Teknologi Budidaya Pisang
PENDAHULUAN
Di Indonesia, pisang menduduki tempat pertama di
antara jenis buah-buahan lainnya, baik dari segi sebaran, luas
pertanamannya maupun dari segi produksinya. Total produksi
pisang Indonesia tahun 2006 sekitar 5.037.472 ton dan
Lampung menyumbang 535.732 ton, atau 10,6% dari produksi
pisang nasional.
Namun demikian secara umum produktivitas pisang
yang dikembangkan masyarakat masih sangat rendah, seperti
di Lampung produktivitas pisang hanya 10-15 ton/ha, padahal
potensi produktivitasnya bisa mencapai 35-40 ton/ha.
Kesenjangan produktivitas tersebut terutama disebabkan
teknik budidaya tidak tepat dan tingginya gangguan hama dan
penyakit terutama oleh serangan dua penyakit paling
berbahaya dan mematikan, yaitu penyakit layu bakteri atau
penyakit darah dan penyakit layu Fusarium.
Peluang pengembangan agribisnis komoditas pisang
masih terbuka luas. Untuk keberhasilan usahatani pisang,
selain penerapan teknologi, penggunaan varietas unggul dan
perbaikan varietas harus dilaksanakan. Varietas unggul yang
dimaksud adalah varietas yang toleran atau tahan terhadap
hama dan penyakit penting pisang, mampu berproduksi tinggi
serta mempunyai kualitas buah yang bagus dan disukai
masyarakat luas.
SYARAT TUMBUH
Pisang dapat tumbuh di daerah tropis baik di dataran
rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian tidak lebih
dari 1.600 m di atas permukaan laut (dpl). Suhu optimum
untuk pertumbuhan adalah 27oC, dan suhu maksimumnya
38oC, dengan keasaman tanah (pH) 4,5-7,5. Curah hujan
2000-2500 mm/tahun atau paling tidak 100 mm/bulan. Apabila
BB Pe n gk a j ia n
1
Teknologi Budidaya Pisang
suatu daerah mempunyai bulan kering berturut-turut melebihi
3 bulan maka tanaman pisang memerlukan tambahan
pengairan agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
TEKNOLOGI BUDIDAYA
Pembibitan
Salah faktor yang mementukan keberhasilan usahatani
pisang adalah tersedianya bibit yang berkualitas, yaitu bibit
yang bebas hama penyakit dan sehat. Selain itu jumlahnya
harus cukup dan jenis pisangnya sesuai dengan yang
diinginkan.
Untuk menyediakan bibit pisang adalah dengan
memanfaatkan rumpun pisang sehat. Bibit bisa diperoleh dari
tunas, anakan, bonggol dan bit yang diperbanyak secara
tradisional maupun kultur jaringan. Teknologi perbanyakan
dengan kultur jaringan hanya dapat dilakukan oleh
perusahaan besar karena biaya investasi awal yang sangat
mahal dan belum dapat memenuhi kebutuhan varietas lokal
yang beragam jumlahnya. Sehingga pembibitan secara
sederhana dipandang masih layak diterapkan.
Ada 3 macam cara perbanyakan bibit pisang secara
sederhana dengan memanfaatkan bagian rumpun pisang.
Gambar 1. Bibit pisang dari kultur jaringan
2
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
Perbanyakan dengan anakan
Bibit pisang yang berasal dari pemisahan anakan
untuk langsung ditanam di kebun.
•
•
Bahan yang paling baik digunakan adalah anakan pedang
(tinggi 41-100 cm), daunnya berbentuk seperti pedang
dengan ujung runcing. Anakan rebung (20-40 cm) kurang
baik jika ditanam langsung karena bonggolnya masih lunak
dan belum berdaun sehingga mudah kekeringan.
Sedangkan anakan dewasa (tinggi >100 cm) terlalu berat
dalam pengangkutan dan kurang tahan terhadap cekaman
lingkungan karena telah memiliki daun sempurna.
Bibit anakan setelah dipisahkan harus segera ditanam, jika
terlambat akan meningkatkan serangan hama penggerek
dan kematian di kebun. Apabila pada saat tanam
kekurangan air dalam waktu yang cukup lama, bibit akan
layu dan mati bagian batangnya, tetapi bonggol yang
tertimbun dalam tanah masih mampu untuk tumbuh dan
memulai pertumbuhan kembali membentuk bonggol baru
diatas bonggol yang lama.
• Untuk menghindari kejadian tersebut, sebelum menanam
anakan dipotong 5 cm diatas leher bonggol dan cara
menanamnya ditimbun 5 cm dibawah permukaan tanah.
Gambar 2. Anakan pisang siap tanam
BB Pe n gk a j ia n
3
Teknologi Budidaya Pisang
Perbanyakan dari bit anakan/mini bit
Bahan yang digunakan adalah anakan pisang yang
berdiameter 7-12 cm atau tingginya 40-150 cm (anakan
pedang sampai anakan dewasa). Cara membuatnya adalah
sebagai berikut :
•
•
Pemisahan anakan dari rumpun dilakukan dengan hati-hati
menggunakan linggis/tembilang bermata lebar, sehingga
kondisi bonggol masih utuh.
Bonggol dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel,
kemudian dipotong 1 cm diatas leher bonggol. Pada titik
tumbuh di pusat bonggol dikorek dengan lebar dan dalam
± 3 cm menggunakan pisau yang runcing.
Gambar 3. Bonggol anakan pisang
yang telah dimatikan titik
tumbuhnya
•
•
4
Gambar 4. Tunas yang tumbuh dari
bonggol siap dipisahkan
Rendam dalam air hangat dengan suhu ± 55°C yang telah
dicampur fungisida dengan dosis 2 gr/lt air selama 15
menit kemudian ditiriskan. Untuk menghindari serangan
hama pada saat perendaman dapat juga disertai
pemberian insektisida sesuai dosis yang dianjurkan.
