[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
OLEH Sejuk... Indah Teduh dan damai : IRMA. R AMALIA Aaaaahh Kurasakan dengan hangat perasaan ini. Kusambut dengan ceria, kutelusuri dengan bahagia, dan kujalani dengan semangat yang kumiliki. Yah, aku senaaaang sekali bisa merasakan apa yang sering dibicarakan banyak orang. Oh Tuhan . Jangan kau ambil perasaan ini begitu cepat.. aku ingin merasakannya lebih lama lagi Tuhan. Walau aku ditakdirkan berbeda,tapi aku tak membuatnya masalah. Aku pasrahkan . padaMu. Sejak kecil, aku memang terlahir tanpa bisa berjalan. Kakiku lemas, kuyu, dan aku tak bisa lakukan, seperti yang mereka lakukan, indahnya berjalan di atas roda kehidupan. Berlarian . Berkejar-kejaran .. Sedangkan aku terpuruk di sini, dengan ketidakberdayaanku. Aku tertahan kaku di atas kursi besi yang kutunggangi setiap waktu, hari demi hari, menit, bahkan detik. Juru kesehatan yang biasa tinggal di gedung berwarna putih mengatakan padaku, bahwa . Aku lumpuh. Sebenarnya, inikah maksud dari semua yang orang katakan? Mereka bilang, aku adalah manusia terkasih mereka bilang mereka bilang akulah manusia terhebat, dan inilah keadilan Tuhan. Sungguh, tak ada satupun perkataan dari mereka yang kumengerti. Willy kita makan yuk, sedang apa di sini? Tanya seorang wanita baya yang sudah enambelas tahun membesarkan aku, dengan terbata-bata aku menjawab, I. .ibu, Willy..ka. .get. . . Aku melemparkan senyum tipis padanya. Senyum yang ku janjikan tulus untuknya sampai kapanpun. Ibu menghampiriku dengan raut wajah yang tak pernah berubah, wajah yang lembut..,tabah, penyayang, dan penuh kasih. Sayang .Ayah dan Kakakmu sudah menunggu di meja makan, kita susul sekarang yaaa.. Sembari membantu mendorong kursi besiku, ibu 1 menuntunku ke ruang makan. Di sana sudah terlihat wajah-wajah lembut yang menungguku. Seperti biasa, aku dan keluargaku selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama. Dan tidak ada yang lebih membahagiakanku selain bisa melihat keluargaku terus tersenyum penuh kasih seperti ini, berbagi satu sama lain dan saling manyayangi. Aaakhh, rasanya hangat sekali Willy, sore ini Kakak akan ke taman kota, kebetulan Kakak harus menyelesaikan skripsi yang berkaitan dengan kota ini, kamu ikut yaaa.. Ajak Kak Billy padaku, ia tampak berharap aku bisa ikut, aku tau ia ingin selalu membuatku senang, walau hanya sekedar jalan- jalan. Aku meletakkan sendok dan garpu di atas bibir mangkuk yang biasa ku pakai, dan membalas ajakannya dengan senang hati. Iya, Willy ikut. . . Willy juga kangen sama burung-burung di sana. Sudah cukup lama Willy tidak menengok mereka . Jelasku. Ayah dan Ibu turut tersenyum riang, emmmph..aku yakin mereka bangga padaku. Seusai makan siang aku menyiapkan beberapa roti isi di dapur. Akan ku bawa beberapa untuk teman-temanku nanti. Aku membatin. Pukul 4 sore, aku dan Kak Billy keluar rumah menuju taman kota. Tidak begitu jauh dari tempatku tinggal. Kakak jalan sendiri saja, Willy juga bisa lakukan sendiri. . . Pintaku pada Kak Billy untuk berhenti mendorong kursi besiku. Ingin ku perlihatkan padanya, bahwa aku sama dengan yang lain. Yang mampu belajar melakukan apapun sendiri. Kak Billy hanya tersenyum menanggapi ucapanku. Ia berhenti sejenak, Baik ..aku percaya adik kecilku ini sudah tumbuh dewasa hehe.he Ledeknya padaku. Akhirnya Kakak mengizinkanku mengemudikan kursi besiku sendiri, dan aku membiarkan Kakak untuk berjalan kaki di depanku. Sesampainya di sana, suasana tidak berubah, aku takjub melihat sekelilingku. Bunga-bunnga yang indah, rerumputan yang segar, dan pepohonan yang tegak dengan cabangnya. Terlintas di benakku, tak banyak kota yang