76
|
Wanda
Listiani,
Heddy
Shri
Ahimsa-‐Putra,
GR.
Lono
Lastoro
Simatupang,
Yasraf
Amir
Piliang
STRUKTUR
MODAL
PIERRE
BOURDIEU
PADA
PELAKU
KREATIF
GRAFIS
FASHION
BANDUNG
Wanda
Listiani
Heddy
Shri
Ahimsa-‐Putra
GR.
Lono
Lastoro
Simatupang
Yasraf
Amir
Piliang
Program
Studi
Kajian
Budaya
dan
Media
Universitas
Gadjah
Mada
Jalan
Tehnika
Utara
No.
1
Yogyakarta
Abstrak
Modal
biasanya
dipahami
dalam
term
ekonomi,
padahal
menurut
teori
Modal
Pierre
Bourdieu
terdapat
4
jenis
modal
yaitu
modal
sosial,
modal
ekonomi,
modal
budaya
dan
modal
simbolik.
Hubungan
kepemilikan
modal
antar
pelaku
kreatif
maupun
relasinya
dengan
pelaku
yang
lain
menentukan
posisi
pelaku
kreatif
di
arena
tertentu
dan
menjelaskan
hubungan
kekuasaan
pelaku.
Penelitian
ini
menggunakan
metode
etnografi
dan
teknik
pengumpulan
data
dengan
wawancara
mendalam
dan
observasi.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
struktur
modal
ditentukan
oleh
6
arena
yaitu
arena
industri
fashion,
arena
fashion
show,
arena
pameran/instalasi,
arena
pertunjukan,
arena
perlombaan
desain
dan
arena
komunitas.
Struktur
modal
menjadi
pembentuk
diferensiasi
dan
arena
menjadi
tempat
atau
lokasi
terjadinya
praktik
diferensiasi
grafis
fashion.
Kata
Kunci
:
Pierre
Bourdieu,
modal,
grafis
fashion,
Bandung
STRUKTUR
MODAL
PIERRE
BOURDIEU
PADA
PELAKU
KREATIF
GRAFIS
FASHION
BANDUNG
|
77
PENDAHULUAN
Konsep
modal
meskipun
merupakan
khazanah
ilmu
ekonomi
dipakai
oleh
Bourdieu
karena
beberapa
cirinya
yang
mampu
menjelaskan
hubungan
kekuasaan
(Bourdieu,
1995)
yaitu
pertama,
modal
terakumulasi
melalui
investasi;
kedua,
modal
bisa
diberikan
kepada
yang
lain
melalui
warisan;
ketiga,
modal
dapat
memberi
keuntungan
sesuai
dengan
kesempatan
yang
dimiliki
oleh
pemiliknya
untuk
mengoperasikan
penempatannya.
Modal
merupakan
hubungan
sosial,
artinya
suatu
energi
sosial
yang
hanya
ada
dan
membuahkan
hasil
dalam
arena
dimana
ia
memproduksi
dan
mereproduksi.
Setiap
kepemilikan
yang
terkait
dengan
kelas,
menerima
nilai
dan
efektivitasnya
dari
hukum
khas
setiap
arena:
dalam
praktik,
artinya
dalam
suatu
arena
khusus,
semua
disposisi
dan
kepemilikan
objektif
(kekayaan
ekonomi
atau
budaya).
Pendekatan
ini
memperhitungkan
bahwa
setiap
kelas
sosial
tidak
dapat
didefinisikan
secara
terpisah,
tetapi
selalu
dalam
hubungan
dengan
kelas
lain.
Modal
ekonomi
dan
modal
simbolik
sebenarnya
dapat
saling
dipertukarkan
(Bourdieu,
1995).
Konversi
modal
ekonomi
ke
modal
simbolik,
hanya
dapat
berlangsung
terus
menerus
dengan
keterlibatan
seluruh
kelompok
(Bourdieu,
1995).
Pertukaran
modal
ini
dapat
dilihat
misalnya
pada
pertukaran
pemberian.
Pertukaran
pemberian
dan
semua
upaya
simbolik
lainnya
seperti
pesta,
upacara,
kunjungan
dan
perkawinan
bertujuan
mengubah
hubungan
berkepentingan
menjadi
hubungan
resiprosita1.
Walaupun
pertukaran
pemberian
tidak
sama
dengan
barter2
maupun
hutang3,
pemberian
disini
dimaksudkan
sebagai
pemberian
balasan.
Dalam
modal
simbolik
terjadi
reproduksi
hubungan
yang
penting
bagi
kelangsungan
hidup
kelompok.
Hukum
pertukaran
yang
lazim
dalam
perekonomian
kuno
ialah
semakin
dekat
hubungan
antar
individu
atau
kelompok
dalam
genealogi,
semakin
mudah
membuat
persetujuan,
yang
kalau
semakin
sering
dilakukan
akan
semakin
dipercaya.
Sebaliknya
makin
tak
pribadi
hubungannya,
transaksi
pun
lebih
jarang,
namun
kalau
terjadi
dapat
bersifat
makin
“ekonomi”
murni
dengan
perhitungan
kepentingan
secara
terus
terang.
Agunan
resmi
kian
diabaikan
bila
jarak
sosial
di
antara
pihak-‐pihak
yang
terlibat
kian
pendek
atau
jaminannya
kian
kuat
jika
pihak
yang
berwenang
untuk
menjamin
keaslian
kontrak
dan
memberlakukannya
kian
terhormat.
Beberapa
tingkat
transaksi
berdasarkan
tingkat
kepercayaan.
Di
sisi
lain
transaksi
dilandasi
oleh
ketakpercayaan
timbal
balik
seperti
antara
petani
dan
pedagang
yang
curang,
yang
tak
dapat
menuntut
atau
mendapatkan
jaminan
karena
ia
sendiri
tidak
dapat
menjamin
mutu
produknya
atau
menemukan
penjamin.
Ada
juga
pertukaran
kehormatan
yang
dapat
mengabaikan
segala
macam
persyaratan
dan
hanya
mengandalkan
itikad
baik
di
antara
pihak-‐pihak
yang
menjamin
kontrak.
