PROPOSAL
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI DESA MALAHU
KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO
Oleh: Abdul Samad Hiola
LIMBOTO, JULI 2016
Latar Belakang
Sektor pertanian di Kabupaten Gorontalo merupakan sektor andalan yang
mendorong
terciptanya
kesejahteraan
masyarakat,
seiring
pesatnya
pertumbuhan penduduk saat ini, kebutuhan akan ruang pun semakin tinggi
sehingga nilai lahan sebagai ruang aktivitas manusia pun meningkat pesat.
Akibatnya, lahan pertanian dikonversi menjadi kawasan permukiman Lahan
pertanian dipandang kurang menguntungkan secara ekonomi, padahal lahan
perrtanian memegang fungsi penting sebagai penyedia kebutuhan primer
manusia. Salah
adalah
satu
upaya
untuk
mempertahankan
lahan
pertanian
dengan ningkatkan nilai lahan pertanian. Meningkatkan nilai lahan
pertanian akan ningkatkan pendapatan pertanian sehingga lahan pertanian
pun
dapat pertahankan. Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa menerangkan bahwa pembangunan desa
bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup nusia serta penanggulangan
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan
prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
Agrowisata dapat menjadi nilai tambah lahan pertanian melalui jasa wisata
dan pemasaran produk pertanian yang lebih baik. Agrowisata tidak hanya
menawarkan rekreasi, namun juga dapat meningkatkan pengetahuan pertanian
pengunjungnya, memandirikan
dan
memajukan perekonomian setempat
terutama petani. Menurut Spillane (1994), untuk dapat mengembangkan suatu
kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) terdapat 5
unsur yang harus dipenuhi, yaitu atraksi, fasilitas, infrasturktur, transportasi,
dan keramahan pelayanan.
Adisasmita (2010), mengartikan agrowisata merupakan perjalanan untuk
meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, dan
kehutanan bertujuan wisatawan agar ikut memikirkan sumber daya alam dan
kelestariannya.
Kegiatan
pengembangan
wisata
agrowisata
yang
berkaitan
juga
dengan
merupakan
kegiatan
kegiatan pedesaan
dan
pertanian yang mampu meningkatkan nilai tambah kegiatan pertanian dan
kesejahteraan pedesaan. Agrowisata dengan Integrated Farming System sesuai
potensi ketersediaan SDA dapat menjadi katalisator karena
yang
diberikan
terhadap
berdampak positif
kehidupan perekomian seperti kesempatan usaha,
meningkatkan kesempatan kerja, mempercepat
pemerataan
pendapatan
masyarakat, mendorong peningkatan investasi baik dari sektor pariwisata sektor
ekonomi lainnya, dengan melalui daya tarik atraksi alami, atraksi arsitektural,
atraksi budaya, dan atraksi sosial.
Desa Malahu memiliki potensi pertanian yang tinggi untuk pengembangan
agrowisata. Identifikasi wilayah pertanian yang akan dijadikan obyek agrowisata
dipertimbangkan secara matang untuk menciptakan model dan strategi
pengembangan kawasan agrowisata sesuai dengan kondisi pada daerah. Desa
Malahu yang ditunjang oleh karakteristik lokasi pada daerah dataran tinggi (600 –
700 m dpl), memiliki topografi yang berbukit-bukit atau berupa kawasan
pegunungan yang sambung menyambung.. Untuk itu diperlukan suatu kajian
studi kelayakan potensi lanskap Desa Malahu sebagai dasar pengembangan
agrowisata berbasis masyarakat.
Tujuan
Tujuan penyusunan studi kelayakan ini di Desa Malahu, Kecamatan Limboto,
Kabupaten Gorontalo
1. Mengidentifikasi kelayakan dan potensi lanskap untuk pengembangan
agrowisata di Desa Malahu, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo
2. Mengidentifikasi potensi sosial-budaya masyarakat untuk pengembangan
agrowisata Desa Malahu, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo
3. Mengetahui
persepsi
dan
preferensi
masyarakat
desa
terhadap
pengembangan agrowisata basis masyarakat
4. Menyusun desain tapak kawasan agrowisata
Lokasi dan Waktu
Kajian studi kelayakan agrowisata dilakukan di Desa Malahu Kecamatan
Limboto, Kabupaten Gorontalo dipilih karena pesona lanskap pertanian alami
yang milikinya, dengan waktu selama empat bulan Agustus 2016 hingga bulan
November 2016.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner persepsi dan
eferensi, kamera digital, alat tulis, software berupa MS Word, MS Excel, Adobe
otoshop, AutoCAD, dan ArcGis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini alah
data hasil kuesioner, data hasil wawancara dan pengamatan lapang, modul
analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata (Smith 1989), modul penilaian
berlanjutan masyarakat yang dikeluarkan oleh Global Ecovillage Network, dan
data spasial.
