Terorisme Global
Shohibul Anshor Siregar
|Siyono meninggal | Densus 88 digugat | Muhammadiyah menuntut keadilan |
Muhammadiyah menuntut Pancasila sebagai dasar bagi pelaksanaan perang terhadap
teroris dan wajib dilakukan komprehensif | Jangan sekali-sekali menyudutkan Islam
Indonesia yang andilnya sangat-sangat besar itu, dengan isyu teroris yang dikendalikan
asing | Itu harapan dan permintaan Muhammadiyah |
Perang terhadap terorisme (war on terrorism) yang memaksa keterlibatan banyak
Negara di dunia, dan terkadang secara kualitatif maupun kuantitatif mereduksi tajam
kedaulatan Negara-negara yang dilibatkan dalam kerjasama, apalagi jika negara itu
Negara lemah, terutama setelah peristiwa yang lebih dikenal dengan 911, begitu
dahsyat untuk diabaikan dalam kajian hubungan internasional pasca perang dingin.
Tentu saja pemupukan dominasi Negara adidaya dalam proses itu, yang sering
terabaikan, juga sangat menarik. Aksi-aksi penistaan terstruktur satu kepada lain
Negara atau penduduk Negara, dengan mandat pemerintahan internasional pula, tak
dapat diabaikan.
Setelah kejadian 911, arah yang begitu jelas memusuhi Islam begitu kuat. Ini memang
aneh. Definisi yang tidak ambigu dan dapat terterima oleh seluruh masyarakat
internasional tentang terorisme itu sendiri sulit didapatkan hingga kini, termasuk oleh
PBB sendiri, tetapi ada keinginan besar untuk memaksakan kehendak oleh kekuatan
internasional. Cukup popular pemahaman saat ini di seluruh dunia bahwa tidak
semua muslim teroris, tetapi semua teroris adalah muslim. Ini bertentangan dengan
fakta sepanjang sejarah, dan cenderung menodai Islam dan pemeluknya.
Statemen itu adalah bagian dari bahasa dan publikasi dunia yang begitu besar dan
secara hegemonik menentukan degradasi komunitas dan Negara muslim yang
diposisikan secara peyoratif sebagai teroris, atau paling tidak tak memberi
kepemihakan terhadap upaya war on terrorism itu. Jika sedikit jeli banyak catatan
yang dapat diakses untuk mengetahui data yang diperlukan.
Pada abad 19 kita pastilah akan susah untuk mendapatkan data bahwa muslim
adalah teroris.
Pada tahun 1881 Tsar Alexander II dicederai dalam sebuah peledakan bom dan
pada kejadian itu 21 orang tewas. Belakangan diketahui bahwa pelakunya
adalah Ignacy Hryniewiecki, bukan seorang muslim.
Pada tahun 1886 sebuah bom meledak di Haymarket Square, Chicago pada
saat konflik perburuhan. Dua puluh orang meninggal yang salah satu di
antaranya ialah seorang petugas kepolisian yang meninggal setelah dilarikan ke
rumah sakit.
Bagaimana pada abad 20?
Pada tanggal 6 September 1901, Presiden Amerika Serikat William McKinley
melambaikan tangan pada Pameran Pan-Amerika di Buffalo, New York, ketika
seorang anarkis berusia 28 tahun bernama Leon Czolgosz mendekatinya dan
mengarahkan dua tembakan ke dadanya. Sebelum roboh, Presiden ini
mengatakan “hati-hati memberitahu kejadian ini kepada istri saya.” Leon,
pembunuh sang Presiden, bukan seorang muslim.
Tanggal 1 Oktober 1910 ada ledakan bom di gedung surat kabar Time, Los
Angeles. Dua puluh satu orang tak berdosa terbunuh. Pelakunya dua orang
beragama Kristen, James dan Joseph.
Tanggal 28 Juni 1914 Archduke of Austria dan isterinya tewas dalam
pembunuhan di ibukota provinsi Austro-Hungaria dari Bosnia dan
Herzegovina, oleh Gavrilo Princip, berusia 19 tahun. Anak muda ini adalah
anggota Young Bosnia dan salah satu dari kelompok pembunuh terorganisir
dan dipersenjatai oleh Black Hand. Hal ini menyebabkan Blok Sentral
(termasuk Jerman dan Austria-Hungaria) dan sekutu Serbia menyatakan perang
terhadap satu sama lain, mulai Perang Dunia. Gavrilo Princip bukan seorang
muslim.
Tanggal 19 April 1925 terjadi ledakan bom di gereja St.Negelya, Sofia, ibukota
Bulgaria. Ratusan meninggal dalam kejadian itu, di samping yang luka-luka,
yang menyebabkannya dicatat sebagai kejadian pembunuhan terbesar di
Negara itu, dan pelakunya ialah partai komunis. Tak satu pun di antara
pelakunya beragama Islam.