Namun
kebanyakan
transaksi
di
antara
penjual
dan
pembeli
cenderung
melebur
dalam
jaringan
perantara
dan
penjamin,
yang
dirancang
untuk
mengubah
hubungan
ekonomi
murni
di
antara
permintaan
dan
penyediaan,
menjadi
hubungan
yang
didasarkan
dan
dijamin
oleh
kekerabatan
(Bourdieu,
1995).
Modal
simbolik
–
dalam
bentuk
prestise
dan
nama
baik
keluarga
–
yang
selalu
dapat
diubah
bentuk
menjadi
modal
ekonomi,
merupakan
bentuk
akumulasi
yang
paling
berharga
dalam
masyarakat
yang
kekerasan
iklimnya
dan
keterbatasan
sumber
daya
tekniknya
menuntut
kerja
kolektif.
Modal
(Bourdieu,
1995)
yang
terakumulasi
oleh
kelompok,
energi
dari
dinamika
sosial
(modal
kekuatan
fisik,
misalnya
untuk
pertempuran),
modal
ekonomi
(tanah
dan
ternak)
dan
modal
Hubungan
resiprosita
adalah
hubungan
timbal
balik.
Barter
mengandaikan
bahwa
pemberian
dan
pembalasan
terjadi
pada
saat
yang
sama
(Bourdieu,
1995).
3
Pengembalian
hutang
dijamin
oleh
tindakan
hukum,
berupa
penulisan
kontrak,
yang
menjamin
bahwa
tindakan
yang
dituliskan
dapat
diramalkan
dan
dapat
diperhitungkan.
(Bourdieu,
1995)
1
2
78
|
Wanda
Listiani,
Heddy
Shri
Ahimsa-‐Putra,
GR.
Lono
Lastoro
Simatupang,
Yasraf
Amir
Piliang
simbolik
(selalu
dikaitkan
sebagai
tambahan
dari
pemilikan
modal
lainnya),
dapat
berbeda-‐beda
bentuknya,
yang
meskipun
tunduk
pada
hukum
ekuivalensi4
dan
karenanya
dapat
saling
dipertukarkan,
masing-‐masing
menghasilkan
akibat-‐akibat
khusus.
Modal
yang
Dominan
Berperan
Para
pemilik
modal
dan
kelompok
didefinisikan
oleh
posisi
mereka
dalam
ruang
yang
mendasarkan
pada
prinsip
diferensiasi
dan
distribusi.
Setiap
pemilik
modal
ditempatkan
pada
suatu
posisi
atau
kelas
tertentu
yang
terdekat,
yang
riil
dapat
ditempati.
Para
pemilik
modal
menempati
posisi
masing-‐masing
yang
ditentukan
oleh
dua
dimensi
:
pertama,
menurut
besarnya
modal
yang
dimiliki,
dan
kedua
sesuai
dengan
bobot
komposisi
keseluruhan
modal
mereka.
Bobot
yang
terkait
dengan
faktor-‐faktor
yang
membentuknya
berbeda
di
satu
arena
dengan
yang
lain.
Faktor
tertentu
akan
lebih
berperan
daripada
yang
lain,
dalam
arena
yang
satu
mungkin
modal
budaya,
di
tempat
lain
mungkin
modal
ekonomi,
arena
lainnya
lagi
modal
sosial,
dan
seterusnya.
Berikut
ilustrasi
dari
pertukaran
modal
yang
berperan
dalam
arena
tertentu:
Gambar
1.
Pertukaran
Modal
yang
Dominan
Berperan
dalam
Arena
tertentu
Pemilik Modal
Arena B
Arena A
Modal
Budaya
Modal
Sosial
Arena C
Arena D
Modal
Simbolik
Modal
Ekonomi
Modal
merupakan
kekuasaan
simbolis
dalam
menunjukkan
berbagai
hal
dengan
sangat
baik
dan
membuat
banyak
orang
percaya.
Modal
budaya
dapat
ditawarkan
dengan
modal
lainnya.
Jumlah
modal
budaya
yang
dimiliki
dapat
digunakan
untuk
mendapat
modal
selain
modal
budaya.
Pemilik
modal
mempunyai
tingkat
modal
ekonomi
yang
lebih
rendah
dibandingkan
dengan
modal
budaya
yang
dimilikinya
dalam
arena
produksi
budaya.
Berikut
ilustrasi
tingkatan
modal
yang
dipertukarkan
dalam
arena
tertentu
:
Gambar
2.
Tingkatan
Modal
yang
dipertukarkan
dalam
arena
tertentu
Arena B
Arena A
Moda
l
Modal
Budaya
Modal
Ekono
mi
4
Modal
Simboli
k
hukum
yang
terkait
secara
logika
Modal
Ekonomi
Modal
Buday
a
Modal
simboli
Modal
Sosial
STRUKTUR
MODAL
PIERRE
BOURDIEU
PADA
PELAKU
KREATIF
GRAFIS
FASHION
BANDUNG
|
79
Arena
produksi
budaya
(Bourdieu,
1992)
dibedakan
menjadi
arena
produksi
terbatas
(field
of
restricted
production)
dan
arena
produksi
skala
besar
(field
of
large-‐scale
production).
Arena
produksi
terbatas
berkaitan
dengan
apa
yang
disebut
sebagai
seni
tinggi
(adiluhung)
seperti
musik
klasik
dan
sastra.
Dalam
sub
arena
ini
yang
dipertaruhkan
adalah
hal-‐hal
yang
bersifat
simbolis
seperti
prestise,
pengabdian,
estetika
dan
lain
sebagainya.
Hal
ini
menjadikan
sub
arena
produksi
terbatas
sangat
kondusif
untuk
karya-‐karya
eksperimental,
idealis
dan
inovatif.
Karya
yang
berbeda
dengan
sub
arena
produksi
skala
besar.
Arena
produksi
skala
besar
sering
dikenal
dengan
sebutan
budaya
massa
atau
budaya
populer
(Bourdieu,
1998)
seperti
televisi,
radio,
produksi
film
dan
produksi
‘sastra
populer’.
Sub
arena
ini
didukung
oleh
budaya
industri
yang
mempunyai
prinsip
dominan
terkait
dengan
modal
ekonomi.
Karyanya
sering
kali
meminjam
atau
melakukan
plagiat
atau
parodi
dari
sub
arena
produksi
terbatas.
