[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

PiMen2 Consciousness

CONSCIOUSNESS PENGANTAR  Kesadaran telah menjadi satu topik terpenting kajian psikologi dan ilmu pengetahuan lain dewasa ini  Topik kesadaran menurutnya (Zeman, 2001) telah menjadi satu tantangan intelektual lintas disiplin mulai dari neurosains, psikologi sampai filsafat. PENGANTAR Meningkatnya minat ilmu lain terhadap gejala mental dan kesadaran dilatarbelakangi oleh empat perkembangan ilmu pengetahuan (Pawlik, 1998, h.187), yaitu :  (1) munculnya ilmu pengetahuan kognitif sebagai kajian lintas disiplin mengenai pemrosesan informasi, inteligensi artifisial, dan model komputasional fungsi mental,  (2) perkembangan pesat metodologi neurosains dalam mempelajari sistem syaraf yang berkorelasi dengan perubahan kondisi mental, misalnya tehnik pencitraan otak PENGANTAR  (3) perkembangan metodologi psikologi untuk mempelajari laporan-diri verbal dan gerakan ekspresif sebagai faktor yang berkorelasi dengan variasi perubahan mental,  (4) kemajuan neuropsikologi klinis berkaitan dengan asesmen variasi patologis dalam kondisi mental, serta dalam kondisi sadar versus koma. DEFINISI  Consciousness berasal dari bahasa Latin conscio yang dibentuk dari kata cum yang berarti with (dengan) dan scio yang berarti know (tahu).  Kata menyadari sesuatu (to be conscious of something) dalam bahasa Latin pengertian aslinya adalah membagi pengetahuan tentang sesuatu itu dengan orang lain atau diri sendiri. DEFINISI Kata conscious (sadar) dan consciousness (kesadaran) pertama kali muncul dalam bahasa Inggris awal abad 17 (Lewis, 1960 seperti dikutip Zeman, 2001). DEFINISI  Pawlik (1998) juga mengutip pendapat Bisiach (1988) yang membedakan tiga rumusan kesadaran, yakni (a) kesadaran (C1) menunjukkan kemampuan seseorang menyadari pengalaman subjektifnya, kemampuan seseorang mempersepsi variasi-variasi keadaan mental (kesadaran dalam pengertian yang sempit), (b) kesadaran (C2) menunjukkan akses yang dipakai oleh sistem kesadaran untuk menuju ke bagian-bagiannya atau ke proses mentalnya sendiri (kesadaran dalam pengertian awareness) dan (c) kesadaran (C3) menunjuk pada suatu wujud nonfisik (immaterial mind dari Descartes). FISIOLOGIS ELEMENTARISTIK /STRUCTURALISM FUNGSIONALISM HOLISTIK EKSISTENSIALIS TRANSPERSONAL 1. Perspektif Fisiologis 1. Activities: Eksperiment tentang differential threshold 2. Refleksi: 3.  Bagaimana kesadaran subjek terhadap stimulus yang diberikan?  Bergantung pada faktor apa saja? Penjelasan teoritik dan Kesimpulan 1. Perspektif Fisiologis (Weber-Fechner)   Weber’s Law (Ernst Heinrich Weber, 1795-1878)  the just-noticeable difference (j.n.d) is the minimal difference in intensity between two stimuli that a person can detect  Differential threshold  Two stimuli is proportional to the magnitude of the stimuli  Or, an increment is judged relative to previous amount Gustav Theodor Fechner (1801–1887)  a scholar of Weber, later used Weber's findings to construct a psychophysical scale in which he described the relationship between the physical magnitude of a stimulus and its (subjectively) perceived intensity  Subjective sensation is proportional to the logarithm of the stimulus intensity (mathematically formalized) Copyright © Prentice Hall 2007 3-11 2. Perspektif Elementaristik (Structuralism) 1. Aktifitas 2. Refleksi:  Apa yang anda pikirkan/ rasakan? (Sensasi, Image, emosi)  Element apa yang membentuk persepsi tersebut?  Mengapa kumpulan sensasi yang diterima tersebut kemudian digolongkan menjadi persepsi tertentu (cth dosen sedang marah, takut)? 3. Penjelasan Teoritik dan Kesimpulan  Kesadaran kita dipengaruhi oleh berbagai macam sensasi yang kita terima kemudian diorganisir sehingga menjadi sebuah persepsi atau pendapat. 2. Perspektif Elementaristik (Structuralism) Wilhelm Wundt and Titchener  Structuralism as a school of psychology seeks to analyze the adult mind (the sum total of experience from birth to the present) in terms of the simplest definable components and then to find how these components fit together to form more complex experiences as well as how they correlated to physical events.  basic parts of a person’s thoughts and feelings; focus on basic senses & perception  Titchener defined consciousness as the sum total of mental experience at any given moment, and the mind as the accumulated experience of a lifetime. 2. Perspektif Elementaristik (Structuralism) Wilhelm Wundt and Titchener  lement of the mind (which could be broken down into their respective properties such as quality (attribute differentiating each element from the other , e.g., “cold,”, “red”), intensity (strength, weakness, loudness, or brightness of sensation), duration (sensation’s path over time), clearness (refers to amount of attention given to element), and extensity):  Sensations (elements of perceptions): sounds, sights, smells, etc.  