Metode
Kajian studi kelayakan agrowisata berbasis masyakat dilakukan melalui
beberapa tahap, yaitu persiapan, inventarisasi, dan sintesis hingga dapat
dirumuskan rekomendasi untuk pengembangan agrowisata berbasis masyarakat.
Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, observasi
lapang, dan studi pustaka. Wawancara dilakukan terhadap pihak aparat
pemerintah kecamatan, pemerintah desa, dan masyarakat. Observasi lapang
dilakukan dengan mengamati langsung kondisi tapak, khususnya titik-titik
potensi agrowisata. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan informasi dasar
sebagai data sekunder agar mendapatkan pengetahuan yang lebih menyeluruh.
Tabel Jenis dan sumber data
Aspek
Jenis Data
Administrasi tapak
Bentuk Data
Lokasi, luas, akses,
dan
batas
wilayah
tapak
Peta kemiringan lahan
Data hidrologi
Kemiringan lahan
Hidrologi
Fisik dan Biofisik
Tanah
Iklim
Vegetasi dan Satwa
Peta jenis tanah
Data iklim
Jenis vegetasi dan
satwa penting untuk
agrowisata
Peta penggunaan
lahan
Data demografi
Tata guna lahan
Sosial dan Budaya
Wisata
Legal
Demografi
masyarakat
Kelembagaan
masyarakat
SDM
Sarana dan
prasarana
Kebijakan
Data lembaga
masyarakat
Pengelola Masyarakat
Data sarana dan
prasarana
RTRW dan kebijakan
pariwisata
Sumber Data
Bappeda, kecamatan,
desa
Bappeda
Bappeda,
Kecamatan, survei
Bappeda
Weather Base
Kecamatan, desa,
survei
Bappeda
Bappeda, desa
Desa, survei
Desa, survei
Desa, survei
Bappeda, Dinas
Pariwisata, desa
Analisis Kesesuaian dan Kelayakan Agrowisata
Analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata digunakan untuk menilai
potensi agrowisata. Objek analisis adalah di Desa Malahu. Pengumpulan data
untuk analisis kesesuaian dan
kelayakan agrowisata dilakukan melalui
wawancara, observasi lapang, dan studi pustaka. Responden wancara untuk
analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata adalah aparat pemerintah –
kepala desa, sekretaris desa, dan aparat desa, masyarakat
Wawancara
dilakukan dengan tanya-jawab terbuka melalui pertanyaan yang telah disusun
berdasarkan kriteria sesuaian dan kelayakan Smith (1989) dalam Maharani
(2009).
Inventarisasi analisis ini menitikberatkan pengumpulan info sebanyak
mungkin untuk mengetahui seluruh potensi agrowisata desa sesuai kriteria
sesuaian dan kelayakan agrowisata menurut Smith (1989) dalam Maharani
(2009). Potensi agrowisata akan dinilai dengan kriteria kelayakan agrowisata
menurut Smith (1989) yang telah dimodifikasi sesuai dengan tujuan hingga
menghasilkan delapan nilai kesesuaian dan kelayakan agrowisata. Modifikasi
dilakukan
pada
pembobotan
tiap
kriteria disesuaikan
dengan
tujuan.
Pembobotan dengan perhitungan matematis sederhana sesuai dengan tingkat
kepentingan tiap poin terhadap agrowisata.