Proses
yang
dilakukan
dalam
kerangka
pasar
budaya.
Modal
ekonomi,
budaya,
sosial,
dan
simbolik
(Bourdieu,
1995)
memungkinkan
untuk
membentuk
struktur
lingkup
sosial.
Termasuk
modal
budaya
ialah
ijazah
pengetahuan
yang
sudah
diperoleh,
kode
budaya,
cara
berbicara,
kemampuan
menulis,
cara
pembawaan,
sopan
santun,
cara
bergaul,
dan
sebagainya
yang
berperan
didalam
penentuan
dan
reproduksi
kedudukan
sosial.
Modal
budaya
dibangun
oleh
kondisi
keluarga
dan
pendidikan
di
sekolah,
modal
budaya
pada
batas-‐batas
tertentu
dapat
beroperasi
secara
independen
dari
tekanan
uang,
dan
bahkan
memberikan
kompensasi
bagi
kekurangan
uang
sebagai
bagian
dari
strategi
individu
atau
kelompok
untuk
meraih
kekuasaan
dan
status
.
Modal
sosial
ialah
hubungan-‐hubungan
dan
jaringan
hubungan-‐hubungan
yang
merupakan
sumber
daya
yang
berguna
dalam
penentuan
dan
reproduksi
kedudukan
sosial.
Selanjutnya,
tulisan-‐tulisan
awal
Bourdieu
tentang
modal
sosial
menjadi
bagian
dari
analisis
yang
lebih
luas
tentang
beragam
landasan
tatanan
sosial.
Bourdieu
melihat
posisi
pemilik
modal
dalam
arena
sosial
ditentukan
oleh
jumlah
dan
bobot
modal
relatif
mereka,
dan
oleh
strategi
tertentu
yang
mereka
jalankan
untuk
mencapai
tujuan-‐tujuannya.
Dalam
siaran
wawancara
di
televisi
Jerman
pada
tahun
1987
(Bourdieu,
2000),
Bourdieu
membandingkan
arena
sosial
dengan
kasino;
pertaruhan
modal
yang
tidak
hanya
tergantung
pada
struktur
modal
yang
dominan
melainkan
bisa
3
modal
sekaligus;
modal
ekonomi,
modal
budaya
dan
modal
sosial.
Modal
simbolik
tidak
lepas
dari
kekuasaan
simbolik,
yaitu
kekuasaan
yang
memungkinkan
untuk
mendapatkan
setara
dengan
apa
yang
diperoleh
melalui
kekuasaan
fisik
dan
ekonomi,
akibat
khusus
suatu
mobilisasi.
Modal
simbolik
bisa
berupa
kantor
yang
luas
di
daerah
mahal,
mobil
dengan
sopirnya,
namun
bisa
juga
petunjuk
yang
tidak
mencolok
mata
menunjukkan
status
tinggi
pemiliknya:
misalnya
gelar
pendidikan
yang
dicantumkan
di
kartu
nama,
cara
bagaimana
membuat
tamu
menanti,
cara
mengafirmasi
otoritas
dan
sebagainya.
Posisi
Pemilik
Modal
Posisi
pemilik
modal
di
dalam
lingkup
kelas
sosial
tergantung
pada
kepemilikan
jumlah
besarnya
dan
struktur
modal
mereka.
Dengan
kriteria
ini,
Bourdieu
menyusun
masyarakat,
pertama,
dalam
dimensi
vertikal;
dalam
hal
ini
dapat
dipertentangkan
antara
para
pemilik
modal
antara
yang
punya
modal
besar-‐dalam
hal
ekonomi
dan
budaya-‐dengan
mereka
yang
miskin.
Kedua,
susunan
masyarakat
menurut
struktur
modal,
maksudnya
pentingnya
kedua
modal
tersebut
dalam
besarnya
secara
keseluruhan.
Logika
khas
arena
adalah
apa
yang
dipertaruhkan
dan
jenis
modal
yang
diperlukan
untuk
berperan
di
dalam
permainan,
mengarahkan
logika
kepemilikan
yang
menentukan
hubungan
antara
kelas
sosial
dan
prakteknya.
80
|
Wanda
Listiani,
Heddy
Shri
Ahimsa-‐Putra,
GR.
Lono
Lastoro
Simatupang,
Yasraf
Amir
Piliang
Biasanya
pemilik
modal
yang
dalam
posisi
dominan
cenderung
memilih
strategi
mempertahankan.
Setiap
orang
atau
kelompok
berusaha
mempertahankan
dan
memperbaiki
posisinya,
membedakan
diri
bahkan
berupaya
mendapatkan
posisi
baru.
PEMBAHASAN
Struktur
modal
yang
dimiliki
pelaku
kreatif
dalam
grafis
fashion
Bandung
adalah
modal
dominan
dan
pertukaran
modal.
Modal
dominan
ditentukan
oleh
arena
dimana
pelaku
kreatif
grafis
Bandung
ini
mendistribusikan
karyanya
atau
menetapkan
tujuan
pembuatan
karya.
Terdapat
6
arena
yang
ditemukan
dalam
penelitian
ini
yaitu
arena
industri
fashion,
arena
fashion
show,
arena
pameran/instalasi,
arena
pertunjukan/performance
art,
arena
perlombaan
desain
dan
arena
komunitas.
1.
Arena
Industri
Fashion
(Studio,
Distro,
Butik,
Pabrik)
Arena
Industri
Fashion
dibedakan
lagi
menjadi
studio,
distro,
butik
dan
pabrik.
Studio,
distro
dan
butik
memiliki
keterbatasan
jumlah
produk
(limited
edition)
dan
luasan
ruang
display.
Pelaku
kreatif
grafis
fashion
bisa
jadi
pemilik
studio,
distro
maupun
butik.
Hal
ini
berbeda
dengan
pabrik.
Pabrik
memiliki
bagian-‐bagian
tertentu
dengan
fungsi
kerja
yang
berbeda.
Biasanya
pekerja
dan
pelaku
kreatif
berbeda
fungsi
dan
ruang
bekerja.
Jumlah
produk
yang
diproduksipun
biasanya
produk
massal.
Berikut
struktur
modal
di
arena
industri
fashion
:
Tabel
1.
Struktur
Modal
di
Arena
Industri
Fashion
No.
