Kembaran kabupaten Banyumas yaitu Masih banyak warga yang menjadi perokok aktif Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran kesehatan masyarakat di deasa Kramat kecamatan kembaran kabupaten Banyumas Tujuan Khusus Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan masyarakat di desa Kramat RT 04 RW 02 Merumuskan masalah-masalah kesehatan masyarakat di desa Kramat RT 04 RW 02 Merumuskan prioritas kesehatan masyarakat di desa Kramat RT 04 RW 02. Melaksanakan intervensi untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang ada di desa Kramat RT 04 RW 02. Melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan Manfaat PKMD Bagi Mahasiswa Mendapatkan penglaman dan keterampilan di bidang manajemen pengelolaan masalah kesehatan Terpapar dengan kondisi dan lingkungn yang ada di masyarakat Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang tepat terhadap permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat Mendapatkan bahan untuk penulisan laporan selama praktik PKMD Bagi Tempat Pelaksana PKMD Lahan dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu penyelesaian masalah di bidang kesehatan untuk kebutuhan di unit masing-masing Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara akademi dan institusi tempat pelaksanaan PKMD Bagi institusi Program Studi DIII Kebidanan STIKes Bina Cipta Husada Purwokerto Laporan PKMD dapat menjadi salah satu audit internal kualitas pengajaran Memperkenalkan Program Studi DIII Kebidanan STIKes Bina Cipta Husada Purwokerto kepada masyarakat Mendapatkan masukan bagi pengembangan Program Studi DIII Kebidanan STIKes Bina Cipta Husada Purwokerto Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi, Khususnya Tentang pengabdian Masyarakat Bagi Puskesmas Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Desa Kramat Bagi penulis Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi tentang praktek kebidanan komunitas. Dapat memberikan asuhan kebidanan komunitas pada masyarakat tentang kesehatan. BAB II TINJAUA N TEORI Konsep Dasar Kebidanan Keluarga Batasan Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Anonim, 2008). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling tergantung (Depkes RI, 1988). Struktur Keluarga Menurut Wahid (2006) struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam: Patrilineal adalah: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudarah sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. Matrilineal adalah: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. Matrilokal adalah: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. Patrilokal adalah: sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga sedarah suami. Keluarga kawinan adalah: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan warga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri Manajemen Kebidanan Komunitas Manajemen Kebidanan adalah metode yang digunakan oleh bidan dalam menentukan dan mencari langkah-langkah pemecahan masalah serta melakukan tindakan untuk menyelematkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu identifikasi masalah, analisis dan perumusan masalah, rencana dan tindakan pelaksanaan serta evaluasi hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan oleh bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti, penerapan manajemen kebidanan komuniti (J.H. Syahlan, 1996). Penerapan kebidanan komunitas antara lain : Identifikasi masalah Bidan yang berada di desa memberikan pelayanan KIA dan KB di masyarakat melalui identifikasi, ini untuk mengatasi keadaan dan masalah kesehatan di desanya terutama yang ditujukan pada kesehatan ibu dan anak. Analisa dan perumusan masalah Setelah data dikumpulkan dan dicatat maka dilakukan analisis. Hasil analisis tersebut dirumuskan sebagai syarat dapat ditetapkan masalah kesehatan ibu dan anak di komunitas. Dari data yang dikumpulkan, dilakukan analisis yang dapat ditemukan jawaban tentang : Hubungan antara penyakit atau status kesehatan dengan lingkungan keadaan sosial budaya atau perilaku, pelayanan kesehatan yang ada serta faktor-faktor keturunan yang berpengaruh terhadap kesehatan. (H.L. Blum). Masalah-masalah kesehatan, termasuk penyakit ibu, anak dan balita Masalah-masalah utama ibu dan anak serta penyebabnya Faktor-faktor pendukung dan penghambat Rumusan masalah dapat ditentukan berdasarkan hasil analisa yang mencakup masalah utama dan penyebabnya serta masalah potensial. Diagnosa potensial Diagnosa potensial yaitu diagnose yang mungkin terjadi Antisipasi penanganan segera Penanganan segera masalah yang timbu Rencana (intervensi) Rencana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan dan evaluasi. Tindakan (implementasi) Kegiatan yang dilakukan bidan di komunitas mencakup rencana pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Evaluasi Untuk mengetahui ketepatan atau kesempurnaan antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan Teori Medis 1.1 Lansia Pengetian tentang Lansia Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahandalam hidupnya.Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia55 tahun sampai meninggal.Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ciri – ciri Lansia Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,yaitu: Usia lanjut merupakan periode kemunduran Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduranakanamat terjadi. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk. Perkembangan Lansia Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia , penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, teradapat berbagai perbedaan teori, namun para pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan oleh faktor gen. Penelitian telah menemukan bahwa tingkat sel, umur sel manusia ditentukan oleh DNA yang disebut telomere, yang beralokasi pada ujung kromosom. Ketentuan dan kematian sel terpicu ketika telomere berkurang ukuranya pada ujung kritis tertentu. Perubahan yang Terjadi pada Lansia Pada lansia terjadi banyak perubahan dalam dirinya, hal ini bisa disebut perkembangan atau perubahan yang terjadi pada lansia, diantaranya yaitu : Perkembangan jasmani Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada proses penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan ataupun perilaku. Pada lansia juga mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut Postur tubuh lansia mulai berubah bengkok (bungkuk), Kondisi kulit mulai kering dan keriput, Daya ingat mulai menurun, Kondisi mata yang mulai rabun, Pendengaran yang berkurang. Perkembangan Intelektual Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia. Perkembangan Emosional Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Perkembangan Spiritual Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme.Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia.Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa : Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang yang religius. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non religius. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah hidup lainnya. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripada yang nonreligius. Perubahan Sosial Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory.Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia.(J.W.Santrock, 2002, h.239). Perubahan Kehidupan Keluarga Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun. Hubungan Sosio-Emosional Lansia Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam penyambutan.Ada individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan datang. Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia. Masalah yang Dihadapi oleh Lansia Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam kehidupannya. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu : Masalah fisik Permasalahan yang hadapi oleh lansia dengan masalah pekembangan fisik yang mulai melemah, diantaranya seringnya terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang berfungsu dengan baik serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering mengalami sakit (masuk angin, flu) Masalah kognitif ( Intelektual ) Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan kognitif, ini dapat disimpulkan bahwa pada lansia mulai melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal(pikun) dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar Masalah emosional Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan emosional, adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian beliau menjadi sangat besar.Apabila melihat rekan kerja kurang aktif dalam melakukan pekerjaanya, maka tingkat emosi meningkat, terbukti bahwa beliau segera menegur rekan kerjanya tersebut agar lebih cekatan. Sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stress akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi Perkembangan Spiritual Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan yang cukup serius. Solusi Permasalahan Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia lanjut dapat di tempuh melalui hal-hal sebagai berikut : Berhubungan dengan Kesahatan Lansia (fisik) : Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia,misalnya pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap. Minum air putih 1.5 – 2 liter, secara teratur Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuanya Istirahat, tidur yang cukup Minum suplemen gizi yang diperlukan Memeriksa kesehatan secara teratur Berhubungan dengan masalah intelektual Sulit untuk mengingat atau pikun dapat diatasi pada saat muda dengan hidup sehat, yaitu dengan cara : Jadikan Olahraga sebagai kebutuhan dan rutinitas harian Anda. Hendaknya Anda membiasakan diri dengan tidur yang cukup. Berhati-hatilah dengan Suplemen penambah daya ingat. Kendalikan rasa stress yang menyelimuti pikiran Anda. Segera obati depresi Anda. Hendaknya Anda selalu mengawasi obat-obatan yang dikonsumsi. Cobalah dengan melakukan permainan yang berhubungan dengan daya ingat. Jangan pernah berhenti untuk terus belajar dan mengasah kemampuan otak Hendaknya Anda berusaha meningkatkan konsentrasi dan memfokuskan pikiran. Tumbuhkan rasa optimis dalam diri Anda. Berhubungan dengan Emosi : Lebih mendekatkan diri kepada ALLAH dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi serta kemampuan. Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi. Berhubungan dengan Spiritual Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang. Intropeksi terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, serta lebih banyak beribadah. Belajar secara rutin dengan cara membaca kitab suci secara teratur. 1.2 Oteoporosis A. Pengertian Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa masa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang akhirnya dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Macam-macam Osteoporosis Primer Osteoporosis primer sering menyerang pada wanita pasca menopause dan juga pada pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui. Osteoporosis Sekunder Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan : Kelainan hepar Kegagalan ginjal kronis Kurang gerak Kebiasaan minum alkohol Pemakai obat-obatan atau corticosteroid Kelebihan kafein Merokok Faktor Penyebab Osteoporosis post menopausal Terjadi karena kekurangan estrogen (hormone utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang pada wanita yang berusia antara 51-75 tahun,tetapi juga bisa muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis menopausal,wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam. Osteoporosis senilis Merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali kebih sering menyerang wanita. Wanita sering menderita osteoporosis semilis dan posmenopausal. Osteoporosis sekunder Kurang dari 5 % pendderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder. Disebabkan oleh kegiatan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini disebabakan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan horminal ( terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal ) dan obat-obatan ( misal kortiko steroid, barbiturate, anti kejang, dan teroid yang berlebihan ). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok juga bisa memperburuk keadaan ini. Osteoporosis juvenile idiopatik Merupakan jenis osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang. Gejala Kepadatan tulang berkurang secara perlahan ( terutama pada penderita osteoporosis senilis ) sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulsng belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau cidera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba yang dirasakan didaerah tertentu dari punggung yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit teapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau bulan. Jika beberapa tulang punggung mucul maka akan membentuk kelengkungan yang abnormal yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulangnya bisa patah yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul yang sering terjadi adalah patah lengan didaerah pergelangan tangan yang disebut fraktur coles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung sembuh secara perlahan. Cara pencegahan dan pengobatan osteoporosis Cara pencegahannya meliputi : Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup Melakukan olah raga dengan teratur Mengkonsumsi obat Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal ( sekitar umur 30 tahun ) Minum dua gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita usia setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan 1,5 g kalsium Olah raga beban ( misalnya berjalan dan menaiki tangga ) Pengobatan Tujuannya untuk meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita terutama yang menderita osteoporosis harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang cukup. Wanita paska menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis brfungsi : Mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pascamenopaus Meningkatkan masa tulang ditulang belakang dan tulang panggul Mengurangi angka kejadian patah tulang Supaya diserap dengan baik alendronat harus diminum dengan segelas air pada pagi hari dan dalam waktu tiga puluh menit sesudahnya tidak boleh makan atau minum yang lain. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30 menit sesudahnya. Obat ini tidak diberikan kepada orang yang memiliki kesulitan menelan atau penyakit kerongkongan dan lambung. Kalsitonin dianjurkan untuk orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung. Tambahan flourida bisa meningkatkan kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan. Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukan bahwa tubahnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testoteron. Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Payah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya di gips atau diperbaiki dengan pembedahan. 1.3 Sampah Organok dan An Organik A.Organik Pengertian Sampah Organik adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad raya? sekali lagi beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis yang cukup penting. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik. Jenis-Jenis Sampah Organik Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi : Sampah organik basah. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Sampah organik kering. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering. Prinsip Pengolahan Sampah Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah.[7] Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:[7] Mengurangi (bahasa Inggris: reduce) Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Menggunakan kembali (bahasa Inggris: reuse) Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable). Mendaur ulang (bahasa Inggris: recycle) Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi (bahasa Inggris: informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Mengganti (bahasa Inggris: replace) Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Cara Mengolah Sampah Organik Menjadi Kompos Pengomposan sampah kota umumnya sama saja seperti pengomposan bahan baku lainnya. Hanya yang patut dipikirkan adalah jumlah bahan organik kering yang digunakan dalam pencampuran bahan baku proses pengomposan. Pengomposan secara sederhana bisa dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut. Pengomposan Menggunakan Drum Plastik Pengomposan menggunakan drum plastik sangat cocok diterapkan untuk mengolah sampah rumah tangga. Bahan Dan Peralatan Yang Digunakan Ember atau drum plastik yang telah dimodifikasi (dibuat berlubang) dengan kapasitas minimum 100 kg. Bioaktivator cair (metode aerob) atau bioaktivator padat (metode anaerob). Bahan baku sampah organik (hindari daging, tulang, duri ikan, sisa makanan berlemak, susu, kotoran anjing, kucing, dan babi). Cara Membuat Cacah bahan baku hingga berukuran 2-5 cm. Taburkan bioktivator Promi 0,5% ke atas bahan baku, aduk hingga tercampur rata. Siram dengan air hingga diperoleh kelembapan yang diinginkan (50-60%), langsung masukkan ke dalam drum plastik. Inkubasi selama 1-2 minggu, tergantung dari bahan bakunya. Pada hari ketiga atau hari kedelapan perlu dilakukan pengadukan atau pembalikkan secara manual agar aerasi di dalam drum berlangsung baik. Kelebihan Mengolah Sampah Organik Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah rumah tangga. Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan. mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat tinggal. Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat. Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA). Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat. Kekurangan Mengolah Sampah Organik Setelah menjadi pupuk kompos, pupuk siap untuk digunakan sebagai penyubur tanah. Adapun kekurangan pupuk kompos adalah unsur hara relatif lama diserap tumbuhan, pembuatannya lama, dan sulit dibuat dalam skala besar. Oleh karena itu untuk mendukung peningkatan hasil-hasil pertanian diperlukan pupuk buatan. B. An Organik 1. Pengertian Sampah anorganik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai secara biologis sehingga penghancurannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Sampah anorganik berasal dari SDA tak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau proses industry. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastic dan alumunium. Sebagian zat organik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedangkan sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik dan kaleng. 