Untuk merangsang munculnya tunas, bonggol di semai
dalam bedengan, disusun secara berjajar dengan bagian
titik tumbuh tetap mengarah ke atas, masing-masing
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
•
•
•
•
bonggol diberi jarak antara 5 cm kemudian ditimbun
dengan campuran tanah, pasir dan pupuk kandang setebal
± 5 cm. Penimbunan dilakukan selama 3-5 minggu atau
sampai tumbuh tunasnya. Selama penimbunan perlu
dijaga kelembabannya dengan penyiraman setiap hari
secukupnya terutama bila tidak ada hujan.
Bila tunas telah tumbuh dan telah mempunyai 1-2 lembar
daun, bonggol diangkat dari timbunan, kemudian dibelah
searah membujur dari permukaan atas bonggol sampai
dasar sebanyak tunas yang tumbuh. Bila bonggol terlalu
besar dapat dikurangi dengan menipiskan potongan dikiri
dan kanan tunas
Tunas hasil belahan (bit) disemai di polybag ukuran 20 cm
x 30 cm yang berisi media tanam kemudian diletakkan
ditempat teduh/naungan.
Setelah umur 1 bulan bibit dipindahkan ke tempat terbuka
dan siap ditanam ke lapang bila bibit sudah berumur 2
bulan
Perawatan yang utama adalah penyiraman untuk menjaga
kelembaban tanah. Pemupukan dilakukan 2 minggu sekali
menggunakan Urea 2 gr/lt air dengan cara dikocor.
Bonggol dari tanaman yang sudah dipanen
•
•
•
Bonggol diangkat dari tanah dengan hati-hati agar mata
tunas tidak rusak. Kemudian dibersihkan dari akar dan
tanah yang menempel.
Bonggol kemudian dipotong dengan ukuran 10 cm x 10 cm
menurut jumlah mata tunas. Kemudian direndam dalam air
hangat dengan suhu 55°C yang telah dicampur fungisida
dengan dosis 2 gr/lt air selama 15 menit kemudian
ditiriskan.
Bit setelah ditiriskan kemudian ditanam di polybag ukuran
20 cm x 30 cm yang berisi media tanah dan pupuk
BB Pe n gk a j ia n
5
Teknologi Budidaya Pisang
•
•
kandang 1 : 1. Setelah ditanam, benih diletakkan pada
tempat teduh/naungan selama 1 bulan dan pada bulan
kedua diletakkan ditempat terbuka.
Perawatan yang diperlukan adalam penyiraman untuk
menjaga kelembaban tanah. Pemupukan dapat diberikan
melalui pengocoran larutan pupuk urea dengan
konsentrasi 2 gr/lt air setiap 2 minggu.
Bibit ditanam di kebun pada umur 3-4 bulan setelah semai.
Gambar 5. Bonggol pisang setelah panen dan bit hasil
pembelahan mata tunas dari bonggol
Gambar 6. Semaian bit umur 1 bulan
6
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
Persiapan lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman, kemudian
siapkan lubang tanam ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm sekitar 2
minggu – 1 bulan sebelum tanam agar bibit yang ditanam
dapat tumbuh dengan cepat. Tanah lapisan atas dipisah
dengan tanah lapisan bawah. Penutupan lubang tanam
dilakukan degan memasukkan tanah lapisan bawah terlebih
dahulu.
Waktu Tanam
Menanam pisang sebaiknya pada awal musim hujan
agar terhindar dari kekeringan pada awal pertumbuhan dan
masuk musim kemarau buah sudah siap dipanen.
Idealnya untuk mendapatkan produksi dan kualitas
buah yang baik, penanaman pisang dilakukan 2 tahap
(setahun 2 kali) dengan selisih penanaman 6 bulan.
Penanaman pertama menggunakan jarak tanam lebar
(misalnya 4 m x 4 m), kemudian penanaman tahap kedua
dilakukan diantara jarak tanam yang telah ditanam. Hal ini
bertujuan untuk mengatur waktu panen dan pembongkaran
tanaman pada tahun ke 5, 9, 13, 17 yang memungkinkan
masih adanya panen karena penanaman yang tidak
serempak.
Penanaman
Jarak tanam sesuai dengan jenis pisang. Untuk jenis
pisang Mas dan Barangan jarak tanam 2 m x 2 m. Jenis
pisang Ambon, Cavendish, Raja Sereh, dan Raja Nangka 3 m
x 3 m. Jenis pisang Kepok dan Tanduk 3 mmx 3 m atau 3 m x
3,5 m. Pemberian pupuk kandang pada lubang tanam
dilakukan 1-2 minggu sebelum tanam.
BB Pe n gk a j ia n
7
Teknologi Budidaya Pisang
Pemupukan
Sebelum penanaman, lobang tanam diberi pupuk
kandang 10 kg/lobang, dibiarkan 1-2 minggu. Sedang pupuk
anorganik yang diberikan adalah 350 kg Urea + 150 kg SP36, dan 150 kg KCL per ha/tahun atau 0,233 kg Urea, 0,10 kg
SP-36 dan 0,10 kg KCl per tanaman. Untuk tanaman yang
baru ditanam diberi 3 kali yaitu ¼ saat tanam dan sisanya
dibagi dua umur 3 bulan dan umur 6 bulan. Pupuk diletakkan
pada alur dangkal berjarak 60-70 cm dari tanaman dan ditutup
tanah. Sedangkan untuk tanaman umur 1 tahun atau lebih
pupuk diberikan 2 kali yaitu awal musim hujan dan menjelang
akhir musim hujan.
Pemberian Agensia Hayati Antagonis
Untuk pencegahan terhadap serangan penyakit layu,
terutama yang disebabkan oleh jamur Fusarium tanaman
pisang dapat diberi agensia hayati seperti Trichoderma sp.
dan Gliocladium sp. Cara pengembangannya yaitu 250 g
agensia hayati (misal gliokompos) dicampur dengn 25 kg
pupuk kandang mentah, diaduk sampai merata. Dibiarkan
selama 10-15 hari diudara terbuka dan tiap 3 hari diaduk agar
udara dapat masuk ke bagian dalam tumpukan pupuk
kandang. Untuk pengembangan selanjutnya campuran yang
telah dibuat dapat dicampur lagi dengan pupuk kandang
sebanyak 500 kg dan dibiarkan selama 2 minggu - 1 bulan
ditempat teduh dalam keadaan lembab.
