[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Nilai Informasi

Naskah untuk Berkala Informasi dan Perpustakaan edisi Juli 2013 Nilai Informasi Ida F Priyanto Abstract Information value relates with information which has relative worth or importance for the receiver to make a decision. There are three key elements of information value, namely, relevance, timeliness, and accuracy. Information value has been a subject of research in various fields from animal behavior, management, accounting, and library science. These show the importance of value in information. Abstrak Nilai informasi terkait erat dengan informasi yang memiliki arti penting bagi penerima untuk membuat suatu keputusan untuk mengambil tindakan. Ada tiga bagian penting dari nilai informasi, yaitu, relevansi, waktu, dan keakuratan. Nilai informasi telah menjadi subyek penelitian dalam berbagai bidang termasuk perilaku binatang manajemen, akuntansi, dan ilmu perpustakaan. Hal tersebut menunjukkan pentingnya nilai informasi. Pendahuluan Menurut kamus Merriam-Webster, nilai atau value berarti kemanfaatan atau kepentingan relatif (http://www.merriam-webster.com/dictionary/value), sedangkan informasi sering didefinisikan sebagai data dengan arti (data with meaning). Dari kedua definisi singkat tersebut, dapat dijelaskan bahwa nilai informasi bisa diartikan sebagai data dengan arti atau makna atau informasi yang memiliki arti penting dan manfaat yang relatif untuk membuat suatu keputusan untuk melakukan tindakan selanjutnya. Nilai Informasi menjadikan penerima informasi melakukan suatu tindakan atau menyelesaikan suatu persoalan. Penerima informasi akan mempertimbangkan nilai informasi yang diterima untuk melakukan tindakan yang akan dilakukan karena dia sekaligus merupakan pembuat keputusan. Sementara itu orang yang mengirimkan informasi yang sering disebut sebagai observer memandang informasi yang dia kirimkan kepada orang lain secara terpisah dan bisa berbeda—dia bisa memandang informasi tersebut bermanfaat atau tidak ada nilainya sama sekali. Nilai dari suatu informasi akan menentukan apakah informasi tersebut layak untuk disimpan, digunakan, atau bahkan dibuang. Beberapa pakar seperti McGee & Prusak (1993) dan Walker (1993) menyatakan bahwa data, baik yang bersifat numerik (angka) maupun tekstual, akan menjadi suatu informasi apabila telah diorganisasi dan diberi konteks dengan tujuan atau analisis sehingga bisa menjadi bermakna (dikutip dalam Matthew, 2001). Tentu saja informasi tidak selalu dapat dipisahkan dan lenyap begitu saja, melainkan bisa meningkat nilainya apabila digunakan terus menerus. Huber (1984) mengatakan bahwa informasi bersifat self-regenerative atau bisa hidup secara mandiri. Nilai informasi didefinisikan sebagai suatu istilah yang kadang-kadang disalah-artikan sebagai kualitas informasi. Padahal nilai informasi berbeda dengan kualitas informasi. Galzer (1993) mengatakan bahwa nilai informasi bisa implisit (sebagai informasi saja) dan bisa juga eksplisit (lingkungan informasi) dengan berbagai atribut. Sementara itu kualitas informasi hanya bisa dipandang dari sisi implisit saja. Kualitas informasi memiliki karakteristik tersendiri yang lebih sempit dibandingkan dengan nilai informasi. Informasi bisa bernilai dan berarti apabila seseorang benar-benar sedang membutuhkannya. Secara umum, informasi dipandang bernilai jika informasi tersebut mempengaruhi penerima untuk membuat keputusan untuk bertindak. Dengan kata lain, informasi memiliki nilai bila mempengaruhi pembuatan keputusan. Orang yang menerima suatu informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi tersebut adalah bagian penting dari nilai informasi. Seperti disebutkan sebelumnya, penerima informasi disebut sebagai pembuat keputusan. Pada waktu dia menggunakan informasi untuk membuat keputusan untuk melakukan sesuatu maka informasi tersebut memiliki nilai. Namun demikian apabila dia tidak membuat keputusan setelah menerima informasi, hal tersebut bisa jadi karena informasinya sama dengan apa yang telah dia ketahui sebelumnya atau informasi yang dia terima tidak relevan atau sesuai untuk melakukan tindakan selanjutnya, dan karenanya informasi tersebut dianggap tidak ada nilainya. Nilai informasi ditentukan oleh penting tidaknya oleh pembuat keputusan atau dari keputusan yang diambil setelah menerima informasi tersebut. Karakteristik nilai informasi Seperti dijelaskan sebelumnya, nilai dari suatu informasi dilihat dari