[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

BAB III

BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu (quasy eksperimental). Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian dilaksanakan. Desain penelitian yang digunakan adalah Randomized control group pretest posttest. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dapat di golongkan menjadi dua jenis, yaitu data kuntitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang diperoleh berupa data hasil tes berbentuk nilai test prestasi belajar siswa. Sedangkan untuk data kualitatif, dapat diperoleh berupa : Skor perolehan aktivitas keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran yang menggunakan Pengembangan Model Pembelajaran Fisika. Data diperoleh melalui observasi dengan alat pengumpul data berupa lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru dan lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa. Prosedur Penelitian dan Alur Penelitian Dalam penelitian ini terdapat tiga tahapan prosedur penelitian, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap akhir. Tahap Perencanaan Menentukan materi ajar Menentukan konsep fisika yang akan diajarkan Menentukan variable terikat dan bebas dari konsep yang ditentukan Menyusun syntak untuk pembelajaran materi kepada siswa Membuat instrument pembelajaran (RPP, sekenario, dan LKS) serta instrument post test. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan percobaan dalam pembelajaran. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan. Tahap Pelaksanaan Menjelaskan mengenai variable terikat, variable bebas, parameter, dan koefisien. Menjelaskan pembuatan Grafik Memberikan arahan umum pada siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran, mengenai materi ajar. Memberikan LKS pengumpulan data. Mengumpulkan LKS pembelajaran siswa. Memberikan posttes untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa setelah proses pembelajaran. Tahap Akhir Mengolah data hasil penelitian. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian. Menarik kesimpulan. Teknik Analisis Instrumen Penelitian Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki: validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis (Arikunto, 2008: 57-58). Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang berbentuk tes dianalisis pada validitas butir soal, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Analisis validitas instrumen penelitian Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien produk moment. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan : rxy = Nilai r Interpretasi 0,81 – 1,00 Sangat tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,60 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0, 20 Sangat rendah Arikunto ( 2009 : 72 ) Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan X = skor tiap butir soal Y = skor total tiap butir soal N = jumlah siswa Analisis reabilitas instrumen penelitian Reabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda. Nilai reabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reabilitas. Teknik yang digunakan untuk reabilitas tes adalah dengan menggunakan metode belah dua. Dengan perumusan : r11 = Koefisien korelasi Kriteria Reabilitas 0,81< r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,61< r ≤ 0,80 Tinggi 0,41< r ≤ 0,60 Cukup 0,21< r ≤ 0,40 Rendah 0,00 < r ≤ 0, 20 Sangat rendah Arikunto ( 2009 : 93 ) Keterangan : r11 = reabilitas instrumen = korelasi antar skor-skor setiap belahan tes Analisis tingkat kesukaran instrumen penelitian Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan : P = P – P Klasifikasi 0,00 – 0,29 Sukar 0,30 – 0,69 Sedang 0,70 – 1,00 Mudah Arikunto ( 2009 : 208 ) Keterangan : P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar Jx = jumlah siswa peserta tes Daya Pembeda Arikunto (2009: 214) mendefinisikan daya pembeda soal sebagai kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). “Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.” (Arikunto, 2009: 211). Perhitungan daya pembeda menggunakan rumus untuk menentukan indeks diskriminasi berikut ini. (Arikunto: 2009: 213) dengan, D = daya pembeda BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar BB = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda suatu butir soal dapat dilihat pada tabel berikut. Kriteria Daya Pembeda Nilai Kriteria 0,00 – 0,20 Jelek (poor) 0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory) 0,40 – 0,70 Baik (good) 0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent) Negatif Semuanya tidak baik (Arikunto: 2008: 218) Teknik Pengolahan Data Data Hasil Tes Data hasil tes siswa diperoleh dari jawaban siswa atas perangkat tes objektif prestasi belajar yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Penskoran Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan metode penskoran berdasarkan metode rights only, yaitu jawaban yang benar diberi skor satu dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan ketentuan: S = Σ R (Munaf, 2001: 44). Proses penskoran ini dilakukan baik pada pretest maupun pada posttest, kemudian dari masing-masing data skor pretest dan posttest tersebut dihitung rata-ratanya. Menghitung gain skor Gain skor adalah selisih antara skor posttest dan skor pretest untuk menentukan gain suatu tes, dapat digunakan rumus: G = Skor posttest Skor pretest (Hake, 1998) Gain ternormalisasi Untuk perhitungan dan pengklasifikasian gain yang ternormalisasi akan digunakan persamaan (Hake, 1998) sebagai berikut: (Hake, 1998: 1) Keterangan: g = rata-rata gain yang ternormalisasi G = rata-rata gain aktual Gmaks= gain maksimum yang mungkin terjadi Sf = rata-rata skor tes akhir Si = rata-rata skor tes awal Nilai <g> yang diperoleh diinterpretasikan dengan klasifikasi pada tabel di bawah ini. Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi Nilai g Interpretasi g 0,7 Tinggi 0,7 > g 0,3 Sedang g < 0,3 Rendah (Hake, 1998: 2) Keterlaksanaan Model Pembelajaran Data observasi ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan Pengembangan Model Pembelajaran Fisika. Pengolahan data yang dilakukan dengan cara mencari presentase keterlaksanaan model pembelajaran yang digunakan. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah sebagai berikut: Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format observasi keterlaksanaan model pembelajaran Melakukan perhitungan presentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus berikut: % keterlaksanaan Model = X 100 % Hasilnya kemudian dikonsultasikan ke dalam kategori keterlaksanaan model pembelajaran sebagai berikut: Kategori Keterlaksanaan Model Pembelajaran Presentase Keterlaksanaan (%) Interpretasi 0,0 – 24,5 Sangat kurang 25,0 – 37,5 Kurang 37,6 – 62,5 Sedang 62,6 – 87,5 Baik 87,6 – 100 Sangat Baik Persentasi yang didapat kemudian dijadikan sebagai acuan terhadap kelebihan dan kekurangan selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar guru dapat melakukan pembelajaran lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Pengujian Hipotesis Karena data yang akan diambil adalah berupa data yang setingannya terdistribusi normal maka data seperti ini diuji dengan uji statistik parametrik, sebagaimana Panggabelan menyatakan, “secara umum pengujian hipotesis bisa dilakukan dengan uji statistik parametrik dan uji statistik non-parametrik. Tetapi uji statistik parametrik merupakan suatu pengujian yang paling kuat, dan hanya boleh digunakan bila asumsi-asumsi statistiknya telah dipenuhi” (Panggabean, 1996). Dengan kata lain, jika data yang diperoleh ternyata tidak terdistribusi normal maka uji statistika yang digunakan adalah uji statistika non parametrik. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji kenormalan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel telah dapat mewakili populasi atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada data skor pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen, skor posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen serta gain kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan tes kecocokan chi-kuadrat dengan langkah-langkah sebagai berikut : Menentukan banyak kelas (K) K = 1 + 3,3 log N Menentukan panjang kelas interval (P) P = = Menentukan skor rata-rata dengan rumus : X = Dengan X yaitu skor rata-rata, Xi yaitu skor setiap siswa dan N yaitu jumlah siswa. Menghitung standar deviasi dengan rumus : Sx = Menghitung z dengan menggunakan rumus; z = Menghitung luas-luas kurva normal (l) untuk setiap kelas interval sebagai berikut : I = Dengan I yaitu luas kelas interval, I1 yaitu luas daerah batas atas kelas interval, I2 yaitu luas daerah batas bawah kelas interval Mencari frekuensi harapan Ei Ei = n × l Menentukan harga frekuensi dengan rumus chi kuadrat : χ² hitung = ( Luhut P. Panggabean, 1996 : 114 ) Dengan Oi yaitu frekuensi observasi ( pengamatan ), Ei yaitu frekuensi yang diharapkan dan χ² hitung yaitu harga chi kuadrat yang diperoleh dari hasil perhitungan. Membandingkan harga χ² hitung dengan χ² table Jika χ² hitung < χ² table, data terdistribusi normal Jika χ² hitung > χ² table, data terdistribusi tidak normal Jika data terdistribusi normal maka kita gunakan uji statistik parametrik. Untuk mengggunakan uji statistik parametrik yang tepat untuk digunakan kita memerlukan uji homogenitas Uji Homogenitas Uji Homogenitas dimaksudkan untuk menguji karakteristik sampel dalam menjawab soal sebagai instrument penelitian yang digunakan apakah sama atau tidak. Langkah-langkah yang dilakukan adalah : Menentukan varians data gain skor kelas kontrol dan eksperimen Menentukan derajat kebebasan ( dk ) dengan rumus : dk = n-1 Menghitung nilai F ( tingkat homogenitas ) Fhitung = ( Luhut P. Panggabean, 1996 : 115 ) Dengan Fhitung yaitu nilai homogenitas yang dicari, yaitu varians yang nilainya lebih besar dan yaitu varians yang nilainya lebih kecil. Menentukan nilai uji homogenitas table melalui interpolasi. Jika Fhitung < Ftabel, data terdistribusi homogen Jika Fhitung > Ftabel , data terdistribusi tidak homogen Setelah dilakukan uji homogenitas dan jika diperoleh bahwa varians gain antara kedua kelas homogen, berarti data gain kedua kelas tersebut terdistribusi normal dan dan memiliki varians homogen, maka uji statistik parametrik yang bisa digunakan adalah uji t. Untuk menguji hipotesis dengan uji t pada sampel besar (N30) digunakan uji t statistik parametrik berpasangan dengan rumus berikut: (Luhut Panggabean, 2001) dengan adalah rata-rata skor gain kelompok eksperimen, adalah rata-rata skor gain kelompok kontrol, sama dengan adalah jumlah siswa, adalah varians skor kelompok eksperimen dan adalah varians skor kelompok kontrol. Hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel distribusi t untuk tes satu ekor. Cara untuk mengkonsultasikan dengan adalah sebagai berikut: Menentukan derajat kebebasan (dk) = Melihat tabel distribusi t untuk tes satu ekor pada taraf signifikansi tertentu, misalnya pada taraf 0,05 atau interval kepercayaan 95 %, sehingga akan diperoleh nilai t dari tabel distribusi t dengan persamaan . Bila nilai t untuk dk yang diinginkan tidak ada pada tabel, maka dilakukan proses interpolasi. Kriteria hasil pengujian: Hipotesis alternatif yang diajukan diterima jika Jika setelah uji homogentitas ternyata kedua kelas tidak homogen tetapi sebelumnya telah diuji bahwa kedua kelas berdistribusi normal, hingga sekarang belum ada statistik yang tepat yang dapat digunakan. Pendekatan yang cukup memuaskan adalah dengan menggunakan statistik uji t’ sebagai berikut : (Luhut Panggabean, 2000 dalam Ari Wahyu A, 2007) dengan kriteria pengujian adalah tolak hipotesis jika : dan terima jika terjadi sebaliknya, dengan Sedangkan apabila sampel tidak berdistribusi normal, berarti asumsi uji statistik parametrik tidak terpenuhi. Untuk kasus seperti ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik non-parametrik. Uji parametrik yang akan digunakan adalah Uji Mann-Whitney U. Karena tes ini cocok untuk menetapkan apakah nilai (skor gain) berbeda secara signifikan diantara dua kelompok bebas (two independent sample test). Untuk Uji Mann-Whitney U akan dilakukan dengan cara manual.