Pemberian di lapangan sesuai dengan dosis pupuk
kandang yaitu 10 kg/lubang tanam dicampur dengan tanah
bekas galian lubang tanam. Pemberian selanjutnya dilakukan
pada saat tanaman berumur 3 dan 6 bulan setelah tanam
dengan cara menaburkan di sekitar tanaman 0,5 kg /tanaman.
8
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
Pemangkasan
Pemangkasan daun yang kering bertujuan untuk
pencegahan penularan penyakit, mencegah daun-daun yang
tua menutupi anakan dan melindungi buah dari goresan daun.
Pada saat pembungaan setidaknya ada 6-8 daun sehat agar
perkembangan
buah
menjadi
maksimal.
Setelah
pemangkasan bunga jantan sebaiknya tidak dilakukan
pemangkasan daun lagi. Daun bekas pangkasan dari tanaman
sakit dikumpulkan dan kemudian dibakar, selanjutnya alat
pemangkas
sterilisasi
dengan
desinfektan
misalnya
menggunakan bayclean atau alkohol.
Penyiangan
Pengendalian gulma secara mekanis terutama
dilakukan pada saat tanaman berumur 1 sampai 5 bulan,
terutama 3 bulan pertama harus dilakukan secara intensif.
Setelah tanaman berumur 5 bulan pengendalian dapat
dukurangi karena kanopi tanaman dapat menekan
pertumbuhan gulma. Pada saat ini pengendalian gulma dapat
dilakukan dengan herbisida karena tanaman sudah cukup
tinggi sehingga daun tanaman tidak terkena herbisida.
Penyiangan dilakukan dengan selang waktu 2-3 bulan.
Pada daerah yang pernah terserang penyakit layu
Panama dan penyakit darah, penyiangan dianjurkan
menggunakan herbisida dan tidak dianjurkan menggunakan
cangkul atau koret untuk mencegah penularan penyakit
karena kontak dengan alat.
Penjarangan Anakan
Penjarangan anakan bertujuan untuk mengurangi
jumlah anakan, menjaga jarak tanam dan menjaga agar
produksi tidak menurun. Penjarangan anakan dilakukan
dengan memelihara 1 tanaman induk (umur 9 bulan), 1
anakan (umur 7 bulan), dan 1 anakan muda (umur 3 bulan),
BB Pe n gk a j ia n
9
Teknologi Budidaya Pisang
dilakukan rutin setiap 6-8 minggu. Anakan yang dipilih atau
disisakan adalah anakan yang terletak pada tempat yang
terbuka dan yang terletak diseberangnya.
Perawatan Tandan
Membersihkan daun sekitar tandan terutama daun
yang sudah kering. Selain itu membuang buah pisang yang
tidak sempurna yang biasanya pada 1-2 sisir terakhir, dan
diikuti dengan pemotongan bunga jantan agar buah pada
tandan di atasnya dapat tumbuh dengan baik. Kemudian buah
dibungkus/dikerodong dengan kantong plastik warna biru
ukuran 1 m x 45 cm. Hal ini dilakukan untuk melindungi buah
dari kerusakan oleh serangga atau karena gesekan daun.
Setelah dibungkus, tandan yang mempunyai masa
pembuahan yang sama dapat diberi tanda (misal dengan tali
rafia warna yang sama). Hal ini untuk menentukan waktu
panen yang tepat sehingga umur dan ukuran buah seragam.
Agar tanaman tidak roboh sebelum buah dipanen, maka dapat
ditopang dengan bambu atau dengan mengikat pangkal
tandan dengan kabel atau tali yang dibentang diantara barisan
tanaman pisang.
Gambar 7. Pengkerodongan buah dengan pelastik biru
10
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
Sanitasi Kebun
Sanitasi kebun bertujuan untuk menjaga lingkungan
kebun tetap sehat, sehingga pertumbuhan tanaman dapat
berlangsung dengan baik. Sanitasi dilakukan 45 hari sekali
meliputi kegiatan pembersihan daun kering, penjarangan
anakan dan pembuangan sisa tanaman bekas panen
Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa penyakit utama yang dapat menurunkan
kualitas dan kuantitas produksi tanaman pisang, diantaranya
adalah penyakit layu (layu fusarium dan layu bakteri), bercak
daun (Black dan Yellow Sigatoka, penyakit yang disebabkan
virus terutama virus kerdil pisang (Banana Bunchy Top
Virus/BBTV). Sedangkan hama yang banyak ditemukan
adalah ulat penggulung daun (Erionata thrax L.), Penggerek
bonggol (Cosmopolites sordidus Germar), Penggerek batang
(Odoiporus longicolis (Oliv), thrips (Chaetanaphotrips
signipennis) dan burik pada buah (Nacolea octasema)
Penyakit Utama Pisang
1. Penyakit layu
Penyakit yang paling berbahaya dan mematikan, yaitu
penyakit layu bakteri atau penyakit darah yang disebabkan
oleh bakteri dan penyakit layu Fusarium atau penyakit
Panama yang disebabkan oleh cendawan. Kedua penyakit ini
sukar dikendalikan, mudah berpindah dan mampu bertahan di
dalam tanah dalam jangka waktu yang cukup lama.
Perbedaan gejala serangan 2 jenis penyakit layu ini dapat
dilihat pada tabel 1.
BB Pe n gk a j ia n
11
Teknologi Budidaya Pisang
Tabel 1. Perbedaan gejala serangan penyakit layu fusarium dan
layu bakteri
Layu Fusarium
Penyebab
Gejala luar:
Awal (daun)
Batang semu
Gejala dalam
Batang semu
& Tangkai
daun
Bonggol
Buah
Tampilan
jantung
12
Fusarium oxysporum f. sp.