bermanfaat atau tidaknya untuk membuat keputusan. Taylor (1986) menekankan bahwa nilai suatu informasi memiliki arti dalam konteks manfaat bagi pengguna informasi (“has meaning only in the context of its usefulness to users”). Pengguna informasi adalah pembuat keputusan. Dia akan menentukan apa yang akan diputuskan atau dilakukan setelah mendapatkan informasi, dan karenanya dia membutuhkan informasi yang bernilai. Nilai informasi memiliki karakteristik-karakteristik seperti relevansi, waktu dan keakuratan atau ketepatan. Feltham (1968) mengatakan bahwa relevansi, waktu dan keakuratan adalah atribut atas suatu informasi yang bernilai. American Accounting Association (AAA) menyatakan bahwa relevansi merupakan karakteristik penting dalam pemilihan informasi. Hal ini dapat dimengerti karena nilai informasi sangat terkait dengan proses informasi yang di dalamnya termasuk kebutuhan informasi, pencarian/penelusuran informasi dan seleksi serta penggunaan informasi. Cho dan Jang (2008) mengatakan bahwa sebagai salah satu pendekatan untuk memahami struktur nilai informasi, penelusuran atau pencarian informasi sangat “instrumental, purposive, task-specific, or recreational behavior.” Zhao et al (2008) juga menyebutkan bahwa relevansi merupakan faktor eksplisit yang mempengaruhi nilai suatu informasi; sedangkan Saracevic (2007) memandang relevansi di satu sisi sebagai hubungan antara informasi dan obyek informasi dan di sisi lain adalah konteks, yang termasuk di dalamnya kondisi dan situasi kognitif dan afektif (“information need, intent, topic, problem, task, etc.”). Relevansi berarti bahwa informasi mengantarkan orang pada pembuatan keputusan dan hal ini terjadi karena pembuat keputusan (penerima informasi) berpendapat bahwa informasi yang dia terima sesuai dan tepat untuk membuat sebuah keputusan. AAA juga berpendapat bahwa memiliki suatu informasi yang digunakan untuk tujuan yang tidak relevan lebih buruk dibanding tidak memiliki informasi sama sekali ("to have information used for purposes for which it has no relevance is likely to be worse than having no information at all"). Nilai informasi tergantung pada pembuat keputusan yang akan menentukan tindakan yang akan dilakukan. Namun demikian, informasi yang relevan tetapi diterima terlambat akan tidak bernilai karena tidak ada keputusan yang dapat diambil pada waktu dibutuhkan. Waktu sangat penting terkait dengan saat suatu informasi yang diterima. Waktu memiliki peran penting bagi suatu informasi dan mempengaruhi nilai. Transfer informasi membutuhkan waktu dan sangat terkait dengan beberapa faktor seperti ketrampilan pencarian informasi, kemudahan akses informasi, lama respon, pemahaman atas informasi, dan gangguan atau noise. Transfer informasi bisa memiliki keterlambatan penyampaian terutama apabila hal itu terkait dengan suatu kegiatan atau kejadian. Dalam hal ini informasi hanya bisa diperoleh secara lengkap apabila kegiatan atau kejadian tersebut telah sepenuhnya selesai. Adanya interval waktu kegiatan membuat keputusan hanya dapat diambil setelah kegiatan atau kejadian sepenuhnya selesai. Namun demikian, dalam nilai informasi, waktu tidak terkait dengan kebaruan informasi. Informasi yang sudah lama pun bisa bernilai untuk pembuatan sebuah keputusan. Informasi dari Undang-Undang dasar misalnya, masih akan sangat relevan bagi pembuatan keputusan saat ini meskipun informasi tersebut sudah lebih dari setengah abad. Pada waktu menuliskan daftar riwayat hidup, informasi tentang pendidikan masa lalu pun juga masih bermanfaat dan bernilai. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa waktu dalam nilai informasi hanya terkait dengan waktu penerimaan informasi. Namun waktu juga berpengaruh terhadap ketersediaan informasi pada waktu keputusan harus diambil. Informasi yang belum diterima pada waktu dibutuhkan akan meningkatkan ketidakpastian dan akan menghambat pembuatan keputusan. Disamping itu, pembuat keputusan mungkin akan mengundurkan keputusannya sampai dia memperoleh informasi. Ini berarti penerima informasi akan menentukan untuk tidak membuat keputusan atau tindakan karena adanya interval waktu penerimaan informasi atau keterlambatan informasi. Kurang eksplisitnya keputusan saat ini akan bisa berakibat hilangnya kesempatan, tetapi keterlambatan penyampaian informasi bisa dimengerti. Penerima informasi bisa mempertimbangkan bahwa informasi penting untuk mengambil tindakan selanjutnya atau memprediksi apa yang akan