memiliki taman seindah ini, apalagi .sudah tak asing bagi kita, banyak makhluk-makhluk yang tak begitu peduli lagi dengan lingkungan. Yang mereka pikirkan tentu saja untuk berupaya bertahan hidup, walau dengan cara apapun. Kak, Willy ingin ke sebelah sana sebentar, Kakak teruskan saja keperluan Kakak. Pamitku yang ingin 2 beranjak ke sebuah pondok kecil tak jauh dari kolam ikan. Yakin, sendiri saja ??? Tanya Kakak dengan wajah tampak khawatir. akan baik-baik saja, pasti . Yah, tentu! Ayolah Kak aku Aku meyakinkannya dengan tegas, dan .. Kakakkupun akhirnya memperbolehkan. Ku dorong perlahan kursi besi ini ke tempat yang ku tuju, setibanya de pepinggiran kolam, Tak ku temui burung-burung gereja yang singgah. Sehelai sayap burung-burung merpatipun tak kulihat, Kemana mereka . Gumamku. Kemudian terdengar olehku, gemuruh sekerumun orang yang sedang melakukan sesuatu. Aku coba mendekati darimana asal suara itu, setelah ku selidiki . ternyata, telah dibuat lapangan basket di dekat sini. Tapi sejak kapan . Bukankah butuh waktu berbulan-bulan untuk membuatnya, sedangkan dua minggu lalu aku ke mari tak terdengar ada pekerjaan apapun. Aaaakh . Tiba-tiba sebuah bola basket menghantam lengan kananku, cukup sakit tapi berusaha ku tahan. Dengan sigap aku mendorong kursi besi ini sembunyi di antara dedaunan bunga bougenvil, aku tak ingin ada yang memergoki .dan melihatku. Setelah itu, seorang remaja laki-laki bertubuh tinggi, berkulit putih, dan berambut pirang ikal itu berlari ke arah dimana bola itu terlempar, Aku yakin, ke sini. Ucapnya tak jelas, sambil sesekali menghela nafasnya, mungkin ia kelelahan dari permainan itu. Dan akhirnya bola basket yang ia cari berhasil ditemukan, ia kembali menuju lapangan, dan meneruskan bermain dengan teman-temannya. Aku yang berhasil bersembunyi, segera bergegas pergi dari tempat itu. Setiba di pepinggiran kolam. Darimana? kenapa jauh sekali .? Hardik Kakak yang telah menungguku di pondok. Sepertinya, ia marah. Emmm maaf, ta..tadi Willy berkeliling sebentar, ingin memberikan roti ini untuk burung-burung gereja. Tapi tidak ada Jawabku lirih dengan perasaan bersalah. Ku tatap kedua bola mata Kak Billy dengan waswas. Ini yang terakhir kalinya kamu bandel Suara yang keluar dari mulutnya membuatku sedikit tenang, aku lega... Baik, Kak. Willy janji maaf Ya sudah, kita pulang sekarang yaaa, Kakak sudah selesai. Kakak mengajakku pulang, padahal baru beberapa waktu aku menikmati suasana disini, Willy masih ingin disini . Secepat ini Kak? Tiba-tiba terlihat sgerombolan remaja laki-laki berjalan melewati kami, sepertinya mereka tengah bergegas pulang ke rumah 3 masing-masing. Terlihat wajah-wajah mereka yang tampak pucat kelelahan. Mmmm tunggu dulu, sepertinya aku mengenal laki-laki berbaju putih itu Siapa yaaa, ooo aku ingat sekarang, dia laki-laki yang memungut bola basket. Yah, tidak salah lagi. Tanpa sengaja ku perhatikan langkahnya, dan tanpa kusadari rupanya ia juga memperhatikanku dari jauh, ia menatapku dengan tatapan yang ranum dari kejauhan. Dengan cepat ku alihkan pandanganku ke kolam. Hehh, melamun saja. Ayo..kita pulang! Ini sudah sore, bukannya hari ini Les Privat Matematika Willy..? Yah, Kakak benar. Les Privat. Sedari kecil aku memang tidak di sekolahkan di sekolah pada umumnya, kedua orangtuaku mencari jalan keluar dengan memanggil guru-guru privat yang lumayan handal untukku. Baiklah Kak.., kita pulang sekarang. Dengan menguntaikan senyum sebuah tanda persetujuan, aku mulai mendorong perlahan kursi besi ini denngan tanganku. Kakak tetap berjalan di depanku, hingga tiba di rumah. Aku menghempaskan tubuh ke ranjang yang selalu setia menjadi tempat istirahat