Cubense (FOC).
Kuning kehijauan pada daun
tua, dimulai dari pinggir daun.
Penguningan berlanjut kedaun
yang lebih muda. Daun paling
muda yang baru membuka,
adalah daun paling akhir yang
memperlihatkan gejala.
Pecah membujur beberapa cm
di atas tanah. Dapat juga terjadi
pada tanaman muda atau
anakan. Anakan menjadi kerdil,
daun menyempit, batang semu
pecah dan mengembang ke
atas. Mirip serangan kerdil
pisang.
Bila dipotong, ditemukan
jaringan/benang berupa garis
berwarna hitam/ungu/coklat/
kekuningan. Empulur biasanya
tidak membusuk/hitam.
Bila dipotong, bagian tengah
berwarna hitam, coklat atau
ungu.
Umumnya tidak sampai panen.
Bila panen ukurannya menjadi
kecil, layu dan matang sebelum
waktunya.
Awalnya normal, kemudian
tumbuh kerdil dan layu. Bila
dipotong tidak memperlihatkan
perbedaan dengan jantung
pisang sehat.
Layu Bakteri
Pseudomonas(Ralstonia)
solanacearum(BDB)
Kuning pucat dan total pada daun
nomor 2 dan 3, dari pangkal daun
terus ke bagian pinggir.
Penguningan berlanjut ke semua
daun.
Pohon induk umumnya terlihat
sehat. Psedostem tidak
memperlihatkan gejala luar. Anakan
dengan segera memperlihatkan
gejala serangan; kerdil, layu, daun
kuning ketika anakan berumur 2-3
bulan.
Bila dipotong, bagian dalam
(empulur) terlihat membusuk,
berwarna coklat kemerahan.
Bila dipotong akan mengeluarkan
cairan berwarna coklat kemerahan,.
Pada tanaman induk yang baru
terserang, penampilan buah normal,
tapi bila dipotong buah busuk
dengan warna coklat kehitaman.
Pada tanaman terserang sejak
awal, buah tidak terbentuk
sempurna dan kering.
Jantung mengering, kelopak sukar
lepas, bergelantungan di sekitar
jantung. Bila dipotong,
mengeluarkan cairan berupa susu.
Bila potongan jantung ini
dimasukkan ke dalam air, akan
terbentuk materi berupa benangbenang.
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
Inang
sementara
Serangga
perantara
Gulma Paspalum fasciculatum
(rumput pahit), Panicum
purpurascens (lambuyangan),
Ixophorus unisetus, Amaranthus
spp (bayam-bayaman) dan
Commelia diffusa (tali
said/kandang)
Tidak ada
Tomat, terong, jahe, takokak
(Solanum torvum), leunca (S.
nigrum) dan meniran (Phylanthus
niruri).
Jenis Diptera
Pengendalian penyakit layu Fusarium:
•
•
•
•
Penggunaan bibit bebas penyakit yaitu bibit diambil dari
lahan yang diyakini benar-benar bebas dari penyakit layu
Fusarium (FOC). Bibit pisang yang berasal dari kultur
jaringan adalah salah satu bibit pisang yang bebas
penyakit. Namun bibit bebas penyakit ini hanya dapat
bertahan bila pada lahan tidak ada bibit penyakit layu
Fusarium.
Melakukan pergiliran tanaman
Melakukan sanitasi lahan, yaitu membersihkan gulma
seperti rumput teki dan bayam-bayaman, gulma tersebut
merupakan inang sementara bibit penyakit layu Fusarium
(FOC).
Melakukan pengamatan cepat keberadaan FOC. Pada
lahan yang akan ditanami pisang, terutama lahan baru
sebaiknya dilihat terlebih dahulu ada atau tidaknya FOC.
Caranya, ambil tanah dari lahan yang akan digunakan
sebagai lahan pertanaman pisang, masukan kedalam
kantong atau ember plastik setinggi 25 cm. Campurkan
kompos kotoran ayam dengan perbandingan 2 bagian
kompos kotoran ayam dan 8 bagian tanah. Biarkan 15
hari, lalu tanamkan anakan rebung pisang yang tidak
tahan terhadap FOC (ambon kuning), kemudian amati
selama 3 bulan. Bila lahan tersebut tercemar oleh FOC,
pisang yang ditanam akan segera memperlihatkan gejala
penyakit layu Fusarium.
BB Pe n gk a j ia n
13
•
•
•
•
•
14
Teknologi Budidaya Pisang
Menanam jenis pisang yang tahan terhadap FOC seperti
Janten/Ketan, Muli, Tanduk, Raja Kinalun/ Pisang
Perancis, FHIA-25 dan FHIA-17.
Pemakaian agensia hayati: Trichoderma sp, Gliocladium
sp. dan Pseudomonas fluorescens. Pada prinsipnya
penggunaan agensia hayati masih bersifat pencegahan.
Agensia hayati digunakan pada saat tanam atau
dimasukkan pada lubang tanam.
Jangan membawa atau memindahkan bahan tanaman
(bibit pisang) dari lokasi yang telah terserang ke
lokasi/daerah yang masih bebas penyakit.
Melakukan eradikasi atau pemusnahan dengan membasmi
sumber bibit penyakit (tanaman sakit) dengan
membongkar dan membakar atau penyuntikan
menggunakan:
o
Round up dengan takaran 12 cc untuk tanaman induk;
2,5 cc untuk anakan berumur 4-6 bulan (tinggi 50-100
cm) dan 1 cc untuk anakan berumur kurang dari 4
bulan (tinggi < 50 cm).
o
Atau injeksi menggunakan minyak tanah dengan
takaran 5 sendok makan untuk tanaman induk, 3
sendok makan untuk tanaman berumur 4-6 bulan dan
1-2 sendok makan untuk tanaman berumur kurang dari
4 bulan.
o
Penyuntikan dilakukan 20-40 cm diatas leher akar
untuk tanaman induk dan sekitar 10-15 cm untuk
tanaman anakan. Penyuntikan dilakukan sampai pada
bagian tengah (empulur) tanaman pisang dengan
sudut kemiringan sekitar 60o.