2. Jenis-jenis Sampah Anorganik Contoh sampah dari sampah anorganik adalah : potongan-potongan atau pelat-pelat dari logam, berbagai jenis batu-batuan, pecah-pecahan gelas, tulang-belulang, kaleng bekas, botol bekas, bahkan kertas, dan lain-lain. 3. Dampak Sampah Anorganik Gangguan Kesehatan Timbunlah sampah yang dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong penularan infeksi dan dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan tikus. Menurunnya kualitas lingkungan Menurunnya estetika lingkungan Timbunlah sampah yang berserakan, agar lingkungan tampak indah Terhambatnya pembangunan Negara 4. Cara Mengolah Sampah Anorganik Sampah kertas Sampah kertas bisa dikumpulkan menjadi satu bagian yang dipisahkan dari sampah lainnya. Entah selanjutnya dibuang ke tempat sampah atau dijual ketukang loak, minimal kita sudah memudahkan langkah para pengelola sampah untuk melakukan pengolahan tingkat lanjut. Kumpulan sampah kertas bisa dibuat berbagai macam jenis kerajinan tangan, seperti topeng, patung dan kertas daur ulang. Nilai jual sampah kertas daur ulang lebih tinggi dari sekedar sampah kertas biasa. Kertas daur ulang bisa dijual ke pengrajin sebagai bahan pembuat kerajinan tangan atau anda sendiri yang membuat karya seni yang menghasilkan. Sampah botol Botol beling memiliki nilai tinggi, apalagi masih utuh. Jika sudah tidak bisa utuh akan didaur ulang lagi bersama dengan berbagai jenis kaca lainnya untuk dicetak menjadi botol baru. Harga sampah botol bekas minuman lebih rendah karena bentuknya khusus sehingga pembelinya terbatas perusahaan minuman itu. Botol kecap lebih mahal karena banyak produk yang bis adikemas dengan botol itu. Usaha botol bekas juga member peluang kerja bagi ibu-ibu sebagai pencuci botol. Sampah plastik Sampah plastik dijadikan menjadi satu. Dipisahkan dari plastik basah dan plastik kering. Plastik yang kering bisa dibakar dan yang basah bisa dibakar pula. BAB III TINJAUAN KASUS Data Keluarga dan Analisa Data Tanggal Pengkajian : 1 September 2014 Jam : 14.00 WIB Nama KK : Ny. K Nomor KK :- Jenis Kasus : Osteoporosis Biodata Data KK Nama : Ny. K Umur : 80 tahun Agama : Islam Jenis kelamin : Perempuan Pendidikan : SD Pekerjaan : IRT Suku bangsa : Jawa/indonesia Alamat : Kramat RT 04 RW 02 Anggota Keluarga 3.1 daftar anggota keluarga No. Nama Umur L/P Status Pendidikan Pekerjaan Agama Ket. 1. Ny. K 80 Th P Kawin SD IRT Islam Istri Data Pasien Pasien pengkajian adalah Ny K umur 60 tahun Kegiatan Sehari-hari Kebiasaan tidur Ny.K susah tidur di siang hari dan tidur malamnya kurang nyenyak karena sering BAK. Kebiasaan makan Keluarga mengatakan makan 3xsehari porsi sedang dengan menu nasi, lauk, sayur sesuai kemampuan keluarga. Pola eliminasi Keluarga mengatakan BAB 1x sehari dan BAK ± 5-7 x sehari. Kebersihan perorangan/personal hygiene Keluarga mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 1x sehari dan ganti baju 2x sehari. Penggunaan waktu senggang Keluarga mengatakan ibunya sudah tidak bisa beraktivitas seperti biasanya karena mengeluh kakinya sakit dan tidak bisa berjalan jika tidak menggunakan tongkat. Rekreasi keluarga Keluarga mengatakan jarang berekreasi karena faktor ekonomi. Keadaan sosial ekonomi Keluarga mengatakan Ny.K tidak bisa bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Jadi, ekonomi keluarga hanya bergantung pada pekerjaan cucunya yaitu Ny.R yang mempunyai seorang suami dan memiliki Anak berumur 9 bulan. Situasi Lingkungan Rumah milik sendiri Jenis rumah : tembok Atap rumah : genting Lantai rumah : Plester Ventilasi : terdapat ventilasi dan jendela selalu dibuka. Kebersihan dan kerapian : cukup bersih dan rapi Pembuangan sampah : Terbuka di belakang rumah dibakar bila sudah penuh. Sumber air :Sumber air yang digunakan sehari-hari adalah sumur gali. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL): tidak ada Jamban : keluarga mengatakan tidak mempunyai jamban dan BABnya ke sungai Kandang ternak : Tidak ada Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada Pemanfaatan fasilitas kesehatan : keluarga mengatakan selalu memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti PKD/Puskesmas. Keluarga mempunyai Jamkesmas Keadaan Kesehatan Keluarga Riwayat keluarga : Keluarga mengatakan tidak sedang menderita penyakit menahun (Asma DM, Hipertensi), menular (TBC, Hepatitis). Dan dari keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit menurun (Hipertensi, DM), menular (TBC, Hepatitis) dan menahun(Asma). Kesehatan sekarang : keluarga mengatakan Ny.K selalu mengeluh kakinya sakit di bagian lututnya. Komunikasi Bahasa yang digunakan keluarga sehari-hari adalah bahasa jawa. Data Objektif KU : Baik Kesadaran : Compos mentis BB : 40 kg TTV : Nadi : 86 x/menit Suhu : 37,5 oc Respirasi : 35 x/menit TD: 130/90 mmHg Pemeriksaan Head to toe Kepala : bentuk mesocephal Muka : tidak ada oedem Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih. Hidung : simetris, tidak ada polip ada secret Telinga : simetris, tidak ada serumen Mulut : bibir tidak pucat, gigi tidak caries, lidah bersih Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar getah bening maupun vena jugularis Dada : tidak ada retraksi Perut : tidak ada massa, tidak ada pembesaran hepar Ekstermitas atas : tidak ada oedem Ekstermitas bawah : tidak ada oedem maupun varises Tabel 3.2. Rekapitulasi Data TABEL TABULASI TABEL 1 : Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia Crosstab : Jumlah Penduduk NO PENGGOLONGAN UMUR JUMLAH DALAM % 1. 0 – 1 BULAN 0 0 2. > 1 – 12 BULAN ( BAYI ) 0 0 3. > 1 – 3 TAHUN ( BALITA ) 0 0 4. > 3 – 5 TAHUN TAHUN ( PRA SEKOLAH ) 0 0 5. > 5 – 12 TAHUN ( SEKOLAH ) 0 0 6. > 12 – 18 TAHUN ( REMAJA) 0 0 7. > 18 – 45 TAHUN (REPRODUKSI SEHAT) 3 20 8. > 45 – 55 TAHUN (SENIUM/KLIMAKTERIUM) 0 0 9. > 18 – 55 TAHUN ( PRODUKTIF ) 0 0 10. > 55 TAHUN (LANSIA) 12 80 TOTAL 15 100 TABEL 2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Crosstab : Tab 1 NO JENIS KELAMIN JUMLAH DALAM % 1. LAKI-LAKI 5 33,3 2. PEREMPUAN 10 66,6 TOTAL 15 99,9 TABEL 3 Distribusi Penduduk Usia Reproduktif Berdasarkan Status Bekerja Crpsstab : TAB 1(7-8) NO STATUS BEKERJA JUMLAH DALAM % 1. BEKERJA 15 100 2. TIDAK BEKERJA 0 0 TOTAL 15 100 TABEL 4 Distribusi Penduduk Usia Reproduktif Berdasarkan Jenis Pekerjaan Crosstab : TAB 3 NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH DALAM % 1. PEGAWAI NEGERI 0 0 2. SWASTA 0 0 3. WIRASWASTA 0 0 4. PETANI 15 100 5. BURUH 0 0 6. TNI/POLRI 0 0 TOTAL 15 100 TABEL 5 Distribusi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Crosstab : TAB 1 NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH DALAM % 1. BELUM SEKOLAH 0 0 2. PRA SEKOLAH 0 0 3. TAMAT TK 0 0 4. TIDAK TAMAT SD 0 0 5. SD 0 0 6. TAMAT SD 12 80 7. TAMAT SMP 0 0 8. TAMAT SMA 3 20 9. TAMAT PT 0 0 10. TIDAK SEKOLAH 0 0 TOTAL 15 100 TABEL 6 Distribusi Keluarga Berdasarkan Penghasilan Crosstab : Jumlah KK NO PENGHASILAN JUMLAH DALAM % 1. < Rp.500.000,- 0 0 2. Rp. 500.000,- S/D Rp.1.000.000,- 8 100 3. > Rp.1000.000 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 7 Distribusi Perumahan Penduduk Berdasarkan Pada Status Kepemilikan Crosstab : Jumlah KK NO STATUS KEPEMILIKAN JUMLAH DALAM % 1. MILIK SENDIRI 8 100 2. KONTRAK 0 0 3. SEWA BULANAN 0 0 4. NUMPANG 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 8 Distribusi Perumahan Berdasarkan Jenis Bangunan Crosstab : Jumlah KK NO JENIS BANGUNAN JUMLAH DALAM % 1. PERMANEN 8 100 2. SEMI PERMANEN 0 0 3. NON PERMANEN 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 9 Distribusi Berdasarkan Adanya Ventilasi Crosstab : Jumlah KK NO VENTILASI JUMLAH DALAM % 1. ADA 8 100 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 10 Distribusi Perumahan Penduduk Berdasarkan Keadaan Ventilasi Crosstab : TAB 9(1) NO KEADAAN VENTILASI JUMLAH DALAM % 1. DIBUKA 8 100 2. TIDAK DIBUKA 0 0 3. KADANG-KADANG 0 10 TOTAL 8 100 TABEL 11 Distribusi perumahan berdasarkan pemanfaatan ventilasi Crosstab : TAB 9(1) NO KEADAAN VENTILASI JUMLAH DALAM % 1. DIBUKA 8 100 2. KADANG-KADANG 0 0 3. TIDAK PERNAH 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 12 Distribusi Perumahan Berdasarkan Pencahayaan Crosstab : Jumlah KK NO KEADAAN PENCAHAYAAN JUMLAH DALAM % 1. BAIK>25cm DARI JARAK BACA 8 100 2. KURANG <25cm DARI JARAK BACA 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 13 Distribusi Perumahan Penduduk Berdasarkan Vektor Penyakit Tidak ada crosstab NO VEKTOR PENYAKIT JUMLAH DALAM % 1. LALAT 7 7 2. NYAMUK 8 8 3. KECOA 4 4 4. ANJING 0 0 5. UNGGAS 5 5 6. KUCING 3 3 7. TIKUS 8 8 TOTAL 35 35 TABEL 14 Distribusi Perumahan Berdasarkan Kebersihan Rumah Crosstab : Jumlah KK NO. KEBERSIHAN RUMAH JUMLAH DALAM % 1. BERSIH 8 100 2. TIDAK BERSIH 0 TOTAL 8 100 TABEL 15 Distribusi Kebersihan Perumahan Penduduk Berdasarkan Penyebab Ketidakbersihan Crosstab :TAB 14 (2) NO PENYEBAB JUMLAH DALAM % 1. BANYAK SISA MAKAN 0 0 2. DEBU 0 0 3. SAMPAH 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 16 Distribusi Perumahan Penduduk Berdasarkan Kebersihan Halaman Crosstab : Jumlah KK NO KEBERSIHAN HALAMAN JUMLAH DALAM % 1. BERSIH 8 100 2. TIDAK BERSIH 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 17 Distribusi Keluarga Berdasarkan Sumber Air Crosstab : Jumlah KK NO SUMBER AIR JUMLAH DALAM % 1. SUMUR GALI 8 100 2. SUMUR BOR 0 0 3. LEDENG 0 0 4. SUNGAI 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 18 Distribusi Pengambilan Air Minum Berdasarkan Sumber Air Crosstab : Jumlah KK NO PENGAMBILAN SUMBER AIR JUMLAH DALAM % 1. YA 8 100 2. TIDAK 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 19 Distribusi Keluarga Berdasarkan Cara Penyimpanan Air Crosstab :Jumlah KK NO CARA PENYIMPANAN AIR JUMLAH DALAM % 1. TERTUTUP 6 75 2. TERBUKA 2 25 TOTAL 8 100 TABEL 20 Distribusi Keluarga Berdasarkan Pengurusan Tempat Penampungan Air Crosstab : Jumlah KK NO PENGURUSAN PENAMPUNGAN AIR JUMLAH DALAM % 1. SETIAP HARI 6 75 2. <7 HARI 2 25 3. >7 HARI 0 0 4. TIDAK PERNAH 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 21 Distribusi Penampungan Air Berdasarkan Jentik Nyamuk Crosstab : Jumlah KK NO JENTIK NYAMUK