1
2
Struktur Modal
Modal Dominan
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Pertukaran Modal
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Tiarma Sirait
Widjana
Nia Subandi
+
-
+
+
+
-
+
-
+
-
Di
arena
Industri
Fashion
baik
studio,
distro,
butik
maupun
pabrik,
Widjana
dan
Nia
Subandi
mempertukarkan
modal
budaya
yang
dimilikinya
dengan
modal
ekonomi
(berupa
gaji/uang).
Hal
ini
berbalik
dengan
Tiarma
Sirait.
Tiarma
bahkan
mempertukarkan
modal
ekonomi
untuk
mendapatkan
modal
simbolik.
Hal
ini
sesuai
dengan
keinginan
Tiarma
untuk
menjadi
trendsetter.
Pada
arena
industri
fashion
(poleng
studio),
Tiarma
menggunakan
modal
dominan
yaitu
modal
ekonomi.
Modal
tidak
dominan
adalah
modal
sosial,
modal
simbolik
dan
modal
budaya.
Modal
simbolik
yang
digunakan
oleh
Tiarma
adalah
kemampuan
dan
gelarnya
sebagai
Desainer
Fashion
lulusan
ITB
dan
sekolah
desain
luar
negeri
(Boras
dan
Australia).
Modal
dominan
yang
dimilikinya
dipertukarkan
dengan
modal
simbolik.
Model
simbolik
yang
dimaksud
disini
adalah
ketika
pengguna
mengkonsumsi
merk
Poleng
dan
Mode
dengan
nilai
tertentu.
Pada
arena
Industri
Fashion
(distro-‐C59),
Widjana
menggunakan
modal
dominan
yaitu
modal
budaya.
Modal
dominan
yang
dimilikinya
dipertukarkan
dengan
modal
ekonomi.
Pada
arena
Industri
Fashion
(butik),
Nia
menggunakan
modal
dominan
yaitu
modal
budaya.
Modal
dominan
STRUKTUR
MODAL
PIERRE
BOURDIEU
PADA
PELAKU
KREATIF
GRAFIS
FASHION
BANDUNG
|
81
yang
dimilikinya
dipertukarkan
dengan
modal
ekonomi
(gaji/uang).
Di
arena
Industri
Fashion
(pabrik),
Nia
menggunakan
modal
dominan
yaitu
modal
budaya.
Modal
dominan
yang
dimilikinya
dipertukarkan
dengan
modal
ekonomi.
Gaji
atau
honor
yang
diperoleh
oleh
Nia
diputarkan
lagi
(dijadikan
modal)
untuk
menyewa
stand
di
pasar
baru
dan
memproduksi
fashion
buatannya
sendiri.
2.
Arena
Fashion
Show
Fashion
show
bagi
desainer
fashion
merupakan
salah
satu
event
untuk
mempublikasikan
karya
terbarunya
kepada
publik
atau
kolektor
fashion
dari
kelas
ekonomi
atas.
Biasanya
desainer
fashion
menyelenggarakan
fashion
show
bersama
atau
dibantu
oleh
pihak
sponsor.
Tidak
semua
desainer
fashion
dapat
mengikuti
event
bergengsi
ini.
Di
Bandung,
beberapa
desainer
fashion
muslim
bergabung
dalam
Himpunan
Desainer
Muslim
Indonesia.
Setiap
tahunnya
selalu
menyelenggarakan
fashion
show
busana
muslim
trend
tahun
berikutnya.
Fashion
yang
dipamerkan
dalam
fashion
show
ini
dapat
menciptakan
trend
fashion
tahun
depan.
Berikut
struktur
modal
di
arena
fashion
show
:
Tabel
2.
Struktur
Modal
di
Arena
Fashion
Show
No.
1
2
Struktur Modal
Modal Dominan
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Pertukaran Modal
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Tiarma Sirait
Widjana
Nia Subandi
+
-
-
-
+
-
-
-
Hanya
Tiarma
Sirait
yang
memperagakan
karya
desainnya
di
arena
fashion
show.
Modal
simbolik
“desainer”
yang
dimilikinya
dipertukarkan
lagi
dengan
modal
simbolik
lainnya.
Pada
arena
Fashion
Show,
Tiarma
menggunakan
modal
dominan
yaitu
modal
simbolik.
Modal
tidak
dominan
adalah
modal
sosial,
modal
simbolik
dan
modal
modal
budaya.
Modal
dominan
yang
dimilikinya
dipertukarkan
dengan
modal
simbolik.
Keinginan
Tiarma
Sirait
untuk
menjadi
trendsetter
di
dunia
fashion
membuat
dirinya
melakukan
berbagai
cara,
salah
satunya
dengan
mengambil
bagian
dari
fashion
show
yang
diselenggarakan
di
Indonesia
maupun
luar
negeri.
Fashion
show
tahunan
yang
sering
diikutinya
adalah
Fashion
Week
di
Jakarta.
3.
Arena
Pameran/Instalasi
Jarang
seorang
desainer
fashion
yang
memamerkan
karyanya
di
arena
Pameran
atau
membuat
instalasi
karya.
Penyelenggaraan
pameran
atau
instalasi
seni
biasanya
diikuti
oleh
perupa
(pelukis,
pematung,
kriyawan)
atau
penggrafis
(desainer
grafis
dan
fotografer).
Ketika
Tiarma
Sirait
mengikuti
pameran
atau
membuat
karya
instalasi
menjadi
menarik
diantara
karya
rupa
yang
lain.
Bahkan
salah
satu
karya
Tiarma
juga
dikoleksi
Museum
di
China.
82
|
Wanda
Listiani,
Heddy
Shri
Ahimsa-‐Putra,
GR.
Lono
Lastoro
Simatupang,
Yasraf
Amir
Piliang
Tabel
3.
Struktur
Modal
di
Arena
Pameran/Instalasi
No.
1
2
Struktur Modal
Modal Dominan
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Pertukaran Modal
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Tiarma Sirait
Widjana
Nia Subandi
+
-
-
-
+
-
-
-
Begitu
pula
di
arena
pameran
atau
instalasi,
Tiarma
kerap
mempublikasikan
karya-‐karya
desainnya.