Tabel Kriteria penilaian kesesuaian dan kelayakan agrowisata
No
1
2
3
4
5
6
Kriteria
Objek dan Atraksi Berbasis Pertanian (Bobot 20%):
Ketersediaan ragam dan keindahan area pertanian seperti sawah,
perkebunan, kolam
Beragam objek dan aktivitas pertanian disertai keindahan
pemandangan
pertanian (tiga objek pertanian atau lebih)
Cukup beragam objek dan aktivitas pertanian disertai keindahan
pemandangan
sekitarnya (dua objek pertanian)
Cukup beragam objek dan aktivitas pertanian namun keindahan
pemandangan
sekitarnya kurang (dua objek pertanian)
Kurang beragam dan tak indah (kurang dari dua objek)
Objek dan Atraksi Alami (Bobot 10%):
Keindahan pemandangan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa
liar, air terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, suhu yang nyaman, dll)
Beragam objek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (tiga
objek
alami atau lebih)
Cukup beragam objek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami
(dua
objek alami)
Beragam objek alami dengan keindahan dan kenyaman buatan atau
rekayasa
(dua objek alami)
Objek alami kurang Bergama dengan keindahan dan kenyaman buatan
atau rekayasa (kurang dari dua objek alami)
Objek dan Atraksi Budaya/Sosial (Bobot 5%):
Perdesaan, bentukan arsitektur vernakular, festival, dan atraksi budaya lokal.
Ada lebih dari satu, bernilai lokal tinggi, dilestarikan
Ada lebih dari satu, bernilai lokal tinggi, kurang diperhatikan
Ada, bernilai lokal tinggi, kurang diperhatikan
Tidak memiliki aset budaya lokal
Objek dan Atraksi Sejarah (Bobot 5%):
Peninggalan kuno (kerajaan, situs-situs dan bangunan sejarah/arkeologis),
upacara agamaan, lokasi historikal yang penting (kolonial, battle fields)
Bersejarah, dijaga kelestariaannya
Bersejarah, kurang diperhatikan
Bersejarah, tidak dilestarikan
Tidak bernilai sejarah
Akses (Bobot 10%)
Kemudahan mencapaian lokasi, ketersediaan jalan
Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum ragam,
kondisi baik
Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas
Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum
Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum
Sumber Daya Rekreasi (Bobot 10%):
Tempat piknik, budaya
Tersedia banyak, (> 10 obyek)
Tersedia sedang (5 - 10 obyek)
Tersedia kurang (1 – 5 obyek)
Tidak tersedia
Nilai
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
4
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
7
8
9
10
Letak dari Jalan Utama (Bobot 10%):
Kedekatan dengan jalur jalan utama wilayah
Dekat (< 1 km)
Sedang (1 - 3 km)
Cukup jauh (3 – 5 km)
Sangat jauh (> 5 km)
Sarana Wisata (Bobot 10%):
Utilitas. Sarana kesehatan, air bersih, fasilitas dan penginapan
Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawatt
Ada beberapa, cukup terawatt
Ada beberapa, kurang terawat
Tidak tersedia
Pengelolaan Agrowisata (Bobot 10%):
Pengelolaan dan Kelembagaan Agrowisata
Masyarakat mengelola dan ada lembaga masyarakat
Masyarakat mengelola, tidak ada lembaga masyarakat
Dikelola investor, ada kelembagaan masyarakat
Dikelola investor dan tidak ada lembaga masyarakat
Program dan Aktivitas Agrowisata (Bobot 10%)
Ada kunjungan, pelatihan, dan membuka kesempatan magang
Ada paket kunjungan, pelatihan, tidak ada kesempatan magang
Ada paket kunjungan, tetapi tidak ada pelatihan dan kesempatan magang
Tidak ada paket kunjungan, pelatihan dan kesempatan magang
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
Nilai kesesuaian dan kelayakan agrowisata tiap desa dihitung dengan rumus
berikut:
∑KKA = ∑Sij.Aij,
Dengan ∑KKA adalah nilai total kelayakan kawasan agrowisata, ∑Sij adalah
kriteria rowisata tiap kawasan, dan Aij
adalah bobot kriteria agrowisata.
Hasil perhitungan dengan rumus di atas dirangkum dalam Tabel. Berdasarkan
nilai hasil perhitungan tersebut, diklasifikasikan menggunakan rumus berikut:
R=
Smax –Smin.
K
R adalah nilai rentang antarkelas, Smax adalah nilai kesesuaian dan kelayakan
agrowisata paling tinggi, Smin adalah nilai yang terendah, dan K adalah jumlah
kelas yang diinginkan. Jumlah kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a, yaitu sangat berpotensi, berpotensi, dan cukup berpotensi untuk agrowisata.
Tabel Penilaian kesesuaian dan kelayakan agrowisata
0.2
0.1
1
2
0.05
3
0.05
4
Kesesuaian dan Kelayakan Agrowisata
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
5
6
7
8
9
0.1
10
Jumlah
Terbobot
(∑
Analisis Persepsi dan Preferensi
Analisis persepsi dan preferensi digunakan untuk mengetahui pandangan
dan keinginan pihak-pihak terkait mengenai pengetahuan, pandangan terhadap
potensi dan kondisi desa, serta akseptibilitas mengenai pengembangan
agrowisata
berbasis
masyarakat.