panjangku. Terlintas bayang-bayang wajah yang ku rekam seharian ini. Ayah ibu..., Kak Billy, Layla si Penjaga toko buah, Sefia si Penggila jogging, Pak Raga yang tak lain adalah guru privat matematika yang selalu sabar mengajarku.. . .dan . . ,laki-laki itu. Siapa dia . .. tatapan matanya ... Aaaaah, bodoooh, tak perlu menjadi bahan pikiranku. Tak akan memberi guna juga di kehidupanku. Jadi, untuk apa, tujuanku bukan seperti ini. Yang ku ingin memiliki teman sebanyakbanyaknya.. Menjelajahi dunia ini seluas-luasnya.. dan selagi aku masih mampu, aku ingin berbagi dengan semua saudaraku. Oooh Tuhan .. kabulkan cita-cita ini. Sesaat sewaktu pikiranku sedang melambung jauh entah kemana, tiba-tiba Handphone mungil milikku berdering. Mengangetkan bayang lamunanku, kemudian ku jamak dan ku lihat, Christine memanggil Sapaku kepadanya, Hallo Christine??? Hai Willy, bagaimana kabarmu? Christine kangen! Sudah berapa lama yaa tidak bertemu? Terdengar jawaban Christine dari seberang sana, Willy baik-baik saja, bagaimana dengan Christine? Yaaa, sudah sejak libur akhir tahun kita tak berjumpa, Christine juga tak pernah memberi kabar lagi, kenapa? 4 Willy juga kangen! Kapan singgah ke rumah lagi? ujarku membalas. tahun? Cukup lama juga ya Libur akhir maaf deeh, akhir-akhir ini Christine cukup sibuk dengan tugas-tugas sekolah. Oo ya, Christine ingin memberitahumu, minggu depan Christine bermaksud ingin berkunjung ke sana. Sekolahku sedang libur pergantian semester. Christine sudah bicarakan ini dengan Ayah, Ibu, dan mereka setuju. Jelasnya panjang lebar padaku. Benarkah? Willy senang sekali rencananya kapan Christine akan berangkat? Baik, Willy akan memberitahukan keluarga disini Riangku menanggapi berita darinya, ia Kakak sepupuku. Yang tak lain dan tak bukan adalah anak dari Kakak pertama Ayahku. Rencananya, minggu depan. Terima kasih, sampaikan salamku untuk keluarga disana yaa, dan tunggu kedatanganku,hehe Bye Christine Sampai jumpa Willy. Bye.. Baik, akan Willy sampaikan, tut..tut..tuuut .. telepon akhirnya terputus. Setelah menerima telepon dari Inez, perasaanku senang sekali, kemudian aku bergegas tidur, dengan penuh harap, hari esok akan lebih baik lagi dari hari ini. Hingga esokpun tiba, hadir pagi yang begitu cerah Ketika ku buka jendela kamar, terlihat kupu-kupu yang riang menari-nari di atas dedaunan dan kelopakkelopak bunga. Seakan mereka mengerti bahwa pagi itu adalah pagi yang indah . Untuk mereka. tok..took.tok . . Andai aku seperti mereka.. aaaah. . .senangnya. Aku membatin. Suara sentuhan bibir kamar, mengagetkan lamunanku. Mmmm ..siapa? Tanyaku dari dalam, Willy, ini Ibu. Kamu sudah bangun nak? Ayo lekas mandi, hari ini kita semua akan ke makam Kak Selly Jawab seseorang dari luar sana, yang tak lain adalah Ibu. Astaga, aku lupa. Hari ini hari ulangtahun Kakak perempuanku. Kalau saja ia masih hidup, mungkin saat ini ia adalah sosok gadis cantik, anggun nan lembut,dan baik hati. Oh Tuhan . .. Kemudian ku raih pintu kamar, dan ku buka. Baik Bu.. Willy akan bersiap-siap. Tiga puluh menit lagi yaaa Bu Jawabku dengan nada bersemangat, Ibu hanya tersenyum melihat tingkah lakuku. Kemudian Ibu beranjak pergi ke dapur, sepertinya sedang mempersiapkan sarapan. Segera ku ayunkan roda yang terpasang di kursi besi ini, kemudian beranjak ke kamar mandi. Seperti perkatanku, aku keluar dalam waktu tiga puluh 5 menit dan kemudian menghampiri keluarga di meja makan. Tapi tak seorangpun kulihat disana, wajah-wajah yang lembut seperti biasa. Ayah sekeliling Kakak . . . Ibu Seruku ke Tak ada satupun yang menjawab. Di mana mereka, apa mereka sudah sampai di makam.. Tapi, kenapa meninggalkan aku ?? Seseorang masuk rumah, kemudian mendekatiku. Hehh adik kecilku ini lamban sekali. . ..Ayah dan Ibu sudah menunggumu di mobil. Kak Billy menjemputku, rupanya mereka sudah siap sejak tadi. Mmmm.m baik, maaf Willy terlambat. Akhirnya Kakak membantu menuntunku masuk ke dalam mobil, terlihat olehku Wajah Ayah dan Ibu yang sudah menungguku. Dan, sesaat setelah aku masuk, kami sekeluarga pun berangkat . Di dalam mobil, aku pun memberitahukan yang disampaikan Christine semalam. Ibu, minggu depan keluarga Christine akan berkunjung ke rumah kita? Ucapku mengawali pembicaraan. Ibu memberikan senyum terbaiknya, dan menjawab Iya pasti Willy sangat senang kaaan? Nanti Ibu akan masak makanan yang enak untuk kalian Tepat pukul 10.00 pagi, kami sekeluarga tiba di pemakaman umum tempat dimana Kakak perempuanku di semayamkan. Suasana terasa hening sekali, tak kulihat wajah-wajah ceria di sini. Tiap orang yang datang selalu saja membawa perasaan duka dan sedih. Setelah mengirimkan doa untuk Kak Selly, kemudian aku berkeliling menelusuri seluruh lingkungan makam. Keinginanku untuk mengetahui daerah itu, sudah ada sejak lama. Tanpa rasa takut, ku perhatikan satu persatu tulisan batu nisan orang-orang yang telah mendahuluiku. Namun tak jauh dari arah pandanganku, terlihat sekerumun manusia yang tengah berduka, sepertinya ada anggota keluarga mereka yang baru saja meninggal. Ketika hendak kudekati kumpulan keluarga itu, tiba-tiba ada yang menahan kursi besiku setelah ku tengok, alangkah terkejutnya aku.. remaja laki-laki yang kutemui di taman kota beberapa hari yang lalu kini ada di depanku. Hai peri kecil . . . sedang apa kau di sini? Ujarnya lirih. Aku sempat terpaku dan heran saat ia memanggilku peri . Dengan sedikit malu aku pun membalas, A.. aku mendoakan Kakak perempuanku di sini, kau sendiri? Kemudian ia pun berkata. Aku hanya sekedar jalan-jalan.. 6 siapa namamu wahai peri kecilku? Ooo yaah, apa kau sendirian di tempat ini? Lanjut laki-laki bertanya. Willy . Willy namaku, aku datang bersama keluargaku, itu mereka di sana.. kau siapa? Jawabku sembari mengangkat jari telunjuk ke arah keluarga besarku. Laki-laki itu tersenyum tipis, dan berkata. Terima kasih Willy Eee..Terimakasih untuk apa? Tanyaku tak mengerti. Aku Sammy, aku ingin berterimakasih atas pertemuan itu, sejak melihatmu perlahan rasa lelahku pudar, seluruh penat dan sakitku menghilang dan kini aku bisa pergi dengan tenang.. Jawabnya lirih, sama sekali tak dapat ku cerna perkataannya dengan baik. Segera laki-laki itu pergi meninggalkan aku, ketika hendak mengejarnya.. tiba-tiba seorang wanita seusia Ibu menabrakku, matanya terlihat sangat basah..lalu laki-laki di sampingnya dengan segera memohon maaf padaku, Maaf nak, kami tidak sengaja Ujarnya terburu-buru. Tidak apa-apa Pak, maaf jika boleh saya tau..Ibu itu kenapa? Anak kami meninggal, sepulang latihan basket beberapa hari yang lalu..ia kecelakaan dan harus meninggalkan kami untuk selamanya Laki-laki paruh baya itupun mulai terisak. Sesaat, pikiranku jauh menerawang kembali mengingat pertemuanku dengan remaja laki-laki itu.. Tak kusadari kedua orang tadi telah beranjak meninggalkanku. Dengan sedikit lelah, aku mendorong roda ini ke arah makam yang masih basah itu. Nafasku tersengal, dengan rasa penasaran aku kuatkan mendorong hingga sampailah aku tepat di arah batu nisan makam tersebut. Tertera.. SAMMY C. JULIO Tubuhku lemas seketika, tangan dan kakiku terkulai lesu seolah tak bertulang... Tangis terhambur seketika. Yaa Tuhan, apa gerangan maksud semua ini . Aku ingin lebih dalam lagi mengenalnya.. meskipun bukan di sini, Izinkan aku bertemu dengannya suatu hari nanti. Di Surga . 7