Modal
sosial
antar
pelaku
kreatif
sangat
membantu
Tiarma
dalam
memberikan
informasi,
kesempatan
dan
kemudahan
dalam
melakukan
pameran
karya
baik
di
dalam
dan
luar
negeri.
Modal
sosial
inilah
yang
dipertukarkan
oleh
Tiarma
dengan
modal
simbolik
yang
diperoleh
pasca
pameran.
Pada
arena
Pameran/Instalasi,
Tiarma
menggunakan
modal
dominan
yaitu
modal
sosial.
Modal
dominan
yang
dimilikinya
dipertukarkan
dengan
modal
simbolik.
Kekuatan
jaringan
Tiarma
baik
di
dalam
negeri
maupun
luar
negeri
membantu
dirinya
untuk
menyelenggarakan
atau
mengikuti
pameran
atau
instalasi
lukisan.
Salah
satunya
dengan
salah
satu
seniman
dan
pengajar
di
Jepang
yang
telah
membantu
Tiarma
menyelenggarakan
pameran
fashion
di
Jepang.
4.
Arena
Pertunjukan/Performance
Art
Di
Bandung,
pertunjukan
seni
atau
lebih
dikenal
dengan
istilah
performance
art
mulai
berkembang
sejak
tahun
90an.
Perkembangan
performance
art
ini
diinisiasi
oleh
gerakan
seni
Jeprut.
Fashion
menjadi
salah
satu
bidang
seni
yang
berkembang
dalam
gerakan
ini.
Pertunjukan
fashion
yang
tidak
hanya
diperuntukan
bagi
penciptaan
tren
melainkan
ada
pesan
atau
kritik
yang
ingin
disampaikan
kepada
publik.
Desainer
fashion
yang
membedakan
dirinya
dengan
desainer
yang
lain,
konsistensi
pesan
dalam
setiap
karyanya
jumlahnya
tidak
banyak.
Bahkan
dapat
dihitung
dengan
jari.
Desainer
fashion
yang
mengambil
bagian
dalam
gerakan
biasanya
memiliki
konsep
seni
yang
diyakini
“peduli”
dengan
lingkungan
dimana
dia
tinggal.
Tabel
4.
Struktur
Modal
di
Arena
Pertunjukan/Performance
Art
No.
1
2
Struktur Modal
Modal Dominan
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Pertukaran Modal
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Tiarma Sirait
Widjana
Nia Subandi
+
-
-
-
+
-
-
-
STRUKTUR
MODAL
PIERRE
BOURDIEU
PADA
PELAKU
KREATIF
GRAFIS
FASHION
BANDUNG
|
83
Begitu
pula
di
arena
pertunjukan
atau
performance
art,
Tiarma
kerap
menggunakan
modal
simbolik
yang
dimilikinya
untuk
menyelenggarakan
pertunjukan
karya
desain.
Pada
arena
pertunjukan/performance
art,
Tiarma
menggunakan
modal
dominan
yaitu
modal
budaya.
Modal
dominan
yang
dimilikinya
dipertukarkan
dengan
modal
simbolik.
Modal
simbolik
yang
telah
dimiliki
Tiarma
seperti
poleng,
gelar
pendidikan
yang
diperolehnya
dari
ITB
dan
perguruan
tinggi
di
luar
negeri
dipertukarkan
dengan
modal
simbolik
yang
lain
seperti
menjadi
desainer
fashion
art
dan
trendsetter
fashion
di
Indonesia.
5.
Arena
Perlombaan
Desain
Penyelenggaran
perlombaan
desain
marak
dilakukan
oleh
berbagai
institusi
pemerintah
maupun
swasta.
Hal
ini
merupakan
bagian
dari
kegiatan
promosi
atau
pemasaran
perusahaan.
Hadiah
yang
dijanjikannya
pun
cukup
menggiurkan.
Banyak
desainer
bahkan
mahasiswa
desain
mengikuti
perlombaan
ini.
Widjana
kerap
mengikuti
perlombaan
desain.
Salah
satunya
dalah
perlombaan
desain
ilustrasi
Bank
Mandiri.
Untuk
memenangkan
hadiah,
desainer
harus
mendapatkan
klik
yang
paling
banyak
dari
netters,
sehingga
tak
jarang
mereka
menyebarkan
link
desainer
karyanya
dan
meminta
bantuan
teman-‐teman
di
jejaring
sosial.
Tabel
5.
Struktur
Modal
di
Arena
Perlombaan
Desain
No.
1
2
Struktur Modal
Modal Dominan
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Pertukaran Modal
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Tiarma Sirait
Widjana
Nia Subandi
-
+
-
-
-
+
-
-
Dibanding
Tiarma
dan
Nia,
Widjana
kerap
mengikuti
perlombaan
desain,
salah
satunya
adalah
desain
ilustrasi
kaos
yang
diselenggarakan
oleh
Bank
Mandiri.
Widjana
memanfaatkan
modal
simbolik
yang
dimilikinya
untuk
dipertukarkan
dengan
modal
ekonomi
(hadiah
lombah
berupa
uang).Pada
arena
Perlombaan
Desain/Kompetisi,
Widjana
menggunakan
modal
dominan
yaitu
modal
simbolik.
Modal
dominan
yang
dimilikinya
dipertukarkan
dengan
modal
ekonomi
(hadiah
lomba).
Misal
dalam
arena
lomba
atau
kompetisi
desain,
Widjana
cenderung
menggunakan
modal
simbolik
hal
ini
terlihat
dari
karya
ilustrasi
kaosnya
yang
menyandingkan
identitas
berbagai
penanda
simbolik.
Namun
di
arena
industri
fashion,
Widjana
mempertukarkan
modal
simbolik
dengan
modal
budaya
seperti
yang
terlihat
di
bawah
ini
:
Gambar
3.
Pertukaran
Modal
Dominan
Widjana
Desainer : Widjana
Arena : Lomba Desain
Arena : Industri Fashion
Modal
Simbolik
Modal
Budaya
84
|
Wanda
Listiani,
Heddy
Shri
Ahimsa-‐Putra,
GR.
Lono
Lastoro
Simatupang,
Yasraf
Amir
Piliang
6.
Arena
Komunitas
(recox)
Recox
dalam
bahasa
Sunda
berarti
ganggu;
direcokin
berarti
digangguin.