Tanggal 9 Oktober 1934 King Alexander I Yugoslavia terbunuh dengan sebuah
tembakan oleh Vlada Georgieff, bukan seorang muslim. Pembajakan pertama
pesawat terbang bukan oleh seorang atau sekelompok muslim.
Pada tanggal 1 Mei 1961 pesawat milik Amerika Serikat. Pelakunya ialah
Ramirez Ortiz, bukan muslim.
Seorang non muslim pada tanggal 28 Agustus 1968 juga tercatat membunuh
Duta Besar Amerika Serikat untuk Guatemala.
Pada tanggal 30 Juli 1969 Duta besar Amerika Srikat untuk Jepang juga
terbunuh
dengan
bersenjatakan
sebilah
pisau,
oleh
seorang
berkewarganegaraan Jepang, non muslim.
Tanggal 3 September 1969, Duta Besar Amerika Serikat untuk Brazil diculik.
Bukan oleh seorang muslim.
Tanggal 19 April 1995 Gedung Federal di Oklahoma dibom dengan
menggunakan sebuah truk. Ratusan orang tewas, dan pelakunya bukan muslim.
Tetapi pemberitaan yang mengemuka pada media selama berhari-hari ialah
“middle east conspiracy”. Belakangan diketahui pelakunya adalah Timothy dan
Terry, anggota gerakan sayap kanan. Bukan muslim.
Rentang waktu antara 1941 hingga 1948 usai perang dunia II, 259 kali serangan
teroris dilakukan oleh teroris Jahudi.
Pada tanggal 22 Juli 1946 bom yang diledakkan di Hotel King David di
Jerusalem dilakukan oleh geng teroris bernama Irgun bekerja sama dengan
geng Stern yang dikenal memiliki hubungan manajemen khusus di bawah
arahan Managem Begin, dengan korban 91 orang termasuk tokoh Desir Yassin.
Dikhabarkan bahwa mantan Perdana Menteri Shamir juga pernah menjadi
anggota Irgun dan kemudian pindah ke Stern yang dikenal memang lebih
radikal. Tetapi bom itu diasosiasikan dengan pekerjaan muslim. Dua tahun
kemudian, dia menjadi Perdana Menteri Israel. Ia juga kemudian menjadi
penerima hadiah Nobel perdamaian. Bayangkanlah itu. Sebelum 1945 Israil
tidak akan ditemukan dalam peta. Para teroris itulah yang membangunnya.
Di Jerman antara tahun 1968 sampai 1992, geng bernama Baader Meinhoff
membunuh sejumlah orang tak berdosa. Brigade Merah di Italia melakukan
pembunuhan-pembunuhan atas sejumlah orang tak berdosa, juga menculik dan
setelah 5 hari kemudian membunuh Aldo Moro, mantan perdana menteri
Italia.
Maret 1995, tepatnya tanggal 20 Aum Shinrikyo, sebuah sekte Budha dari
Jepang menimbulkan kehebohan berskala internasional, ketika beberapa
anggotanya melaksanakan serangan gas sarin di kereta bawah tanah Tokyo.
Teror ini menewaskan 12 orang, membuat 54 orang sakit parah, serta
memengaruhi lebih dari 980 orang. Banyak pula korban yang enggan untuk
mengungkapkan diri, sehingga angka pasti jumlah korban sulit didapatkan.
Di Inggeris terdapat sebuah tentara separatis bernama Irish Republican Army
(IRA) yang sejak seratus tahun lalu melakukan kekerasan-kekerasan dengan
korban yang besar. Mereka beragam Katholik dengan perjuangan yang
ideologis, namun ini tak mengemuka dalam pemberitaan media.
Tahun 1991 IRA juga membom kantor BBC, tetapi media ini tidak menyebut
kaiannya dengan Katholik. Mengapa Tony Blair lebih takut kepada teroris
mulim disbanding teroris Katholik yang sudah terbukti melakukan kekerasan
selama seratus tahun belakangan?
Di Spanyol dan Perancis, Euskadi Ta Askatasuna (ETA), sebuah kelompok
gerakan separatis bersenjata tercatat melakukan ratusan kali terror dengan
jumlah korban yang juga begitu besar, sejak tahun 1961 hingga 2011.
The Lord’s Resistance Army (LRA), yang juga dikenal dengan nama Lord’s
Resistance Movement, adalah sebuah kelompok pemberontak sekte heterodox
Christian yang beroperasi di Uganda bagian Utara, Sudan Selatan dan Republik
Afrika Tengah dan Republik Demokratik Kongo. Mereka melatih anak-anak
untuk melakukan teror. Tetapi begitulah dunia tidak menyebutnya sebagai apa
adanya.