JUMLAH DALAM % 1. ADA 2 25 2. TIDAK ADA 6 75 TOTAL 8 100 TABEL 22 Distribusi Keluarga Berdasarkan Cara Penggunaan Air Minum Crosstab : Jumlah KK NO PENGGUNAAN AIR MINUM JUMLAH DALAM % 1. DIMASAK 8 100 2. TIDAK DIMASAK 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 23 Distribusi Keluarga Berdasarkan Kualitas Air Sumber Air Crosstab : Jumlah KK NO KUALITAS AIR JUMLAH DALAM % 1. BERBAU 0 0 2. BERASA 0 0 3. BERWARNA 0 0 4. SEHAT 8 100 TOTAL 8 100 TABEL 24 Distribusi Pembuangan Limbah Berdasarkan Jarak Dengan Sumber Air Crosstab : Jumlah KK NO KUALITAS AIR JUMLAH DALAM % 1. KURANG 10 METER 0 0 2. LEBIH 10 METER 8 100 TOTAL 8 100 TABEL 25 Distribusi Keluarga Berdasarkan Saluran Pembuangan Air Limbah Crosstab : Jumlah KK NO SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH JUMLAH DALAM % 1. ADA 6 75 2. TIDAK ADA 2 25 TOTAL 8 100 TABEL 26 Distribusi Pembuangan Limbah Keluarga Berdasarkan Jenis Pembuangan Crosstab : Jumlah KK NO JENIS PEMBUANGAN JUMLAH DALAM % 1. GOT 0 0 2. SUNGAI 0 0 3. SELOKAN 1 12,5 4. BAK PENAMPUNGAN 7 87,5 5. SEMBARANGAN TEMPAT 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 27 Distribusi Kondisi Saluran Pembuangan Limbah Keluarga Crosstab : Jumlah KK NO KONDISI SALURAN LIMBAH JUMLAH DALAM % 1. SALURAN TERTUTUP LANCAR 8 100 2. SALURAN TERTUTUP TERGENANG 0 0 3. SALURAN TERBUKA LANCAR 0 0 4. SALURAN TERBUKA TERGENANG 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 28 Distribusi Pembuangan Sampah Keluarga Berdasarkan Cara Pembuangan Crosstab : jumlah KK NO CARA PEMBUANGAN SAMPAH JUMLAH DALAM % 1. DIBAKAR 8 100 2. DITIMBUN 0 0 3. DIBUANG SUNGAI/SELOKAN 0 0 4. DI SEMBARANG TEMPAT 0 0 5. DAN KETERANGAN LAIN 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 29 Distribusi Penampungan Sampah Keluarga Berdasarkan Kondisi Tempat Penampungan Crosstab : Jumlah KK NO KONDISI TEMPAT PENAMPUNGAN JUMLAH DALAM % 1. TERPELIHARA 8 100 2. TIDAK TERPELIHARA 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 30 Distribusi Keluarga Berdasarkan Kepemilikan Kandang Crosstab : Jumlah KK NO KEPEMILIKAN KANDANG JUMLAH DALAM % 1. MEMILIKI 6 75 2 TIDAK MEMILIKI 2 25 TOTAL 8 100 TABEL 31 Distribusi Kepemilikan Kandang Berdasarkan Lokasi Kandang Crosstab : TAB 30 (1) NO KEPEMILIKAN KANDANG JUMLAH DALAM % 1. DILUAR RUMAH 6 100 2 MENEMPEL 0 0 3 DI DALAM RUMAH 0 0 TOTAL 6 100 TABEL 32 Distribusi Kondisi berdasarkan kepemilikan kandang Crosstab : TAB 30(1) NO KONDISI KANDANG JUMLAH DALAM % 1. TERPELIHARA 6 100 2 TIDAK TERPELIHARA 0 0 TOTAL 6 100 TABEL 33 Distribusi Keluarga berdasarkan Pengelolaan Kotoran Ternak Crosstab : Tab 30 (1) NO PENGELOLAAN KOTORAN TERNAK JUMLAH DALAM % 1. DITAMPUNG 6 100 2. DITIMBUN 0 0 3. DIBUANG DI SEMBARANG TEMPAT 0 0 TOTAL 6 100 TABEL 34 Distribusi Keluarga Berdasarkan Tempat Pembuangan Tinja Crosstab: Jumlah KK NO TEMPAT PEMBUANGAN TINJA JUMLAH DALAM % 1. WC 6 75 2. SUNGAI 2 25 3. SEMBARANG TEMPAT 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 35 Distribusi Keluarga Berdasarkan Kondisi Tempat Pembuangan Tinja Crosstab : Jumlah KK NO TEMPAT PEMBUANGAN TINJA JUMLAH DALAM % 1. TERPELIHARA 6 75 2. TIDAK TERPELIHARA 2 25 TOTAL 8 100 TABEL 36 Distribusi Tempat Pembuangan Tinja Berdasarkan Jarak Dengan sumber Air Crosstab : Jumlah KK NO JARAK JUMLAH DALAM % 1. > 10 METER 8 100 2. < 10 METER 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 37 Distribusi Keluarga Berdasarkan Sumber Informasi Crosstab :Jumlah KK NO SUMBER INFORMASI JUMLAH DALAM % 1. TV 8 100 2. KORAN/MAJALAH 0 0 3. EDARAN DARI DESA 0 0 4. RADIO 0 0 5. PENYULUHAN DI PUSKESMAS/POSYANDU 0 0 6. PAPAN PENGUMUMAN DI RW/DESA 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 38 Distribusi Keluarga Berdasarkan Cara Pergi Ke Sarana Kesehatan Crosstab : Jumlah KK NO JENIS TRANSPORTASI JUMLAH DALAM % 1. JALAN KAKI 8 100 2. ANGKUTAN UMUM 0 0 3. KENDARAAN PRIBADI 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 39 Distribusi Keluarga Berdasarkan Perolehan Informasi Kesehatan Crosstab : Jumlah KK NO INFORMASI KESEHATAN JUMLAH DALAM % 1. YA 8 100 2. TIDAK 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 40 Distribusi Informasi Kesehatan Berdasarkan Sumber Informasi Crosstab : TAB 39(1) NO SUMBER INFORMASI JUMLAH DALAM % 1. RADIO/TV/INTERNET 0 0 2. BUKU/MAJALAH/KORAN 0 0 3. TENAGA KESEHATAN 8 100 TOTAL 8 100 TABEL 41 Distribusi Penanganan Penyakit Berdasarkan Keluarga Sakit Crosstab : Jumlah KK NO PENANGANAN PENYAKIT JUMLAH DALAM % 1. BEROBAT KE YANKES 8 100 2. BEROBAT KE DUKUN 0 0 3. DIOBATI SENDIRI 0 0 4. DIBIARKAN SAJA 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 42 Distribusi Penanganan Penyakit Berdasarkan Alasan Dibiarkan Saja Crosstab : TAB 41(4) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. JAUH DARI YANKES 0 0 2. TIDAK TAHU MANFAAT 0 0 3. MERASA TIDAK PERLU 0 0 4. TIDAK MAMPU BIAYA 0 0 5. TAKUT 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 43 Distribusi Keadaan Posyandu Tidak Ada Crosstab NO POSYANDU JUMLAH DALAM % 1. YA 4 50 2. TIDAK 4 50 TOTAL 8 100 TABEL 44 Distribusi Jenis Posyandu Berdasarkan Keberadaan Posyandu Crosstab : TAB 43 (1) NO JENIS POSYANDU JUMLAH DALAM % 1. IBU HAMIL,BAYI& BALITA 0 0 2. LANSIA 8 100 TOTAL 8 100 TABEL 45 Distribusi Adanya Kader Kesehatan Dalam Keluarga Cosstab : Jumlah KK NO POSYANDU JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 8 100 TOTAL 8 100 TABEL 46 Kegiatan Kader Berdasarkan Keberadaan Kader Cosstab : TAB 45 (1) NO KEGIATAN KADER JUMLAH DALAM % 1. KADER POSYANDU BAYI BALITA 0 0 2. KADER POSYANDU LANSIA 0 0 3. KADER KB 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 47 Distribusi Keaktifan Kader Berdasarkan Keberadaan Kader Cossstab : TAB 45 (1) NO KEAKTIFAN KADER JUMLAH DALAM % 1. AKTIF 0 0 2. TIDAK AKTIF 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 48 Distribusi Ketidakaktifan Kader Cosstab : TAB 47 (2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. TIDAK ADA WAKTU 0 0 2. POSYANDU TIDAK AKTIF 0 0 3. MALAS 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 49 Distribusi Kader Yang Mendapatkan Pelatihan Cosstab : TAB 49 (1) NO PELATIHAN JUMLAH DALAM % 1. SUDAH 0 0 2. BELUM 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 50 Distribusi jenis pelatihan kader Crosstab: TAB 49 (1) NO JENIS JUMLAH DALAM % 1. DETEKSI DINI IBU HAMIL BERESIKO 0 0 2. SISTEM 5 MEJA DALAM POSYANDU 0 0 3. IMUNISASI 0 0 4. DETEKSI DINI TUMBANG BAYI DAN BALITA 0 0 5. SENAM HAMIL 0 0 6. SENAM LANSIA 0 0 7. PENGISIAN KMS 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 51 Distribusi keluarga yang menjadi dukun beranak Crosstab: Jumlah KK NO DUKUN BERANAK JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 8 100 TOTAL 8 100 TABEL 52 Distribusi dukun yang sudah mendapat pelatihan Crosstab: TAB 51 (1) NO PELATIHAN JUMLAH DALAM % 1. SUDAH 0 0 2. BELUM 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 53 Distribusi jenis pelatihan dukun Crosstab:TAB 52 (1) NO JENIS PELATIHAN JUMLAH DALAM % PERTOLONGAN PERSALINAN 3 BERSIH 0 0 DETEKSI DINI IBU HAMIL BERISIKO 0 0 PERAWATAN BAYI 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 54 Distribusi kepemilikan bidan kit Crosstab:TAB 51 (1) NO DUKUN KIT JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 55 Distribusi kelengkapan dukun kit Crosstab:TAB 54 (1) NO KELENGKAPAN JUMLAH DALAM % 1. LENGKAP 0 0 2. TIDAK LENGKAP 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 56 Distribusi pendampigan pertolongan persalinan dukun oleh bidan Crosstab: TAB 51(1) NO DUKUN KIT JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 57 Distribusi Alasan Tidak didampingi bidan Crosstab: TAB 56(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. BIDAN TIDAK MENGETAHUI 0 0 2. BIDAN TIDAK ADA 0 0 3. BIDAN TIDAK MAU 0 0 4. BIDAN SIBUK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 58 Distribusi kesulitan pertolongan persalinan oleh dukun Crosstab: TAB 56 (2) NO PENANGANAN JUMLAH DALAM % 1. DITANGANI SENDIRI 0 0 2. MINTA BANTUAN DUKUN LAIN 0 0 3. MINTA BANTUAN BIDAN 0 0 4. MERUJUK KERUMAH SAKIT 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 59 Distribusi ibu hamil dalam keluarga Crosstab: Jumlah KK NO IBU HAMIL JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 8 100 TOTAL 8 100 TABEL 60 Distribusi iibu hamil berdasarkan umur kehamilan Crostab: TAB 59 (1) NO UMUR KEHAMILAN JUMLAH DALAM % 1. 