Komunitas
recox
ini
adalah
sekumpulan
alumni
sekolah
tinggi
ilmu
seni
dan
desain
(STISI)
Bandung.
Mereka
tetap
menjalin
hubungan
dengan
berteman
di
media
sosial
dan
berkomunikasi
lewat
YM,
SMS,
telpon
maupun
jumpa
darat.
Biasanya
mereka
berbagi
informasi
tentang
lowongan
kerja,
pernikahan,
gosip,
hubungan
asmara
dan
sebagainya.
Nia
selalu
mendapatkan
informasi
dari
komunita
recox
ini.
Tabel
6.
Struktur
Modal
di
Arena
Komunitas
No.
1
2
Struktur Modal
Modal Dominan
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Pertukaran Modal
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Tiarma Sirait
Widjana
Nia Subandi
-
-
+
-
-
-
+
-
Jejaring
pertemanan
dalam
komunitas
yang
bernama
recox
dimanfaatkan
oleh
Nia
Subandi
untuk
memperoleh
proyek/order
desain.
Komunitas
yang
beranggotakan
pelaku
kreatif
di
bidang
grafis,
tekstil
maupun
seni
rupa.
Teman
komunitas
banyak
membantu
Nia
untuk
mendapatkan
kerja
yang
lebih
baik,
sehingga
Nia
kerap
berpindah
pekerjaan
dari
Jakarta
ke
Bandung
dan
sebaliknya.
Modal
sosial
yang
berupa
hubungan
baik
dan
kepercayaan
teman-‐temannya
dipelihara
oleh
Nia
dengan
mengadakan
pertemuan
“darat”
tiap
waktu
tertentu
maupun
via
online
(facebook,
telp,
YM
dan
sebagainya).
Pada
arena
Komunitas
Recox,
Nia
menggunakan
modal
dominan
yaitu
modal
sosial.
Modal
dominan
yang
dimilikinya
dipertukarkan
dengan
modal
ekonomi.
Kepemilikan
modal
yang
dimiliki
desainer
terutama
modal
budaya
membuat
desainer
mengaplikasikannya
menjadi
modal
budaya
hibriditas.
Percampuran
dua
budaya
atau
lebih
yang
dimiliki
oleh
seseorang.
Misal
kelahiran
di
Sumatera
hidup
dan
bekerja
di
bandung;
kelahiran
dan
sekolah
di
Jogja,
bekerja
di
Bandung
dan
sebagainya.
Pelaku
kreatif
dalam
hal
ini
Nia
Subandi
memiliki
3
arena
yang
berarti
Nia
memiliki
banyak
sumber
penghidupan.
Hubungan
sosial
dengan
teman-‐temannya
sesama
desainer
di
komunitas
Geng
Recox
dan
jaringannya
membuat
Nia
selalu
mendapatkan
order.
Hubungan
sosial
yang
dijalinnya
bersama
desainer
di
komunitas
Geng
Recox
menunjukkan
dominasi
modal
sosial
yang
digunakan
Nia.
Begitu
pula
dengan
modal
dominan
dalam
arena
yang
lain
yaitu
arena
industri
fashion
(pabrik)
dan
industri
fashion
(butik).
Karya
untuk
pabrik
dan
butik
tidak
membedakan
dominasi
modal
yang
digunakan
Nia.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
pabrik
dan
batik
walau
memiliki
segmentasi
konsumen
yang
berbeda
namun
desainer
hanya
membatasi
pada
jumlah
produksi
desain
saja
(limited
edition).
Terlihat
pada
pertukaran
modal
dominan
dalam
arena
tertentu
Nia
Subandi
(Gambar
4).
Dari
data
diatas
membuktikan
bahwa
arena
tidak
hanya
terdiri
dari
2
(terbatas
dan
dalam
skala
besar)
namun
ada
arena
yang
merupakan
irisan
keduanya
yang
dijumpai
dalam
distro
(Widjana/C59).
Modal
budaya
yang
dimiliki
Tiarma
Sirait
(pendidikan)
membuatnya
bisa
STRUKTUR
MODAL
PIERRE
BOURDIEU
PADA
PELAKU
KREATIF
GRAFIS
FASHION
BANDUNG
|
85
mengembangkan
jaringan
keluar
dan
melakukan
berbagai
pameran
atau
pertunjukan.
Modal
simbolik
“poleng”
yang
dimiliki
Tiarma
sendiri
menjadikan
karyanya
“ekslusive”
dibanding
Widjana
dan
Nia.
Terletak
di
perumahan
dosen
ITB,
pekerjaan
dosen
luar
biasa
di
maranatha
dan
perguruan
swasta
lainnya
di
Bandung.
Gelar
yang
diperoleh
Tiarma
selama
sekolah
termasuk
modal
simbolik
yang
dimanfaatkan
oleh
Tiarma
untuk
memasarkan
produk/karyanya.
Gambar
4.
Pertukaran
Modal
Dominan
Nia
Subandi
Desainer : Nia Subandi
Arena :Industri
Fashion (Pabrik)
Arena : Komunitas
Modal
Sosial
Modal
Budaya
Arena : Industri
Fashion (Butik)
Modal
Budaya
Berbeda
dengan
Widjana,
pengetahuannya
tentang
budaya
sunda
dan
etnis
sunda
membawanya
pada
karya-‐karya
yang
menonjolkan
keSundaannya
hampir
disetiap
karya
ilustrasi
kaos
yang
dia
buat.
Fashion
“distro”
menjadi
arena
customize
(diproduksi
sesuai
kebutuhan=laku).
Widjana
yang
modal
budayanya
(lulusan
SMSRN
Bandung)
membuatnya
tekun
di
C59.
Nia
dapat
menerima
berbagai
proyek
dari
teman
walau
dibayar
di
akhir.
Modal
sosial
(kepercayaan)
membuat
Nia
mendesainkan
walau
belum
dibayar
dan
tanpa
kontrak
perjanjian
resmi.
Nia
dapat
membuat
karya
1
dengan
6
kombo
(diproduksi
dalam
jumlah
banyak).
Modal
budaya
Nia
(pendidikan
S1
tekstil
STISI
Bandung)
meloncat-‐loncat
dalam
jangka
waktu
tertentu
mencari
peluang
yang
lebih
baik
dan
membuka
usahanya
sendiri.