Di Sri Langka ada Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE) atau yang di
Indonesia lebih dikenal dengan nama Macan Tamil. Ia adalah suatu gerakan
insurgensi yang berbasiskan etnis, bertujuan mendirikan Negara Tamil yang
independen di Tenggara Sri Lanka. Sejak dibentuk pada tahun 1976 oleh
Velupillai Prabhakharan telah melancarkan gerakan-gerakan gerilya melawan
pemerintah Sri Lanka. Gerakan teror ini lebih terkenal karena divisi bom bunuh
dirinya bernama Macan Hitam yang dibentuk pada tahun 1987 dan telah
melancarkan ratusan aksi bom bunuh diri (termasukpembunuhan Perdana
Menteri India, Rajiv Gandhi). Mereka Hindu. Kapan pernah Hindu dikaitkan
dengan teror oleh opini internasional?
Di India yang majemuk itu, boleh dikatakan hampir semua kelompok agama
termasuk kelompok komunis memiliki organisasi teroris dengan catatan-catatan
kekerasan menewaskan banyak nyawa orang tak berdosa yang mengerikan.
Tetapi tak begitu menarik bagi media untuk menelisiknya sebagai teror
berdasarka ideologi dan agama yang mencemaskan dunia. Ketika muncul
sebagai newsbrief di halaman media (tidak menjadi headline), sangat berbeda
jika ada kejadian kekerasan ketika di mana-mana dikaitkan dengan muslim.
Siapakah manusia paling bengis di dunia sepanjang sejarah yang pernah membunuh
banyak orang?Tentulah kita akan menyebut Hitler yang membunuh 6 juta Jahudi. Itu
belum termasuk korban pada perang dunia kedua lainnya. Siapa dia? Dia orang
Kristen.Joseph Stalin adalah salah satu dari tujuh anggota pertama Politbiro, yang
didirikan pada tahun 1917 untuk mengelola Revolusi Bolshevik, bersama Lenin,
Zinoviev, Kamenev, Trotsky, Sokolnikov dan Bubnov. Tokoh besar komunis ini
menewaskan antara 20 sampai 60 juta jiwa dalam sejarah Rusia. Di China, Mao Tse
Tung tercatat menewaskan paling sedikit 14 juta jiwa. Ia non muslim. Benito Musollini
menewaskan 400 ribu jiwa. Ia bukan muslim.
Selama revolusi Francis Maximilin Robespierre bertanggung jawab atas tewasnya
200.000 jiwa. Ashoka dalam salah satu pertempuran Kalinnga tercatat membunuh
100.000 jiwa. Dia orang Hindu. Kita akan mencatat secara adil Saddam Husein yang
menewaskan 100.000 ribu jiwa, namun itu semua harus dikaitkan dengan embargo
Barat dan Geroge Bush yang membunuh lebih dari setengah juta anak-anak di Irak.
Banyak orang mengklaim tewasnya 500.000 orang era Soeharto, tetapi ini tak
mungkin dibandingkan dengan Stalin, Hitler dan Mao.
Anda tak akan mengatakan Soeharto itu muslim fundamentalis, ekstrimis atau teroris
sebagaimana kolonial Belanda menuduh Si Pitung dan Jiih (Betawi) dan Naga Bonar
(Sumatera Utara).
Proyeksi Pewr Research Center penduduk dunia sekitar tahun 2050 akan terdiri dari
31,4 % Kristen, 29,7 % muslim, 13,2% orang yang patut disebut tak berafiliasi agama,
14,9 % Hundu, 5,2 % Budha, 4,8% beragama suku, 0,7% agama-agama lainnya, dan
0,2% Jahudi.Proyeksi ini menunjukkan kemajuan pesat populasi umat Islam.
Pada tahun 2013 Pew Research Centre juga melaporkan hasil survey yang
menunjukkan keinginan besar untuk menarapkan hukum syariah (dalam bidang rukun
keluarga, hukuman untuk kriminal dan eksekusi bagi murtad) di sejumlah negara.
Angka-angka pro syari’ah dilaporkan demikian: Afganistaan dan Iraq di atas 90 %,
Banglades, Maroko, Pakistan dan Palestina di atas 80 %, Jordania, Indonesia, Mesir di
atas 70%, Tunisia 56%, Azerbayzan 8%, Kazakhstan 10%, Turki dan Albania12 %,
Bosnia 15%, Kosovo 20 %, Tajikistan 27 %, Libanon 29 % dan Kyrzistan 35 %.
Dalam survei ini Pew Research Centre membedakan responden atas orang taat
beribadah dan kurang taat beribadah. Artinya muslim yang tidak taat juga
mendukung syariah dalam temuan survei ini.