Sterilisasi alat panen seperti pisau, parang atau golok
dilakukan dengan desinfektan misalnya menggunakan
bayclean atau alkohol. Alat pertanian lainnya seperti pacul,
sekop dll, disarankan untuk selalu dicuci dengan sabun
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
dan disterilkan, terutama ketika alat tersebut digunakan
secara berpindah-pindah antar kebun.
Pengendalian penyakit layu bakteri
•
•
•
•
•
•
•
•
Gunakan bibit sehat: Sama prosedurnya dengan persiapan
bibit sehat untuk mengendalikan penyakit layu fusarium
Lakukan sanitasi lahan yaitu disarankan tidak melakukan
tumpang sari atau menanam pisang di lahan bekas
pertanaman tomat, jahe, terung, rimbang/tekokak,
meniran, leunca dan kelompok tomat-tomatan lainnya.
Tanaman-tanaman tersebut diduga menjadi inang
sementara bakteri R solanacearum.
Membuat drainase di kebun
Pengendalian serangga penular: Basmi serangga ulat
penggulung daun Erionata thrax L, pembasmian dapat
dilakukan secara mekanis. Serangga lainnya yang diduga
sebagai perantara adalah Chloropidae, Platypezidae dan
Drosophilidae.
Pemakain jenis pisang tahan: Pisang Raja Kinalun
dengan nama lokal pisang Perancis, atau pisang Sepatu
Amora yaitu sejenis pisang kepok yang tidak mempunyai
jantung, sehingga terhindar dari penyakit layu bakteri yang
disebarkan oleh serangga.
Pembungkusan buah dengan plastik transparan untuk
menghalangi kedatangan serangga penular. Dilakukan
saat keluar jantung atau paling lama saat sisir pertama
muncul.
Jangan membawa atau memindahkan bahan tanaman
(bibit) dari lokasi yang telah terserang ke lokasi/daerah
yang masih bebas penyakit.
Sterilisasi alat: Sama prosedurnya dengan pengendalikan
penyakit layu fusarium
BB Pe n gk a j ia n
15
•
Teknologi Budidaya Pisang
Eradikasi: Sama prosedurnya dengan pengendalikan
penyakit layu fusarium
Gambar 8. Ciri khas tanaman yang terkena penyakit layu Fusarium
Gambar 9. Ciri khas layu bakteri/darah pada buah
Gambar 10. Layu bakteri/darah pada bonggol
16
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
2. Penyakit bercak daun sigatoka
Penyakit
ini
disebabkan
oleh
cendawan
Mycosphaerella musicola. Penyakit ini menyebabkan
permukaan daun menjadi rusak dan mati sehingga
menggangu proses fotosintesa (pemasakan makanan di
daun), akibatnya produksi (kualitas dan kuantitas) menjadi
menurun, buah masak sebelum waktunya, bahkan pada
serangan berat mengakibatkan kematian tanaman.
Gejala awal penyakit terlihat pada daun ketiga atau
keempat, berupa bercak kecil berwarna kuning pucat. Bercak
atau garis-garis ini makin lama makin membesar
dan
memanjang sehingga membentuk bercak bulat telur dengan
pusat mengering berwarna abu-abu. Pada tanaman muda
biasanya ukuran bercak lebih lebar dibanding tanaman yang
sudah tua.
Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh beberapa
hal, antara lain jenis pisang, umur tanaman, faktor iklim dan
lain-lain. Jenis pisang komersial yang mudah terserang antara
lain: kelompok Ambon (Cavendish dan Gross Michell), Mas,
Barangan dan Raja sere. Kondisi lingkungan yang baik untuk
perkembangan penyakit yaitu pada musim hujan.
Gambar 11. Daun pisang terjangkit penyakit sigatoka
BB Pe n gk a j ia n
17
Teknologi Budidaya Pisang
Cara pengendaliannya yaitu dengan mengatur jarak
tanam jangan terlalu rapat untuk mengurangi kelembaban,
pemangkasan daun tua yang terserang, membuang/
membakar serasah daun-daun yang terserang, penyemprotan
fungisida sistemik berbahan aktif Benzimidazole dan
Dithiocarbamate
3. Penyakit kerdil pisang (Banana Bunchy Top Virus/BBTV)
Penyakit kerdil pisang adalah penyakit virus yang
paling berbahaya pada tanaman pisang.
Di Indonesia,
penyakit ini juga telah menyerang pada beberapa daerah
seperti Jawa Barat, Lampung, Irian Jaya, Jambi dan Sumatera
Barat.
Gejala awal dari penyakit ini sulit terdeteksi. Serangan
lanjut terlihat dengan gejala kerdil, pemendekan ruas daun
dengan daun-daun yang menyempit dan tegak, tepi daun
biasanya menggulung dengan warna kekuningan. Sering
dijumpai garis-garis hijau gelap pada tulang daun dan tangkai
daun dan selanjutnya meluas ke arah batang semu. Gejala
bercak hijau gelap sepanjang tulang daun akan kelihatan jelas
pada permukaan bawah daun apabila dilihat ke arah cahaya.
Penyakit secara lokal ditularkan oleh kutu daun
(Pentalonia negronervosa) yang tersebar pada tanaman sakit
maupun pada tanaman sehat. Kutu ini biasanya tampak pada
pangkal batang semu di permukaan tanah, diantara pelepah
daun, juga pada anakan muda yang baru muncul di
permukaan tanah. Pada kondisi lingkungan yang cocok, kutu
daun juga ditemukan pada puncakbatang semu, berkelompok
di sekitar leher daun dan pangkal tangkai daun. Embun madu
yang dihasilkan kutu akan menarik semut untuk datang,
sehingga kehadiran semut merupakan awal terdapatnya kutu
daun. Penyebaran jarak jauh biasanya terjadi melalui
perpindahan bibit.