0-12 MINGGU 0 0 2. >12-28 MINGGU 0 0 3. >28-40 MINGGU 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 61 Distribusi ibu hamil berdasarkan kehamilan meilikan KMS Crostab: TAB 59 (1) NO KEPEMILIKAN KMS JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 62 Distribussi alasan tidak memiliki KMS Crosstab: TAB 61(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. TIDAK PERNAH PERIKSA 0 0 2. MERASA TIDAK PERLU 0 0 3. TIDAK DIBERI 0 0 4. HILANG 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 63 Distribusi ibu hamil berdasarkan pemeriksaan ANC Crostab: TAB 59 (1) NO PEMERIKSAAN JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 64 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Tempat Pemeriksaan Cosstab : TAB 63 (1) NO TEMPAT PEMERIKSAAN JUMLAH DALAM % 1. TENAGA KESEHATAN 0 0 2. DUKUN / NON NAKES 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 65 Distribusi Frekuensi Kunjungan ANC Cosstab : TAB 63 (1) NO FREKUENSI JUMLAH DALAM % 1. TM I 0 0 2. TM II 0 0 3. TM III 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 66 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Alasan Tidak Periksa Cosstab : TAB 63 (2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. TIDAK TAHU MANFAAT 0 0 2. MENGANGGAP TIDAK PENTING 0 0 3. TIDAK PUNYA WAKTU 0 0 4. TIDAK MAMPU BIAYA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 67 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Status Imunisasi TT Cosstab : TAB 59 (1) NO STATUS IMUNISASI JUMLAH DALAM % 1. LENGKAP 0 0 2. BELUM LENGKAP 0 0 3. TIDAK MENDAPAT IMUNISASI TT 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 68 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Alasan Tidak/Belum Lengkap Imuniasi Cosstab : Jumlah TAB 67 (2 & 3) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. BELUM CUKUP JARAK DENGAN TT SEBELUMNYA 0 0 2. TIDAK TAHU MANFAAT 0 0 3. TAKUT EFEK SAMPING 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 69 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Tablet Fe Cosstab : TAB 59 (1) NO KONSUMSI FE JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 70 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Keteraturan Konsumsi Tablet Fe Cosstab : TAB 69 (1) NO KONSUMSI FE JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 71 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Keteraturan Konsumsi Tablet Fe Cosstab : TAB 69 (1) NO KONSUMSI FE JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 72 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Alasan Tidak/Belum Lengkap Imuniasi Cosstab : Jumlah TAB 69 (2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. BELUM CUKUP JARAK DENGAN TT SEBELUMNYA 0 0 2. TIDAK TAHU MANFAAT 0 0 3. TAKUT EFEK SAMPING 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 73 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Keteraturan Konsumsi Gizi Seimbang Pada Ibu Hamil Cosstab : TAB 59 (1) NO KONSUMSI FE JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 74 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Keteraturan Konsumsi Gizi Seimbang Pada Ibu Hamil Cosstab : TAB 73 (1) NO KONSUMSI FE JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 75 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Alasan Tidak Melakukan Perawatan Payudara Cosstab : TAB 59 (1) NO KONSUMSI FE JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 76 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pelaksanaan Senam Hamil Cosstab : TAB 59 () NO KONSUMSI FE JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 77 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Alasan Tidak Senam Hamil Cosstab : TAB 76 (2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. TIDAK TAHU MANFAAT 0 0 2. MENGANGGAP TIDAK PENTING 0 0 3. TIDAK PUNYA WAKTU 0 0 4. TIDAK MAMPU BIAYA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 78 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Perawatan Payudara Cosstab : TAB 59 (1) NO KONSUMSI FE JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK MELAKUKAN 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 79 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Alasan Tidak Melakukan Perawatan Payudara Cosstab : Jumlah TAB 72 (2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. TIDAK TAHU MANFAATNA 0 0 2. TIDAK TAHU CARANYA 0 0 3. TIDAK SEMPAT 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 80 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan Cosstab : TAB 59 (1) NO PENGETAHUAN TANDA BAHAYA JUMLAH DALAM % 1. TAHU 0 0 2. TIDAK TAHU 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 81 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Resiko Tinggi Cosstab : TAB 59 (1) NO RESIKO TINGGI JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 82 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Jenis Resiko Tinggi Kehamilan Cosstab : TAB 81 (1) NO JENIS RESIKO TINGGI JUMLAH DALAM % 1. ANEMIA 0 0 2. PENYAKIT KRONIS 0 0 3. JARAK KEHAMILAN < 3 TH 0 0 4. USIA < 20 TH ATAU > 35 TH 0 0 5. RIWAYAT OBSTETRIK BURUK 0 0 6. TB <150 CM 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 83 Distribi Ibu Nifas Dalam Keluarga Cosstab : jumlah KK NO IBU NIFAS JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK 8 100 TOTAL 8 100 TABEL 84 Distribusi ibu nifas berdasarkan penolong persalinan Crosstab: TAB 83(1) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. DUKUN 0 0 2. BIDAN 0 0 3. TENAGA KESEHATAN LAINNYA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 85 Distribusi ibu nifas berdasarkan warna lokhea Crosstab: TAB 83(1) NO WARNA LOKHEA JUMLAH DALAM % 1. MERAH/RUBRA 0 0 2. COKLAT/SANGUINOLENTA(3-7 HR) 0 0 3. KEKUNINGAN/SEROSA (>7-14 HR) 0 0 4. PUTIH/ALBA (>14 HR) 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 86 Distribusi ibu nifas berdasarkan bau lokhea Crosstab: TAB 83(1) NO KONTRAKSI UTERUS JUMLAH DALAM % 1. AMIS 0 0 2. BUSUK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 87 Distribusi ibu nifas berdasarkan kontraksi uterus Crosstab: TAB 83(1) NO KONTRAKSI UTERUS JUMLAH DALAM % 1. KERAS 0 0 2. LEMBEK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 88 Distribusi ibu nifas berdasarkan TFU Crosstab: TAB 83(1) NO TFU JUMLAH DALAM % 1. SESUAI MASA NIFAS 0 0 2. TIDAK SESUAI MASA NIFAS 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 89 Distribusi ibu nifas berdasarkan pengeluaran asi Crosstab: TAB 83(1) NO TFU JUMLAH DALAM % 1. SUDAH KELUAR 0 0 2. BELUM KELUAR 0 0 TOTAL 0 0 TAABEL 90 Distribusi ibu nifas berdasarkan penanganan asi yang belum keluar Crosstab: TAB 83(1) NO PENANGANAN JUMLAH DALAM % 1. DIBIARKAN 0 0 2. DIPOMPA 0 0 3. DIURUT 0 0 4. KETENAGA KESEHATAN 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 91 Distribusi ibu nifas berdasarkna pelaksanaan menyusui Crosstab: TAB 83(1) NO MENYUSUI JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 92 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Teknik Menyusui Yang Benar Crosstab: 91(1) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 93 Distribusi ibu nifas berdasarkan keluhaan saat menyusui Crosstab: 91(1) NO KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 94 Distribusi ibu nifas berdasarkan jenis keluhan saat menusui Crosstab: TAB 93(1) NO JENIS KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. ASI TIDAK KELUAR 0 0 2. PAYUDARA BENGKAK 0 0 3. PAYUDARA NYERI 0 0 4. PUTING LECET 0 0 5. PUTTING TIDAK MENINJOL 0 0 6. BAYI BINGUNG PUTTING 0 0 7. BAYI TIDAK MAU MENETEK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 95 Distribusi ibu nifas berdasarkan pelaksanaan perawatan payudara Crosstab: TAB 83(1) NO PERAWATAN PAYUDARA JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 96 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Alasan Tidak Melaksanakan Perawatan Payudara Crosstab: TAB 95(1) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. TIDAK TAHU MANFAT 0 0 2. MERASA TIIDAK PERLU 0 0 3. TIDAK SEMPAT 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 97 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Pengetahuan ASI Ekslusif Crosstab: TAB 83(1) NO PENGETAHUAN JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK TAHU 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 98 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Pemberian ASI Ekslusif Crosstab: TAB 97(1) NO PEMBERIAN ASI JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 99 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Alasan Tidak Memberikan ASI Eklusif Crosstab: TAB 98(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. DILARANG SUAMI 0 0 2. BUDAYA 0 0 3. ASI TIDAK LANCAR 0 0 4. KELAINAN PAPILA MAMAE 0 0 5. SIBUK KERJA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 100 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Konsumsi Gizi Seimbang Bufas Crosstab: TAB 83(1) NO KONSUMSI GIZI SEIMBANG JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 101 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Alasan Tidak Mengkonsumsi Gizi Seimbang Crosstab: TAB 100(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. TIDAK TAHU 0 0 2. TIDAK ADA BIAYA 0 0 3. BUDAYA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 102 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Konsumsi Vitamin A Crosstab: TAB 83(1) NO KONSUMSI VITAMIN A JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 103 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Alasan Tidak Mengkonsumsi Vitamin A Crosstab: TAB 102(2) NO KONSUMSI VITAMIN A JUMLAH DALAM % 1. TIDAK TAHU MANFAATNYA 0 0 2. MERASA TIDAK PERLU 0 0 3. TIDAK DIBERI PETUGAS KESEHATAN 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 104 Distribusi Ibu Nifs Berdasarkan Konsumsi Tablet Fe Crosstab: TAB 83(1) NO KONSUMSI TABLET FE JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 105 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Alasan Tidak Mengkonsumsi Tablet Fe Crosstab: TAB 104(2) NO KONSUMSI TABLET FE JUMLAH DALAM % 1. TIDAK TAHU MANFAATNYA 0 0 2. MERASA TIDAK PERLU 0 0 3. TIDAK DIBERI PETUGAS KESEHATAN 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 106 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Status Resiko Tinggi Crosstab: TAB 83(1) NO STATUS RESIKO TINGGI JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 107 Distribusi Ibu Nifas Berdasarkan Jenis Resiko Tinggi Crosstab: TAB 106(1) NO JENIS RESIKO TINGGI JUMLAH DALAM % 1. FEBRIS PUERPURALIS 0 0 2. MASTITIS 0 0 3. ENGORGEMENT 0 0 4. TROMBOFLEBITIS 0 0 5. PRE EKLAMPSI 0 0 6. EKLAMPSI 0 0 7. PERDARAHAN 0 0 8. INFEKSI 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 108 Distribusi Ibu Buteki Dalam Keluarga Crosstab: Jumlah KK NO BUTEKI DALAM KELUARGA JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 8 100 TOTAL 8 100 TABEL 109 Distribusi Ibu Buteki Berdasarkan Pelaksanaan