Images(elements of ideas, made from sensations, memories), and  affections (elements of emotions): love, hate, sadness 3. Perspektif Fungsionalism (William James, John Dewey) 1. Aktifitas:    Nanti siang mau makan apa? Refleksi:  Apa yang terlintas dalam pikiran, yang anda rasakan, yang anda ingat, yang ada bayangkan terkait dengan pertanyaan tersebut? Sampai kemudian anda menentukan memilih makan apa.  Ketika memikirkan pertanyaan diatas akan terdapat banyak hal lain terkait yang juga terpikirkan cth: “makan rawon…. Rawon mungkin terlalu panas untuk makan siang, porsi batagor terlalu kecil…. Makan sama siapa…” Penjelasan teoritik dan Kesimpulan:  Dari berbagai hal yang terpikirkan oleh anda, kemudian kesadaraan akan fokus pada info yang bertujuan untuk adaptasi atau pencapaian tujuan. 3. Perspektif Fungsionalisme: William James Menekankan pada manfaat Consciousness!  Consciousness   Stream of Consciousness:   Is a constantly moving of thoughts, feelings, and emotion Subjective experience of consciousness is an ongoing river of mental activity. Always changing but perceived as unified and unbroken. Functions of consciousness:  Monitoring mental events  Control: consciousness allows us to formulate and reach goals  Consciousness may have evolved to direct or control behavior in adaptive ways  Functionalism is the idea that psychology should focus on the function or purpose of consciousness rather than its structure/elements. 4. Perspektif Holistik (Gestalt) 1. Aktifitas: Apa yang anda lihat?  Penjelasan Teoritik, dan Kesimpulan apa itu Kesadaran Menurut Perspektif Holistik?  Kesadaran adalah bagaimana pikiran kita mengorganisir berbagai stimulus yang kemudian membentuk persepsi 4. Perspektif Holistik (Gestalt) • The law of proximity (kedekatan posisi): when an individual perceives an assortment of objects they perceive objects that are close to each other as forming a group.  terlihat sebagai suatu kelompok, bukan elemen yang acak  Gestalt (Jerman) = bentuk, pola, susunan  “the whole is greater than the sum of the parts”  The law of similarity (kesamaan bentuk): elements within an assortment of objects are perceptually grouped together if they are similar to each other  kecenderungan untuk melihat elemen2 yang mempunyai bentuk/warna sama sbg suatu kelompok  The law of continuity (kesinambungan pola): elements of objects tend to be grouped together, and therefore integrated into perceptual wholes if they are aligned within an object  gambar terlihat seperti disusun dari dua baris titik yang saling bersimpangan satu sama lain, bukan sekumpulan titik yang acak  The law of closure: individuals perceive objects such as shapes, letters, pictures, etc., as being whole when they are not complete  bagian yang hilang pada gambar akan diisi untuk melengkapinya, shg terlihat sbg bentuk yang utuh B154k4h AnD4 M3mBaC4 TuL!54n !Ni ? 5. Perspektif Eksistensialis 1. Aktifitas:  Kapan anda ingin sendiri?    Mengapa? Kapan anda ingin bersama dengan seseorang?  Mengapa?  Siapa orang tersebut? Bagaimana bila orang tersebut itu meninggal? 5. Perspektif Eksistensialis  A central proposition of Existentialism is that existence precedes essence,  which means that the most important consideration for individuals is that they are individuals—independently acting and responsible, conscious beings ("existence")—rather than what labels, roles, stereotypes, definitions, or other preconceived categories the individuals fit ("essence").  An existentialist believes that one chooses their own “consciousness” of being, living in the here and now  Man does not simply exist, but always decides what his existence will be, what he will become in the next moment. - Viktor Frankl 6. Perspektif Transpersonal (Mindfulness)   Refleksi:  Siapa anda sebagai individual (ego)?  Coba sadari keberadaan anda dan keterkaitannya dengan keseluruhan semesta. Bila anda menyedarinya, siapa anda?  Mengapa seseorang yang telah sukses dalam karir, keluarga, dll, kemudian mengubah hidupnya beralih pada aktifitas kemanusiaan, menekuni apa yang ia minati, atau bergabung dengan gerakan terorisme? Transpersonal adalah kesadaran individu terhadap hubungannya dengan kesadaran dan ketidak-sadarannya sebagai individu, dengan lingkungan, dan yang terpenting dengan spiritualitas. 6. Perspektif Transpersonal (Mindfulness)  The transpersonal is defined as "experiences in which the sense of identity or self extends beyond (trans) the individual or personal to encompass wider aspects of humankind, life, psyche or cosmos“.  Issues considered in transpersonal psychology include spiritual selfdevelopment, self beyond the ego, peak experiences, mystical experiences, systemic trance, spiritual crises, spiritual evolution, religious conversion, altered states of consciousness, spiritual practices, and other sublime and/or unusually expanded experiences of living. KESIMPULAN  Pelajaran apa yang anda dapatkan dari materi consciousnes ini? Apakah realitas yang anda persepsikan real?  Apakah warna kotak atas sama dengan bawah? Hati-hati !! Realitas yang anda persepsikan mungkin salah. Mungkin anda sedang ditipu oleh Pikiran anda! Sekian dan Terimakasih