Cara pengendaliannya yaitu menanam bibit yang sehat,
sanitasi kebun, pengendalian serangga penular dengan
18
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
menggunakan insektisida sistemik,eradikasi/pembongkaran
rumpun yang sakit.
Gambar 12. Tanaman pisang yang terjangkit penyakit kerdil
Hama Utama Pisang
1. Ulat penggulung daun (Erionata thrax L.)
Larva yang baru menetas memakan daun pisang
dengan membuat gulungan daun. Seluruh siklus hidupnya
terjadi di dalam gulungan daun.
Cara pengendaliannya yaitu dengan memangkas daun
yang terserang kemudian dibakar. Penyemprotan insektisida
berbahan aktif Kuinalfos dan Triklorfon. Insektisida yang
bersifat sistemik akan lebih efektif mengingat ulat daun ini
tersembunyi dalam gulungan daun.
2. Penggerek bonggol (Cosmopolites sordidus Germar)
Larvanya membuat terowongan pada bonggol pisang
yang merupakan tempat masuknya bibit penyakit lain seperti
Fusarium. Kerusakan berakibat lemahnya sistem perakaran
dan transportasi makanan terhenti. Gejala serangan terlihat
BB Pe n gk a j ia n
19
Teknologi Budidaya Pisang
daun menguning dan ukuran tandan berkurang sehingga
produksi menurun.
Cara pengendaliannya yaitu dengan sanitasi
lingkungan, menangkap kumbang dewasa dengan perangkap
yang terbuat dari bonggol pisang, menggunakan musuh alami
dan insektisida berbahan aktif karbofuran, monokrotofos.
3. Penggerek batang (Odoiporus longicolis (Oliv)
Kerusakan akibat hama ini ditandai dengan adanya
lubang di sepanjang batang semu. Cara pengendaliannya
yaitu: Dengan sanitasi kebun, menggunakan musuh alami
Plaesius javanicus dan penggunaan insektisida berbahan aktif
Carbofuran.
Gambar 13. Batang pisang yang diserang penggerek batang
4. Thrips (Chaetanaphotrips signipennis)
Hama ini menyerang bunga dan buah muda, akibatnya
terdapat bintik-bintik dan goresan pada kulit buah yang telah
tua.
Cara pengendaliannya yaitu dengan membungkus
tandan buah saat bunga akan mekar dan penyaputan tangkai
tandan dengan insektisida berbahan aktif monocrotophos.
20
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
5. Burik pada buah (Nacolea octasema)
Serangan menyebabkan perkembangan buah menjadi
terhambat, menimbulkan kudis pada buah sehingga
menurunkan kualitas buah. Hama ini meletakkan telurnya
diantara pelepah bunga segera setelah bunga muncul dari
tanaman pisang. Hama langsung menggerek pelepah bunga
dan bakal buah, terutama saat buah masih dilindungi oleh
pelepah buah.
Cara pengendaliannya yaitudengan
tandan buah saat bunga akan mekar.
Gambar 14. Hama yang menyebabkan
burik buah
membungkus
Gambar 15. Telur Nacolea octasema
pada pelepah bunga
PANEN DAN PASCA PANEN
Panen
Buah pisang yang akan dipanen disesuaikan dengan
tujuannya. Untuk tujuan konsumsi lokal atau keluarga, panen
dilakukan setelah buah tua atau bahkan sudah ada yang
masak di pohon. Sedangkan untuk ekspor, pisang dipanen
tidak terlalu tua (derajat ketuaan 75-85%)), tetapi sudah
masak fisiologis (kadar patinya sudah maksimum). Pada
BB Pe n gk a j ia n
21
Teknologi Budidaya Pisang
keadaan ini kualitas buah cukup baik dan mempunyai daya
simpan cukup lama.
Waktu panen buah pisang dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu dengan menghitung jumlah hari dari bunga mekar
sampai siap dipanen atau dengan melihat bentuk buah. Buah
yang tua biasanya sudut buah tumpul dan membulat, daun
bendera mulai mengering, bekas putik bunga mudah patah
Tabel 2. Umur panen dan kandungan kimia beberapa jenis pisang
Jenis pisang
Pisang Ambon
Pisang Tanduk
Pisang Ambon
Jepang
Pisang Mas
Umur Panen
(hari)
139
154
124
139
109
120
64
79
Kandungan kimia
Pati (%)
Asam (%)
20,90
0,19
20,80
0,18
33,00
0,13
30,00
0,16
24,61
0,17
25,59
0,28
25,30
0,36
23,20
0,30
Sumber: Murtiningsih, dkk. (1990).
Cara pemanenan yaitu batang pisang dipotong kirakira setengah diameter batang pada ketinggian 1 m dari
permukaan tanah. Tandan buah ditahan agar tidak jatuh ke
tanah kemudian dipotong.
Penanganan Pasca Panen:
•
•
•
22
Sisir pisang dipotong dari tandannya.
Sisir pisang diseleksi dan dicuci dari kotoran dan getahnya
serta dilakukan seleksi buah.
Sisir pisang disusun pada rak terbuka lalu dikeringanginkan.
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
•
•
Sisir pisang dikemas pada kotak karton per 15 kg (3-5 sisir
ukuran besar atau 6-9 sisir ukuran kecil).
Penyemprotan fungisida Al2(So4)3 (120 ml/15 kg pisang).