Data
diperoleh
melalui
wawancara
menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada berbagai pihak yang terkait.
Responden dipilih sebanyak 30 orang dengan menggunakan metode stratified
random sampling, yaitu 10 orang kelompok aparat pemerintahan desa, 10 orang
kelompok yang terlibat dan potensial terlibat dalam kegiatan agrowisata, serta 10
orang kelompok masyarakat.
Analisis Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM)
Analisis Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM) atau Community
stainability Assessment (CSA) adalah sebuah analisis yang dikeluarkan oleh
Global Ecovillage Network (2000) untuk menilai tingkat keberlanjutan suatu
masyarakat. Kriteria penilaian dirumuskan dalam modul penilaian PKM yang juga
keluarkan oleh Global Ecovillage Network berdasarkan hasil penelitian para ahli.
nilaian meliputi aspek ekologis, sosial, dan spiritual. Tiap aspek memiliki tujuh
subaspek
dan
tiap
subaspek
terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan
rinci
mengenai kondisi aktual masyarakat berdasarkan kriteria yang dinilai. Tiap
pertanyaan dilengkapi beberapa pilihan jawaban dengan skor yang berbedabeda. Skor tiap pertanyaan dijumlahkan sehingga didapatkan skor subaspek
yang menunjukkan gkat keberlanjutan dalam subaspek tersebut. Skor subaspek
pun dijumlahkan kembali hingga didapatkan skor aspek yang menunjukkan
tingkat keberlanjutan masyarakat pada aspek tersebut. Kemudian skor tiga
aspek tersebut dijumlahkan hingga didapatkan skor akhir yang menyimpulkan
tingkat keberlanjutan masyakat tersebut.
Sintesis
Hasil analisis terhadap aspek fisik-biofisik, aspek sosial-budaya, aspek
wisata dan aspek legal, dapat diketahui objek lanskap perdesaan yang
berpotensi menjadi objek wisata, atraksi wisata, agrowisata, maupun objek
pendukung agrowisata analisis kesesuaian dan kelayakan menurut Smith (1989)
dalam Maharani (2009). Dengan analisis tersebut potensi dan ancaman sosial
dan
budaya,
persepsi dan preferensi , dan akseptibilitas, menjadi
pengembangan agrowisata.
Tabel Penilaian Keberlanjutan Masyarakat
Parameter
Aspek Ekologis
1. Perasaan terhadap tempat
Ketersediaan, produksi, dan distribusi
makanan
2. Infrastruktur, bangunan dan transportasi
Pola konsumsi dan pengelolaan limbah
padat
3. Air-sumber, mutu dan pola penggunaan
Limbah cair dan pengelolaan polusi air
4. Sumber dan penggunaan energi
Total Nilai Aspek Ekologis
Apek Sosial
1. Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan;
ruang bersama
2. Komunikasi-aliran gagasan dan informasi
3. Jaringan pencapaian dan jasa
4. Keberlanjutan sosial
5. Pendidikan
6. Pelayanan kesehatan
7. Keberlanjutan ekonomi-ekonomi lokal yang
sehat
Total Nilai Aspek Sosial
Aspek Spiritual
1.
Keberlanjutan budaya
2.
Seni dan kesenangan
3.
Keberlanjutan spiritual
4.
Keterikatan masyarakat
5.
Gaya pegas masyarakat
6.
Holografik baru, pandangan dunia
7.
Perdamaian dan kesadaran global
Total Nilai Aspek Spritual
Total Nilai Keseluruhan
Nilai
*
*
*
*
**
*
*
*
*
*
*
*
**
*
*
*
*
*
*
*
**
***
dasar
Keterangan:
Penilaian parameter dalam satu kriteria:
*
50+
: Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
24-49 : Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-24
: Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
Penilaian parameter dalam satu aspek:
**
333+
: Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
166-332
: Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-165
: Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
Penilaian parameter dalam tiga aspek:
***
999+
: Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
500-998
: Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-449
: Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai
keberlanjutan
Desain tapak agrowisata
Perencanaan desain tapak agrowisata dilakukan dengan pendekatan
sumberdaya dan aktivitas. yaitu penentuan tipe dan kemungkinan jenis atraksi
agrowisata dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sumberdaya alam.