Kondisi
keuangan
keluarga
yang
membuatnya
mencari
kerja
ke
tempat
lebih
baik
(gaji,
posisi,
jam
kerja/5
hari
kerja),
mencari
sambilan
dan
seterusnya.
Arena
kaos
tanah
abang”,
“pasar
baru”
dll
produksi
skala
besar
(budaya
populer)
dengan
memparodikan
acara
TV
seperti
spongebob.
Pertukaran
modal
terjadi
ketika
desainer
berinteraksi
dengan
produk
desain
di
pasaran,
bentuk
produk
yang
diinginkan
dan
kebutuhan
kondisional
yang
terjadi
di
arena
tertentu.
Berbagai
pilihan
arena
membuat
Tiarma
Sirait
leluasa
untuk
menggunakan
modal
yang
dimilikinya.
Hal
menarik
dari
struktur
modal
yang
dimiliki
ketiga
pelaku
kreatif
ini
adalah
modal
budaya
sebagai
modal
dominan.
Tiarma
Sirait
berasal
dari
etnis
Batak,
Widjana
dari
etnis
Sunda
dan
Nia
Subandi
dari
etnis
Sunda
(Karawang/Pesisiran)
mempengaruhi
pola
diferensiasi
yang
terbentuk.
Ke-‐Batak-‐an
Tiarma
muncul
pada
konsep
keseimbangan
pada
setiap
karyanya.
Konsep
keseimbangan
berpola
tiga
ini
jika
salah
satu
unsurnya
dihilangkan
akan
mengganggu
kedua
unsur
yang
lain.
Konsep
keseimbangan
ini
sesuai
dengan
filosofi
Batak
Dalihan
Na
Tolu.
Begitu
pula
dengan
Widjana
dan
Nia
Subandi,
ke-‐Sunda-‐an
tampak
pada
peran
atau
fungsi
ketiga
unsur
pembentuk
desain
ilustrasinya.
86
|
Wanda
Listiani,
Heddy
Shri
Ahimsa-‐Putra,
GR.
Lono
Lastoro
Simatupang,
Yasraf
Amir
Piliang
Tabel
7.
Struktur
Modal
Pelaku
Kreatif
Grafis
Fashion
Bandung
No.
1
2
Struktur Modal
Modal Dominan
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Pertukaran Modal
a. Modal Ekonomi
b. Modal Simbolik
c. Modal Sosial
d. Modal Budaya
Tiarma Sirait
Widjana
Nia Subandi
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
-
+
-
Modal
Tiarma
Sirait
lebih
lengkap
dibandingkan
dengan
Widjana
dan
Nia
Subandi.
Artinya
Tiarma
memiliki
berbagai
modal
dominan
yang
dapat
dipertukarkan
dengan
modal
yang
lain
di
berbagai
arena
yang
berbeda.
Modal
dominan
yang
dimiliki
Tiarma
Sirait
memberikan
berbagai
pilihan
arena
begitu
pula
sebaliknya.
Pada
arena
yang
berbeda,
Tiarma
menggunakan
modal
dominan
dan
melakukan
pertukaran
modal
yang
berbeda
pula
di
setiap
arena.
Secara
keseluruhan
struktur
modal
yang
dimiliki
Tiarma
Sirait
di
4
arena
(industri
fashion,
fashion
show,
pameran/instalasi
dan
pertunjukan/performance
art).
Misal
dalam
arena
harajutik,
Tiarma
menggunakan
pengetahuan
budayanya
akan
batik
Indramayu
khususnya
motif
dan
budaya
Jepang
(Harajuku).
Modal
sosial
yang
terjalin
antara
Tiarma
dengan
pengrajin
Indramayu
maupun
pembatik
Garutan
memberikan
modal
bagi
Tiarma
untuk
membuat
mode
Harajutik.
Mode
harajutik
ini
diproduksi
terbatas.
Fashion
“butik”
menjadi
arena
terbatas
(diproduksi
dalam
jumlah
tertentu).
Gambar
5.
Pertukaran
Modal
Dominan
Tiarma
Sirait
Desainer : Tiarma Sirait
Arena :
Pertunjukan
Modal
Budaya
Arena : Pameran
Modal
Sosial
Arena : Fashion
Show
Modal
Simbolik
Arena : Industri
Fashion
Modal
Ekonomi
Pertukaran
modal
dominan
tergantung
arena
sebagai
konteks
dimana
pelaku
kreatif
bekerja/berkarya.
Pelaku
kreatif
dalam
hal
ini
Tiarma
Sirait
memiliki
4
arena
yang
berarti
luasnya
akses
dan
banyaknya
pilihan
untuk
berkarya.
Pilihan
spesialisasi
karya
pada
fashion
art
juga
membuat
Tiarma
menjadi
pemain
tunggal
dan
memperluas
arena
berkarya
Tiarma
di
Indonesia
seperti
yang
diungkapkan
Tiarma
dibawah
ini
:
STRUKTUR
MODAL
PIERRE
BOURDIEU
PADA
PELAKU
KREATIF
GRAFIS
FASHION
BANDUNG
|
87
“Saya
mencari
inspirasi
lewat
buku,
majalah,
film,
internet,
pergaulan
maupun
apa
yang
menarik
saat
berada
di
mana
pun,
kemudian
menterjemahkan
ke
dalam
busana,
membuat
konsep
karya
dan
mewujudkan
dalam
sketsa
desain
ke
dalam
fashion
items
seperti
busana,
aksesori,
make
up
dan
hair
do.
Lalu
mengaplikasikan
seluruh
komponen
tersebut
dalam
material
dan
ukuran
yang
sebenarnya.
Selanjutnya
adalah
menangani
material
promo
dan
sistem
penjualan
baik
bersifat
retail
maupun
non
retail
mencakup
distribusi,
harga,
display
toko
dan
lain-‐lain.
Jepang
dan
Eropa
menghargai
karya
saya
dengan
nilai
nominal
sepadan.
Di
negeri
sendiri
belum
menghargai
dengan
layak.
Fashion
Art
di
Indonesia
belum
ada
saingannya.
Kompetitor
dari
Luar
Negeri.