Meneteki Crosstab: TAB 108(1) NO PELAKSANAAN MENETEKI JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 110 Distribusi Ibu Menyusui Berdasarkan Usia Anak Crosstab: TAB 109(1) NO USIA ANAK JUMLAH DALAM % 1. > 6 MINGGU – 6 BULAN 0 0 2. > 6 BULAN – 2 TAHUN 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 111 Distribusi Ibu Menyusui Berdasarkan Frekuensi Menyusui Crosstab: TAB 109(1)/TAB 110 NO STATUS RESIKO TINGGI JUMLAH DALAM % 1. TERJADWAL 0 0 2. TIDAK TERJADWAL / SEWAKTU WAKTU 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 112 Distribusi Ibu Menyusui Berdasarkan Pengetahuan Cara Menyusui Yang Benar Crosstab: TAB 108(1) NO PENGETAHUAN CARA MENYUSUI JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 113 Distribusi Ibu Menyusui Berdasarkan Alasan Tidak Menyusui Crosstab: TAB 109(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. DILARANG SUAMI 0 0 2. BUDAYA 0 0 3. SIBUK KERJA 0 0 4. ASI TIDAK LANCAR 0 0 5. KELAINAN PUTTING SUSU 0 0 6. MENDERITA SAKIT 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 114 Distribusi Ibu Menyusui Berdasarkan Konsumsi Gizi Seimbang Crosstab: TAB 108(1) NO KONSUMSI GIZI SEIMBANG JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 115 Distribusi Ibu Menyusui Berdasarkan Alasan Tidak Mengkonsumsi Gizi Seimbang Crosstab: TAB 114(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. TIDAK TAHU 0 0 2. TIDAK MAMPU BIAYA 0 0 3. BUDAYA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 116 Distribusi Pus Dalam Keluarga Crosstab: Jumlah KK NO PUS DALAM KELUARGA JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 117 Distribusi Pus Berdasarkan Akseptor KB Crosstab: TAB 116(1) NO AKSEPTOR KB JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 8 100 TOTAL 8 100 TABEL 118 Jenis Akseptor KB Berdasarkan Tempat Pelayanan KB Crosstab: TAB 117(1) NO PUS DALAM KELUARGA JUMLAH DALAM % 1. KONDOM 0 0 2. SUNTIK 0 0 3. NORPLANT 0 0 4. PIL 0 0 5. IUD 0 0 6. KONTAP 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 119 Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Tempat Pelayanan KB Crosstab: TAB 117(1) NO PUS DALAM KELUARGA JUMLAH DALAM % 1. POSYANDU 0 0 2. PUSKESMAS 0 0 3. BIDAN 0 0 4. RS 0 0 5. DOKTER KANDUNGAN 0 0 6. APOTIK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 120 Distribusi Pus Berdasarkan Alasan Tidak Menjadi Akseptor KB Crosstab: TAB 117(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. HAMIL 0 0 2. DILARANG SUAMI 0 0 3. INGIN PUNYA ANAK 0 0 4. TAKUT EFEK SAMPING 0 0 5. ALASAN PENYAKIT 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 121 Distribusi Pus Berdasarkan Drop Out KB Crosstab: TAB 117(1) NO DROUP OUT JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 122 Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Alasan Droup Out KB Crosstab: TAB 121(1) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. TIDAK COCOK 0 0 2. DILARANG AGAMA 0 0 3. DILARANG SUAMI 0 0 4. INGIN PUNYA ANAK 0 0 5. TAKUT AKIBAT 0 0 6. ADANYA PENYAKIT 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 123 Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Keluhan Penggunaan Alat Kontrasepsi Crosstab: TAB 117(1) NO JENIS KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 124 Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Jenis Keluhan Penggunaan Alat Kontrasepsi Crosstab: TAB 123(1) NO JENIS KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. PUSING 0 0 2. HAID TERGANGGU 0 0 3. MUAL 0 0 4. OBESITAS 0 0 5. KEPUTIHAN 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 125 Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Penanganan Keluhan Crosstab: TAB 123(1) NO PENANGANAN KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. BERHENTI 0 0 2. GANTI ALAT KONTRASEPSI 0 0 3. TEMPAT MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI YANG SAMA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 126 Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Crosstab: TAB 117(1) NO DUKUNGAN SUAMI JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 127 Distribusi Neonatus Dalam Keluarga Crosstab: TAB 1 (1) NO NEONATUS JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 8 100 TOTAL 8 100 TABEL 128 Distribusi Neonatus Berdasarkan Perolehan Vit K Crosstab: TAB 127(1) NO PEROLEHAN VIT K JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 129 Distribusi Neonatus Berdasarkan Perolehan Imunisasi Crosstab: TAB 127(1) NO PEROLEHAN IMUNISASI JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 130 Distribusi Neonatus Berdasarkan Jenis Imunisasi Crosstab: TAB 129(1) NO JENIS IMUNISASI JUMLAH DALAM % 1. HB 1 0 0 2. BCG 0 0 3. POLIO 1 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 131 Distribusi Neonatus Berdasarkan Pelaksanaan Perawatan Tali Pusat Crosstab: TAB 127(1) NO PELAKSANAAN PERAWATAN TALI PUSAT JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 132 Distribusi Berdasarkan Cara Perawatan Tali Pusat Pada Neonatus Crosstab: TAB 131(1) NO CARAPERAWATAN TALI PUSAT JUMLAH DALAM % 1. SESUAI DENGAN ANJURAN NAKES 0 0 2. TIDAK SESUAI DENGAN ANJURAN NAKES 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 133 Distribusi Neonatus Berdasarkan Alasan Tidak Merawat Tali Pusat Crosstab: TAB 131(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. TAKUT 0 0 2. TIDAK TAHU CARANYA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 134 Distribusi Neonatus Berdasarkan Status Resiko Crosstab: TAB 127(1) NO STATUS RESIKO JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 135 Distribusi Neonatus Berdasarkan Jenis Resiko Tinggi Crosstab: TAB 134(1) NO JENIS RESTI JUMLAH DALAM % 1. BGM 0 0 2. NEONATUS DENGAN PENYAKIT 0 0 3. TETANUS NEONATORUM 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 136 Distribusi Bayi Dalam Keluarga Crosstab: TAB 1(2) NO BAYI JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 137 Distribusi Bayi Berdasarkan Pemeriksaan Posyandu Crosstab: TAB 136(1) NO KUNJUNGAN KE POSYANDU JUMLAH DALAM% 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 138 Distribusi Bayi Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Posyandu Crosstab: TAB 137(1) NO KUNJUNGAN KE POSYANDU JUMLAH DALAM % 1. TIAP BULAN 0 0 2. KADANG-KADANG 0 0 3. TIDAK PERNAH 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 139 Distribusi Bayi Berdasarkan Alasan Tidak Melakukan Kunjungan Ke Posyandu Crosstab: TAB 138(3) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. BERKUNJUNG KE YANKES LAIN 0 0 2. BERKUNJUNG KE DUKUN 0 0 3. TIDAK SEMPAT 0 0 4. TIDAK TAHU MANFAATNYA 0 0 5. MERASA TIDAK PERLU 0 0 6. TIDAK MAMPU BIAYA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 140 Distribusi Bayi Berdasarkan Kepemilikan KMS Crosstab: TAB 136(1) NO MEMILIKI KMS JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 141 Distribusi Bayi Berdasarkan Kemampuan Ibu Membaca KMS Crosstab: TAB 140(1) NO MEMILIKI KMS JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 142 Distribusi Bayi Berdasarkan Alasan Tidak Memiliki KMS Crosstab: TAB 140(2) NO MEMILIKI KMS JUMLAH DALAM % 1. HILANG 0 0 2. TIDAK DIBERI PETUGAS 0 0 3. MERASA TIDAK PERLU 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 143 Distribusi Bayi Berdasarkan Status Gizi Menurut KMS Crosstab: TAB 136(1) NO STATUS GIZI JUMLAH DALAM% 1. BAIK 0 0 2. CUKUP 0 0 3. KURANG 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 144 Distribusi Bayi Berdasarkan Pemberian Vitamin A Crosstab: TAB 136(1) NO PEMBERIAN VIT A JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 145 Distribusi Bayi Berdasarkan Usia Pemberian Vitamin A Crosstab: TAB 144(1) NO PEMBERIAN VIT A JUMLAH DALAM % 1. < 6 BULAN 0 0 2. > 6 BULAN 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 146 Distribusi Bayi Berdasarkan Alasan Tidak Mendapatkan Vitamin A Crosstab: TAB 144(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. TIDAK DIBERI 0 0 2. TTIDAK TAHU MANFAAT 0 0 3. BELUM CUKUP UMUR 0 0 4. TAKUT EFEK SAMPNG 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 147 Distribusi Status Imunisasi Bayi Dengan Usianya Crosstab: TAB 136(1) NO STATUS IMUNISASI JUMLAH DALAM % 1. BELUM/TIDAK LENGKAP 0 0 2. LENGKAP 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 148 Distribusi Bayi Berdasarkan Jenis Imunisasi Yang Belum Diberikan/Tidak Lengkap Tidak Ada Crosstab NO JENIS IMUNISASI JUMLAH DALAM % 1. BCG 0 0 2. POLIO 1 0 0 3. DPT 1 0 0 4. HB 1 0 0 5. POLIO II 0 0 6. HB II 0 0 7. DPT II 0 0 8. POLIO III 0 0 9. DPT III 0 0 10. POLIO IV 0 0 11. HB III 0 0 12. CAMPAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 149 Distribusi Bayi Berdasarkan Yang Sedang Menderita Penyakit Crosstab: TAB 136(1) NO STATUS IMUNISASI JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 150 Distribusi Bayi Berdasarkan Jenis Keluhan Crosstab: TAB 149(1) NO JENIS KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. PANAS 0 0 2. DIARE 0 0 3. SESAK NAFAS 0 0 4. GATAL-GATAL 0 0 5. BATUK PILEK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 151 Distribusi Bayi Berdasarkan Status Resiko Tinggi Crosstab: TAB 136(1) NO STATUS RESTI JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 152 Distribusi Bayi Berdasarkan Jenis Resiko Tinggi Crosstab: TAB 151(1) NO STATUS RESTI JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 153 Distribusi Balita Dalam Keluarga Crosstab: TAB 1(3) NO BALITA JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 154 Distribusi Balita Berdasarkan Kunjungan Ke Posyandu Crosstab: TAB 153(1) NO KUNJUNGAN POSYANDU JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 155 Distribusi Balita Berdasarkan Frekuensi