Umat Islam dari generasi manapun selalu dihadapkan pada pertanyaan seputar makna Alquran. Jarak antara realitas yang terus berubah dan berkembang, dan teks yang diturunkan pada abad awal ke-7 di Jazirah Arab menjadi perhatian utama para pemikir Muslim dan ulama. Menafsirkan Alquran di era di mana kebebasan manusia mendapat apresiasi yang tinggi, sarjana Muslim modern dituntut untuk menemukan mekanisme interpretasi baru yang mampu menghadirkan pemahaman kegamaan yang tidak selalu 'dogmatik', namun juga dinamis, peka zaman dan pada level tertentu juga 'humanis'. Artikel ini menjelaskan bahwa kajian al-Qur`an di era modern mengadopsi pendekatan interdisipliner, yaitu dengan mengadopsi temuan-temuan studi sejarah, sosiologi agama, hubungan lintas budaya, termasuk kritik tradisi (riwayat).

ABSTRAK Artikel ini bertujuan untuk mengkaji cara menyikapi quarter-life crisis yang dialami individu pada usia dewasa awal. Quarter-life crisis dapat membuat individu merasa putus asa dalam menjalani kehidupannya karena banyaknya persepsi negatif mengenai beberapa hal yang akan dijalaninya dimasa mendatang, oleh karena itu perlu adanya suatu penanganan untuk menyikapi fase tersebut agar individu dapat berkembang sebagaimana mestinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan teori Carl Rogers, QLC dapat dihadapi dengan cara mengubah persepsi negatif menjadi persepsi yang lebih positif melalui suatu langkah untuk menemukan dan mengembangkan kelebihan serta potensi yang dimiliki setiap individu. Kata Kunci : Quarter life-crisis, Dewasa Awal, Penanganan PEMBAHASAN Kehidupan manusia terbagi menjadi beberapa tahap perkembangan mulai dari masa sebelum dilahirkan (prenatal) hingga seseorang sudah menjadi lansia. Dari beberapa tahap perkembangan yang ada, masa remaja menuju dewasa adalah masa yang paling banyak mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan bahwa masa transisi seseorang yang berpindah dari remaja menuju dewasa membuat seseorang kesulitan dalam menghadapinya (Robbins & Wilner, dikutip dari Arnett, 2007). Secara umum masa ini terjadi pada kisaran usia 20-30 tahun, yang mana usia ini dapat digolongkan pada usia dewasa awal. Individu pada usia ini dituntut untuk bisa lebih mandiri atau tidak bergantung pada orang tua. Hikmah (2015) menyatakan bahwa pada masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan, masa yang penuh masalah, ketegangan emosional, dan penyesuaian diri pada pola hidup baru. Menurut Atwood dan Scholtz (2008) Individu yang tidak siap memasuki tahap ini akan kesulitan dalam menyelesaikan

Mencoba membuat studi kasus di bidang pendidikan dengan objek penelitian anak sendiri. Harapannya bisa dipakai guru dia dalam mencari pemecahan terhadap kesulitan belajar anak.