Dukungan terendah untuk sejumlah rangan seperti Prostisusi (91%) ada di Afrika SubSahara, untuk homoseksualitas ada di Timur tengah non Afrika (79%), bunuh diri (80
%) di kawasan Asia Tengah, seks di luar nikah dan minuman Alkohol di Eropa Timur
(67%), aborsi (61%) di Asia Tengah dan Eutanasia (62%) juga di Asia Tengah.
Saya percaya MC Bassiouni (Emeritus Professor of Law dari DePaul University 19642012) yang menegaskan bahwa mendefinisikan terorisme yang tak ambigu dan
memuaskan setiap orang, adalah sebuah ketak-mungkinan. Hal itu disebabkan oleh
perbedaan fundamental values yang berbenturan antara satu dan lain orang, antara
satu dan lain bangsa, dan antara satu agama dengan lain dalam menilai tindakan
kekerasan itu.
Saya juga percaya bahwa semua yang disebut terorisme itu adalah perang non-official
dan jika dibandingkan dengan banyak perang yang tercatat dalam sejarah, sangat
tidak bermakna baik dilihat dari aspek korban maupun akibatnya bagi kehidupan
manusia. Memang agak sinis, tetapi Professor Johnson (Rutgers University) sangat
tepat menyebut terorisme itu just another war.
Mitologi Afrika mengenal 6 dewa perang, Mesir 14, Cina 6 (utama) dan ratusan
dewa perang lainnya, Greek 25, Roma 9 perang, Hindu 30, Jepang 8, dan Semitik 7.
Selain itu, susah menyebut perang-perang lebih besar yang hadir atas nama hegemoni
dalam sejarah tidak terkait dengan gosple, glory dan gold.
Antara 3 sampai 15 juta tercatat tewas karena Thirty Years’ War yang
dilaksanakan atasnama Holy Roman Empire (1618-1648), dan itu perang atas
nama agama (Katholik vs Protestan). Jumlah korban itu mencapai 0.5%–2.1%
dari penduduk dunia saat itu.
Antara 2 hingga 4 juta (0.4%–0.8% dari penduduk dunia saat itu) telah tewas
dalam perang agama antara Katholik dan Protestan di Perancis (1562-1598).
Serbuan Kristen terhadap Islam dalam perang Salib telah menewaskan antara 1
hingga 3 juta jiwa (1095-1291) yang kurang lebih jumlah itu kira-kira dapat
setara dengan 0.3%–2.3% dari penduduk dunia saat itu.
Antara 1 hingga 2 juta tewas dalam Perang Sipil Sudan II (1983-2005). Ini
perang agama antara Kristen.
Catatan sejarah dunia juga menyebut antara 130 ribu hingga 250 ribu tewas
dalam perang Sipil Libanon yang terjadi antara tahun 1975 hingga 1990. Sunni,
Syiah, Jahudi, Druze dan Kristen terlibat di dalamnya.
Islam mendapat kesulitan karena opini dunia menyudutkannya. Itu juga terjadi di
Indonesia. Jaringan internasional digalang, dan sebagian menjadi urusan yang sangat
menyayat hati di Negara-negara pengikut seperti Indonesia. War on terrorism itu
tercatat kian gencar pasca seragan 911.
Padahal dari 38 video beredar tentang itu terbuktikan bahwa kebohongan telah
dipakai untuk menyudutkan Islam. Tak mungkin pesawat terbang dengan bahan
utama aluminium bisa menembus konstruksi baja gedung WTC. Tidak mungkin
ketinggian gedung yang mesti dilewati sebelum menabrak WTC dapat
memperkenankan sebuah pesawat terbang menembus WTC sebelum merobohkan
gedung yang menghadang pada jarak yang lebih dekat. Tetapi ini sudah menjadi
opini dunia.
Siyono meninggal
Densus 88 digugat. Muhammadiyah menuntut keadilan. Muhammadiyah pro teroris?
Tidak begitu. Muhammadiyah menuntut Pancasila sebagai dasar bagi pelaksanaan
perang terhadap teroris dan wajib dilakukan komprehensif. Muhammadiyah
menganggap Negara RI yang dimerdekakan tanggal 17 Agustus 1945 dengan ideologi
Pancasila dan dengan faham NKRI adalah sebuah Negara ahdi (Kesepakatan).
Muhammadiyah yakin dan bersyahadah (bersaksi) bahwa dengan Pancasila itu
Indonesia bisa dibikin lebih baik atas komitmen bersama dan usaha bersama serta
tekun dan jujur mencegah kemungkaran agar terwujud cita-cita baldatun thayyibatun
wa rabbun ghafur.
Jangan sekali-sekali menyudutkan Islam Indonesia yang andilnya sangat-sangat besar
itu, dengan isyu teroris yang dikendalikan asing. Itu harapan dan permintaan
Muhammadiyah.
Shohibul Anshor Siregar
Naskah ini pertamakali diterbitkan oleh Harian Waspada
Medan, Senin, 11 April 2016, hlm B7