Melakukan Kunjungan Ke Posyandu Crosstab: TAB 154(1) NO FREKUENSI KUNJUNGAN JUMLAH DALAM % 1. SETIAP BULAN 0 0 2. KADANG-KADANG 0 0 3. TIDAK PERNAH 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 156 Distribusi Balita Berdasarkan Alasan Tidak Kunjungan Crosstab: TAB 154(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. KE NAKES LAIN 0 0 2. BERKUNJUNG KE DUKUN 0 0 3. TIDAK SEMPAT 0 0 4. MERASA TIDAK PERLU 0 0 5 TIDAK MAMPU BIAYA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 157 Distribusi Balita Berdasarkan Kepemilikan KMS Crosstab: TAB 153(1) NO KEPEMILIKAN KMS JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 158 Distribusi Balita Berdasarkan Kemampuan Ibu Membacca KMS Crosstab: TAB 157(1) NO KEMAMPUAN MEMBACA KMS JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 159 Distribusi Alasan Tidak Memiliki KMS Crosstab: TAB 157(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. HILANG 0 0 2. TIDAK DI BERI PETUGAS 0 0 3. MERASA TIDAK PERLU 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 160 Distribusi Balita Usia <2 tahun Berdasarkan Pemberian Makanan Pendamping ASI Crosstab: jumlah balita <2 tahun NO PEMBERIAN M-P ASI JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 161 Distribusi Balita Berdasarkan Pengadaan PMT Crosstab: TAB 160(1) NO PENGADAAN PMT JUMLAH DALAM % 1. MEMBERI 0 0 2. MEMBUAT SENDIRI 0 0 3. DI BERI SAAT POSYANDU 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 162 Distribusi Balita Berdasarkan Alasan Balita Umur <2 tahun Tidak Diberi Makanan Pendamping ASI Crosstab: TAB 160(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. BALITA TIDAK MAU 0 0 2. TIDAK MAMPU 0 0 3. IBU TIDAK TAHU 0 0 4. BUDAYA KEBIASAAN 0 0 5. MALAS MEMBERIKAN 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 163 Distribusi Balita Berdasarkan Pemberian Vitamin A Crosstab: TAB 153(1) NO PEMBERIAN VIT A JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 164 Distribusi Balita Berdasarkan Alasan Tidak Memberikan Vitamin A Crosstab: TAB 163(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. TIDAK TAHU MANFAAT 0 0 2. TIDAK SEMPAT 0 0 3. TIDAK MAMPU 0 0 4. MERASA TIDAK PERLU 0 0 5. TIDAK ADA PELAYANAN DARI NAKES0 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 165 Distribusi Balita Berdasarkan Yang Sedang Menderita Penyakit Crosstab: TAB 153(1) NO MENDERITA PENYAKIT JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 166 Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Keluhan Crosstab: TAB 165(1) NO JENIS KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. PANAS 0 0 2. SESAK NAFAS 0 0 3. BATUK PILEK 0 0 5. DIARE 0 0 6. GATAL-GATAL 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 167 Distribusi Balita Berdasarkan Status Resiko Tinggi Crosstab: TAB 153(1) NO STATUS RESTI JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 168 Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Resiko Tinggi Crosstab: TAB 167(1) NO JENIS RESIKO TINGGI JUMLAH DALAM % 1. BGM 0 0 2. BALITA DENGAN PENYAKIT 0 0 3. CACAT BAWAAN 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 169 Distribusi Anak Sekolah Dalam Keluarga Crosstab: TAB 1(5) NO ANAK USIA SEKOLAH JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 8 100 TOTAL 8 100 TABEL 170 Distribusi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Status Gizi Crosstab: TAB 169(1) NO STATUS GIZI JUMLAH DALAM % 1. BAIK 0 0 2. CUKUP 0 0 3. KURANG 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 171 Distribusi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Pola Makan Crosstab: TAB 170 NO POLA MAKAN JUMLAH DALAM % 1. TERATUR 0 0 2. TIDAK TERATUR 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 172 Distribusi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Imunisasi Boster Crosstab: TAB 169(1) NO IMUNISASI BOSTER JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 173 Distribusi Anak Usia Sekolah Berdasaarkan Frekuensi Pemberian Imunisasi Boster Crosstab: TAB 172(1) NO FREKUENSI IMUNISASI BOSTER JUMLAH DALAM % 1. 1X 0 0 2. 2X 0 0 TOTAL 0 0 TOTAL 174 Distribusi Anak Usia Sekolah Yang Sedang Menderita Penyakit Crosstab: TAB 169(1) NO SEDANG SAKIT JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TOTAL 175 Distribusi Anak Usia Sekolah Berdasarkan jenis Keluhan Crosstab: TAB 174(1) NO JENIS KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. PANAS 0 0 2. DIARE 0 0 3. BATUK PILEK 0 0 4. SESAK NAFAS 0 0 5. GATAL-GATAL 0 0 TOTAL 0 0 TOTAL 176 Distribusi Remaja Dalam Keluarga Crosstab: TAB 1(6) NO REMAJA JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 177 Distribusi Remaja Wanita Berdasaarkan Menarche Crosstab: jumlah remaja wanita NO MENARCHE JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 178 Distribusi Remaja Wanita Yang Sudah Menstruasi Berdasarkan Keluhan Saat Menstruasi Crosstab: TAB 177(1) NO KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 179 Distribusi Remaja Berdasarkan Keaktifan Dalam Organisasi Crosstab: TAB 176(1) NO KEAKTIFAN REMAJA JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 180 Distribusi Remaja Berdasarkan Alasan Tidak Aktif Dalam Organisasi Crosstab: TAB 179(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. MALU 0 0 2. TIDAK ADA WAKTU 0 0 3. MERASA TIDAK PERLU 0 0 4. TIDAK AD WADAH 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 181 Distribusi Remaja Berdasarkan Pengetahuan Tentang Usia Reproduksi Crosstab: TAB 176(1) NO PENGETAHUAN USIA REPRODUKSI JUMLAH DALAM % 1. TAHU 0 0 2. TIDAK TAHU 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 182 Distribusi Remaja Berdasrkan Pengetahuan Tentang Fungsi Reproduksi Crosstab: TAB 176(1) NO PENGETAHUAN FUNGSI REPRODUKSI JUMLAH DALAM % 1. TAHU 0 0 2. TIDAK TAHU 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 183 Distribusi Remaja Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual Crosstab: TAB 176(1) NO PENGETAHUAN PMS JUMLAH DALAM % 1. TAHU 0 0 2. TIDAK TAHU 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 184 Distribusi Remaja Berdasarkan Pengetahuan Tentang Akibat Napza Crosstab: TAB 176(1) NO PENGETAHUAN AKIBAT NAPZA JUMLAH DALAM % 1. TAHU 0 0 2. TIDAK TAHU 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 185 Distribusi Berdasarkan stribusi Berdasarkan Yang Sedang Menderita Penyakit Crosstab: TAB 176(1) NO REMAJA SAKIT JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 186 Distribusi Remaja Berdasaarkan Jenis Keluhan Crosstab: TAB 185(1) NO KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. PANAS 0 0 2. DIARE 0 0 3. BATUK PILEG 0 0 4. SESAK NAFAS 0 0 5. GATAL-GATAL 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 187 Distribusi Ibu Senium/Klimakterium Dalam Keluarga Crosstab: TAB 1(8) NO IBU SENIUM/KLIMAKTERIUM JUMLAH DALAM % 1. ADA 3 100 2. TIDAK ADA TOTAL 3 100 TABEL 188 Distribusi Ibu Senium/Klimakterium Berdasarkan Awal Terjadinya Senium/Klimakterium Crosstab: TAB 187(1) NO USIA WANITA JUMLAH DALAM % 1. < 45 TAHUN 3 100 2. > 45 TAHUN 0 0 TOTAL 3 100 TABEL 189 Distribusi Usia Ibu Senium/Klimakterium Berdasarkan Keluhan Yang Dirasakan Crosstab: TAB 187(1) NO KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 3 100 TOTAL 3 100 TABEL 190 Distribusi Usia Senium/Klimakterium Berdasarkan Jenis Keluhan Yaang Dirasakan Crosstab: TAB 189(1) NO JENIS KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. NYERI SENDI 0 0 2. HOT FLUSHES 0 0 3. EMOSI LABIL (IRRITABLE) 0 0 4. KEKUATAN OTOT 0 0 5. KERING PADA DAERAH VAGINA 0 0 6. PANDANGAN KABUR 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 191 Distribusi Usia Senium/Klimakterium Berdasarkan Pemenuhan Seksual Crosstab: TAB 187(1) NO PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL JUMLAH DALAM % 1. MASIH MELAKUKAN HUB SEKSUAL 3 100 2. TIDAK SAMA SEKALI 0 0 TOTAL 3 100 TABEL 192 Distribusi Usia Ibu Senium/Klimakterium Berdasarkan Keluhan Nyeri Saat Senggama Crosstab: TAB 191(1) C KELUHAN NYERI JUMLAH DALAM % 1. YA 0 0 2. TIDAK 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 193 Distribusi Lansia Dalam Keluarga Crosstab: TAB 1(10) NO LANSIA JUMLAH DALAM % 1. ADA 12 80 2. TIDAK ADA 3 20 TOTAL 15 100 TABEL 194 Distribusi Lansia Berdasaarkan Usia Crosstab: TAB 193(1) NO USIA LANSIA JUMLAH DALAM % 1. > 55 TAHUN 10 83,3 2. > 70 TAHUN 2 16,3 TOTAL 12 99,6 TABEL 195 Distribusi Lansia Berdasarkan Kondisi Kesehatan Crosstab: TAB 193(1) NO KONDISI KESEHATAN JUMLAH DALAM % 1. SAKIT 0 0 2. TIDAK SAKIT 12 100 TOTAL 12 100 TABEL 196 Distribusi Lansia Berdasarkan Keluhan Penyakit Crosstab: TAB 195(1) NO JENIS PENYAKIT JUMLAH DALAM % 1. SESAK NAFAS 0 0 2. PANAS 0 0 3. NYERI TULANG/SENDI 10 83,3 4. PUSING 2 16,3 5. BATUK PILEG 0 0 6. GATAL-GATAL 0 0 7. DIARE 0 0 8. KONSTIPASI 0 0 9. DAN LAIN-LAIN 0 0 TOTAL 12 99,6 TABEL 197 Distribusi Lansia Berdasarkan Kunjungan Ke Posyandu Crosstab: TAB 193(1) NO KUNJUNGAN KE POSYANDU JUMLAH DALAM % 1. YA 8 66,6 2. TIDAK 4 33,3 TOTAL 12 99,9 TABEL 198 Distribusi Lansia Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Ke Posyandu Crosstab: TAB 197(1) NO FREKUENSI KUNJUNGAN KE POSYANDU JUMLAH DALAM % 1. RUTIN 8 100 2. TIDAK RUTIN 0 0 TOTAL 8 100 TABEL 199 Distribusi Lansia Berdasarkan Alasan Tidak Kunjungan Ke Posyandu Crosstab: TAB 197(2) NO KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. TIDAK TAHU MANFAAT 0 0 2. MERASA TIDAK PERLU 2 100 3. TIDAK ADA SARAN 0 0 TOTAL 2 100 TABEL 200 Distribusi Lansia Berdasarkan Kepemilikan KMS Crosstab: TAB 193(1) NO KEPEMILIKAN KMS JUMLAH DALAM % 1. YA 12 100 2. TIDAK 0 0 TOTAL 12 100 TABEL 201 Distribusi Lansia Berdasarkan Alasan Tidak Memiliki KMS Crosstab: TAB 200(2) NO ALASAN JUMLAH DALAM % 1. TIDAK TAHU MANFAAT 0 0 2. MERASA TIDAK PERLU 0 0 3. TIDAK ADA SARANA/TIDAK DIBERI NAKES 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 202 Distribusi Lansia Berdasarkan Rutinitas Periksa Kesehatan Crosstab: TAB 193(1) NO RUTINITAS PERIKSA KESEHATAN JUMLAH DALAM % 1. YA 10 83,3 2. TIDAK 2 16,6 TOTAL 12 99,9 TABEL 203 Distribusi Lansia Berdasarkan Tempat Periksa Kesehatan Crosstab: TAB 202(1) NO KELUHAN JUMLAH DALAM % 1. YA 12 100 2. TIDAK 0 0 TOTAL 12 100 TABEL 204 Distribusi Lansia Berdasaarkan Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari Crosstab: TAB 193(1) NO PEMENUHAN KEBUTUHAN JUMLAH DALAM % 1. MANDIRI 4 33,3 2. DENGAN BANTUAN MINIMAL 8 66,6 3. DENGAN BANTUAN PENUH 0 0 TOTAL 12 99,9 TABEL 205 Distribusi Lansia Berdasarkan Perilaku Hidup Tidak Sehat Crosstab: TAB 193(1) NO PERILAKU HIDUP TIDAK SEHAT JUMLAH DALAM % 1. MEROKOK 0 0 2. MIRAS 0 0 3. KONSUMSI MAKANAN TERTENTU 0 0 4. TIDAK MENJAGA PRSONAL HYGIENE 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 206 Distribusi Lansia Berdasarkan Status Resiko Tinggi Crosstab: TAB 193(1) NO STATUS RESTI JUMLAH DALAM % 1. ADA 0 0 2. TIDAK ADA 0 0 TOTAL 0 0 TABEL 207 Distribusi Lansia Berdasaarkan Jenis Resiko Tinggi Crosstab: TAB 206(1) NO STATUS RESTI JUMLAH DALAM % 1. PENYAKIT 0 0 2. UMUR > 70 TAHUN DAN HIDUP SENDIRI 0 0 TOTAL 0 0 C. DATA SOSIAL BUDAYA Status Peribadaatan 1. Jumlah Masjid :0 2. Jumlah Mushola :1 3. Jumlah Gereja :0 Pemeluk Agama/Kepercayaan NO AGAMA/KEPERCAYAAN JUMLAH PROSENTASE 1. Islam 8 100 2. Kristen 0 0 3. Katolik 0 0 4. Hindu 0 0 5. Budha 0 0 6. Kong Hu Chu 0 0 7. Aliran Kepercayaan 0 0 JUMLAH 8 10 Analisa Data Dari data yang di dapat dari hasil pengkajian anamnesa dan hasil observasi, masalah kesehatan yang ada di Desa Kramat adalah : Kurangnya kesadaran mengenai pembuangan sampah pada tempatnya Dasar :Dari pengkajian yang dilakukan diperoleh bahwa sebagian besar warga belum memiliki kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dengan membuang sampah sembarangan. Harapan :yang ingin dicapai adalah masyarakat memiliki kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dengan tidak membuang sampah pada tempatnya. Ada yang terkena Osteoporosis Dasar : Ada lansia yang terkena osteoporosis Harapan : Mendapatkan penanganan lebih lanjut Perumusan Masalah Dari hasil analis data, di peroleh beberapa permasyalahan yaitu : Kurangnya kesadaran mengenai pembuangan sampah pada tempatnya Ada lansia yang terkena osteoporosis Prioritas Masalah 3.3. Prioritas Masalah No Masalah Besarnya Efek yang ditimbulkan Seringnya masalah Bisa dipecahkan Jumlah 1 Pembuangann sampah sembarangan 2 1 1 2 6 2 Ada Ibu yang terkena Osteoporosis 2 2 2 2 8 Kondisi Skoring prioritas masalah di atas adalah sebagai berikut : Ringan : skor 1 Sedang :skor 2 Berat :skor 3 Dari hasil scoring di atas dapat disimpulkan bahwa prioritas masalahnya adalah ada lansia yang terkena Osteoporosis Asuhan Sesuai dengan SOAP S : -ibu mengatakan bernama Ny.K -ibu mengatakan berumur 80 Tahun -ibu mengatakan nyeri sendi di bagian lutut dan kakinya. O : - KU : Baik Kesadaran :Composmentis BB : 40 kg TTV : Nadi :86 x/ menit Suhu : 37,5 °C Respirasi : 35 x/ menit TD : 130/90 mmHg Pemeriksaan Head to toe Kepala : bentuk mesocephal Muka : tidak ada odema Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih. Hidung :simetris, tidak ada pembesaran polip dan secret Telinga : tidak ada serumen Mulut : bibirtidak pucat, gigi tidak caries, lidah bersih Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid. Dada : tidak ada retraksi Perut : tidak ada pembesaran Ekstremitas atas : tidak odema Ekstremitas bawah: tidak odema maupun varices. Pemeriksaan Penunjang Tidak Dilakukan A : Ny. K umur 80 tahun jenis kelamin perempuan dengan Osteoporosis P : Memberitahu ibu tenteng kondisi yang klien alami saat ini. Hasil : ibu sudah mengetahui kondisinya Memberitahu pada ibu tentang Osteoporosis. Osteoporosis adalah pengeroposan tulang yang disebabkan karena factor umur, pola makan yang tidak teratur dan kekurangan kalsium. Hasil : ibu sudah mengetahui tentang Osteoporosis. Memberitahu ibu tentang pencegahan Osteoporosis yaitu : Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup Melakukan olah raga dengan teratur Mengkonsumsi obat Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal ( sekitar umur 30 tahun ) Minum dua gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita usia setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan 1,5 g kalsium Olah raga beban ( misalnya berjalan dan menaiki tangga ) Hasil : ibu sudah mengerti tentang pencegahan Osteoporosis Menjelaskan pada ibu tentang komplikasi yang mungkin timbul pada penderita Osteoporosis yaitu Kepadatan tulang berkurang secara perlahan ( terutama pada penderita osteoporosis senilis ) sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulsng belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau cidera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba yang dirasakan didaerah tertentu dari punggung yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit teapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau bulan. Jika beberapa tulang punggung mucul maka akan membentuk kelengkungan yang abnormal yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulangnya bisa patah yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul yang sering terjadi adalah patah lengan didaerah pergelangan tangan yang disebut fraktur coles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung sembuh secara perlahan. Hasil : Ibu sudah mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi. Diagram FishBone penyelesaiaan masalah Meningkatkan kesehatan masyarakat Pemeriksaan rutin (Posyandu Lansia) Mengurangi penderita Osteoporosis pada lansia Ada Ibu yang terkena Osteoporosis Di harapkan peran serta aktif puskesmas dalam penyuluhan keksehatan Berkolaborasi dengan bidan desa, kader posyandu untuk menyelesaikan masalah osteoporosis BAN IV PEMBAHASAN Pengkajian data di Desa Kramat RT 04/RW02 didapatkan 44 jiwa, 8 kepala keluarga dengan jumlah penduduk laki-laki 5 jiwa sedangkan perempuan 10 jiwa. Mayoritas mata pencaharian kepala keluarga adalah sebagai Tani dengan prosentase 100 %. Tingkat pendidikan penduduk Desa Kramat sebagian besar adalah tamat SD dengan prosentase 80 % dan 100% beragama Islam. Masalah yang didapatkan dari hasil pengkajian adalah Kurangnya kesadaran mengenai pembuangan samapah pada tempatnya , Ada lansia yang terkena Osteoporosis. Dari dua masalah yang menjadi prioritas masalah adalah lansia yang terkena Osteoporosis. Setelah diketahui prioritas masalahnya maka dapat disusun perencanaanya : Memberikan penyuluhan tentang Osteoporosis. Kolaborasi dengan Bidan Desa, Kader Posyandu, dan Masyarakat Melakukan evaluasi Pelaksanaannya : Mendatangi rumah Lansia untuk memberikan penyuluhan tentang Osteoporosis. Berkolaborasi dengan dengan Bidan Desa, Kader Posyandu, dan Masyarakat Melakukan evaluasi Evaluasi : Dari intervensi yang telah dilakukan dapat diketahui beberapa hal sebagai bahan evaluasi: Telah dilakukan kunjungan rumah, diberikan penyuluhan tentang Osteoporosis Teah berkolaborasi dengan dengan Bidan Desa, Kader Posyandu, dan Masyarakat Telah dilakukan evaluasi dengan hasil : Ibu telah mengerti tentang Osteoporosis BAB V PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan kajian pustaka yang telah penyusun temukan mengenai perkembangan yang terjadi pada lansia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Pada Usia 65 tahun seseorang dianggap telah memasuki masa lansia atau lanjut usia. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Orang yang memasuki usia lanjut (lansia) memiliki ciri – ciri khas, diantaranya usia lanjut merupakan periode kemunduran, orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas, menua membutuhkan perubahan peran, dan penyesuaian yang buruk pada lansia Pada lansia biasanya mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Pada lansia terjadi banyak perubahan, diantaranya perkembangan jasmani/fisik, perkembangan intelektual, perkembangan emosi, perkembangan spiritual, perubahan sosial, perubahan kehidupan keluarga, dan hubungan sosio-emosional lansia. Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam kehidupannya, diantaranya pada masalah fisik, intelektual, emosi, dan spiritual. Misalnya saja dalam hal intelektual, lansia lebih sering mengalami pikun atau sulit untuk mengingat. Masalah – masalah pada lansia yang timbul karena perubahan yang terjadi pada lansia dapat diatasi sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apalagi kita semua juga akan mengalami masa – masa ini. Saran Setelah penyusun membuat makalah ini, penyusun menjadi tahu tentang perkembangan yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua. DAFTAR PUSTAKA Yuilifah Rita, Yuswanto Tri Johan. 2012. Asuhan Kebidanan Komunitas, Jakarta: Salemba Medika Meilani Niken, Setiyawati Nanik dkk. 2009. Kebidnan Komunitas, Yoygakarta: Fitramaya http://www.informasimedika.com/jenis-penyakit/THT/ispa. Di Akses tanggal 25 Agustus 2014 jam 20.10 WIB. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-nurhadig2a-6164-2-babii.pdf. di akses tanggal 21 Agustus 2014 jam 09.30 WIB http://epidemiologiunsri.blogspot.com/2011/11/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.html. di akses tanggal 7 September 2014 jam 14.30 WIB http://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi_saluran_napas_atas. di akses tanggal 9 September 2014 jam 11.00 WIB 123