Pada tahap analisis, data dan informasi tentang biofisik dan sosial tapak
yang telah dikumpulkan diklasifikasikan ke dalam potensi dan kendala. Hasil
klasifikasi data ke dalam potensi dan kendala tersebut dianalisis secara deskriptif
dan spasial sehingga menghasilkan peta-peta analisis, tabel analisis dan
deskripsi data. Secara umum, proses analisis dilakukan dengan mencari
korelasi
antara kondisi dan karakteristik tapak dengan kosep yang akan
dikembangkan. Analisis secara kuantitatif bertujuan untuk mengetahui daya
dukung rekreasi yang akan dikembangkan.
Selanjutnya dilakukan analisis alternatif-alternatif pemecahan masalah,
yang diperoleh setelah dilakukan
telah dikumpulkan
analisis terhadap data dan informasi yang
serta pengembangan
pada konsep dasar. Peta-peta
analisis yang dihasilkan sebelumnya disuperposisikan untuk menghasilkan solusi
ruang terhadap potensi dan permasalahan pada tapak berupa suatu model block
plan.
Bagan Proses Perencanaan Lanskap (Gold, 1980 dengan modifikasi)
Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan sesuai dengan waktu kegiatan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel Jadwal pelaksanaan.
No
1
I
II
III
IV
Persiapan
-
II
Waktu Kegiatan (Bulan)
Uraian Kegiatan
Administrasi
Pelaksanaan
- Pengumpulan data primer
- Pengumpulan data Sekunder
III
Pelaporan dan Administrasi
- Administrasi
- Pelaporan
Organisasi Pelaksana
Untuk memulai proses pelaksanaan kegiatan program dibutuhkan organisasi
pelaksana program yang terdiri atas :
❖
Ketua program (Team Leader) Sekaligus Ahli perencanaan wilayah
bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan program, membuat laporan
perkembangan kegiatan.
❖
1 (satu) orang staf administrasi dan keuangan akan menangani aliran keluar
masuk penggunaan uang program, surat menyurat dan laporan keuangan
program.
❖
4 (tiga) orang Ahli
Ahli Ekonomi
Ahli GIS
Ahli Pertanian
Ahli arsitektur
❖
3 (tiga) orang pelaksanaan teknis lapangan
Kebutuhan Anggaran
Untuk pelaksanaan kegiatan ini dibutuhkan sejumlah anggaran sebesar
Rp. 350.000.000 (rincian terlampir) melalui dukungan dari pemerintah daerah
yang mempunyai visi dan misi guna pengembangan pembangunan pertanian
dengan agrowisata yang berbasis masyarakat.
REFERENSI
Adisasmita R. 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Yogyakarta (ID):
Graha Ilmu.
Avenzora
R,
Teguh
F.
2013.
Ekowisata
dan
Pengembangan
Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia: Potensi, Pembelajaran, dan
Kesuksesan. Jakarta D): Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Fithriyah, A.F. 2015. Studi Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan
Agrowisata
Berbasis
Masyarakat
di
Kecamatan
Tamansari
Kabupaten Bogor. . [Skripsi]. Departemen Arsitektur Lanskap. Institut
Pertanian Bogor
Global Ecovillage Network (GB-SCT). 2000. Community Sustainability sessment
(CSA). [terhubung berkala]. http://gen.ecovillage.org/
Maharani, R. 2009. Studi Potensi Lanskap Perdesaan untuk Pengembangan
Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong Kabupaten
gor. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Smith, Stephen LJ. 1989. Tourism Analysis: A Handbook. London (US):
Longman Group UK Limited.
Spillane, James J. 1994. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Tirtawinata MR, Fachrudin L. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata.
Bogor (ID): Panebar Swadaya
[UU RI] Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 pasal 78. 2014. Desa. Tersedia
http://www.bpn.go.id/Publikasi/Peraturan-Perundangan/UndangUndang/undang-undang-nomor-6-tahun-2014-4723
di:
[UU RI] Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 pasal 48. 2007. Penataan Ruang.
Tersedia
di:
http://www.bpn.go.id/Publikasi/PeraturanPerundangan/Undang-Undang/
undang-undang-nomor-26-tahun-20071849
LAMPIRAN
RANCANGAN ANGGARAN BIAYA (RAB)
Pekerjaan
Lokasi
Tahun Anggaran
:
:
:
Fisibility study Agrowisata Malahu
Kelurahan Malahu, Kec. Limboto
2016