Karyanya
pernah
dipamerkan
di
Inggris,
Prancis,
Jepang,
Jerman,
Australia,
Canada
dan
Cuba
serta
China”5
Kontestasi
karya
fashion
art
Tiarma
terjadi
di
masing-‐masing
arena
dengan
tingkatan
modal
yang
berbeda-‐beda
misalnya
arena
fashion
show,
modal
simbolik
menjadi
dominan.
Sedangkan
di
arena
Industri
Fashion
yang
dominan
adalah
modal
ekonomi.
Berikut
bagan
tingkatan
modal
dalam
arena
tertentu
:
Gambar
6.
Tingkatan
Modal
Tiarma
dalam
Arena
Arena Fashion Show
Modal
Budaya
Modal
Ekonomi
Modal
Sosial
Modal
Simboli
k
Arena Industri Fashion
Modal
Ekonomi
Modal
Budaya
Modal
simboli
Modal
Sosial
Sejak
remaja
Tiarma
sudah
mengikuti
dan
menjuarai
berbagai
lomba
kostum.
Ia
mengikuti
kursus
fashion
design
di
Pusat
Pendidikan
Desain
Bandung.
Sejak
itulah,
Ama
membayangkan
ia
akan
menekuni
profesi
sebagai
pelaku
mode.
Kemudian
ia
memutuskan
kuliah
di
ITB
jurusan
Textile
Design
Studio.
Tahun
1992-‐1993
kerja
praktek
di
beberapa
perusahaan
garmen
dan
tekstil
di
Eropa.
Pengalaman
itu
membuatnya
bermain
di
industri
fashion
yang
sifatnya
custom
made
khususnya
keperluan
pangguna,
dan
bukan
mass
production.
Selepas
kuliah
di
ITB,
Ama
melanjutkan
studi
di
Royal
Melbourne
Institute
of
Technology,
Australia
jurusan
Fashion
Design
Studio.
Poleng
Studio
adalah
fashion
studio
untuk
kostum
panggung
berlokasi
di
Bandung.
“Dirinya
lebih
bangga
kalau
bisa
menawarkan
gaya
baru
yang
orisinal
dan
tidak
umum.
Kalau
cuma
mengikuti
selera
pasar,
sama
saja
saya
tukang
jiplak.
Buat
apa
sekolah
lama
dan
tinggi-‐tinggi
kalau
tak
bisa
bikin
tren.
Namun
Tiarma
kerap
terbentur
dalam
kesulitan
menciptakan
pasar
di
Indonesia.
Masyarakat
lebih
latah”6.
Pada
arena
yang
berbeda,
Widjana
menggunakan
modal
dominan
dan
melakukan
pertukaran
modal
yang
berbeda
pula
di
setiap
arena.
Secara
keseluruhan
struktur
modal
yang
dimiliki
Widjana
di
2
arena
(industri
fashion
/distro)
dan
perlombaan
desain.
Pada
arena
yang
berbeda,
Nia
Subandi
menggunakan
modal
dominan
dan
melakukan
pertukaran
modal
yang
berbeda
pula
di
setiap
arena.
Secara
keseluruhan
struktur
modal
yang
dimiliki
Nia
Subandi
di
3
arena
(industri
fashion/butik,
industri
fashion/pabrik
dan
komunitas/recox.
5
6
Tiarma
Sirait,
FashionPro,
2008,
hlm.
77
FEMINA.NO.17.XXXVII.
20APRIL-‐20MEI
2009
88
|
Wanda
Listiani,
Heddy
Shri
Ahimsa-‐Putra,
GR.
Lono
Lastoro
Simatupang,
Yasraf
Amir
Piliang
PENUTUP
Temuan
dari
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
kelengkapan
struktur
modal
baik
modal
ekonomi,
modal
simbolik,
modal
sosial
dan
modal
budaya
yang
dimiliki
Tiarma
menentukan
apa
yang
akan
dilakukan
di
4
arena
(industri
fashion,
fashion
show,
pameran
maupun
pertunjukan)
dengan
dua
pilihan
praktik
artikulasi
baik
brikolase
hybrid
harmonis
maupun
brikolase
hybrid
disharmonis.
Praktik
artikulasi
ini
akan
menghasilkan
pola
diferensiasi
tritangtu
regeneratif,
tritangtu
regeneratif
disharmonis
dan
tritangtu
regeneratif
harmonis.
Tidak
begitu
halnya
dengan
Widjana
dan
Nia
Subandi.
Mereka
memiliki
keterbatasan
pilihan
maupun
kesempatan
dibanding
Tiarma.
Widjana
hanya
memiliki
modal
simbolik
dan
modal
budaya
yang
dapat
dipertukarkan
di
arena
industri
fashion
untuk
mendapatkan
modal
ekonomi
(gaji/uang).
Praktik
artikulasi
yang
dilakukan
dengan
brikolase
hybrid
disharmonis
dan
brikolase
non
hybrid
disharmonis.
Praktik
yang
akan
menghasilkan
pola
diferensiasi
tritangtu
regeneratif
dan
tritangtu
regeneratif
disharmonis.
Sedangkan
Nia
Subandi
dengan
modal
sosial
dan
modal
budaya
yang
dimilikinya,
mempertukarkan
dengan
modal
ekonomi
(gaji/uang).
Praktik
artikulasi
yang
dihasilkan
adalah
brikolase
non
hybrid
harmonis
yang
membentuk
pola
diferensiasi
produk
tritangtu
regeneratif
kompromis.
STRUKTUR
MODAL
PIERRE
BOURDIEU
PADA
PELAKU
KREATIF
GRAFIS
FASHION
BANDUNG
|
89
DAFTAR
PUSTAKA
1. Bourdieu,
Pierre,
2000.
Pascalians
Meditations.
California
:
Stanford
University
Press
2. Bourdieu,
Pierre.
2000.
“Making
The
Economic
Habitus:
Algerian
Workers
Revisited”
dalam
Journal
of
Ethnography
Vol
1.
No.1,
h.
17-‐41
3. Bourdieu,
Pierre,
1998.
Practical
Reason
:
On
the
Theory
of
Action,
California
:
Stanford
University
Press
4. Bourdieu,
Pierre,
1998.
On
Television.
New
York
:
The
New
Press
5. Bourdieu,
Pierre,
1995.
Outline
Of
A
Theory
of
Practice,
Cambridge
:
University
of
Cambridge