Standar Mutu Pisang berdasarkan RSNI-2005
1. Utuh
2. Kenyal
3. Segar, tidak busuk atau rusak
4. Bersih, bebas dari benda-benda asing yang berpengaruh
terhadap kaulitas buah
5. Bebas memar akibat tergores atau terbentur
6. Bebas dari hama dan/atau penyakit yang mempengaruhi
penampilan umum buah
7. Bila dalam bentuk sisiran, tidak ada buah dempet dan
harus bebas dari cendawan dan kering
8. Pistil (bekas putik bunga) sudah lepas
9. Bentuk buah sempurna sesuai dengan karakter jenis buah
10. Bebas dari kerusakan akibat temperature rendah
11. Bebas dari kerusakan akibat kelembaban
12. Bebas dari aroma dan rasa asing
Produk Olahan
Buah pisang selain banyak dikonsumsi sebagai buah
meja, juga dapat dibuat berbagai produk olahan seperti,
tepung bayi, sale, keripik, jam, tape, konsentrat dan lain-lain.
Jenis pisang yang banyak digunakan untuk produk olahan
adalah pisang janten, kepok, tanduk, nangka, siem dan lainlain. Dari diversisifikasi produk olahan, keripik pisang adalah
BB Pe n gk a j ia n
23
Teknologi Budidaya Pisang
yang paling banyak, terutama di Lampung yang merupakan
Propinsi yang terkenal dengan keripik pisangnya.
Keripik Pisang Kepok Menado:
• Buah pisang dipilih yang sudah tua tetapi belum masak,
kemudian dikupas kulitnya dan cuci dengan air
• Iris/serut dengan alat pasah arah membujur tampung dalam
baskom
• Goreng dengan minyak goreng sampai matang kekuningan
• Untuk pemberian rasa asin, buat larutan garam dalam air,
rendam keripik matang selama 15 menit kemudian tiriskan
• Goreng kembali keripik selama 5 menit
• Angin-anginkan hingga dingin, kemudian kemas dalam
kantong pelastik tebal dengan pori-pori kecil
24
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
POHON INDUSTRI PISANG
Limbah
Daun
Batang
Batang
luar
Empulur
•
•
Pembungkus
Kertas
Edible portion
Bonggol
•
•
•
•
•
•
Off Grade
Jantung
pisang
Tandan
Kulit
Vinegar
Sari/cider
Acar
•
•
•
Pakan ternak
Pupuk organik
Serat untuk
•
•
•
Tepung
Acar
Kertas
benang
Kertas
Obat
Olahan
Ketchup
Dendeng
Tepung
Segar
•
•
•
Chip
•
•
Sayuran
Penyedap
rasa
•
•
•
•
Etil alkohol
Biogas
Wax lantai
Semir sepatu
Teknologi Packaging House
operation & QC:
•
•
•
•
•
•
•
Penyisiran
Pencucian
Pengeringan
Pengemasan
Penyerap etilen
Penyimpanan
Pupuk organik & makanan ternak
Pemeraman
•
•
•
•
•
•
•
•
Keripik/chip
Ledre
Getuk (pasar DN)
Sale
Jus
Tepung (MPASI)
Puree
Sirup glukose
Gambar 16. Pohon industri pisang
BB Pe n gk a j ia n
25
Teknologi Budidaya Pisang
ANALISA USAHA TANI
Tabel 3. Analisa usaha tani pisang Ambon Kuning (1 ha)
Uraian
Sarana Prtoduksi
Bibit anakan
Pupuk Urea
Pupuk P
Pupuk K
Pupuk kandang
Pelastik biru
Herbisida
Pestisida
Sub total
Peralatan
Parang
Sabit
Cangkul
Selang
Pompa air
Gerobak dorong
Sub total
Tenaga Kerja
Pembersihan lahan
Pembuatan lubang
tanam
Penanaman
Pemupukan:
Pupuk I
Pupuk II
Pupuk III
Pupuk IV
Penjarangan anakan
Panen
Sub total
Total Biaya
Produksi Panen I
Produksi Panen II
Produksi Panen III
Keuntungan
B/C
26
Vol.
Sat.
Harga/
sat.(Rp)
Panen I
Nilai (Rp)
Panen II
1.100
350
150
150
1
1.100
2
1
tan
kg
kg
kg
m3
lbr
Lt
paket
1.000
1.300
1.600
2.900
60.000
800
70.000
200.000
2
2
2
1
1
1
buah
buah
buah
rol
buah
buah
20.000
20.000
20.000
300.000
1000.000
200.000
40.000
40.000
40.000
300.000
1000.000
200.000
1.620.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4 HOK
25.000
100.000
0
0
1.500
1.000
1.650.000
1.100.000
0
0
0
0
1.100 lubang
1.100 lubang
4
5
6
6
6
1.100
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
tandan
30.000 kg
25.000 kg
20.000 kg
1.100.000
0
455.000
455.000
240.000
240.000
435.000
435.000
60.000
0
880.000
0
140.000
140.000
200.000
200.000
3.510.000 1.470.000
Panen III
0
455.000
240.000
435.000
0
0
140.000
200.000
1.470.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
500
100.000
100.000
100.000
125.000
125.000
125.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
550.000
550.000
550.000
4.075.000 1.325.000 1.325.000
9.205.000 2.795.000 2.795.000
800 24.000.000
800
20.000.000
800
16.000.000
14.795.000 17.205.000 13.205.000
1,61
6,16
4,72
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
BAHAN BACAAN
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang
(2005-2010). Departemen Pertanian. 36 hal.
Badan Pusat Statistik Lampung. 2006. Lampung Dalam
Angka. Kerjasama Badan Pusat Statistik dan
Balitbangda Prop. Lampung. Pemerintah Propinsi
Lampung
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. 2006. Petunjuk
Teknis Budidaya Pisang. Seri sinopsis Inovasi Teknologi
Tanaman Buah Mendukung Prima Tani. Puslitbanghorti.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 22 hal.
Balai Proteksi Tanaman Lampung, 2003. Laporan Tahunan
Serangan Penyakit Tanaman
Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2002. Pedoman SLPHT
penyakit layu pada tanaman pisang. Makalah dalam
Pertemuan koordinasi dan gelar tehnologi pengendalian
lalat buah, penyakit CVPD dan penyakit layu pisang.