terjadi. Disamping relevansi dan waktu, keakuratan informasi merupakan karakteristik lain yang penting dalam nilai informasi. Keakuratan informasi terkait dengan kuantifikasi dan kualitas informasi. Jika informasi tidak akurat, keputusan yang diambil akan menjadi buruk dan akhirnya akan mengantarkan pada tindakan yang lebih buruk lagi. Ketidak-akuratan informasi bisa diakibatkan oleh gangguan (noise) dalam proses penyampaian (transmisi) dari pengirim ke penerima atau karena adanya kesalahan dalam pemrosesan informasi sebelum informasi tersebut dikirimkan. Kesalahan dalam pemrosesan informasi akan menyebabkan bias atau variabilitas informasi. Apabila bias informasi dapat diketahui oleh pembuat keputusan, dia akan secara langsung dapat menyesuaikan atau memperbaiki terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan yang akan dilakukan. Apabila pembuat keputusan mengenali variabilitas informasi, dia bisa memperbaiki informasi yang dia butuhkan meskipun dia tidak dapat sepenuhnya menghilangkan dampak dari variabilitas informasi tersebut. Beberapa kajian tentang nilai informasi Seperti dijelaskan di muka, informasi tidak akan memiliki arti sama sekali, apabila tidak diterapkan atau digunakan,demikian pula halnya apabila informasi tersebut tidak dapat berfungsi sama sekali maka informasi yang diterima tidak akan memiliki nilai sama sekali. Sebagai contoh, apabila seorang staf memperoleh informasi mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan, namun pimpinan lembaga tidak memberikan ijin sama sekali kepada staf tersebut untuk memanfaatkan beasiswa tersebut, maka informasi yang membahagiakan tersebut tidak berarti sama sekali. Informasi banyak dianalisis dalam berbagai bidang ilmu dan sangat nendukung dan memperkaya pemahaman tentang nilai informasi. Bell (1973) dan Negroponte (1995) menekankan bahwa informasi semakin penting dan akan bisa menggantikan benda dan enerji sebagai ssumber utama dalam masyarakat modern. Ekonomi mulai beralih dari atom ke bits (seperti dikutip dalam Matthew, 2001). Selain itu, Zhao et al (2008) menyatakan bahwa karya karya dalam berbagai bidang, seperti manajemen, analisis resiko jaringan, pembuatan keputusan, akuntansi dan keuangan, serta bidang ilmu perpustakaan dan informasi, menunjukkan betapa semakin pentingnya menempatkan nilai dari informasi. Meningkatnya penelitian tentang nilai informasi dalam berbagai bidang menunjukkan pentingnya hal tersebut sebagai subyek kajian. Branthwaite (1975) pernah melakukan suatu penelitian untuk mengetahui hubungan antara unit binary informasi dan pemanfaatan informasi secara subyektif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai jenis hubungan psycho-physical atas nilai obyektif dari informasi. Branthwaite menyampaikan bahwa bits bukanlah unit psikologis untuk mengukur dan untuk memahami bagaimana suatu informasi digunakan dan diproses dalam pembuatan keputusan atau dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Untuk memahami informasi yang digunakan oleh seseorang dalam pembuatan keputusan, diperlukan kajian tentang nilai subyektif informasi. Severinov (2008) pernah melakukan penelitian tentang nilai informasi dari sisi organisasi. Menurut beliau, salah satu isu utama dalam teori organisasi adalah bagaimana suatu informasi seharusnya didistribusikan, ditukarkan (dikirimkan), dan diproses di dalam sebuah organisasi. Nilai informasi bagi suatu organisasi bias subaditif atau superaditif. Subaditif berarti dua atau lebih informasi yang saling mendukung menjadi informasi yang lengkap. Superaditif berarti salah satu informasi yang diterima membuat informasi yang diperoleh lebih berarti. Snow (2009) melakukan penelitian terkait dengan nilai informasi yang dapat mengurangi atau menghilangkan ambiguitas. Penelitian tersebut didorong oleh definisi dari ambiguitas yang berarti ketidakpastian oleh karena adanya informasi relevan yang hilang atau tidak adanya informasi yang relevan atau yang seharusnya dapat diketahui. Angelatos dan Pavan (2007) menyatakan bahwa lingkungan dengan informasi yang bervariasi dan tidak efisien dalam pemanfaatannya sangat erat kaitannya dengan ketidakefisienan dalam pengumpulan informasi. Yang menarik adalah bahwa nilai informasi juga menjadi kajian dalam perilaku informasi binatang (animal information behavior). Koops (2004) meneliti tentang nilai informasi binatang dan mendapati bahwa pada waktu binatang tidak memiliki kemampuan untuk membedakan informasi yang benar dan tidak benar, maka binatang tersebut akan memilih merespon atau mengabaikan sumber informasi yang diterimanya. Binatang selalu memiliki pilihan untuk mengabaikan sumber informasi. Binatang juga selalu memiliki pilihan untuk mengabaikan informasi yang tidak memiliki nilai bagi binatang tersebut. Seekor kucing yang melihat tidak ada nilai dari panggilan atau tawaran pemilik akan membiarkan pemilik memanggil manggil kucing tersebut. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa semakin bermanfaat dan bernilainya suatu informasi adalah bila informasi tersebut adalah benar. Matthew (2001) melakukan penelitian tentang nilai informasi dari katalog perpustakaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami nilai sebenarnya dari komponen informasi dari katalog yang disediakan oleh perpustakaan. Penelitian ini memberikan gambaran bagi pustakawan bahwa pustakawan perlu mengkaji ulang biaya dan manfaat yang diperoleh dari pembuatan katalog perpustakaan. Berapa banyak pustakawan terlibat dalam pembuatan katalog perpustakaan dan berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan fasilitas katalog dan berapa banyak orang memanfaatkan katalog perpustakaan setiap harinya. Area Potensial untuk kajian lebih lanjut Ada area penelitian nilai informasi yang perlu mendapat kajian lebih lanjut baik oleh pustakawan mapun mereka yang mempelajari bidang informasi terutama dalam kaitannya dengan nilai informasi yang diterapkan dalam praktek informasi di berbagai bidang termasuk di dalamnya adalah perilaku informasi. Kajian-kajian yang dapat dilakukan antara lain apa informasi yang berharga bagi seorang pustakawan, informasi apa saja yang bermanfaat dari internet, pemanfaatan informasi internet oleh masyarakat, pemanfaatan Wikipedia bagi mahasiswa, pemanfaatan situs web perpustakaan, dan sebagainya. Penutup Seperti dijelaskan di atas, nilai informasi terletak pada nilai atau manfaatnya bagi seseorang untuk membuat keputusan dan karakteristik informasi yang memiliki nilai adalah relevansi, waktu, dan keakuratan. Nilai informasi berbeda dengan kualitas informasi dan tidak seharusnya dicampuradukkan karena karakteristiknya berbeda. Informasi hanya dapat memiliki nilai kalau diterapkan atau digunakan. Nilai informasi telah dikaji dalam berbagai bidang ilmu seperti akuntansi, manajemen dan bahkan perilaku binatang. Tentunya masih terbuka peluang untuk mengkaji nilai informasi baik dalam bidang ilmu perpustakaan maupun ilmu informasi. Yang menarik adalah karena nilai informasi lebih banyak dikaji dalam bidang akuntansi dan manajemen bukan dari ilmu informasi dan perpustakaan. Nilai informasi sangat erat kairannya dengan perilaku informasi, pencarian informasi, literasi informasi, dan pembuatan keputusan. Ada sejumlah area dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi yang dapat menjadi kajian yang dapat dilakukan oleh pustakawan, praktisi dan pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi. Referensi: Angeletos, G. & Pavani, A. (2007). Efficient use of information and social value of information. Econometrica, 75(4), 1103-1142 Branthwaite, A. (1975) Subjective value of information. British Journal of Psychology, 66(3), 275-282. Cho, M. & Jang, S. (2008) Information value structure for vacation travel. Journal of Travel Research, 47: 72-83. DOI: 10.1177/0047287507312422 Feltham, G. (1968). The Value of Information. The Accounting Review, 43(4), 64-696. koops, M. (2004). Reliability and the value of information. Animal Behavior, 67, 103-111. DOI:10.1016/j.anbehav.2003.02.008. Matthews, J. (2001). The Value of Information: The Case of the Library Catalog. Technical Services Quarterly, 19(2), 1-16. Merriam-Webster English Dictionary. http://www.merriam-webster.com/dictionary/value. Accessed on November 25, 2012. Saracevic, T. (2007). Relevance: A Review of the Literature and a Framework for Thinking on the Notion in Information Science. Part II: Nature and Manifestations of Relevance. Journal of the American Society for Information Science and Technology, 58(13), 1915–1933. Severinov, S (2008). The value of information and optimal organization. RAND Journal of Economics, 39(1), 238–265. Snow, A. (2010). Ambiguity and the value of information. Journal of Risk Uncertainty, 40, 133-145. Zhao, Y., Tang, L., Darlington, M., Austin, S., and Culley, S. (2008) High value information in engineering organisations. International Journal of Information Management, 28, 246-258.