Cipayung, 22-26 April 2002
Edison, H. S. Dan A. Sutanto. Pisang Sepatu Amora Sebagai
Pengganti Pisang Kepok. Balai Penelitian Tanaman
Buah Tropikal. 7 hal.
Djohar, H. H; Wahyunto; Suwandi, V; dan Subagio, H. 1999.
Peluang pengembangan lahan untuk komoditas pisang.
J. Penelitian dan Pengembangan Pertanian. V.18(2):4655.
BB Pe n gk a j ia n
27
Teknologi Budidaya Pisang
Nasir, N. 1997. The chicken manure assay as a potential
screening technique to select banana cultivars with field
resistance to panama disease. Disertasi. 178 hal
(unpubl). Nasir, N; Pittaway, P; and Pegg, K.G. 1999. A
pilot study investigating the complexity of Fusarium wilt
of bananas in West Sumatra, Indonesia. Australian J. of
Agriculture Research. 50:1297-83. Nasir, N; Eliesti, F;
dan Jumjunidang. 1998. Identifikasi FOC ras 4 di Jawa
Barat. Laporan Penelitian (Unpubl).
Nurhadi, M. Rais dan Herlion. 1994. Serangan Bakteri dan
Cendawan pada Tanaman Pisang di Propinsi Lampung.
Info hortikultura. 2(1): 37-40.
Moore, N.Y; Bentley, S; Pegg, K.G and Jones, D. R. 1995.
Fusarium wilt of banana. Musa disease fact sheet no.5.
INIBAP.
Jumjunidang. 2006. Penyakit Utama Tanaman Pisang.
Disampaikan pada Kegiatan Training of Tainer (TOT)
Pisang di Batu Sangkar, Sumatera Barat, tanggal 4
September 2006. 9 hal.
Pisang. 2007. http://www.situshijau.co.id/tanaman/buah/p.htm.
03/10/2007. 8 hal.
Santoso, P. J. 2007. Petunjuk Teknis. Perbanyakan Benih
Pisang dari Rumpun in situ. Seri Teknologi Inovatif
Tanaman Buah. Balai Penelitian Tanaman Buah
Tropikal. Puslitbanghorti. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 13 hal.
Statistics Indonesia. 2008. Production of Fruits per Province
(ton), 2006.
http://www.bps.go.id/sector/agri/horti/2006/table6.shtml.1
6/09/2008.
28
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
SUMBER DANA:
DIPA BPTP LAMPUNG
SKPA BADAN LITBANG PERTANIAN
KEGIATAN APRESIASI GAPOKTAN PUAP TAHUN 2008
Oplah : 100 eksemplar
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung
Jl. Z.A. Pagar Alam No.1a, Rajabasa, Bandar Lampung
Telp. (0721)781776, Fax.(0721)705273
e-mail: bptp.lampung@telkom.net
BB Pe n gk a j ia n
29
Teknologi Budidaya Pisang
Seri buku inovasi: TH/06/2008
Teknologi Budidaya
PISANG
PENYUSUN
Nina Mulyanti
Suprapto
Jekvy Hendra
PENYUNTING DAN REDAKSI PELAKSANA
Slameto
Bambang Wijayanto
Zakiah
DESAIN DAN SETTING
Tri Kusnanto
ISBN: 978-979-1415-27-9
BALAI PESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2008
30
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, seri buku inovasi
teknologi pertanian ini dapat diterbitkan. Buku-buku ini dapat
menjadi rujukan bagi para praktisi dan pelaku usaha yang
bergerak di bidang pertanian, khususnya para penyuluh
lapangan dalam upaya menumbuhkan kegiatan usahatani
yang lebih baik.
Keseluruhan buku yang disusun pada tahun 2008
berjumlah 19 judul yang mencakup teknologi budidaya padi,
jagung, kedelai, ketela pohon, cabai merah, pisang, kambing,
itik, sapi potong, ayam buras, kelapa sawit, karet, kakao, kopi,
jarak pagar, lada, nilam, jahe, dan panili.
Besar harapan kami, semoga buku-buku tersebut
bermanfaat dalam rangka mendorong pengembangan
agribisnis komoditas pertanian.
Ucapan terima kasih kepada tim penyusun dari BPTP
Lampung yang telah menginisiasi penerbitan buku ini,
penyunting dan redaksi pelaksana, serta pihak-pihak lainnya
yang telah berkontribusi dalam penerbitan buku ini. Kritik dan
saran penyempurnaan sangat kami harapkan.
Bogor, Nopember 2008,
Kepala Balai Besar Pengkajian,
Dr. Muhrizal Sarwani
BB Pe n gk a j ia n
31
Teknologi Budidaya Pisang
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………...
ii
DAFTAR ISI …….…………………………………………..…...…..
iii
PENDAHULUAN………………………………………………..…...
1
SYARAT TUMBUH......................................................................
1
TEKNOLOGI BUDIDAYA ............................................................
2
Pembibitan.............................................................................
2
Persiapan lahan.....................................................................
7
Waktu Tanam .......................................................................
7
Penanaman...........................................................................
7
Pemupukan............................................................................
8
Pemberian Agensia Hayati Antagonis...................................
8
Pemangkasan........................................................................
9
Penyiangan ...........................................................................
9
Penjarangan Anakan.............................................................
9
Perawatan Tandan................................................................
10
Sanitasi Kebun ......................................................................
11
Pengendalian Hama dan Penyakit........................................
11
PANEN DAN PASCA PANEN......................................................
21
Panen....................................................................................
21
Penanganan Pasca Panen....................................................
22
Standar Mutu Pisang berdasarkan RSNI-2005.....................
23
Produk Olahan ………………………………………………….
23
POHON INDUSTRI PISANG ………………………………………
25
ANALISA USAHA TANI...............................................................
26
BAHAN BACAAN.........................................................................
27
32
BB Pe n gk a j ia n
Teknologi Budidaya Pisang
BB Pe n gk a j ia n
33